Anda di halaman 1dari 17

A.

Latar Belakang
Aktifitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara
optimal. Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dari
dirinya. Bermain tidak sekedar mengisi waktu,tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dan lain sebagainya. Anak memerlukan berbagai
variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.
Bermain dapat mengungkapkan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan
konflik dari anak yang tidak disasarinya serta dialami dengan kesenangan yang
diekspresikan melalui psikososio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa
memperhitungkan hasil akhirnya.
Dalam kondisi sakit atau sehat anak dirawat di Rumah Sakit, aktivitas bermain ini
tetap perlu dilaksanakan, namun harus sesuai dengan kondisi anak.Oleh karena itu
kelompok mengambil terapi bermain di ruang perawatan anak RSUP Dr M.Djamil
Padang, karena kelompok kami ingin memberikan waktu bermain pada anak meskipun
keadaan anak itu sakit, akan tetapi kita tidak lepas juga melihat kondisi pasien yaitu yang
sudah dinyatakan oleh dokter perawatan minimal (minimal care) sehingga bisa membuat
anak senang.

B. TOPIK
Adapun topiknya adalah menstimulasi fungsi kognitif, motorik kasar, motorik halus dan
tumbuh kembang anak pada usia : 0-12 bulan, 1-3 tahun dan diatas 3 tahun.

C. Tujuan
1. Melatih imajinasinya (menyusun gambar).
2. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, mengenal, membedakan warna dan
dapat membentuk objek).
3. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.

D. Rencana Pelaksanaan :
No Terapis Waktu Subjek terapi
1 Persiapan 10 menit Ruangan,alat,anak dan keluarga
a. Menyiapkan ruangan. siap
b. Menyiapkan alat-alat.
c. Menyiapkan anak dan
keluarga
2 Proses :
a. Membuka
proses terapi bermain dengan
mengucap kan salam, 2 menit Menjawab salam,
memperkenalkan diri. Memperkenalkan diri,
b. Menjelaskan 5 menit Memperhatikan
pada anak dan keluarga tentang
tujuan dan manfaat bermain,
menjelaskan cara permainan.
c. Mengajak 10 menit Bermain bersama dengan antusias
anak bermain . 3 menit dan mengungkapkan perasaannya
d. Mengevaluasi
respon anak dan keluarga.

3 Penutup (1 menit). 5 menit Memperhatikan dan menawab


Menyimpulkan, mengucapkan salam
salam

E. MATERI TERAPI BERMAIN


Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik
bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit
iru sendiri merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik rumah
sakit, seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan
maupun lingkungan social, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas
kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti takut, cemas, tegang, nyeri, dan perasaan yang tidak
menyenangkan lainnya, sering kali dialami anak.
Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan perasaanya tersebut dan
mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan. Media yang paling
efektif adalah melalui kegiatan permainan. Permainan yang terapeutik didasari oleh pandangan
bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan
tumbuh-kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan
dan pikiran anak, mengalihkan perasaan nyeri, dan relaksasi. Dengan demikian, kegiatan
bermain harus menjadi bagiabn integral dari pelayanan kesehatan anak di rumah sakit (Brennan,
1994).
Aktivitas bermain yang dilakukan pada anak di rumah sakit akan memberikan keuntungan
sebagai berikut :
1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat, karena dengan
melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai kesempatan untuk membina
hubungan yang baik dan menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain
merupakan alat komunikasi yang efektif antara perawat dank lien.
2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas
bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada
anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas,
takut, sedih, tegang, dan nyeri. Pada beberapa anal yang belum dapat mengekspresikan
perasaan dan pikiran secara verbal dan /atau pada anak yang kurang dapat
mengekspresikannya, permainan menggambar, mewarnai, atau melukis akan membantu
mengekspresikan perasaan tersebut.
4. Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk dapat
mempunyai tingkah laku yang positif.
5. Permainan yang member kesempatan pada beberapa anak untuk berkompetisi secara
sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada anak dan keluarganya.

