Anda di halaman 1dari 72

BAB II HASIL PKL

1.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PKL

1.1.1 Sejarah RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Rumah Sakit dokter Saiful Anwar adalah Rumah Sakit Umum Daerah yang
berada di Jalan Jaksa Aagung Suprapto Nomor 2 Kota Malang. Dalam
perkembangannya, hingga hari ini, rumah sakit tersebut ternyata meretas
perjalanan sejarah panjang, termasuk menjadi saksi pendudukan penjajah Belanda
dan Jepang.

Secara struktural, rumah sakit ini dipimpin oleh seorang Direktur, yang
membawahi empat orang Wakil Direktur, tujuh orang Bidang dengan 14 seksi dan
tiga Bagian dengan sembilan Sub Bagian. Ada pula organisasi non-struktural yang
terdiri dari 24 organisasi Staf Medis Fungsional dan 21 Instalasi. Di samping itu
terdapat beberapa Komite yang membantu tugas-tugas Direktur.

Rumah sakit kelas A ini sebelum Perang Dunia ke-II sempat menjadi rumah
sakit militer milik KNIL (Koninklijke Nederlandsch-Indische Leger). Pada waktu
itu RSSA masih bernama Rumah Sakit Celaket.Ketika Jepang menjajah
Indonesia, rumah sakit ini tak mengalami perubahan fungsi. RSSA tetap
difungsikan sebagai rumah sakit militer untuk tentara Jepang yang menjadi korban
perang.

Sementara itu, pada saat perang kemerdekaan Republik Indonesia, Rumah


Sakit Celaket dipakai sebagai rumah sakit tentara. Sedangkan untuk pasien umum,
akan dilayani di Rumah Sakit Sukun yang ada di bawah wewenang Kotapraja
Malang pada saat itu. Namun pada tahun 1947, ketika terjadi clash II, sesuai
dengan kepentingan strategi militer, Rumah Sakit Sukun diambil alih oleh tentara
pendudukan dan dijadikan rumah sakit militer, karena keadaan bangunannya yang
lebih baik dan lebih muda. Sementara itu, Rumah Sakit Celaket dijadikan rumah
sakit umum, hingga sekarang ini.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 51/Menkes/SK/II/1979 tanggal 22


Pebruari 1979, menetapkan RSU Dr.Saiful Anwar sebagai rumah sakit rujukan.
Pada 12 Nopember 1979, Rumah Sakit Celaket ini diresmikan sebagai Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Saiful Anwar melalui Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI No.001/0/1974 oleh Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Jawa Timur.

Pada bulan April 2007, RSU dr. Saiful Anwar ditetapkan sebagai rumah sakit
kelas A, melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.673/MENKES/SK/VI/2007. Pada tanggal 30 Desember 2008 ditetapkan
sebagai Badan Layanan Umum dengan Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Timur
No.188/439/KPTS/013/2008.

Rumah Sakit dr. Saiful Anwar masih beroperasi hingga kini di bawah kendali
langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Karena statusnya tersebut, rumah sakit
yang saat ini menjadi yang terbesar di Malang Raya itu tak pernah hentinya
menampung pasien dari berbagai daerah.

1.1.2 VISI DAN MISI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

1) VISI RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG


menjadi rumah sakit berstandar kelas dunia pilihan masyarakat
2) Misi RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
mewujudkan kualitas pelayanan paripurna yang prima dengan
mengutamakan keselamatan pasien dan berfokus pada kepuasan pelanggan
mewujudkan penyelenggaraan pendidikn dan penelitian kesehatan berkelas
dunia
mewujudkan tata kelola rumah sakit yang profesional akuntable dan
transparan
3) MOTTO RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
kepuasan dan keselamatan pasien adalah tujuan kami
4) NILAI DASAR RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Nilai dasar pada rumah sakit RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
diambil dari huruf singkatan dari RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
yaitu RSSA yang berisikan sebagai berikut :
R (Respect)
Pelayanan kepada masyarakat yang diberikan dengan iklas dengan tanpa
membedakan status sosial

S (Safety)
Pelayanan harus menjamin keselamatan bagi pasien dan keluarganya serta
petugas dan masyarakat
S (Sinergy)
Yaitu sistem kerja lintas fungsi dan secara tim menjadi pijakan utama dalam
bekerja
A (Accountable)
Sebagai institusi publik, pelayanan yang diberikan harus transparan dan dapat
dipertanggung jawabkan kepada pelanggan dan pihak pihak yang
berkepentingan.
1.2 DESKRIPSI HASIL PKL

1.2.1 MANAJEMEN UNIT KERJA REKAM MEDIS DI RSUD Dr.


SAIFUL ANWAR

Manajemen unit kerja rekam medis adalah suatu manajemen dalam proses
rekam medis, proses pencatatan & penyelenggara rekam medis mulai pintu masuk
pasien mendaftar di rumah sakit hingga pasien sudah sembuh / pulang dari rumah
sakit.

DEFINISI MANAJEMEN

Adalah seni menyelesaikan segala sesuatu melalui orang lain. Komponen


dasar : keefektifan fungsi sumber daya tujuan.

KEEFEKTIFAN
Keefektifan dalam mengolah sumber daya untuk mencapai tujuan meliputi :
produktivitas penilaian hasil kerja, efisiensi dan lain lain.

1.2.1.1 PERENCANAAN SDM UNIT KERJA

Dalam upaya mempersiapkan tenaga rekam medis yang handal kiranya


melakukan kegiatan menyediakan, mempertahankan sumber daya manusia yang
tepat bagi organisasi.
Atas dasar tersebut adanya perencanaan SDM, yaitu proses mengantispasi dan
menyiapkan perputaran orang ke dalam, di dalam ke luar organisasi.
Tujuannya adalah mendayagunakan sumber sumber tersebut seefektif
mungkin sehingga pada waktu yang tepat dapat disediakan sejumlah orang yang
sesuai dengan persyaratan jabatan..
Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan
suatu organisasi dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan
kontribusi.
Table kualifikasi SDM Seksi Rekam medis RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

N Nama Jabatan Tenaga Kualifikasi Uraian Kegiatan


o yg
Dibutu
hkan
1 Pengadministrasi 1 D3/S1 Agenda surat masuk
an umum administrasi keluar
Mampu Pengetikan surat
computer menyurat
Mampu/menge Penulisan SP
tahui teknik surat barang dan gula
menyurat
2 Caraka 1 SLTP/SLTA Kurir
Kuat fisik Membuat air minum
Higinies
Pembersihan
ruangan
Pengambilan barang
digudang

3 Penerimaan 1 SLTA/D3 Menerima dokumen


setoran dokumen Rekam medis RM
RM Teliti Mengecek
kesesuaian setoran
Melakukan entry
kelengkapan RM di
computer LANRM
4 pengassemblinga 3 SLTA/SLTP Menata urutan
n Teliti lembar
Telaten Merapikan
penyusunan
dokumen RM
Penempelan stiker
5 pengkoding 4 Paramedic/D3 Cek kodefikasi
RMIK Kodefikasi ICD 10
Mampu Kodefikasi ICD 9
membaca cm dan ICOPIM
diagnosis Kodefikasi sebab
Mampu mati
kodefikasi Pembuatan data
umpan balik
keterisian ICD 10
6 Pengentryan 3 D3 RMIK Melakukan entry
kelengkapan Mampu kelengkapan RM di
lembar RM computer computer LAN RM
Teliti
7 Pengentryan 3 D3 RMIK Entry data medic
akhir data medic Mampu morbiditas
rawat inap membaca Entry data medic
diagnosis mortalitas
Teliti Entry data kelahiran
tekun bayi
Entry data operasi
8 Filling dan 3 SLTA/D3 Memilah
retrival dokumen RMIK Menyimpan
rekam medis Kuat fisik dokumen
rawat inap Laki laki Mengembalikan
Usia max 40 th dokumen yang telah
Teliti digunakan ke tempat
Disiplin semula

Rajin Mencari dokumen

Sehat jasmani untuk penelitian, her


opname, asuransi,
dll
Evaluasi kebenaran
letak status
Melakukan retensi
RM in aktif
Melakukan
pemusnahan RM in
aktif yang sudah
benar benar tidak
aktif

9 Pelaksana sensus 1 D3 RMIK Cleaning data sensus


harian rawat inap Mampu harian
computer Cross check sensus
Menguasai harian
teknik sensus Rekapitulasi sensus
harian harian akhir bulan
Menguasai Rekapitulasi data
pengolahan lama dirawat
data Rekapitulasi /
Teliti laporan data
Tekun kegiatan RS
Rajin
10 Pelaksana 1 D3 RMIK Mengurus
pelayanan data Komunikatif administrasi
penelitian dan Teliti pelayanan
pengendalian Rajin Mengkonfirmasi
dokumen penyiapan data
medic peneliti
Mengkoordinir
penyiapan dokumen
rekam medis untuk
penelitian
Mengatur jadwal
penelitian rekam
medis
Mengendali
dokumen RM yang
di pakai
penelitian/keluar
Membuat penagihan
dokumen yang
belum dikirim
Meneliti dan
membuat kitir
pengambilan
dokumen RM yang
diisi discharge
summarynya tak
lengkap

