Tugas 1
Tugas 1
https://ptfi.co.id/media/files/publication/515a7efcb7336_wtsd_2011.pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=69994&val=4879
Pertambangan skala besar di Papua dikenal sejak kehadiran PT. Freeport
Indonesia pada tahun 1967 dan dilanjutkan dengan ekspor perdana pada awal 70
an. Kegiatan pertambangan tersebut telah memberikan banyak dampak negatif.
Dampak negatif ini sangat dirasakan oleh keseluruhan masyarakat Papua terutama
suku Amungme dan Komoro. Kehadiran PT Freeport telah menunjukkan betapa
buruknya peran ekonomi kapitalistik terhadap situasi politik, sosial-budaya,
perusakan lingkungan hidup dan pelanggaran HAM terhadap masyarakat di
negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan karena perusahaan
multinasional memiliki kekuasaan modal yang sangat kuat dalam hal
mempengaruhi kebijakan dari sebuat pemerintahan yang berkuasa dan bahkan
mendiktekan kehendak-kehendak politik mereka pada negara-negara tersebut.
Selain dampak lingkungan, yang sangat terasa langsung bagi masyarakat adalah
dampak sosial yang mengena pada masyarakat seperti yang baru-baru dirasakan.
Berbagai upaya penanganan dianggap terlambat. Sejarah panjang dari
penyalahgunaan hak asasi manusia di Timika sangat erat hubungannya dengan
peran pihak vital Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Republik Indonesia
(TNI/POLRI) dalam melindungi pertambangan, yang dikategorikan pemerintah
sebagai objek vital nasional. Namun semenjak ditempatkannya 6000 tentara di
sekitar wilayah pertambangan, penjaga keamanan Freeport diduga terlibat dalam
beberapa kasus seperti pengangguran bertambah, penegakan hukum tidak berjalan
sebagaimana mestiny, penyakit AIDS merajalela akibat kehidupan sosial
kemasyarakatan yang tidak terkontrol dengan baik oleh pemerintah, kecanduan
minuman keras, keresahan sosial, kehidupan spiritual yang semakin tergradasi dan
kesenjangan ekonomi yang makin tajam antara pendatang dan masyarakat asli
Papua . Bahkan didaerah lainnya, oknum keamanan diduga terlibat dalam aksi
OPM (Organisasi Papua Merdeka) dengan terjadinya pembakaran kampung-
kampung, dll.
Inilah sebuah renungan suci 50 tahun Papua dalam pangkuan NKRI. Marilah kita
bersama-sama memikul sejarah perjalanan panjang rakyat Papua, dalam suka
maupun duka, di atas pundak kita sendiri. Kita patrikan pengalaman bersama ini
dalam hati sanubari dari generasi ke generasi, demi terwujudnya impian Papua
Tanah Surga, Tanah Damai, yang lestari sepanjang masa.
PT Freeport Indonesia, perusahaan yang pernah terdaftar sebagai salah
satu perusahaan multinasional terburuk tahun 1996, adalah potret nyata sektor
pertambangan Indonesia. Keuntungan ekonomi yang dibayangkan tidak seperti
yang dijanjikan, sebaliknya kondisi lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi
pertambangan terus memburuk dan menuai protes akibat berbagai pelanggaran
hukum dan HAM (salah satu berita dapat diakses dari situs news.bbc.co.uk),
dampak lingkungan serta pemiskinan rakyat sekitar tambang. WALHI sempat
berupaya membuat laporan untuk mendapatkan gambaran terkini mengenai
dampak operasi dan kerusakan lingkungan di sekitar lokasi pertambangan PT
Freeport Indonesia. Hingga saat ini sulit sekali bagi masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang jelas dan menyeluruh mengenai dampak kegiatan
pertambangan skala besar di Indonesia. Ketidak jelasan informasi tersebut
akhirnya berbuah kepada konflik, yang sering berujung pada kekerasan,
pelanggaran HAM dan korbannya kebanyakan adalah masyarakat sekitar