Prinsip permainan di rumah sakit :


1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan anak.
Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat
tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain
khusus yang ada di ruang rawat. Misalnya, sambil tiduran di tempat tidur, anak dapat
dibacakan buku cerita atau diberikan buku komik anak-anak, mobil-mobilan yang tidak
pakai remote control, robot-robotan, dan permainan lain yang dapat dimainka anak dan
orang tua sambil tiduran.
2. Permainan tidak membutuhkan banyak energy, singkat, dan sederhana.
Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang
ada pada anak dan/atau yang tersedia di ruangan. Kalupun akan membuat suatu alat
permainan, pilih yang sederhana supaya tidak melelahkan anak (misalnya menggambar
dan mewarnai, bermain boneka, dan membaca buku cerita).
3. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak.
Pilih alat permainan yang aman untuk anak, tidak taja, tidak merangsang anak untuk
berlari-lari, dan bergerak secara berlebihan.
4. Permainan yang harus melibatkan kelompok umur yang sama.
Apabila permainan dilakukan khusus di kamar bermain secara berkelompok, permainan
haeus dilakukan pada kelompok umur yang sama. Misalnya permainan mewarnai pada
kelompok usia prasekolah.
5. Melibatkan orang tua.
Satu hal yang harus diingat bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap
melangsungkan upaya stimulasi tumbuh-kembang pada anak walaupun sedang dirawat di
rumah sakit, termasuk dalam aktivitas bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai
fasilitator sehingga apabila permainan diinisiasi oleh perawat, orang tua harus terlibat
secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal permainan sampai mengevaluasi
hasil permainan anak bersama dengan perawat dan orang tua anak lainnya.

Bermain secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu : aktif dan pasif
(hiburan). Bermain harus seimbang artinya : harus ada keseimbangan antara bermain aktif
dan yang pasif yang biasa disebut hiburan. Adapun bermain aktif kesenangan diperoleh dari
apa yang diperbuat mereka sendiri sedangkan bermain pasif kesenangan didapat dari orang
lain.
1. Bermain Aktif
a. Bermain mengamati/menyelidiki
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut.
Anak memperhatikan alat, mengocok-ngocok apakah ada bunyi, mencium, meraba,
menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain Konstruksi
Pada anak umur 3 tahun misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-
rumahan.
c. Bermain Drama
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-saudaranya atau
teman-temannya.
d. Bermain bola, tali dan sebagainya.

2. Bermain Pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif antara lain dengan melihat dan mendengar bermain pasif
adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk
mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Pada anak terdapat tingkat perkembangan motorik dan sensorik anak sesuai dengan usianya
adalah :
Umur 0 - 1 bulan
a. Motorik :
1) Mengangkat kepala dibantu
2) Ditengkurapkan kepala menoleh kanan kiri
3) Reflek primitif; sucking, rooting, morrow, menelan dan menggengam.
b. Sensorik :
Mengikuti sinar ketengah.

Umur 2 - 3 bulan
a. Motorik :
1) Dada ditahan dengan tangan angkat kepala.
2) Memasukkan tangan kemulut.
3) Meraih benda menarik.
4) Dapat didudukkan dengan punggung disokong.
5) Mulai bermain dengan jari dan tangannya.
b. Sensorik :
1) Dapat mengikuti sinar ketepi.
2) Koordinasi vertikal - horizontal.
3) Mendengarkan suara.

Umur 4 - 5 bulan
a. Motorik :
1) Bila didudukkan kepala sudah mulai seimbang dan punggung sudah kuat.
2) Bila ditengkurapkan sudah bisa miring,kepala sudah bisa tegak lurus.
3) Refleks primitif mulai hilang.
4) Meraih benda dengan tangan.

b. Sensorik :
1) Sudah mengenal orang.
2) Akomodasi mata positif.

Umur 6 - 7 bulan
a. Motorik :
1) Membalikkan badan.
2) Memindahkan benda dari tangan satu ketangan lain.
3) Mengambil mainan dengan tangan.
4) Senang memasukkan kaki & mulut.
5) Sudah mulai memasukkan makanan kemulut.
b. Sensorik :
1) Sudah dapat membedakan orang yang dikenal / tidak dikenal.
2) Dapat menyebut m.....m....m.....m...........
3) Dapat menangis & cepat tertawa.

Umur 8 - 9 bulan
a. Motorik :
1) Sudah bisa duduk sendiri.
2) Koordinasi tangan kemulut lebih sering.
3) Bayi mulai tengkurap sendiri & belajar merangkak.
b. Sensorik :
Bayi tertarik dengan benda yang kecil.

Umur 10 - 12 bulan
a. Motorik :
1) Sudah mulai berdiri tapi tidak lama.
2) Belajar berjalan tanpa bantu.
3) Sudah bisa berdiri & duduk sendiri.
4) Bisa bermain ci........luk.......ba..........
5) Mulai senang mencoret kertas.

b. Sensorik :
Sudah dapat membedakan bentuk.