11 Pelayanan data 4 D3 RMIK Mengadministrasika
medic untuk Mampu n/agenda/buku
asuransi & VR mengetik dan kendali
,membaca Pencarian dan
diagnose 2 penyiapan dokumen
orang, energik RM ke lapangan
& sehat Pembuatan konsep
Rajin pengetikan
Disiplin meminta tanda
tangan dokter (ke
lapangan)
meminta stempel &
nomor surat keluar
ke sub bag TU
membuat pengajuan
data pelayanan ke
sub bag MD
(asuransi &
penelitian)
mencari status rawat
inap untuk asuransi /
VR yang belum
disetor ke RM
12 Pengevaluasian 2 D3 RMIK/S1 Pembuatan umpan
RM dan (SM) balik kelengkapan &
pengolahan data Mampu kecepatan
medik computer penyetoran
Mampu dokumen RM
mengolah data Pengolahan data
Teliti indicator kecepatan
Rajin dan kelengkapan
Tekun RM
Pembuatan data
umpan balik
kebenaran ICD 10
Pengolahan data
medic sesuai
kebutuhan incidental
Menyediakan data
daftar RM yang
akan dihapus
Membantu
melakukan entry
data akhir rekam
medic rawat inap
13 Petugas 1 D3 RMIK Mencari data
penyiapan data Energik mortalitas di IKF,
mortalitas dan Disiplin kaber, IGD
sebab kematian Teliti Mencari dokumen
RM pasien mati ke
lapangan
Mengentry data
sebab mati kedalam
computer
14 Pengumpulan 1 SLTA/D3 Print out data LIUP
data LIUP komputer Penyiapan data
Mampu LIUP
computer Back up identitas
Teliti social dalam CD
Disiplin Penyimpanan CD
Membantu
melakukan entry
akhir rekam medis
rawat inap
15 Pembinaan teknis 2 D3 ARM Pembinaan teknis
RM ke IRNA
Pembinaan teknis
RM ke IRJ & IGD
Jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah 30 orang

1) Seksi rekam medis

N Nama jabatan Tenaga kualifikasi Uraian kegiatan


o yang
dibutuh
kan
1 Pelaksana 9 D3 RMIK Menata blanko
penyiapan rekam medis
dokumen rekam Menyiapkan
medic rawat dokumen rekam
jalan medic
Menulis nama,
nomor rekam medis
pada setiap lembar
rekam medis
berdasarkan kartu
berobat atau lembar
print out identitas
social pasien
Menata dokumen
rekam medis pasien
baru yang telah
disiapkan kedalam
rak sortir ke
poliklinik
Menulis identitas
social pada tracer
untuk menyiapkan
rekam medis pasien
lama
2 Pelaksana 6 Minimal Mengantar dokumen
pendistribusian SLTA rekam medis yang
dokumen rekam telah di pilah di rak
medis pasien sortir ke masing
rawat jalan ke masing poliklinik
poliklinik Mengambil
dokumen rekam
medis dari poliklinik
setelah selesai
dipakai pelayanan
pasien untuk dibawa
kembali ke rekam
medic rawat jalan
3 Pelaksana 6 D3 RMIK Melaksanakan entry
pendaftaran data identitas social
pasien rawat pasien
jalan (baru, lama, Mengalosasikan
masalah) nomor rekam medis
pasien baru
Entry data
kunjungan baru &
kunjungan ulang
Retrieval data
identitas social bagi
pasien yang tidak
membawa kartu
berobat
Melakukan print out
identitas social
pasien
Print out kartu
berobat pasien baru
4 Pelaksanaan 1 D3 RMIK Mendata kecepatan
pembuatan DRM pasien IRJ
laporan SPM mulai pada saat
rawat jalan pasien mendaftar s/d
DRM selesai
dilayani (respontime
pelayanan DRM di
rekam medis rawat
jalan )
5 Pelaksanaan 11 D3 RMIK Mencari dokumen
filling dan rekam medis pada
retrieval rak filling untuk
dokumen rekam keperluan
medis rawat kunjungan ulang,
jalan her opname,
penelitian,
permintaan data
medic, VER
Memberi tracer pada
tempat dokumen
rekam medis yang
keluar
Menyimoan dan
menata dokumen
rekam medis yang
telah selesai
digunakan dan
selesai di entry oleh
pelaksana entry data
medic sesuai dengan
system penataan
yang ditetapkan (
dokumen rekam
medis rawat inap
dengan terminal
digit filling system),
dokumen rekam
medis rawat jalan
dengan nomor urut /
straight numerical
filling system
Mengevaluasi secara
isidential kesesuaian
penempelan stiker
agar tidak salah
letak penempatan
Mengevaluasi secara
random / acak dan
isidential kesesuaian
letak penyimpanan
agar mudah
melakukan
pencarian bila
diperlukan
6 Coordinator 1 Minimal D3 Mengkoordinasikan
rekam medis RMIK pelaksanaan
rawat jalan pendaftaran pasien
rawat jalan
Mengkoordinasikan
penditribusian
dokumen rekam
medis ke poliklinik
Mengkoordinasikan
kegiatan filling
BRM rawat jalan
Mengkoordinasikan
petugas entry data
akhir pasien rawat
jalan
Mengevaluasi
kebenaran dan
kelengkapan data
social pasien rawat
jalan
Jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah 33 orang
1.2.1.2 PENGORGANISASIAN UNIT REKAM MEDIS

Pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokan


orang orang, alat alat, tugas tugas, serta wewenang dan tanggung
jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

1) STRUKTUR RUMAH SAKIT


2) PROFIL STRUKTURAL RSUD Dr. SAIFUL ANWAR
3) STRUKTUR REKAM MEDIS
KOORDINATOR RM KA.SIE REKAM MEDIK PELAKSANA ADMINISTRASI
RAWAT JALAN DAN & KE TATA USAHAAN
RAWAT DARURAT KOORDINATOR RM RAWAT
PELAKSANA INAP DAN INSTALASI
PENCATATAN DATA PENUNJANG
PELAKSANA PELAKSANA ENTRY
PELAYANAN ( ENTRY ASSEMBLING DRM DATA IRNA, INDEXING
DATA AKHIR) DI IGD RAWAT INAP DAN ASSEMBLING

PELAKSANA FILLING PELAKSANA FILLING PELAKSANA SENSUS


RM RAWAT JALAN RM PENUNJANG HARIAN

PELAKSANA PELAKSANA PENERIMA,


PELAKSANA
PENGOLAHAN PKRS PENGECEKAN, DAN
DISTRIBUSI DOKUMEN
ENTRY KELENGKAPAN
RM IRJ DAN IGD
DRM RAWAT INAP
PELAKSANA
PENGOLAHAN
DATA STATISTIK PELAKSANA FILLING
DAN ANALJSA RAWAT INAP
PELAKSANA
PENDAFTARAN
RAWAT DARURAT
PELAKSANA PELAKSANA
PENDAFTARAN PENYEDIAAN LOGISTIK
PELAKSANA
PENDAFTARAN PASIEN RAWAT
RAWAT JALAN INAP PELAKSANA
PENGETIKAN DAN
PELAKSANA
ADMINISTRASI
PELAKSANA PELAYANAN DATA
PELAYANAN
PENDAFTARAN MEDIK UNTUK
PEMBUATAN DATA
PASIEN BERMASALAH KASUS ASURANI
MEDIK UNTUK VISUM
IRJ DAN VER
ET REPERTUM DAN
ASURANSI

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAYANAN


PENYIAPAN KODEFIKASI DATA PENELITIAN,
DOKUMEN RM PENDIDIKAN DAN
PASIEN BARU IRJ ASURANSI

PELAKSANA
PENCATATAN DATA PELAKSANA
PELAKSANA
PELAYANAN ( ENTRY PEMPROSESAN DATA
PENGOLAHAN
DATA AKHIR) DI IRJ MEDIK UNTUK
DATA MORTALITAS
VER/ASURANSI
4) REKAPITULASI JUMLAH BEBAN KERJA JABATAN

No Nama Jabatan Jumlah Beban Kerja Jabatan (Volume kerja x


Norma waktu)
RAWAT
JALAN
1 Register pasien Kunjungan baru :
= 200 pasien x 1 menit
= 200 menit
Kunjungan lama :
= 1100 pasien x 1 menit
= 1100 menit
Jumlah beban kerja :
= (200 + 1 menit) x 235 hari
= 305.000 menit
2 Penyimpanan Penulisan BRM baru :
berkas = 200 x 1 menit
= 200 menit
Pengarsipan BRM IRD
= 70 x 1 menit
= 70 menit
Penulisan TRACER baru
= 1100 x 1 menit
= 1100 menit
Check list setoran dari IRNA
= 60 x 1 menit
= 60 menit
Check list setoran dari THT, MATA, OBG
= 400 x 1 menit
= 400 menit
Jumlah beban kerja :
= (200 + 70 + 1100 + 1100 + 60 + 400) x 350
hari
= 2930 x 235 hari
= 688.550 menit
3 Filling Retrieval BRM
= 1100 x 1 menit
= 1100 menit
Penyimpanan BRM kembali ke rak
= 1300 x 1 menit
= 1300 menit
Menyortir BRM sebelum kembali ke rak
= 1300 x 1 menit
= 1300 menit
Jumlah beban kerja :
(1100 + 1300 + 1300) x 235 hari
= 3700 x 235 hari
= 869.500 menit
4 Distribusi Menyortir BRM berdasarkan poli tujuan
= 1300 x 1 menit
= 1300 menit
Penditribusian sesuai poli tujuan
= 26 x 10 menit
= 260 menit
Mengambil BRM yang selesai di gunakan di
poliklinik
= 26 x 10 menit
= 260 menit
Mengambil status salah kirim
= 15 x 5 menit
= 75 menit
Jumlah beban kerja :
= (1300 + 260 + 260 + 75) x 235 hari
= 1895 x 235 hari
= 445.325 menit
5 Rekam medis Layanan informasi
bermasalah = 125 x 1 menit
= 125 menit
Stampel + entry konsul
= 150 x 1 menit
= 150 menit
Entry akhir khusus poli bedah
= 200 x 1 menit
= 200 menit
Registrasi pasien GCU dan VCT
= 50 x 1 menit
= 50 menit
Jumlah beban kerja :
= (125 + 150 + 200 + 50) x 235 hari
= 525 x 235 hari
= 123.375 menit
RAWAT INAP
1 Entry data awal = 156 DRM x 6 hari
DRM = 936 menit / hari x 6 menit
= 219.960 menit / tahun
2 Assembling Assembling DRM
dan penerimaan = 156 DRM x 6 menit
DRM dari = 936 menit/hari
ruangan Pemberian stiker DRM
= 156 DRM x 2 menit
= 312 menit/hari
Jumlah beban kerja :
(120 + 936 + 312) x 235 hari
= 321.480 menit/hari
3 Kodefikasi = 300 DRM x 5 menit
= 1500 menit/hari x 235 hari
= 352.500 menit/hari
4 Entry data = 156 DRM x 4 menit
= 624 menit/hari x 235 hari
= 146.640 menit/hari
5 Filling Memasukkan DRM
= 250 DRM x 3 menit
= 750 menit/hari
Retrieval DRM
= 150 DRM x 3 menit
= 450 menit/hari
Retrieval DRM
= 75.000 DRM x 3 menit
= 225.000 menit/tahun
Jumlah beban kerja :
= ((750 + 450) x 235 hari) + 225.000
= 226.200
6 Asuransi / Pelayanan asuransi dan VER
visum et = 10 orang x 10 menit
repertum = 100 menit/hari
Pencarian DRM RI dan RJ
= 10 DRM x 20 menit
= 200 menit/hari
Pengembalian DRM RI dan RJ
= 10 DRM x 15 menit
= 100 menit/hari
Membuat konsep VER
= 5 DRM x 15 menit
= 75 menit/hari
Mengetik form VER
= 5 DRM x 15 menit
= 75 menit/hari
Mengisi form asuransi
= 10 DRM x 15 menit
= 150 menit/hari
Mencari TTD dan pengisian untuk VER dan
asuransi
= 10 DRM x 60 menit
= 600 menit/hari
Penjaminan DRM RI dari ruangan
= 5 DRM x 30 menit
= 150 menit/hari
Pengembalian DRM RI dari ruangan
= 5 DRM x 30 menit
= 150 menit/hari
Jumlah beban kerja :
= (100+200+100+75+75+50+600+150+150) x
235 hari
= 1500 x 235 hari
= 325.500 hari/tahunan
7 Penelitian Penyediaan data medic
= 2 x 30 menit
= 60 menit/hari
Pengembalian DRM RI dan RJ
= 32 x 10 menit
= 320 menit/hari
Jumlah beban kerja :
= (60 + 320) x 235 hari
= 89.300 menit/hari
8 Sensus harian Croos check pasien di ruangan
= 32 ruangan x 5 menit
= 160 menit/hari
Entry data sensus harian di computer
= 32 ruangan x 3 menit
= 96 menit/hari

