Anda di halaman 1dari 5

Latar Belakang

Gangguan akibat kurang yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena
tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
cukup lama. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah
gizi utama tumbuh kembang anak. Pada tahun 2003 lebih dari 1,9 miliar individu di seluruh
dunia diperkirakan mengalami kekurangan yodium, dengan 285 juta di antaranya merupakan
anak usia sekolah. World Health Organization (WHO) melaporkan sejumlah 54 negara
memiliki populasi dengan kekurangan yodium. Salah satunya adalah Indonesia, yang
dikategorikan sebagai daerah kekurangan yodium ringan.

Survey nasional GAKY pada tahun yang sama menunjukkan 11,1% anak usia sekolah
mengalami kekurangan yodium berdasarkan nilai Total Goitre Rate (TGR). Pemetaan GAKY
di Jawa tengah pada tahun 2004 menunjukkan sekitar 15,6 juta penduduk Jawa Tengah
tinggal di daerah kekurangan yodium. Berdasarkan pemetaan tersebut, Kabupaten Wonosobo
termasuk daerah endemis sedang dengan TGR mencapai 25,49%. GAKY dapat
diidentifikasikan dengan adanya gondok/goiter, kretin, tingginya angka kematian bayi dan
menurunnya tingkat kecerdasan (IQ).

Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian GAKY adalah asupan yodium, tingkat
pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, cara perlakuan garam yodium seperti penyimpanan dan
pengolahan serta faktor lingkungan yaitu daerah dataran tinggi. Pengetahuan tentang gizi
dapat menentukan dalam pemilihan makanan, apabila pengetahuan seseorang rendah maka
akan menyebabkan pemilihan makanan yang salah. Bertambahnya pengetahuan mengenai
gizi, maka seseorang akan berkemampuan untuk menerapkan informasi yang telah
didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari (Wardani, 2009).

Cara penambahan garam pada saat memasak juga akan mempengaruhi jumlah yodium pada
suatu masakan. Kehilangan yodium pada saat proses pemasakan dapat dikurangi. Cahyadi
(2006), menyatakan bahwa dengan tiga cara perlakuan penambahan garam beryodium ke
dalam sediaan makanan yaitu sebelum pemasakan, pada saat pemasakan dan pada saat siap
disajikan, menunjukkan hasil persentase penurunan yodat tertinggi dengan cara penambahan
sebelum pemasakan yakni sebesar 68,20%-61,90% dan yang terkecil dengan cara
penambahannya saat akan disajikan yaitu 19,5%.
Kekurangan yodium memberikan beragam manifestasi klinis pada berbagai usia. Kekurangan
yodium selama kehamilan dapat berpengaruh terhadap perkembangan otak janin dengan
manifestasi klinis kretin endemis yang merupakan derajat berat kerusakan otak. Prevalensi
kretin endemis yang berkisar 1-10% digambarkan sebagai puncak fenomena gunung es dari
kerusakan otak akibat kekurangan yodium. Manifestasi subklinis seperti gangguan otak
minimal dengan prevalensi hingga 30% seringkali dianggap normal di populasi non
kretin.Gangguan otak minimal diantaranya meliputi gangguan kognitif dengan tanda
penurunan Intelligence Quoteint (IQ) pada anak.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis bermaksud unuk mengkaji tentang masalah
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) secara umum dengan tujuan agar dapat
Daftar pustaka

Wardani, Setyawati Ika. 2015. Hubungan Pengetahuan Dan Pengelolaan Garam Dengan
Ekskresi Yodium Urin Ibu Hamil Di Puskesmas Musuk 1 Kecamatan Musuk Kabupaten
Boyolali. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

http://eprints.undip.ac.id/46166/2/A.A._Gede_Suprihatin_Suputra_22010111120007_Lap.KT
I_Bab1.pdf

http://journal.respati.ac.id/index.php/medika/article/viewFile/281/224

Klasifikasi GAKY

GAKY I dapat diklasifikasikan dalam beberapa grade sebagaiberikut (Forum Sarjana


Kesehatan Masyarakat, 2008):

a. Grade 0 : Normal
Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadahmaksimal, dan dengan
palpasi tidak teraba.
b. Grade IA
Kelenjar Gondok tidak terlihat, baik datar maupun penderitatengadah maksimal, dan
palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhiribu jari penderita.
c. Grade IB
Kelenjar Gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapiterlihat dengan tengadah
maksimal dan dengan palpasi teraba lebihbesar dari Grade IA.
d. Grade IIKelenjar Gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi datardan dengan
palpasi teraba lebih besar dari Grade IB.
e. Grade IIIKelenjar Gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak 6meter atau lebih.

Pencegahan dan penanggulangan GAKY

Mengingat masalah Gaky terutama disebabkan karena lingkungan yang miskin sumber
yodium, maka upaya penanggulangan ditekankan pada suplementasi yodium baik secara oral,
melalui garam beryodium maupun secara parentral melalui preparat yodium dosis tinggi
(Kresnawan, 1993). Kegiatan Gaky yang dilaksanakan antara lain meliputi :

a. Upaya Jangka Pendek


Pemberian kapsul minyak beryodium kepada penduduk wanita umur 0 35 tahun, pria 0 20
tahun sesuai dengan dosis yang telah ditentukan, pemberian ini terutama kepada penduduk di
daerah endemik berat dan sedang.

b. Upaya Jangka Panjang

Iodisasi garam merupakan kegiatan penanggulangan Gaky jangka panjang. Program untuk
meyodisasi garam konsumsi dimulai tahun 1975, dan pelaksanaan program mulai tahun 1980
dikelola oleh perindustrian. Tujuan dari program ini adalah semua garam yang dikonsumsi
oleh masyarakat baik yang menderita maupun yang tidak dan garam beryodium tersedia
diseluruh wilayah Indonesia. (Departemen Perindustrian, 1983).