Umur 15 bulan
a. Motorik kasar :
Sudah bisa jalan sendiri.
b. Motorik halus :
1) Memegang cangkir.
2) Memasukkan jari kelubang
3) Membuka kotak.
4) Melempar kotak atau benda.
Umur 18 bulan
a. Motorik kasar :
1) Berlari tapi masih sering jatuh.
2) Menarik mainan.
3) Senang naik tangga tetapi masih dibantu.
b. Motorik halus :
1) Sudah menggunakan sendok.
2) Bisa membuka halaman buku.
3) Belajar menyusun balok.

Umur 24 bulan
a. Motorik kasar :
1) Dapat berlari dengan baik.
2) Naik tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap.
b. Motorik halus :
1) Bisa membuka pintu.
2) Membuka kunci.
3) Menggunting.
4) Minum sendiri dengan gelas.

Umur 36 bulan
a. Motorik kasar :
1) Bisa naik turun tangga tanpa bantuan.
2) Memakai baju dengan bantuan.
3) Mulai bisa bersepeda roda tiga.
b. Motorik halus :
1) Menggambar lingkaran.
2) Mencuci tangan sendiri.
3) Menggosok gigi.
Umur 4 tahun
a. Motorik kasar :
1) Berjalan jinjit.
2) Melompat.
3) Melompat dengan satu kaki.
4) Menangkap bola dan melempar dari atas kepala.
b. Motorik halus :
1) Dapat menggunting dengan lancar.
2) Dapat menggambar kotak dan garis vertikal.
3) Membuka dan memasang kancing.

Umur 5 tahun
a. Motorik kasar :
1) Berjalan mundur dan jinjit.
2) Menangkap dan melempar bola dengan baik.
3) Melompat dengan kaki bergantian.
b. Motorik halus :
1) Menulis dengan angka.
2) Menulis dengan huruf & kata-kata.
3) Belajar menulis nama.
4) Belajar mengikat tali sepatu.

Menurut Soetjaningsih (1995) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
aktivitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif sebagaimana berikut ini :
1. Energi
Anak bermain sangat diperlukan ekstra energi. Anak yang sakit sangat kecil kemungkinannya
untuk mengikuti permainan.
2. Waktu
Untuk mengikuti terapi bermain anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain, karena
mengingat kondisi anak yang harus diperhatikan.
3. Ruangan
Untuk terapi bermain ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus untuk
bermain, yang terpenting anak bisa bermain di ruang keluarga, di halaman, bahkan di kamar
tidurnya.
4. Peralatan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf
perkembangannya.
5. Pengetahuan
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya atau diberi
tahu caranya oleh orang lain. Cara yang terakhir adalah yang terbaik karena anak tidak
terbatas pengetahuannya dalam menggunakan alat permainannya dan anak-anak akan
mendapat keuntungan lain lebih banyak.
6. Teman Bermain
Dalam bermain anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain, mendapat
keuntungan apakah itu saudaranya, pembantu, orang tuanya atau temannya. Karena kalau
anak bermain sendiri, maka ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya.
Sebaliknya kalau terlalu banyak bermain dengan orang lain, maka dapat mengakibatkan anak
tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan menemukan
kebutuhannya sendiri. Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orang tuanya, maka
hubungan orang tua dengan anak menjadi akrab dan ibu atau ayah akan segera mengetahui
setiap kelainan yang terjadi pada anak mereka sendiri.

Adapun fungsi dari bermain antara lain :


1. Perkembangan sensori motorik
Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan fisiknya :
Bayi dengan penglihatan, taktil dan rangsangan.
Todler (balita) dan pra sekolah melalui gerakan tubuh.
Kematangan dan maturitas akan membedakan perbedaan masing-masing usia.
2. Perkembangan kognitif / intelektual
Diperoleh dengan melakukan eksplorasi dan manipulasi benda sekitarnya baik dalam hal
warna, ukuran dan pentingnya benda tersebut. Contoh : bermain teka-teki.
3. Perkembangan social
Anak belajar berinteraksi denan orang lain.
Anak akan mempelajari peran dalam kelmpok.
Belajar memberi dan menerima.
Anak dapat belajar benar-salah.
Anak dapat mengenal moral dan tanggung jawab.
4. Perkembangan moral
Perkembangan moral dapat diperoleh dari permainan dan interaksi dengan orang lain.
Anak akan menyesuaikan aturan kelompok.
Anak bersikap jujur dengan kelompok.
5. Perkembangan kreativitas
Anak melakukan percobaan tentang ide.
Anak bermain melalui semua media.
Anak puas dengan kreativitas baru.
Minat terhadap lingkungan tinggi.
6. Perkembangan kesadaran sendiri.
Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahannya dan tingkah laku terhadap orang
lain.
7. Fungsi terapi.
Dapat mengekspresikan yang tidak enak, misalnya marah, takut, kesal dan lain-lain.
8. Perkembangan komunikasi
Bermain merupakan alat komunikasi pada anak.
Dapat menyatakan perasaannya secara verbal, menyusun gambar.