Umpan balik pasien baru dan mutasi


= 32 ruangan x 6 menit
= 192 menit/hari
Laporan data kegiatan RS
= 180 menit/bulan
Membuat dan menggandakan form sensus
harian
= 60 hari/bulan
Membuat laporan pasien meninggal < 12 bulan
= 20 pasien x 2 menit
= 40 menit/bulan
Jumlah beban kerja :
=((160+96+192) x 235 hari) + ((180+60+40) x
12 bulan)
= 105.280 + 3360
= 108.640 menit/hari
9 Klaim JKN Kodefikasi DRM RJ
= 1000 BRM x 6 detik
= 6000 detik
= 100 menit/hari
Distribusi DRM RI dan RJ
= 4 kunjungan x 20 menit
= 80 menit/bulan
Koreksi berkas yang dikembalikan oleh JKN
= 500 DRM x 1 menit
= 500 menit/bulan
Retrieval DRM RI untuk JKN khusus SL3
= 40 menit x 1 menit
= 40 menit/bulan
Kodefikasi diagnose + tindakan JKN DRM RI
= 150 BRM x 3 menit
= 450 menit/hari
Verifikasi akhir DRM RI JKN sebelum di
entry
= 150 x 1 menit
= 150 menit/hari
Koreksi berkas JKN yang dikembalikan
verifikator BPJS
= 25 berkas x 2 menit
= 50 menit/bulan

Melengkapi DRM untuk persyaratan klaim RI


= 250 BRM x 100 detik
= 25000 detik = 416 menit/hari
Jumlah beban kerja :
((100+416+80+450+416) x 235 hari +
((1500+40+50) x 12 bulan
= 378.820 + 7080
= 385.900 menit/tahun
10 Tata usaha Agenda surat masuk dan keluar
= 15 surat x 3 menit
= 45 menit/hari
Pengetikan surat menyurat seksi rekam medis
= 15 surat x 3 menit
= 45 menit
Penulisan surat permintaan barang dan gula
= 5 menit/bulan
Pengambilan barang untuk seksi rekam medis
= 90 menit/bulan
Membuat daftar uang lembur
= 180 menit
Membuat daftar uang makan
= 240 menit/bulan
Membuat daftar gaji
= 30 menit/bulan
Membuat absensi
= 90 menit/bulan
Mengirim surat ke bidang atau ke instalasi
yang lain
= 129 menit/instalasi lain
Mengetik surat keterangan ke VER
= 10 BRM x 5 menit
= 150 menit/hari
Membuat jadwal petugas TPP RI
= 30 menit/bulan
Tugas incidental
= 3 surat x 30 menit
= 90 menit/hari
Mengetikan surat SPPD
= 60 menit/hari

Jumlah beban kerja :


((45+45+120+50+60) x 235 hari ) +
((5+90+180+250+30+90+120+30+30) x 12
bulan)
= 75200 + 9780
= 84100 menit/tahun
11 Tempat Pendaftaran rawat inap
pendaftaran = 30.887 pasien x 15 menit
pasien rawat = 463.305 menit/tahun
inap (TPPRI) Persiapan untuk kartu tunggu
= 60 menit/hari x 235 hari
= 14.100 menit/tahun
Pengambilan DRM + kartu tunggu
= 60 menit/2 hari
= 7080 menit/tahun
Jumlah beban kerja :
= 463.305 + 14.100 + 7080
= 484.485 menit/tahun
12 Pelaporan Laporan AKCM
= 420 menit/bulan
Umpan balik keterisian dan kesesuaian ICD 10
= 300 menit /bulan
Laporan SPM penyediaan DRM RI
= 300 menit/bulan
Laporan informed consent
= 300 menit/bulan
Laporan SDM penyediaan DRM RJ
= 120 menit/bulan
Laporan SPM keterisian 1x24jam
= 300 menit/bulan
Laporan KDRT tahunan
= 240 menit
Tugas incidential
= 180 menit
Pelayanan her opname dan control
= 4 pasien x 12 menit
= 48 menit/hari x 235 hari
= 5.640 menit/tahun

Jumlah beban kerja :


=(420+300+300+300+120+300+240+180
menit/bulan) + 5.640 menit/tahun
=28.920 menit/hari

5) Tempat distribusi SDM tempat pendaftaran pasien rawat inap

No Nama jabatan Kualifikasi formal Waktu kerja Jumlah


& informal SDM
1 Pj. Tempat D3/SLTA + 1 shift 1
pendaftaran (pengalaman 2
pasien rawat inap tahun + pelatihan
customer service)
2 Staf tempat S1/D3 1 shift 1
pendaftaran
pasien rawat inap
dari poliklinik
3 Staf tempat D3 REKAM 3 shift 4
pendaftaran MEDIS
pasien rawat inap
dari IGD

6) Pengaturan waktu kerja


Pengaturan waktu kerja di seksi rekam medis RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :
- 1 shift : Mulai pukul 07.00 s/d 15.00 WIB
Pada hari senin s/d jumat
- 3 shift : Mulai pukul 07.00 s/d 14.00 WIB
Mulai pukul 14.00 s/d 21.00 WIB
Mulai pukul 21.00 s/d 07.00 WIB

7) Tata hubungan kerja

IRJ IRNA KEUANGAN MANAJEMEN

PASIEN SEKSI REKAM DOKTER


MEDIS

ASURANSI REKANAN DINKES LAIN - LAIN


Hubungan tata kerja di seksi rekam medis bersifat garis komunikasi,
koordinasi dan informasi dalam pelaksanaan kegiatan. Dilakukan
melalui pertemuan dan surat dinas
Hubungan intern :
- Seksi rekam medis menyediakan data data sebagai bahan
komunikasi, koordinasi dan informasi yang dibutuhkan IRJ, IRNA,
keuangan dan manajemen dalam mengambil keputusan
- Antara pasien dan dokter rekam medis berfungsi sebagai mediator
dalam penyediaan rekam medis

Hubungan ekstern :

- Seksi rekam medis merupakan penyedia informasi kepada pihak


ketiga yaitu asuransi, rekanan dan pihak lain.
- Seksi rekam medis juga berkewajiban memberikan laporan kepada
dinas kesehatan

1.2.1.3 PERENCANAAN FASILITAS UNIT REKAM MEDIS

Perencanaan fasilitas unit rekam medis diperuntukan meningkatkan


produktivitas kerja dan kenyaman, serta menghasilkan rekam medis yang
baik dan berkualitasdiperlukan pengaturan tata ruang dan perlengkapan
yang dibutuhkan, baik, aman, nyaman, dan terpelihara.

1) Standar fasilitas seksi rekam medis

Daftar inventaris peralatan di seksi rekam medis

No Nama barang Jumlah


1 Computer 25
2 Printer 13
3 Mesin ketik 3
4 Meja computer standart 3
5 Meja computer panjang 1
6 Meja kerja 31
7 Meja loket 2
8 Meja dorong -
9 Filling cabinet 6
10 Almari besi metal -
11 Almari kaca 3
12 Almari kayu tanpa putih 3
13 Almari locker 4
14 Rak besi metal 23
15 White board 1
16 Rak kayu 8
17 Jam dinding 2
18 Kursi lipat 17
19 Kursi tamu 1
20 Kursi busa 1
21 Kursi besi/metal 19
22 Kursi putar 3
23 Troli 2
24 Bangku kayu panjang -
25 Bangku kayu trap -
26 AC -
27 Kipas angin duduk 1
28 Kipas angin gantung 6
29 Kipas angin temple 2
30 Tangga lipat 4
31 Alat pemadam api 4
32 Cermin 1
33 Asbak tinggi -
34 Kompor listrik 2
35 Rak RM aktif (RI) 142
36 Rak RM in aktif (RI) 33
37 Rak RM rajal 95
38 Exhause fan 6
39 Almari arsip besi -
40 Stavolt 7
41 UPS 13
42 Meja eselon 1
43 Almari panjang 1
44 Rak filling IRJ 30
45 Rak filling kecil IRJ 5
46 Computer RM ORJ 10 unit
47 Printer LX-300 10 unit
48 Telepon 2 unit
49 Alat pemadam RM IRJ 2 buah
50 Loker 12 pintu 2
51 Papan nama informasi TPP pasien 1
lantai 2
52 Exhause fan RM IRJ 6
53 UPS RM IRJ 7
54 Jam dinding RM IRJ 2
55 Kursi kompoter (kursi putar) RM IRJ 12

