File Lapsus Pulmo 3 HAP Edit
File Lapsus Pulmo 3 HAP Edit
MEI 2016
Oleh :
Gheatrix Bareallo P.
Din Suryajani Siregar
Anggie Syamsuddin
Agni Khairani
Medita Aninditia Novianty
Andi Raynaldi
Pembimbing :
1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.S
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Badak No. 52 Makassar
Agama : Islam
No. RM : 754588
Tanggal masuk : 20 April 2016
ANAMNESIS
Autoanamnesis
Anamnesis Terpimpin:
2
4. Riwayat penyakit jantung koroner disangkal
5. Riwayat merokok ada kurang lebih sejak 30 tahun yang lalu, merokok
sekitar 2 bungkus per hari
6. Riwayat konsumsi alkohol tidak ada
STATUS PRESENT
Nadi : 90 x/menit
Pernapasan : 26 x/menit
Suhu : 37,50C
Deformitas : (-)
Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
3
Kelopak Mata : edema (-)
Kornea : jernih
Telinga
Pendengaran : kesan normal
Tophi : (-)
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Mulut
Bibir : pucat (-), kering (-)
Lidah : kotor (-),tremor (-), hiperemis (-)
Tonsil : T1 T1, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-),
Gigi geligi : dalam batas normal
Gusi : dalam batas normal
Leher
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
Thoraks
- Inspeksi :
4
Bentuk : asimetris. Hemithorax kanan tertinggal saat
inspirasi.
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Buah dada : tidak ada kelainan
Sela Iga : dalam batas normal
- Palpasi :
Fremitus raba : meningkat di hemithorax dextra
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Massa tumor : tidak ada massa tumor
- Perkusi :
Paru kiri : sonor
Paru kanan : Pekak pada hemithoraks dextra setinggi ICS III
Batas paru-hepar : Setinggi ICS VI dextra
Batas paru belakang kanan : CV Th. VIII dekstra
Batas paru belakang kiri : CV Th. IX sinistra
- Auskultasi :
Bunyi pernapasan: Vesikuler, bunyi napas meningkat pada
hemithoraks dextra
Bunyi tambahan : Rhonki bilateral, wheezing -/-
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung kanan = kiri dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, reguler (+), murmur (-), gallop
(-)
Perut
- Inspeksi : Lemas, ikut gerak nafas
- Auskultasi : Peristaltik usus dalam batas normal
- Perkusi : Timpani (+)
5
- Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), hepar dan lien tidak
teraba.
Alat Kelamin
Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan Rektum
Tidak dilakukan pemeriksaan
Punggung
Palpasi : NT (-), MT (-), Gibbus (-)
Nyeri ketok : -/-
Auskultasi : Wheezing -/-
Gerakan : Normal
Ekstremitas
Edema dorsum pedis -/-
Edema pretibial -/-
6
Pemeriksaan tambahan lainnya:
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
JENIS HASIL NILAI RUJUKAN
PEMERIKSAAN
DARAH RUTIN
-WBC 12.600/uL 4,00-10,00
-RBC 2.56/uL 4.0-6.0
-HGB 7.5 g/dL 12.00-16.00
-MCV 91.8 fl 80.0-97.0
-MCH 29.3 pg 26.5-33.5
-MCHC 31.9 gr/dl 31.5-35.0
-PLT 450 150-450
ELEKTROLIT
-Natrium 137mmol/L 136-145
-Kalium 3.7 mmol/L 3.5-5.1
-Klorida 98 mmol/L 97-111
Kimia Darah
-GDS 462 mg/dl 80-180
-SGPT 31 U/L <35
-SGOT 54 U/L <45
Fungsi Ginjal
-Ureum 44 mg/dl 10-50
-Kreatinin 0.72U/L <1.3
7
Pemeriksaan Radiologi
III. ASSESSMENT :
1. Suspek Hospital Acquired Pneumonia
2. Hipertensi
8
3. Diabetes Mellitus Tipe II
4. Anemia
V. RENCANA PEMERIKSAAN
- Kultur dan pewarnaan gram
- Tes sensitivitas antibiotik
- Cek GDS
- Evaluasi Elektrolit
- Cek Analisa Gas Darah
- Kontrol darah rutin
VI. PROGNOSIS
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad vitam : Dubia
VII. RESUME
9
Batuk disertai lendir berwarna kehijauan. Dari hasil anamnesis, pasien
tidak memiliki riwayat batuk sebelumnya. Riwayat batuk darah disangkal.