Selain dengan upaya pencegahan yang telah dijelaskan diatas, pencegahan masalah
GAKY juga dapat dilakukan dengan makan makanan yang kaya akan kandungan yodium
alami seperti ikan, makanan laut dan ganggang laut serta tanaman yang tumbuh di daerah
dengan tanah yang mengandung yodium, garam beryodium dan suplemen yang
mengandung yodium. Pemerintah Indonesia merekomendasikan agar semua wanita usia
subur (WUS) didaerah yang kekurangan iodium harus menerima suplemen iodium setiap 6
bulan dari puskesmas. Anak-anak dan wanita hamil harus datang kepuskesmas
secara rutin untuk memantau pertumbuhan (dan perkembangan). Berbagai cara yang
telah ditempuh untuk menyampaikan unsur iodium ini pada penduduk yang
membutuhkannya, misalnya dalam bentuk pil, dimasukkan dalam coklat untuk anak
sekolah, dalam air minum, dimasukkan dalam roti, dan dalam garam beryodium
serta suntikan minyak yang mengandung iodium.

Di Indonesia digunakan garam beryodium dengan kadar yodium 50 ppm. Dengan


demikian jumlah ini sudah mencukupi untuk pengobatan maupun pencegahan. Cara ini
merupakan cara terpilih dan menjadi cara pencegahan jangka panjang bagi Indonesia.
Meskipun secara teoritis cara ini sangat baik, tetapi dalam pelaksaannya ternyata banyak
hambatan,antara lain harga yang agak lebih tinggi, penyebaran yang harus kontinu, letak
geografis daerah yang sulit dijangkau, pengetahuan masyarakat tentang jenis garam
yang mengandung iodium dan pengetahuan masyarakat tentang kadar iodium yang
dibutuhkan dan kandungan iodium dalam garam dapur sehari-hari. Ada beberapa pendapat
yang salah dan kenyataan yang berbeda. Pendapat yang salah, misalnya, garam beryodium
dapat mengobati GAKY seperti kretin, namun kenyataan GAKY tidak dapat diobati kecuali
hanya dicegah. Juga pendapat yang salah, bahwa mengkonsumsi yodium sangat berbahaya,
kenyataannya mengkonsumsi yodium, melalui garam beryodium dalam jangka lama
tidak berbahaya. Pemecahan masalah sebenarnya sangat sederhana, berikan satu sendok
yodium pada setiap orang yang membutuhkan, dan terus menerus. Karena yodium tidak dapat
disimpan oleh tubuh dalam waktu lama, dan hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit sehingga
harus berlangsung terus menerus.Pada daerah kekurangan yodium endemik akibat tanah dan
hasil panen serta rumput untuk makanan ternak tidak cukup kandungan yodiumnya
untuk dikonsumsi oleh penduduk setempat, maka suplementasi dan fortifikasi yodium yang
diberikan terus menerus sangat tinggi angka keberhasilannya. Yang paling sering digunakan
untuk melawan GAKY adalah program garam beryodium dan suplementasi minyak
beryodium. Pilihan pertama tentunya dengan garam beryodium karena biayanya sangat
murah, dan teknologinya mudah. Untuk suplementasi minyak beryodium, keuntungannya
praktis, sebaiknya hanya untuk intervensi pada populasi yang berisiko, walaupun mudah
pemakaiannya, namun memerlukan teknologi yang lebih rumit.

Penyuluhan kesehatan secara berkala pada masyarakat perlu dilakukan.


Demikian juga perlu diberikan penjelasan pada pembuat keputusan, dan tentunya
juga diberikan tambahan pengetahuan kepada tenaga kesehatan. Selanjutnya yang penting
juga adalah penelitian tentang GAKY dengan pendekatan multidisiplin, baik klinis,
eksperimental maupun epidemiologi, untuk menemukan cara yang terjamin dan mudah
penerapannya. Penanggulangan defisiensi yodium telah dilakukan selama lebih dari 85 tahun
yang lalu. Dimulai di Switzerland pada tahun 1921 dan di AS pada tahun 1924, hampir
semua industri garam nasional diperintahkan untuk menambahkan yodium. Di India
efektifitas program garam beryodium didemonstrasikan pada tahun 1950 pada studi
Landmark oleh Vulimiri Ramalinyaswami (Peter Adamson, 2004). Ketika penanggulangan
garam beryodium mulai diterima pada tahun 1980 agensi Internasional seperti
UNICEF mulai menekankan pemakaian garam beryodium disemua rumah tangga di
seluruh dunia (Peter Adamson, 2004). Penanggulangan masalah GAKY dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Beberapa cara yang telah dilakukan antara lain, fortifikasi yodium pada
garam, fortifikasai pada air minum, suplemen yodium pada hewan, suntikan minyak iodium
dan suplementasi kapsul yodium. Penggunaan masing-masing metode sangat tergantung dari
tingkat masalah yang ada. Pada daerah dengan masalah GAKY ringan, iodisasi
garam dan perbaikan ekonomi sudah mencukupi. Sementara itu, pada wilayah
dengan masalah GAKY berat maka harus dilakukan suplementasi kapsul yodium
(Depertemen gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007).

Anda mungkin juga menyukai