2) Fasilitas di ruang filling di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang


Tujuan penyimpanan dokumen rekam medis antara lain untuk
menjaga kerahasiaan dokumen rekam medis karena mempunyai arti
paling penting sehubungan dengan riwayat penyakit seseorang.
Pengorganisasi penyimpanan rekam medis di RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang saat ini menggunakan desentralisasi dimana dokumen rekam
medis rawat jalan di simpan di rekam medis lantai 2 sedangkan
dokumen rekam medis rawat inap di simoan di rekam medis lantai 3.
Meskipun demikian pada saat ini telah dilakukan proses penyatuan
penyimpanan dokumen rekam medis rawat inap dan rawat jalan
menjadi sentralisasi.
Adapun fasilitas dan deskripsi ruangan penyimpanan di rekam medis
rawat jalan sebagai berikut :

No Nama fasilitas Jumlah


1 Jumlah rak filling 97 rak
2 Jarak antara rak satu dengan yang lain 80 cm
3 Tinggi rak filling 2m
4 Jumlah exhause fan 6 buah
5 Kipas gantung 5 buah
6 Jumlah lampu TL/neon 20 watt 26 buah
7 Jumlah alat pemadam (APAR) 3 buah
8 Suhu udara 36 celcius
9 Luas ruangan 311,04 M2
10 Setiap 3 bulan dilakukan penyedotan debu di rak filling
11 Terhindar dari binatang seperti semut dan tikus

Sedangkan fasilitas di rekam medis rawat inap adalah sebagai berikut :

No Nama jabatan Jumlah


1 Jumlah rak filling 153 rak
2 Jarak antara rak satu dengan yang lain 1m
3 Tinggi rak filling 3m
4 Jumlah exhause fan 6 buah
5 Jumlah lampu TL/neon 20 watt 36 buah
6 Jumlah alat pemadam (APAR) 1 buah
7 Suhu udara 36 celcius
8 Luas ruangan 294 m2
9 Setiap 3 bulan dilakukan penyedotan debu di rak filling
10 Terhindar dari binatang seperti semut dan tikus

1.2.2 MANAJEMEN MUTU INFORMASI UNIT REKAM MEDIS

1.2.2.1 QUALITY ASSURANCE


Rumah sakit sebagai unit tempat pelayanan kesehatan, bertanggung
jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar
untuk memenuhi kebutuhan dan tuntunan masyarakat. Demikian juga
dengan upaya pemberian pelayanan ke perawatan di rumah sakit yang
merupakan bagian integral dari upaya pelayanan kesehatan secara
langsung akan memberi kontribusi dalam peningkatan kualitas hospital
care.

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, banyak


syarat yang harus dipenuhi, syarat yang dimaksud mencakup delapan hal
pokok yakni :

- Tersedia (available)
- Wajar (appropriate)
- Berkesinambungan (continue)
- Dapat di terima (acceptable)
- Dapat dijangkau (affordable)
- Efisien (efficient)
- Serta bermutu (quality)

Kedelapan syarat pelayanan kesehatan ini sama pentingnya, namun pada


akhir akhir ini dengan semakin majunya ilmu dan teknologi kesehatan
serta semakin baiknya tingkat pendidikan serta keadaan social ekonomi
masyarakat, tampak syarat mutu makin bertambah penting. Mudah
dipahami karena apabila pelayanan kesehatan yang bermutu dapat
diselenggarakan, bukan saja akan dapat memperkecil timbulnya berbagai
resiko karena pengguna berbagai kemajuan ilmu dan teknologi tetapi
sekaligus juga akan dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat
yang semakin hari tampak semakin meningkat.

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu


banyak upaya yang dapat dilakukan, jika uoaya tersebut dilaksanakan
secara terarah dan terencana dikenal dengan nama program menjaga mutu

- MUTU
Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan
yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan kebutuhan
kepuasan pelanggan (ASQC dalam wijoyo, 1999)
Mutu adalah totalitas dari wujud serta cirri dari suatu barang atau jasa
yang dihasilkan, didalamnya terkandung sekaligus pengertian akan
adanya rasa aman dan terpenuhinya kebutuhan para pengguna barang
atau jasa yang dihasilkan tersebut (Din ISO 8402 1986)
Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan
(Crosby, 1984)

Dari beberapa pengertian diatas, segeralah mudah dipahami bahwa mutu


pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah terlebih dahulu
dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan , sifat, totalitas
dari wujud serta cirri dan kepatuhan para penyelenggara pelayanan
terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam kenyataan sehari hari
melakukan penilaian ini tidaklah mudah, penyebab utamanya ialah karena
mutu pelayanan tersebut bersifat multi-dimensional. Tiap orang,
tergantung dari latar belakang dan kepentingan masing masing dapat saja
melakukan penilaian dari dimensi yangberbeda. Misalnya penilaian dari
pemakai jasa pelayanan kesehatan, dimensi mutu yang dianut ternyata
sangat berbeda dengan penyelenggara pelayanan kesehatan ataupun
dengan penyandang dana pelayanan kesehatan. Menurut Robert dan
prevost (1987)

Perbedaan dimensi tersebut adalah :

1) Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan


Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan
petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi
antara petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramahan petugas
dalam melayani pasien, atau keembuhan penyakit yang sedang diderita
oleh pasien.
2) Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian
pelayanan yang diselenggarakan dengan ilmu dan teknologi kesehatan,
standar d an etika profesi, dan adanya otonomi profesi pada waktu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
pasien.
3) Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efisiensi
pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan, atau kemampuan dari
pelayanan kesehatan mengurangi kerugian dari penyandang dana.
Program menjaga mutu
Pengertian program menjaga mutu banyak macamnya, beberapa
diantaranya yang dipandang cukup penting adalah :
- Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambungan,
sistematis dan objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang
diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan,
serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memperbaiki
mutu pelayanan (Maltos & Keller, 1989)
- Program menjaga mutu adalah suatu proses untuk memperkecil
kesenjangan antara penampilan yang ditemukan dengan keluaran yang
diinginkan dari suatu system, sesuai dengan batas batas teknologi
yang dimiliki oleh system tersebut (Ruels & Frank, 1988)
- Program menjaga mutu adalah suatu upaya terpadu yang mencakup
identifikasi dan penyelesaian masalah pelayanan yang
diselenggarakan, serta mencari dan memanfaatkan berbagai
peluangyang ada untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan ( The
American Hospital Association, 1988)
- Program menjaga mutu adalah suatu program berlanjut yang disusun
secara objektif dan sistematis dalam memantau dan menilai mutu dan
kewajaran pelayanan, menggunakan berbagai peluang yang tersedia
untuk meningkatkan pelayanan yang diselenggarakan serta
menyelesaikan berbagai masalah yang ditemukan ( Joint Commission
on Acreditation of Hospitals, 1988)

Keempat pengertian program menjaga mutu ini meskipun rumusannya


tidak sama namun pengertian pokok yang terkadang didalamnya tidaklah
berbeda. Pengertian pokok yang dimaksud paling tidak mencakuo tiga
rumusan utam, yakni rumusan kegiatan yang akan dilakukan, karakteristik
kegiatan yang akan dilakukan, serta tujuan yang ingin dicapai dari
pelaksanaan kegiatan tersebut.
1.2.2.2 MANAJEMEN RESIKO

Dalam ilmu manajemen risiko atau risk management, kita mengenal


beberapa teknik menghadapi risiko yang dapat terjadi pada semua aspek
kehidupan. Teknik-teknik tersebut adalah :