Untuk itu kegiatan bermain harus deprogram dengan baik di rumah sakit. Pada beberapa
negara maju, kegiatan bermain pada anak di rumah sakait dikoordinasi oleh nurse play specialist,
yaitu perawat yang mempunyai kompetensi khusus dalam melaksanakan program bermain, yang
bekerja sama secara kolaboratif dengan perawat dan dokter anak di ruang rawat. Ia yang
mempersiapkan program bermain sebagai terapi bagi anak yang akan menghadapi operasi, anak-
anak yang akan dilakukan prosedur diagnostic khusus, atau program bermain rutin sehari-hari
bagi anak di rumah sakit. Apabila tidak ada tenaga khusus yang dapat memprogram kegiatan
bermain pada anak di rumah sakit, perawat bertugas malaksanakannya.
Berikut ini adalah pedoman dalam penyusunan rancangan program bermain pada anak
yang dirawat di rumah sakit.
1. Tujuan bermain
Tetapkan tujuan bermain bagi anak sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan bermain
mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan tujuan yang harus ditetapkan
harus memperhatikan prinsip bermain bagi anak di rumah sakit, yaitu menekankan upaya
ekspresi sekaligus relaksasi dan distraksi perasaan takut, cemas, sedih, tagang, dan nyeri.
2. Proses kegiatan bermain
Uraikan kegiatan bermain yang dilakukan. Ingat bahwa perawat hanya sebagai fasilitator
dan kegiatan bermain harus dilakukan secara aktif oleh anak dan orang tuanya. Kegiatan
bermain yang dijalankan mengacu pada suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Apabila permainan akan dilakukan dalam kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas setiap
anggota kelompok dalam permainan dan kegiatan orang tua setiap anak.
3. Alat permainan yang diperlukan
Tetapkan jenis alat permainan yang digunakan. Ingat bahwa alat permainan tidak harus
baru dan bagus. Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang
rawat. Apabila anak akan diajak bermain melipat kertas, gunakan bahan yang murah dan
harga terjangkau. Yang penting adalah alat permainan yang digunakan harus
mengambarkan kreativitas perawat dan orang tua, serta dapat menjadi media untuk
eksplorasi perasaan anak.

E. KLIEN
1. Karakteristik / kriteria.
a. Klien dalam kondisi baik dan tidak beresiko.
b. Usia klien 1-2 tahun.

2. Proses Seleksi
a. Pengkajian oleh mahasiswa
b. Penggolongan berdasarkan usia.
c. Penyeleksian berdasarkan keadaan umum dan kemampuan melakukan aktivitas.
3. Jumlah Klien : 6 orang

F. PENGORGANISASIAN
1. Waktu
a. Hari / Tanggal : Kamis, 13 Maret 2010
b. Waktu : 10.00 - 10.30 WIB
c. Tempat : Ruang Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
2. Tim Terapi Kelompok
Setting : Peserta dan terapis di dalam suatu ruangan
K : Klien
L : Leader
C: Co Leader
O : Observer
M: Mainan
F : Fasilitator
3. Tim Terafis dan Perannya
a. Leader :
Uraian Tugas :
1) Menjelaskan tujuan pelaksanaan TAK.
2) Menjelaskan peraturan kegiatan TAK sebelum kegiatan dimulai.
3) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok.
4) Mampu memimpin TAK dengan baik.

b. Co Leader :
Uraian Tugas:
1) Menyampaikan Informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien.
2) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
3) Mengingatkan leader tentang waktu.

c. Fasilitator :
Uraian Tugas :
1) Memfasilitasi klien yang kurang aktif.
2) Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan berlangsung.
3) Mempertahankan kehadiran peserta.

d. Observer :
Uraian Tugas :
1) Mengobservasi jalannya / proses kegiatan.
2) Mencatat perilaku verbal dan nonverbal klien selama kegiatan berlangsung.

4. Metode dan Media.


1) Metode yang digunakan antara lain :
Komunikasi kepada ibu dan anak.
Bermain permainan menyusun gambar.
Mainan di letakkan di tengah-tengah kemudian klien di bebaskan memilih gambar
sesuai dengan keinginannya.
2) Media.
Alat yang dapat dipegang dengan tangan dan dapat disusun.
Musik.