Pasien juga mengeluh ada sesak napas sejak 4 hari terakhir. Sesak napas
tidak dipengaruhi oleh aktivitas, cuaca dan perubahan posisi. Pasien
mengatakan tidak pernah bangun di malam hari karena sesak napas. Pasien
tidur menggunakan 1 bantal. Saat ini pasien tidak demam, namun memiliki
riwayat demam 1 minggu yang lalu. Ada riwayat hipertensi ada sejak 3
tahun lalu dan tidak berobat teratur, ada riwayat penyakit diabetes
mellitus, ada riwayat merokok.
VIII. DISKUSI
10
hari karena sesak napas. Pasien tidur menggunakan 1 bantal. Saat ini
pasien tidak demam, namun memiliki riwayat demam 1 minggu yang
lalu.
11
2. Hipertensi
Dari hasil anamnesis ditemukan bahwa pasien memiliki
riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu namun tidak berobat
teratur. Ditemukan riwayat merokok sejak 30 tahun yang lalu.
Pada pemeriksaan fisis temukan pasien obesitas I dengan IMT 27
kg /m2, serta tekanan darah 140/80 mmHg.
Plan monitoring yang dilakukan adalah observasi tekanan
darah.
Plan terapi non farmakologi adalah diet rendah garam serta
penurunan berat badan. Terapi farmakologi untuk kasus ini adalah
amlodipine 10 mg / 24 jam/ oral.
12
PEMBAHASAN
A. PENDAHULUAN
Pneumonia nosokomial atau hospital acquired pneumonia (HAP) adalah
pneumonia yang didapat saat menjalani rawat inap di rumah sakit.
Pneumonia nosokomial menduduki peringkat ketiga tersering dari seluruh
infeksi nosokomial pada pasien anak. Di Indonesia, angka kejadian
sebenarnya dari pneumonia nosokomial pada anak tidak diketahui dengan
pasti disebabkan antara lain tidak terdapat data nasional dan data yang ada
hanya berasal dari beberapa rumah sakit swasta dan pemerintah serta
angkanya sangat bervariasi. Secara umum, pneumonia nosokomial
ditemukan pada 15% dari pasien anak dengan infeksi nosokomial.
Meskipun insidennya kecil, pneumonia nosokomial merupakan infeksi
nosokomial yang mengancam nyawa dengan angka kematian berkisar 20%
hingga 70%.
B. DEFINISI
Pneumonia nosokomial (HAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah
pasien 48 jam dirawat di rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang
terjadi sebelum masuk rumah sakit.
C. ETIOLOGI
Pneumonia nosokomial dapat disebabkan oleh kuman bukan multi drug
resistance (MDR) misalnya S.pneumoniae, H. Influenzae, Methicillin
Sensitive Staphylococcus aureus (MSSA) dan kuman MDR misalnya
Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Acinetobacter spp dan Gram positif seperti Methicillin Resistance
Staphylococcus aureus (MRSA). Pneumonia nosokomial yang disebabkan
jamur, kuman anaerob dan virus jarang terjadi.
13
Bahan pemeriksaan untuk menentukan bakteri penyebab dapat diambil
dari dahak, darah, cara invasif misalnya bilasan bronkus, sikatan bronkus,
biopsi aspirasi transtorakal dan biopsi aspirasi transtrakea.
D. PATOGENESIS
Patogenesis pneumonia nosokomial pada prinsipnya sama dengan
pneumonia komuniti. Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran
napas bagian bawah. Ada empat rute masuknya mikroba tersebut ke dalam
saluran napas bagian bawah yaitu :
1.Aspirasi, merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus tertentu
seperti kasus neurologis dan usia lanjut
2.Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas yang
digunakan pasien
3. Hematogenik
4. Penyebaran langsung
E. DIAGNOSIS
14
Menurut kriteria dari The Centers for Disease Control (CDC-Atlanta),
diagnosis pneumonia nosokomial adalah sebagai berikut :
1. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah sakit
dan menyingkirkan semua infeksi yang inkubasinya terjadi pada
waktu masuk rumah sakit
2. Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas dasar :
Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif
Ditambah 2 diantara kriteria berikut:
o
- suhu tubuh > 38 C
- sekret purulen
- leukositosis
15
Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan
apusan langsung dan biakan yaitu bila ditemukan sel PMN > 25
/ lapangan pandang kecil (lpk) dan sel epitel < 10 / lpk.