1) Menghindarkan risiko (risk avoidance). Kalau kita merokok, ada risiko


terkena penyakit kanker paru atau penyakit jantung (kardiovaskuler).
Salah satu cara menghindari terjadinya risiko terkena penyakit paru atau
jantung tersebut adalah menjauhi bahan-bahan karsinogen (yang
menyebabkan kanker) yang terkandung dalam rokok. Kalau kita tidak
ingin mendapat kecelakaan pesawat terbang.
Banyak orang melakukan teknik manajemen ini untuk risiko besar yang
kasat mata. Seseorang akan menghindari naik gunung yang terjal tanpa
alat pengaman, karena risiko jatuh ke jurang dapat dilihat langsung oleh
mata.
Tetapi banyak orang tidak menyadari bahawa risiko tersebut dapat
muncul 20-30 tahun seperti yang terjadi pada risiko kanker paru atau
kelainan jantung akibat merokok, sehingga kebiasaan itu dianggap tidak
berisiko atau berisiko rendah. Kesadaran tentang risiko jangka panjang itu
yang harus disosialisasikan kepada masyarakat supaya mereka mampu
mengantisipasinya. Tidak semua orang mampu mengenali, merasakan
dan menghindari risiko. Ada kelompok yang hanya mampu mengenali
dan merasakan, namun tidak mampu menghindarinya. Karenanya
manajemen risiko dengan cara menghindari saja tidak cukup untuk
melindungi seseorang dari risiko yang akan terjadi.
2) Mengurangi risiko (risk reduction). Jika upaya menghindari risiko tidak
mungkin dilakukan, manajemen risiko dapat dilakukan dengan cara
mengurangi risiko (risk reduction). Contohnya, kita membuat jembatan
penyeberangan atau lampu khusus penyeberangan untuk mengurangi
jumlah orang yang menderita kecelakaan lalu lintas.
Dengan demikian, pengemudi kendaraan akan berhati-hati. Atau
jika ada jembatan penyeberangan, maka risiko tertabrak mobil akan
menjadi lebih kecil, tetapi tidak meniadakan sama sekali. Seorang
pengendara sepeda motor diwajibkan memakai helm karena tidak ada satu
orangpun yang bisa terhindar seratus persen dari kecelakaan berkendara
sepeda motor. Jika helm digunakan, maka beratnya risiko (severity of risk)
dapat dikurangi, sehingga seseorang dapat terhindar dari kematian atau
gegar otak yang memerlukan biaya perawatan sangat besar.
Perawatan intensif selama 7 (tujuh) hari di rumah sakit bagi
penderita gegar otak di tahun 2005 ini dapat mencapai lebih dari Rp 20
juta. Tetapi, bagi kebanyakan pengendara sepeda motor, yang belum
pernah menyaksikan betapa dahsyatnya akibat gegar otak dan berapa
mahalnya biaya perawatan akibat gegar otak, tidak menyadari hal itu.
Kalaupun mereka mengenakan helm, seringkali sekedar untuk
menghindari dari tekanan penalty akibat pelanggaran (tilang) peraturan
lalu lintas oleh polisi yang sesungguhnya merupakan risiko kecil (yang
hanya sebesar ratusan ribu rupiah saja).
Imunisasi terhadap penyakit hepatitis (radang hati), yang dapat
berkembang menjadi kanker hati yang memerlukan perawatan dengan
biaya mahal serta dapat mematikan pada usia muda, merupakan suatu
upaya pengurangan risiko. Karena prilaku manusia yang tidak selalu
menyadari risiko besar itu, maka mekanisme menurunkan risiko saja tidak
memadai. Imunisasi hepatitis tidak menjamin seratus persen setiap orang
yang telah diimunisasi pasti tidak terhindar dari penyakit kanker hati.
Masih diperlukan manajemen risiko yang lain.
3) Memindahkan risiko (risk transfer). Sebaik apapun upaya mengurangi
risiko yang telah kita lakukan tidak menjamin 100% kita akan terbebas
dari segala risiko. Karena itu kita perlu melindungi diri kita dengan
tameng lapis ketiga dari manajemen risiko yaitu mentransfer risiko diri
kita ke pihak lain. Kita dapat memindahkan seluruh atau sebagian risiko
kepada pihak lain (yang dapat berupa perusahaan asuransi, badan
penyelenggara jaminan sosial, pemerintah, atau badan sejenis lain) dengan
membayar sejumlah premi atau iuran, baik dalam jumlah nominal tertentu
maupun dalam jumlah relatif berupa prosentase dari gaji atau harga
pembelian (transaksi).
Dengan teknik manajemen risiko ini, risiko yang ditransfer
hanyalah risiko finansial, bukan seluruh risiko. Ada sebagian risiko yang
tidak bisa ditransfer, misalnya rasa sakit atau perasaan kehilangan yang
dirasakan oleh penderita. Ini merupakan prinsip yang sangat fundamental
di dalam asuransi. Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa setiap saat
sesungguhnya ada risiko kematian dan risiko kematian itu yang berpotensi
menyebabkan ketiadaan dana bagi ahli warisnya untuk menjalani hidup
sehari-hari atau untuk membiayai pendidikan anak, dapat ditransfer
dengan membeli asuransi jiwa. Itulah sebabnya, kebanyakan orang di
negara berkembang tidak membeli asuransi jiwa, karena banyak orang
tidak melihat kematian sebagai suatu risiko finansial bagi ahli warisnya.
4) Mengambil risiko (risk asumption). Jika risiko tidak bisa dihindari, tidak
bias dikurangi, dan tidak dapat ditransfer akibat ketidakmampuan
seseorang atau tidak ada perusahaan yang dapat menerima transfer risiko
tersebut, maka alternatif terakhir adalah mengambil atau menerima risiko
(sebagai takdir). Tidak semua orang bersikap rasional dengan menerapkan
prinsip-prinsip manajemen risiko tersebut diatas.
Ada orang yang tidak perduli dengan risiko yang dihadapinya dan
dia mengambil atau menerima suatu risiko apa adanya. Orang yang
berprilaku demikian disebut pengambil risiko (risk taker). Apabila semua
orang bersikap sebagai pengambil risiko, maka usaha asuransi tidak akan
pernah ada. Sebaliknya, jika seseorang bersikap sebagai penghindar risiko
(risk averter) maka ia akan berusaha menghindari, mengurangi, atau
mentransfer risiko yang mungkin terjadi pada dirinya. Apabila banyak
orang bersikap menghindari risiko, maka deman terhadap usaha asuransi
akan tumbuh.
1.2.2.3 SASARAN MUTU REKAM MEDIS

Untuk mencapai criteria mutu RSUD Dr. Saiful Anwar Malang


yakni : cepat, mudah, nyaman dan terjangkau maka pencatatan dan
penyelenggarakan rekam medic perlu dilakukan dengan criteria : cepat,
benar, lengkap, rapid an up to date.

1) Cepat
Mendaftar sampai dilayani : adalah Onset Of Action yakni waktu
mulai dilayani (khususnya mengenai pelayanan permintaan data
medis), cepat diisi, dilengkapi, disetor ke seksi rekam medis sesuai
standar waktu 2 x 24 jam untuk pelayanan rawat inap dan 1 x 24 jam
untuk pelayanan rawat jalan.
Diselesaikan adalah Duration of action yakni waktu saat pelayanan /
pengisian dimulai hingga akhor pelayanan / penyelesaian pekerjaan.
Dilaporkan adalah kecepatan pengelola dan analisa data untuk diproses
menjadi informasi (termasuk laporan). Mengingat factor waktu sangat
dominan di dalam menentukkan mutu informasi, maka kecepatan
pelaporan sangatlah penting. Pelaporan yang terlambat akan
mengakibatkan tindak lanjut yang terlambat. Hal yang perlu
diperhatikan :
- Pencatatan : formulir, alur dan jadwal pelaporan harus ditetapkan
- Format pelaporan : diperlukan format buku dari supra system /
intern RS
- Dokumentasi pelaporan : pengarsipan yang mudah ditelusuri untuk
membuat pelaporan dalam waktu tertentu.
2) Benar
Adalah sesuai dengan kenyataan ( sesuai dengan kejadian yang
dilaporkan berlandaskan pada pedoman yang ditentukan, kebenaran
diagnose dan tindakan.
3) Lengkap
Lengkap fisik / persyaratan pendaftaran : jika data dilengkapi sesuai
persyaratan yang ada contohnya : berkas rekam medis harus disertai
tanda tangan dokter yang bertanggung jawab karena tanpa adanya
tanda tangan dokter penanggung jawab dokumen rekam medis
menjadi tidak bermanfaat atau belum sah kebenarannya.
Lengkap isi, pesan dan informasi : data atau informasi harus lengkap
sesuai dengan 5 W 1 H.
4) Up to date
Informasi yang dibuat / dikumpulkan harus sekuensional, kronologis
dan mutakhir sehingga dapat dipakai sebagai iinformasi yang akurat.
5) Rapi
Rekam medis harus ditata dengan rapi sesuai standar urutan penataan /
penyusunan dokumen yang telah ditetapkan sebelum disetor ke seksi
rekam medic rawat inap. Dokumen rekam medic rawat inap yang
tersusu rapi akan mendapat jaminan kenyaman dalam penggunaan
kembali untuk penelitian, asuransi, dan lain lain.
Adapun standar penataannya sebagai berikut :
Foto copy tanda pengenal
Kepala list
Pengantar MRS
Discharge summary
RM umum
Form persetujuan tindakan medis
Laporan operasi
Laporan anasthesi
Lembar cairan
Lembar catatan tranfusi darah
RM khusus
Surat pernyataan pulang atas permintaan sendiri
Askep
Asuhan nutrisi

1.2.2.3.1 STANDAR PELAYANAN MINIMAL REKAM MEDIS DI RSUD


Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Standar pelayanan minimal adalah ketentuan tentang jenis dan


mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal. Standar pelayanan minimal juga
merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang
diberikan rumah sakit terhadap masyarakat.

1) Kelengkapan pengisian rekam medis 24 jam setelah selesai pelayanan

Judul Kelengkapan Pengisian Rekam Medik 24 jam Setelah


Selesai Pelayanan
Dimensi Mutu Kesinambungan pelayanan dan keselamatan
Tujuan Tergambarnya tanggung jawab dokter dalam kelengkapan
informasi rekam medik
Definisi Rekam medik yang lengkap adalah rekam medik yang telah
Operasional diisi lengkap oleh dokter dalam waktu < 24 jam setelah
selesai pelayanan rawat jalan atau setelah pasien rawat inap
diputuskan untuk pulang yang meliputi identitas pasien,
anamnesis , rencana asuhan , pelaksanaan asuhan, tindak
lanjut dan resume
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah rekam medik yang di survey dalam 1 bulan yang diisi
lengkap
Denominator Jumlah rekam medik yang disurvey dalam 1 bulan
Sumber data Survey
Standar 100%
Penanggung Kepala instansi rekam medik / wadir pelayanan medik
jawab

2) Kelengkapan informant consent setelah mendapatkan informasi yang jelas

Judul Kelengkapan Pengisian Rekam Medik 24 jam Setelah


Selesai Pelayanan
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya tanggung jawab dokter untuk memberikan
kepada pasien dan mendapat persetujuan dari pasien akan
tindakan medik yang dilakukan
Definisi Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan
Operasional pasien/keluarga pasien atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien
tersebut
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pasien yang mendapat tindakan medik yang
disurvey yang mendapat informasi lengkap sebelum
memberikan persetujuan tindakan medik dalam 1 bulan
Denominator Jumlah pasien yang mendapat tindakan medik yang
disurvey dalam 1 bulan
Sumber data Survey
Standar 100%
Penanggung Kepala instansi rekam medik
jawab

3) Waktu penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat jalan

Judul Kelengkapan Pengisian Rekam Medik 24 jam Setelah


Selesai Pelayanan
Dimensi Mutu Efektifitas, kenyamanan, efisiensi
Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan pendaftaran rawat
jalan
Definisi Dokumen rekam medik rawat jalan adalah dokumen rekam
Operasional medis pasien baru atau pasien lama yang digunakan pada
pelayanan rawat jalan. Waktu penyediaan dokumen rekam
medik mulai dari pasien mendaftar sampai rekam medik
disediakan/ditemukan oleh petugas
Frekuensi Tiap bulan
pengumpulan data
Periode analisis Tiap 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif waktu penyediaan rekam medik sampel
rawat jalan yang diamati
Denominator Jumlah rekam medik yang disurvey dalam 1 bulan
Sumber data Hasil survey pengamatan diruang pendaftaran rawat jalan
untuk pasien baru/diruang rekam medis untuk pasien lama
Standar Rerata < 10 menit
Penanggung Kepala instansi rekam medik
jawab
4) Waktu penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat inap