tambang. Negara gagal memberikan perlindungan dan menjamin hak atas
lingkungan yang baik bagi masyarakat, namun dilain pihak memberikan
dukungan penuh kepada PT Freeport Indonesia, yang dibuktikan dengan
pengerahan personil militer dan pembiaran kerusakan lingkungan. Dampak
lingkungan operasi pertambangan skala besar secara kasat mata pun sering
membuat awam tercengang dan bertanya-tanya, apakah hukum berlaku bagi
pencemar yang diklaim menyumbang pendapatan Negara? Matinya Sungai
Aijkwa, Aghawagon dan Otomona, tumpukan batuan limbah tambang dan tailing
yang jika ditotal mencapai 840.000 ton dan matinya ekosistem di sekitar lokasi
pertambangan merupakan fakta kerusakan dan kematian lingkungan yang nilainya
tidak akan dapat tergantikan. Kerusakan lingkungan yang terjadi di sekitar lokasi
PT Freeport Indonesia juga mencerminkan kondisi pembiaran pelanggaran hukum
atas nama kepentingan ekonomi dan desakan politis yang menggambarkan
digdayanya kuasa korporasi. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia(WALHI
Indonesian Forum for Environment) adalah forum organisasi lingkungan hidup
non-pemerintah terbesar di Indonesia dengan perwakilan di 26 propinsi dan lebih
dari 430 organisasi anggota. WALHI bekerja membangun transformasi sosial,
kedaulatan rakyat, dan keberlanjutan kehidupan.
Nama Alkinemokiye sendiri diadopsi dari bahasa asli suku Amungme yang berarti
usaha keras demi kehidupan yg lebih baik (From Struggle Dawns New Hope).
Amungme merupakan suku terbesar di Timika, Papua. Pada acara festival film
dokumenter se-ASEAN, Screen Below The Wind Festival, yang diadakan di
Ubud, Bali, tanggal 16-18 Nopember kemarin, film Alkinemokiye ini termasuk
dalam film dokumenter yang akan diputar dan didiskusikan. Akan tetapi, tiba-tiba
ada kejadian yang sangat unik dan sangat mengangetkan bagi para pengunjung
festival tersebut. Polres Ubud, Bali, datang ke hari pertama SBWFest digelar
untuk mencekal pemutaran film Alkinemokiye.
Kepolisian sempat menuduh bahwa acara Screen Below The Wind Festival adalah
acara yang didedikasikan untuk film Alkinemokiye yang bersumber dari kabar
yang mereka dapat. Meskipun suasana menjadi tegang karena peristiwa tersebut,
akan tetapi panitia SBWFest tetap melanjutkan festival film dokumenter yang
betujuan menyebarkan "demam dokumenter" ke seluruh ASEAN yang
pertamakali dimulai di Indonesia. Acara pemutaran film Alkinemokiye akhirnya
dilewati dan langsung dilanjutkan dengan acara diskusi dengan sutradara film
tersebut, Dandhy Dwi Laksono. Dandhy yang tetap meyakini bahwa kebenaran,
dalam hal ini kebenaran dalam film Alkinemokiye, harus tetap disampaikan
keseluruh masyarakat Indonesia, mengunggah film tersebut ke Youtube. Hal ini
bertujuan agar masyarakat luas dapat mudah mengakses film tersebut. Link film
tersebut dapat dicek disini >>> ALKINEMOKIYE - FROM STRUGGLE
DAWNS NEW HOPE
Berikut beberapa fakta menarik yang patut untuk dipertanyakan dalam film
Alkinemokiye: Pada tanggal 15 September 2011, 8.000 dari 22.000 pekerja
Freeport Indonesia melakukan aksi mogok menuntut kenaikan upah dari US
$3,5/jam sampai US $7,5/jam. Inilah pemogokan kerja terlama dan paling banyak
melibatkan karyawan sejak Freeport mulai beroperasi di Indonesia pada tahun
1967. Dua tahun sekitar bulan Juli 2009 November 2011, setidaknya 11
karyawan Freeport dan sub-kontraktor ditembak mati secara misterius oleh para
penembak gelap. PT Freeport McMoRan telah mengeluarkan dana sebesar Rp
711 milyar untuk uang keamanan yang diberikan kepada para aparat pemerintah
Indonesia Dalam 10 tahun terakhir.