2. Analisis gas darah untuk membantu menentukan berat penyakit
3. bronkoskopi
F. TERAPI
Beberapa pedoman dalam pengobatan pneumonia nosokomial ialah :
1. Semua terapi awal antibiotik adalah empirik dengan pilihan antibiotik
yang harus mampu mencakup sekurang-kurangnya 90% dari patogen
yang mungkin sebagai penyebab, perhitungkan pola resistensi
setempat
2. Terapi awal antibiotik secara empiris pada kasus yang berat
dibutuhkan dosis dan cara pemberian yang adekuat untuk menjamin
efektiviti yang maksimal. Pemberian terapi emperis harus intravena
dengan sulih terapi pada pasien yang terseleksi, dengan respons klinis
dan fungsi saluran cerna yang baik.
3. Pemberian antibiotik secara de-eskalasi harus dipertimbangkan setelah
ada hasil kultur yang berasal dari saluran napas bawah dan ada
perbaikan respons klinis.
4. Kombinasi antibiotik diberikan pada pasien dengan kemungkinan
terinfeksi kuman MDR
5. Jangan mengganti antibiotik sebelum 72 jam, kecuali jika keadaan
klinis memburuk
6. Data mikroba dan sensitiviti dapat digunakan untuk mengubah pilihan
empirik apabila respons klinis awal tidak memuaskan. Modifikasi
pemberian antibiotik berdasarkan data mikrobial dan uji kepekaan
tidak akan mengubah mortaliti apabila terapi empirik telah
memberikan hasil yang memuaskan.
16
Tabel 1. Terapi antibiotik awal secara empirik untuk HAP atau VAP
pada pasien tanpa faktor risiko patogen MDR, onset dini dan
Betalaktam +
Streptocoocus pneumoniae antibetalaktamase
Metisilin-sensitif atau
Staphylocoocus aureus
Sefalosporin G3
Antibiotik sensitif basil nonpseudomonal
Gram negatif enterik (Seftriakson, sefotaksim)
- Escherichia coli atau
- Klebsiella pneumoniae Kuinolon respirasi
- Enterobacter spp (Levofloksasin,
Moksifloksasin)
- Proteus spp
- Serratia marcescens
17
Tabel 2. Terapi antibiotik awal secara empirik untuk HAP atau VAP
Sefalosporin antipseudomonal
Patogen MDR tanpa atau (Sefepim, seftasidim, sefpirom)
dengan patogen pada Tabel 1
atau
Karbapenem antipseudomonal
Pseudomonas aeruginosa
(Meropenem, imipenem)
Klebsiella pneumoniae
atau
(ESBL)
-laktam / penghambat
Acinetobacter sp
laktamase
Methicillin resisten
(Piperasilin tasobaktam)
Staphylococcus aureus
ditambah
(MRSA)
Fluorokuinolon
antipseudomonal
(Siprofloksasin atau
levofloksasin)
atau
Aminoglikosida
18
tobramisin)
ditambah
Sefpirom
G. PROGNOSIS
Prognosis akan lebih buruk jika dijumpai salah satu dari kriteria di bawah
ini, yaitu
19
3. Perawatan di IPI
4. Syok
11. Infeksi onset lanjut dengan risiko kuman yang sangat virulen
20
DAFTAR PUSTAKA
1. American Thoracic Society. Guidelines for management of adults with
community-acquired pneumonia. Diagnosis, assessment of severity,
antimicrobial therapy, and prevention. Am J Respir Crit.Care Med 2001;
163: 1730-54
21
9. Fein A, Grossman R, Ost D, Farber B, Cassiere H (1999) : Diagnosis and
st
Management of Pneumonia and Other Respiratory Infections. 1 edit.
Professional Communication Inc. pp 133-50.
22