Judul Kelengkapan Pengisian Rekam Medik 24 jam Setelah


Selesai Pelayanan
Dimensi Mutu Efektifitas, kenyamanan , efisiensi
Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan rekam medik rawat
inap
Definisi Dokumen rekam medis rawat inap adalah dokumen rekam
Operasional medis pasien baru atau pasien lama yang digunakan pada
pelayanan rawat inap. Waktu penyediaan dokumen rekam
medik pelayanan rawat inap adalah waktu mulai pasien
diputuskan untuk rawat inap oleh dokter sampai rekam
medik rawat inap tersedia di bangsal pasien
Frekuensi Tiap bulan
pengumpulan data
Periode analisis Tiap 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif waktu penyediaan rekam medik sampel
rawat inap yang diamati
Denominator Total sampel penyediaan rekam medik rawat inap yang
diamati
Sumber data Hasil survey pengamatan di ruang pendaftaran rawat jalan
Standar Rerata < 15 menit
Penanggung Kepala instansi rekam medik
jawab

1.2.2.4 ANALISA KUANTITATIF DAN KUALITATIF


1.2.3 MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN RSUD Dr. SAIFUL
ANWAR MALANG
Manajemen informasi kesehatan adalah sebuah fase yang
digunakan untuk menggambarkan proses pengumpulan dan
penggunaan data yang dikumpulkan oleh banyak orang yang berbeda,
di tempat yang berbeda, tentang layanan kesehatan yang diberikan
kepada pasien secara individu ataupun secara kelompok dan juga
sebagai praktek pemeliharaan dan perawatan rekam kesehatanbaik
dengan cara tradisional maupun dengan elektronik di rumah sakit.

1.2.3.1 KONSEP SISTEM PEMBIAYAAN


Untuk mengetahui jenis-jenis pembiayaan pelayanan di rumah
sakit, lebih dulu kita mengenal konsep pembayaran oleh pihak ketiga.
Pada umumnya ketika melakukan pembayaran untuk layanan
kesehatan di rumah sakit, hanya ada dua pihak yang dilibatkan, yaitu
pasien atau keluarga sebagai penerima layanan dan rumah sakit
sebagai pemberi layanan. Yang mana pihak penerima layanan (pasien)
akan membayar langsung kepada pemberi layanan (rumah sakit).
Dalam konsep pembayaran pihak ketiga, terdapat pihak lain yang
campur tangan dalam pembayaran pelayanan kesehatan pasien, yaitu
perusahaan asuransi atau pihak lainya. Pasien tidak langsung
membayar pelayanan yang diterimanya kepada rumah sakit, melainkan
menyerahkan pembayaran pelayanan kesehatan ke pihak ketiga.
Pembayaran oleh pihak ketiga bisa melalui cara :

- Pasien membayar dahulu ke rumah sakit, lalu tagihan akan diklaim ke


perusahaan asuransi sehingga biaya yang dikeluarkan pasien akan
diganti.
- Rumah sakit langsung menagih biaya pelayanan yang diberikan pada
pasien kepada perusahaan asuransi.

- Fee for Services/ Cost Based Payment System


Cara pembiayaan ini merupakan yang paling sering kita jumpai di
kebanyakan rumah sakit. Pasien akan membayar biaya pelayanan
kesehatan berdasarkan pelayanan yang diberikan rumah sakit. Jika
seorang pasien di rawat selama 3 hari di rumah sakit, maka rincian
biaya yang harus dibayar pasien adalah misalnya: biaya kamar selama
3 hari, berapa kali visit atau kunjungan dokter, biaya apotik dan resep
yang diberikan, biaya asuhan keperawatan selama 3 hari, biaya
administrasi, biaya layanan penunjang yang diberikan, dan lain
sebagainya. Jadi bisa disimpulkan besarnya biaya yang dibayar pasien
tergantung pada banyaknya tindakan atau pelayanan yang diberikan
rumah sakit.
Kelemahan dari fee for services ini adalah rawan terjadi kecurangan
dari pihak rumah sakit, misalnya dengan memberikan pelayanan yang
tidak perlu kepada pasien, agar biaya yang harus dibayar lebih tinggi
dan rumah sakit memperoleh untung lebih banyak. Selain itu, biaya
administrasi untuk pelaksanaanya sangat tinggi. Terlebih jika
pembayaran pasien ditanggung oleh asuransi, seluruh bukti tindakan
dan pelayanan medis yang dilakukan terhadap pasein beserta biayanya
harus di arsipkan untuk membuat klaim pada pihak asuransi.
- INA CBGs
Merupakan system pembayaran dengan system paket berdasarkan
penyakit yang di derita pasien melalui aplikasi INA CBGs yang
digunakan rumah sakit untuk mengajukan klaim kepada pemerintah.
- Per Diem
Metode pembayaran per diem merupakan metode pembayaran
kepada rumah sakit atau pemberi pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada hasil negosisasi dan kesepakatan dimana jumlah pembayaran
perawatan mengacu kepada jumlah hari rawat yang dilakukan, tanpa
mengindahkan biaya yang digunakan oleh rumah sakit. Gampangnya
pembiayaan per diem didasarkan atas biaya rawat per hari untuk pasien
rawat inap, dan penentuan biaya tersebut ditentukan sebelum pasien
masuk.
Lebih spesifik lagi dapat dilakukan pembedaan besarnya tingkat
pembayaran per diem berdasarkan penggolongan perawatan. misalnya
perawatan operasi dan non operasi, dan lain sebagainya.
Metode lainnya adalah Sliding scale per diem, yaitu pembayaran per
diem berdasarkan kuota jumlah hari rawat. Semakin banyak jumlah
hari rawat, maka provider akan diberikan biaya per diem yang semakin
rendah. Misalnya: Jika total hari rawat dalam setahun pada sebuah
provider mencapai 5000 hari rawat, maka pembayaran per diem nya
akan jadi lebih rendah (murah). Jika Jumlah hari rawat dapat ditekan
menjadi misalnya 3000 hari rawat saja, dibayar dengan biaya per diem
lebih tinggi. Jadi ada insentif bagi provider untuk meningkatkan
efektifitas pelayanan dan bukannya sengaja memperbanyak jumlah
hari perawatan.

- Capiated Payment System (Kapitasi)


Pembiayaan jenis ini biasanya dilakukan untuk mekanisme
pembayaran layanan kesehatan rawat jalan baik di puskesmas, rumah
sakit, atau dokter praktek. Contoh penerapan sistem pembayaran ini
adalah asuransi kesehatan untuk pegawai negeri yang dilakukan oleh
PT Askes. Mekanismenya adalah misalnya perusahaan asuransi
mempunyai 1000 klien yang jika sakit harus dijamin biaya pelkesnya,
namun untuk mendapatkan pelkes dengan biaya ditanggung asuransi,
klien harus pergi ke pemberi pelayanan kesehatan yang ditentukan oleh
pihak asuransi.
Untuk itu, pihak asuransi harus mengadakan perjanjian dengan
pemberi pelayanan kesehatan, misalnya dokter praktek. Dalam
perjanijian, dokter akan menerima pasien dengan jaminan dan biaya
akan dibayar oleh pihak asuransi. Biaya untuk pelayanan kesehatan
akan dibayarkan di awal oleh asuransi dengan perhitungan bahwa satu
pasien yang dilayani oleh dokter akan dihargai 2000 rupiah, sehingga
jika dokter bersedia untuk menerima 1000 pasien tanggungan pihak
asuransi, maka tiap bulan dokter akan dibayar oleh pihak asuransi
sebesar 2.000.000 (2000 rupiah x 1000 pasien).
Pada awalnya terkesan dokter akan merugi karena harus melayani
1000 pasien tiap bulanya dengan biaya pelayanan yang sangat murah.
Namun sebenarnya dokter tidak akan mungkin melayani seluruh
pasien yang ditanggungnya, melainkan hanya kurang lebih 20% saja.
Jadi perhitunganya jika yang dilayani adalah 20% pasien, 2.000.000
dibagi 200 pasien (20% x 1000), jadi dokter akan mendapatkan 10.000
per pasien yang dilayani.
Singkatnya, kapitasi merupakan pembiayaan pelayanan kesehatan
yang didasarkan pada jumlah peserta atau calon pasien yang
terdaftar/berhak mendapatkan pelayanan di suatu pelayanan kesehatan,
tanpa memperhatikan jenis pelayanan yang diberikan atau pun banyak
pasien yang datang ke pelayanan kesehatan.

1.2.3.2 ASURANSI KESEHATAN


Pada dasarnya yang dimaksud dengan asuransi
kesehatan adalah asuransi yang secara khusus mengatasi resiko atas
kesehatan, asuransi kesehatan akan menanggung seluruh biaya yang
diperlukan jika anda jatuh sakit, termasuk juga jika sakit disebabkan
oleh suatu kecelakaan. Namun tentunya keuntungan yang anda
dapatkan dari asuransi kesehatan ini tidak gratis, jika tidak ada bantuan
dari pemerintah atau dari tempat anda bekerja maka anda diwajibkan
untuk membayar premi. Besarnya premi ini dapat bervariasi tergantung
banyak hal seperti tingkat risiko yang ditanggung dan administratif,
dan tentunya berapa premi yang harus anda bayarkan ini juga akan
ditentukan oleh perusahaan asuransi.
asuransi kesehatan ini dapat anda peroleh di berbagai
jenis perusahaan asuransi, tepatnya di perusahaan asuransi sosial,
perusahaan asuransi jiwa, atau juga dapat anda peroleh di perusahaan
asuransi umum. Jika anda kesulitan untuk mendapatkan asuransi,
pemerintah pusat dan juga beberapa pemerintah daerah juga
menyediakan bantuan, bantuan asuransi kesehatan dari pemerintah
atau sering disebut Jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat), dan
juga jamkesda serta jamkesos untuk bantuan asuransi kesehatan di
level pemerintah daerah tingkat provinsi dan kabupaten/kota, namun
bantuan ini hanya diberikan kepada mereka yang berpenghasilan
rendah saja.

1.2.3.3 REIMBURSEMENT
Sistem klaim reimbursement sering dipilih oleh masyarakat
sehingga peserta bisa langsung meminta / penggantian jumlah dana
yang digunakan untuk perawatan secara langsung pada pihak asuransi.

Kelebihan yang dimiliki system reimbursement yaitu :

- Bisa berobat di mana saja


Satu keunggulan dari sistem reimburse ini adalah peserta asuransi
tidak peduli dengan nama atau jenis perusahaannya bisa berobat dan
juga mendapatkan pelayanan kesehatan di semua rumah sakit yang
diinginkan walaupun rumah sakit tersebut tidak memiliki kerja sama
dengan asuransi yang peserta miliki. Pelayanan kesehatan yang
didapatkan juga sangat lengkap sehingga peserta bisa mengoptimalkan
perawatan.

- Bisa membayar dengan uang sendiri


asuransi kesehatan swasta juga merupakan salah satu perusahaan
yang menerapkan sistem klaim reimburse karena dinilai lebih mudah.
Terkadang tidak semua rumah sakit menerima pembayaran dengan
sistem cashless yang menggunakan kartu asuransi sehingga sistem
reimburse dianggap lebih efektif karena nasabah bisa menggunakan
uanganya sendiri terlebih dahulu di segala rumah sakit dan nasabah
hanya tinggal mengajukan klaim saja di kantor asuransi tersebut.

- Bisa mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik


Beberapa perusahaan asuransi terkadang memiliki rekanan rumah
sakit yang tidak sesuai dengan keinginan peserta apalagi peserta ingin
mendapatkan perawatan yang terbaik meskipun harganya mahal.
Dengan adanya sistem reimbursement, maka peserta bisa memilih
rumah sakit yang diinginkan beserta dengan jenis pengobatan terbaik.

Sebagai contoh, bila nasabah ingin mendapatkan perawatan inap


kelas 1 dengan fasilitas yang memadai, maka Anda bisa langsung
mendapatkannya dan membayarnya terlebih dahulu, baru setelah itu
Anda bisa melakukan pengajuan klaim pada perusahaan.

Namun walaupun terdapat beberapa kelebihan dalam sistem


reimburse, masih ditemukan juga beberapa kelemahan dari sistem
tersebut sehingga diperlukan penyempurnaan seperti:

- Sering terjadi pemalsuan identitas


Oleh karena sistem reimburse ini dilakukan oleh peserta tanpa
sepengetahuan dari pihak asuransi, maka intensistas penipuan identitas
juga tinggi sehingga pihak asuransi sering mengalami tindakan
penipuan. Sebagai contoh seseorang yang berobat bukanlah pemegang
polis namun demi mendapatkan penggantian uang asuransi, kuitansi
pun dibuat atas nama si pemegang polis. Oleh sebab itu, swasta juga
mulai meninggalkan sistem ini untuk mencegah penipuan.
- Repot dalam pengajuan klaim
Kelemahan lain dalam sistem ini adalah pengajuan klaim yang
sedikit rumit dan juga prosedurnya sangat sulit. Walaupun menurut
sebagian orang cara klaimnya mudah karena hanya tinggal
menunjukkan kuitansi yang sudah dilegalisir. Namun dalam
prakteknya, nasabah diminta untuk mengisi prosedur klaim dengan
berbagai macam berkas yang harus dipenuhi sehingga pengembalian
dana lebih lama.

- Tidak semua orang sanggup membayar biaya perawatan


Kelemahan terakhir adalah tidak semua nasabah memiliki dana
yang cukup untuk melakukan pembayaran perawatan kesehatan
terlebih dahulu apalagi jika jenis perawatan yang dibutuhkan adalah
rawat inap atau ruangan intensif yang membutuhkan dana lebih mahal
daripada hanya menebus obat-obatan. asuransi kesehatan swasta juga
mulai meninggalkan sistem tersebut karena sangat memberatkan
nasabah dan juga sistem klaim lebih rumit sehingga sistem cashless
menjadi pilihan beberapa perusahaan asuransi.
Semoga dengan informasi asuransi kesehatan yang menggunakan
sistem klaim reimbursement tersebut bisa membantu Anda dalam
menentukan jenis asuransi dengan sistem yang sesuai dengan
kemampuan dan juga kondisi finansial Anda.
1.2.3.4 IMPLEMENTASI SISTEM PEMBIAYAAN PELAYANAN
KESEHATAN DI INDONESIA
Indonesia masih dianggap negara yang kurang memberikan
prioritas kesehatan untuk penduduknya. Hal ini dibuktikan dengan
rendahnya alokasi dana pemerintah untuk sektor kesehatan yang
jumlahnya hanya sekitar 2% dari PDB, dan masih jauh dibawah
rekomendasi
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO yang merekomendasikan
5% dari PDB. Saat ini kebijakan pembiayaan kesehatan yang berlaku
di Indonesia tidak konsisten dengan UU yang mengaturnya. Disatu
pihak, peraturan yang mengatur kebijakan ini yaitu UU no 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional menyatakan bahwa
sistim pembiayaan kesehatan berbasis asuransi sosial, namun dalam
implementasinya sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia
didominasi oleh pembiayaan pemerintah dari sumber pajak.
Sistem asuransi sosial mewajibkan pesertanya membayarkan
premi ke lembaga asuransi yang ditunjuk negara. Saat ini kurang dari
10% penduduk Indonesia (sekitar 17 juta orang) yaitu hanya pegawai
negeri peserta PT Askes dan pegawai swasta peserta Jamsostek yang
sudah masuk dalam sistem asuransi kesehatan sosial. Sistem
pembiayaan kesehatan yang berlaku sekarang didominasi pajak yaitu
negara membayar langsung kepada pemberi pelayanan kesehatan
melalui mekanisme Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Jaminan
Kesehatan Daerah (Jamkesmas/Jamkesda) yang mencakup lebih dari
75 juta penduduk.
Program Jamkesmas adalah suatu program pengganti Asuransi
Kesehatan untuk Keluarga Miskin (Askeskin) yang mulai dilaksanakan
tahun 2008. Pemerintah mengatakan jika SJSN efektif nanti diterapkan
sepenuhnya di Indonesia maka Program Jamkesmas akan disesuaikan
dengan SJSN tersebut.
Sementara itu dualisme yang berlangsung yaitu antara UU yang
berlaku dan implementasinya di lapangan, membingungkan
pengambilan kebijakan teknis dan berdampak pada inefesiensi , kurang
tepatnya sasaran dan ketidakadilan akses dalam pelayanan kesehatan.
Padahal sekarang ini Indonesia memerlukan suatu kebijakan yang
menyeluruh dan terpadu untuk menjawab tantangan yang dihadapi
dalam pembiayaan kesehatan yang semakin kompleks yang disebabkan
antara oleh: perubahan pola kependudukan Indonesia, jenis penyakit
yang dihadapi dan juga perubahan nutrisi yang disebabkan oleh
perubahan pola hidup.

Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU No.


40/2004) belum dapat diberlakukan efektif
Undang-undang ini telah ditandatangani Presiden Megawati tahun
2004, namun sampai
saat ini belum ada Peraturan Pemerintah (PP) yang
mengimplementasikan UU tersebut. UU SJSN juga telah mengalami
uji judicial (Judicial Review) oleh Mahkamah Konstitusi dan salah satu
pasalnya dianulir (pasal 5 yaitu menyangkut penyebutan PT Askes, PT
Jamsostek, PT Taspen dan ASABRI sebagai Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial). Selain itu, UU yang memuat Sistem Jaminan
Kesehatan, Pensiun dan Jaminan Kematian seperti UU no 40/2004
mendapatkan kritik yang tajam.
Banyak negara maju yang memisahkan Jaminan Kesehatan dari
Jaminan Sosial lain. Contoh terbaru adalah UU reformasi sistem
asuransi kesehatan di Amerika Serikat yang berhasil diberlakukan oleh
Pemerintah Obama.
UU SJSN ini dianggap oleh banyak daerah sebagai sistem yang
sentralistik dan tidak sesuai dengan semangat desentralisasi karena
tidak memberikan kewenangan sepenuhnya kepada pemerintah local
untuk memenuhi pelayanan kesehatan masyarakat lokal. Dengan
berbagai hambatan, kesulitan serta kompleksitas dari pemberlakuan
UU SJSN ini, justru yang diperlukan Indonesia sekarang ini adalah
suatu sistem jaminan kesehatan yang menyeluruh. Tidak
mengherankan kalau sekarang ini UU no 40/2004 belum efektif
menjawab tantangan pembiayaan kesehatan penduduk Indonesia.

Askeskin/Jamkesmas Kurang Efektif Menjamin Kesetaraan


Layanan Kesehatan
Berbagai studi yang dikompilasi Bank Dunia menyimpulkan
bahwa Jamkesmas ternyata hanya membantu masyarakat tidak mampu
yang hidup di sekitar kota (urban poor), tetapi tidak masyarakat
miskin di desa (rural poor) karena kesulitan mencapai pusat layanan
kesehatan dan tidak meratanya fasilitas layanan kesehatan.
Walaupun demikian, program ini cukup membantu mereka yang
sakit sehingga terhindar dari pemiskinan akibat sakit. Apabila
dibandingkan dengan tahun 2001, pada tahun 2006 terjadi penurunan
beban biaya rumah tangga akibat sakit sebesar kurang lebih
separuhnya.

UU SJSN dan Jamkesmas Merupakan Kebijakan yang


Didasarkan pada Dua Prinsip yang Berbeda
UU SJSN adalah sistem pembiayaan berbasis Asuransi Sosial
sedangkan Jamkesmas dan juga sebagian Jamkesda adalah sistem
berbasis pajak tanpa perhitungan asuransi. Suatu negara biasanya
hanya mempunyai satu sistem yang utama, yaitu sistim pajak atau
asuransi. Inggris misalnya memilih untuk menggunakan sistem
pajak, sedangkan Jerman memilih sistem asuransi. Indonesia dengan
dualisme sistem ini menyebabkan permasalahan dalam
implementasinya, misalnya antara lain tidak tepatnya sasaran peserta
Jamkesmas, rumitnya sistem klaim oleh rumah sakit, dan tingginya
biaya administrasi.
Rekomendasi Kebijakan
Dianjurkan agar Indonesia segera memutuskan untuk memilih
satu sistem pembiayaan utama dan konsisten dengan pelaksanaannya.
Apabila ingin memperluas kepesertaan Jamkesmas (melalui
mekanisme pajak tanpa menggunakan prinsip asuransi sosial) maka
perlu ada revisi UU SJSN. Bila perlu memisahkan UU tentang
Jaminan Kesehatan berdiri sendiri, terpisah dari UU SJSN. Hal ini
kemudian diikuti dengan peningkatan pendapatan sektor pajak untuk
menjaga agar tersedia anggaran kesehatan yang memadai guna
menjamin keberlangsungan Jamkesmas.
Namun apabila ingin konsisten dengan UU SJSN (yaitu melalui
mekanisme asuransi kesehatan sosial) sebaiknya segera disusun
Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Menteri Kesehatan
(Kepmenkes) atau aturan perundangan teknis yang lain yang
mendukung agar UU SJSN ini dapat diberlakukan.

1.2.3.5 BILLING SYSTEM

1.2.4 KLASIFIKASI DAN KODEFIKASI PENYAKIT DAN TINDAKAN


MEDIS

Kodefikasi ICD 10, ICD 9 cm dan ICOPIM dokumen rekam medis


bagi dokter dan petugas koder adalah kegiatan pemberian kodefikasi
berdasarkan buku ICD 10 internasional untuk penyakit, ICD 9 cm dan
ICOPIM untuk tindakan operatif dan non operatif yang dilakukan oleh
dokter yang merawat pasien atau dokter yang menentukkan diagnosis.

1) TUJUAN
Meningkatkan kecepatan, kelengkapan dan kebenaran kodefikasi
ICD 10, ICD 9 cm, dan ICOPIM.
Meningkatkan keakuratan data penyakit sebagai salah satu sumber
informasi untuk system informasi manajemen rumah sakit.
2) KEBIJAKAN
Surat keputusan direktur No. 024/12676/302/2014 tentang
kebijakan penyelenggaraan rekam medis di RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang.
Surat Keputusan Direktur No. 024/12675/302/2014 tentang
pemberlakuan buku pedoman pelayanan rekam medis revisi IV di
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis
3) PROSEDUR
Diagnosis utama dan tambahan serta tindakan operatif dan non
operatif harus sudah lengkap 1x24 jam setelah pasien pulang
Lakukan kodefikasi diagnosis berdasarkan buku ICD 10 untuk
diagnosis penyakit dan ICD 9 cm dan ICOPIM untuk tindakan
operatif dan non operatif pada kolom yang tersedia di lembar
resume medis dan di lembar sebab kematian jika ada
Apabila kegiatan kodefikasi sudah terlengkapi, serahkan dokumen
rekam medis tersebut kepada kepala ruangan/ petugas ruangan
lainnya
Cek kelengkapan pengisian dokumen rekam medis oleh kepala
ruangan/petugas rekam medis sebelum dikirim ke seksi rekam
medis.
4) UNIT TERKAIT
Dokter yang merawat
Petugas rekam medis ruangan
Kepala ruangan
Tata cara pengkodingan dan menggunakan ICD-10 di RSUD dr.
SAIFUL ANWAR MALANG adalah sebagai berikut :
1) Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode dan lihat pada indeks
alphabet yang sesuai. (jika pernyataan adalah penyakit atau cedera
atau kondisi lain
diklasifikasikan pada chapter I-XIX atau XXI, rujuk pada seksi I
indeks alfabet. Jika pernyataan adalah sebab luar dari cedera atau
kejadian diklasifikasikan pada chapter XX, rujuk seksi II)
2) Cari lead terms. Untuk penyakit dan cedera biasanya merupakan
kata benda dari konsidi patologi. Walaupun, beberapa kondisi
menunjukan suatu kata sifat atau eponym yang termasuk pada
indeks.
3) Baca dan ikuti catatan yang ada dibawah lead terms.
4) Baca kata yang terdapat dalam parentheses setelah lead terms (ini
tidak dapat berpengaruh pada code number) seperti juga untuk
terminologi di bawah lead terms (ini dapat berpengaruh pada code
number), hingga kata yang menunjukkan diagnosis yang dimaksud
ditemukan.
5) Ikuti secara hati-hati cross-reference (see dan see also) yang
terdapat pada indeks.
6) Rujuk pada daftar tabulasi untuk kesesuaian nomer kode yang
dipilih. Catatan kategori 3 karakter dalam indeks dengan dash pada
posis ke-4 berarti bahwa kategori 3 karakter dapat dilihat pada
volume 1. Selanjutnya, perincian dapat dilihat dari posisi karakter
tambahan yang tidak diindeks, jika digunakan dapat dilihat pada
volume I.
7) Ikuti inclusion dan exclusion dibawah kode atau dibawah chapter,
block atau diawal kategori.
8) Tetapkan kode.
Ketentuan-ketentuan dalam ICD-10
Banyak kejadian, masalah keluhan utama yang dicatat oleh dokter
tidak konsisten dengan definisi WHO. Dengan kata lain, tidak ada
keluhan utama yang telah dispesifikkan. Untuk mengatasi hal tersebut
maka WHO telah mengembangkan satu set ketentuan aturan (rules)
yag dapat digunakan dan menjamin bahwa kondisi utama yang dipilih
dan dikode menggambarkan kondisi yang semata bertanggungjawab
bagi satu episode pelayanan. Coder harus terbiasa dengan ketentuan ini
dan mampu menggunakannya.
Rule reseleksi kondisi utama dibagi menjadi 5 :
1) Rule MB1 (Keluhan sederhana dicatat sebagai keluhan utama,
sedangkan keluhan yang lebih signifikan (bermakna) dinyatakan
sebagai keluhan tambahan) Ketika kondisi minor atau yang telah
berlangsung lama, atau masalah insidental, tercatat sebagai
kondisi utama, sedangkan kondisi yang lebih berarti, relevan
dengan pengobatan yang diberikan dan/atau spesialisasi perawatan,
tercatat sebagai kondisi lain, maka yang terakhir ini dipilih
kembali sebagai kondisi utama.
2) Rule MB2 (Beberapa kondisi dicatat sebagai kondisi utama)
Kalau beberapa kondisi yang tidak bisa dikode bersamaan
tercatat sebagai KU, dan catatannya menunjukkan bahwa satu di
antaranya adalah kondisi utama pada asuhan pasien, pilihlah
kondisi tersebut. Kalau tidak, pilih kondisi yang pertama kali
disebutkan.
3) Rule MB3 (Kondisi yang dicatat sebagai kondisi utama ternyata
merupakan gejala dari kondisi yang telah didiagnosis dan diobati)
Kalau suatu gejala atau tanda (biasanya bisa
diklasifikasikan pada Bab XVIII), atau suatu masalah yang bisa
diklasifikasikan pada Bab XXI, dicatat sebagai KU, dan ini jelas
merupakan tanda, gejala atau masalah dari kondisi yang telah
didiagnosis di tempat lain dan telah dirawat, pilihlah kondisi yang
didiagnosis tersebut sebagai KU.
4) Rule MB4 (Spesifisitas)
Bilamana diagnosis yang tercatat sebagai kondisi utama
menguraikan suatu kondisi secara umum, sedangkan suatu istilah
yang bisa memberikan informasi yang lebih tepat mengenai tempat
atau bentuk kondisi tersebut tercatat di tempat lain, pilihlah yang
terakhir ini sebagai KU.
5) Rule MB5 (Alternatif Main Diagnosis)
Bilamana suatu gejala atau tanda dicatat sebagai kondisi
utama dengan suatu petunjuk bahwa mereka bisa disebabkan oleh
suatu kondisi atau kondisi lain, pilihlah gejala tersebut sebagai
kondisi utama. Kalau dua kondisi atau lebih tercatat sebagai
pilihan diagnostic

1.2.4.1 SISTEM PANCA INDERA

No No Diagnosa KODE Sesuai keterangan


Rekam ICD ketentuan
Medis 10 ICD 10
YA TIDAK
1 Retinitis H30.0
2 Choroiditis H30.0
3 choroiditis H30.0
4 crao H34.1
5 rop H35.1
6 pvr H35.2
7 pvr H35.2
8 cscr H35.7
9 Degenerasi H44.2
myopia
10 choriretinitis B58.0
11 pvr H35.2
12 Retinal H35.5
pigmentosa
13 Retinal H35.5
pigmentosa
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

1.2.4.2 SISTEM SARAF


No No Diagnosa KODE Sesuai keterangan
Rekam ICD ketentuan
Medis 10 ICD 10
YA TIDAK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

1.2.4.3 GANGGUAN MENTAL

No No Diagnosa KODE Sesuai keterangan


Rekam ICD ketentuan
Medis 10 ICD 10
YA TIDAK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

1.2.4.4 SISTEM REPRODUKSI

No No Diagnosa KODE Sesuai keterangan


Rekam ICD ketentuan
Medis 10 ICD 10
YA TIDAK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1.2.4.5 NEOPLASMA

No No Diagnosa KODE Sesuai keterangan


Rekam ICD ketentuan
Medis 10 ICD 10
YA TIDAK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

1.2.4.6 PENYAKIT INFEKSI

No No Diagnosa KODE Sesuai keterangan


Rekam ICD ketentuan
Medis 10 ICD 10
YA TIDAK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

1.2.4.7 CEDERA / INJURY

No No Diagnosa KODE Sesuai keterangan


Rekam ICD ketentuan
Medis 10 ICD 10
YA TIDAK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1.2.4.8 KERACUNAN / POISONING

No No Diagnosa KODE Sesuai keterangan


Rekam ICD ketentuan
Medis 10 ICD 10
YA TIDAK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

1.3 PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

1.4 PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN TEORI

Anda mungkin juga menyukai