G. PROSES PELAKSANAAN.
1. Persiapan.
a. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok.
c. Memberi kesempatan klien untuk memenuhi kebutuhan dasarnya ( BAB, BAK,
makan dan minum ).

2. Orientasi.
a. Salam Teraupetik.
" Assalammuallaikum Wr...Wb.... ( Selamat pagi Ibu-Ibu dan adik-adik semua ) "
b. Evaluasi / Validasi
" Bagaimana dengan kondisi anak-anaknya Bu...........semoga semakin membaik ya
Bu........... Baiklah mungkin selama anaknya dirawat di Rumah Sakit ini, anak-anak
Ibu tidak ada kesempatan untuk bermain, karena kondisi anak-anak Ibu yang sedang
sakit.
c. Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu memenuhi kebutuhan bermain saat anak
sakit.
" Ibu-Ibu, sekarang kita akan melakukan kegiatan bersama-sama dengan cara
mengajak anak-anak ibu bermain. Adapun tujuan kegiatan kita ini memenuhi
kebutuhan bermain anak walaupun dalam kondisi sakit, jadi walaupun sakit, ia
tidak kehilangan kesempatan untuk bermain, karena bermain itu penting
Ya.........Ibu............. yaitu untuk memenuhi tahapan perkembangan fisik maupun
mentalnya "
Menjelaskan aturan main
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada
terapis.
Lama kegiatan 20 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
" Ibu-Ibu permainan ini akan dilakukan selama 20 menit, kami
mengharapkan ibu-ibu dapat membantu anak-anak ibu masing-masing untuk
dapat mengikuti kegiatan ini dari awal hingga akhir, dan apabila mau
meninggalkan ruangan harus ijin terlebih dahulu. Didalam terapi bermain ini,
di tengah-tengah kita ada satu macam permainan dengan beraneka gambar,
anak-anak ibu boleh memilih gambar apa saja yang sesuai dengan keinginan
anak-anak ibu, jika anak ibu susah untuk bergerak, ibu tolong dekatkan anak
ke tempat mainan."

3. Tahap kerja
a. Fasilitator-fasilitator mengajak bermain anak-anak dengan cara menunjukan mainan
yang ada di tengah atau menggerak-gerakkan mainan tersebut hingga anak-anak
tertarik diiringi dengan lagu anak-anak.
b. Leader menjelaskan pentingnya bermain dengan menggenggam mainan untuk
melatih refleks dan motorik kasar maupun halus anak tersebut, fasilitator harus
bersabar. Perhatikan kemampuan dan minat anak setelah anak-anak memilih mainan
masing-masing fasilitator dan observer harus mengawasi tingkah-laku dan pola anak-
anak dalam bermain.
c. Janganlah orang tua atau fasilitator menuntut anak di luar kemampuannya.
d. Hentikan permainan bila si anak tidak ingin bermain.

4. Feed Back/timbal balik


Dalam pelaksanaan terapis diharapkan setelah mengikuti terapi bermain, anak tidak
merasa bosan selama di Rumah Sakit. Diharapkan kepada keluarga bahwa walaupun
sakit, kebutuhan bermain untuk anak tetap dipenuhi, karena selama sakit khususnya jika
anak di rawat di RS, anak akan berhadapan dengan sebuah lingkungan yang asing yang
belum dikenal, sehingga anak menjadi takut dan bosan serta masih banyak lagi dampak
dari hospitalisasi yang akan dirasakan oleh anak.

H. KESIMPULAN
Setelah dilakukan terapi bermain tadi anak-anak kelihatan senang dan Ibu-ibunya
juga mengatakan senang sekali dengan adanya terapi bermain ini. Sehingga kelompok kami
menganjurkan kepada Ibu semua untuk tidak melarang anak-anaknya untuk bermain,
walaupun kondisi anak sedang sakit, karena bermain merupakan salah satu kebutuhan yang
harus dipenuhi bagi anak-anak. Jadi terapi bermain ini tidak hanya dilakukan di Rumah
Sakit saja, tetapi dapat dilakukan dirumah maupun diluar rumah.
Tetapi didalam proses permainan tadi ada 2 orang anak yaitu yang berumur 1,5
tahun dan 2 tahun tidak dapat mengikuti kegiatan bermain sampai selesai, karena anak
tersebut sedang diperiksakan ke dokter. Sedangkan yang lainnya dapat mengikuti kegiatan
bermain sampai selesai.
Daftar Pustaka

Soetjiningsih, 1988, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.


Markum.A.H, 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta
Supartini, Yeni. S.Kp,MSc.2004.Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai