Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS NON PSIKOTIK

EPISODE DEPRESI BERAT


TANPA GEJALA PSIKOTIK

IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn.N

Usia : 16 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Suku : Bugis

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Desa Nirannung Pangkep

LAPORAN PSIKIATRIK
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis dan alloanamnesis dari :

Nama : Ny.M

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMP

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Desa Nirannung Pangkep

Hubungan dengan pasien : Ibu kandung

1
I. RIWAYAT PENYAKIT

A. Keluhan utama :
Tidak mau makan dan tidak mau bicara

B. Riwayat gangguan sekarang :


1. Keluhan dan gejala :
Pasien perempuan berumur 16 tahun dibawa oleh keluarganya
ke rumah sakit dengan keluhan tidak mau makan dan tidak mau bicara.
Pasien juga sering menangis sendiri tanpa sebab. Pasien tampak lemas
dan tidak bertenaga, serta sering melamun dengan pandangan tampak
kosong yang terpaku pada satu tempat saja. Keluhan ini dialami sejak
1 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit.Pasien juga tampak
lemas dan tidak bersemangat, serta pandangan kosong.
Awalnya, sekitar 6 bulan lalu, saat itu pasien dipaksa orang
tuanya untuk menempuh pendidikan di pesantren. Pasien menolak dan
meminta orang tuanya membatalkan hal tersebut, tapi orang tuanya
tetap bersikeras. Akhirnya pasien mengiyakan. Sejak di Pesantren,
mulai tampak perubahan perilaku dari pasien. Setiap dijenguk oleh
orang tuanya maupun keluarganya yang lain, pasien lebih pendiam,
tampak lemas dan tidak bersemangat. Selama berada di Pesantren,
pasien berkali-kali meminta ibunya untuk menjemputnya dan
membawanya pulang tapi ibunya tidak menggubris.Hingga akhirnya
sekitar 1 bulan lalu, pihak pesantren mengabarkan keluarga bahwa
pasien melakukan percobaan bunuh diri berupa mencoba lompat dari
lantai 3 salah satu ruangan di Pesantren, sehingga pasien pun dijemput
dan dibawa pulang oleh keluarganya.Saat dirumah, kondisi pasien
semakin memburuk sehingga keluarga memutuskan membawa pasien
ke rumah sakit.

2
2. Hendaya / disfungsi :
- Hendaya sosial (+)
- Hendaya pekerjaan (+)
- Hendaya penggunaan waktu senggang (+)

3. Faktor stressor psikososial :


Pasien dipaksa oleh kedua orang tuanya untuk menempuh pendidikan
Pesantren. Sejak saat itu pasien mulai mengalami perubahan perilaku
menjadi lebih pendiam dan tampak lemas.

4. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis


sebelumnya :
- Trauma (-)
- Infeksi (-)
- Kejang (-)
- Merokok (-)
- Alkohol (-)
- Obat-obatan (-)

C. Riwayat gangguan sebelumnya :


Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini.

D. Riwayat kehidupan pribadi :


1. Riwayat prenatal dan perinatal :
Pasien lahir normal dan cukup bulan di rumah sakit di Pangkep pada
tahun 1999 dan ditolong oleh dokter. Pasien merupakan anak yang
direncanakan dan dikehendaki. Pasien merupakan anak ke-3 dari 3
bersaudara. Pada masa kehamilan ibu pasien, tidak ada penyakit yang
diderita. Ibu pasien juga tidak merokok maupun minum alkohol selama
hamil.

3
2. Riwayat masa kanak-kanak awal (usia 1-3 tahun) :
Pasien mendapatkan ASI selama 1 tahun dan dilanjutkan dengan susu
formula sampai usia 3 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan pasien
sesuai dengan anak-anak seusianya. Keluarga pasien sangat
menyayangi pasien.Pasien merupakan anak yang aktif.

3. Riwayat masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun) :


Pasien masuk sekolah TK pada usia 5 tahun dan melanjutkan ke SD
sampai tamat. Prestasi pasien selama di sekolah biasa saja.Pasien
memiliki banyak teman dan merupakan orang yang mudah bergaul.

4. Riwayat masa kanak-kanak akhir / pubertas / remaja (11-18 tahun) :


Pasien meneruskan pendidikan SMP sampai tamat, kemudian
melanjutkan ke Pesantren.Pasien memiliki prestasi yang biasa
saja.Hubungan pasien dengan taman-teman dan orang-orang sekitar
baik.Pasien merupakan orang yang pemalu dan tertutup.

E. Riwayat kehidupan keluarga :


Pasien merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara ( ). Ayah pasien
bekerja sebagai wirausaha yang memiliki toko obat herbal. Ibu pasien
adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien jarang mengungkapkan
keinginannya, dan merupakan remaja yang pemalu dan pendiam. Pasien
merupakan orang yang sabar, suka mengalah dan tidak suka berdebat
sehingga jarang berkelahi dengan saudara-saudaranya. Tidak ada riwayat
keluarga dengan penyakit yang memiliki keluhan yang sama dengan yang
dialami pasien.

F. Situasi kehidupan sekarang :


Saat ini pasien tinggal bersama kedua orang tua dan 2 kakak laki-lakinya.

4
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya :
Pasien mengakui dirinya sakit dan membutuhkan bantuan dokter untuk
menyembuhkan penyakitnya.

II. STATUS MENTAL (24-12-2015 19.00)


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan :
Tampak seorang perempuan dengan perawakan tinggi, kurus
rambut lurus panjang sebahu diikat tidak teratur, kulit kuning
langsat, wajah lebih tua dari usianya dan perawatan diri kurang.
Pasien memakai kaos kuning lengan panjang dengan celana
training panjang hitam.
2. Kesadaran :
Baik
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor :
Tenang
4. Pembicaraan :
Pelan, lambat, intonasi kecil
5. Sikap terhadap pemeriksa :
Kooperatif

B. Keadaan Afektif (mood), perasaan, empati, dan perhatian


1. Mood :
Depresi
2. Afek :
Depresif
3. Empati :
Dapat dirabarasakan

5
C. Fungsi Intelektual (kognitif)
1. Taraf Pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan :
Sesuai dengan tingkat pendidikan
2. Daya Konsentrasi :
Baik
3. Orientasi (waktu, tempat dan orang) :
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
4. Daya ingat :
a. Jangka panjang : Baik
b. Jangka sedang : Baik
c. Jangka pendek : Baik
d. Jangka segera : Baik
5. Pikiran abstrak :
Baik
6. Bakat kreatif :
Menulis cerita
7. Kemampuan menolong diri sendiri :
Kurang

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi :
Tidak ada
2. Ilusi :
Tidak ada
3. Depersonalisasi :
Tidak ada
4. Derealisasi :
Tidak ada

6
E. Proses Berpikir :
1. Arus pikiran :
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontiniuitas : Relevan, koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran :
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan isi pikiran : Tidak ada

F. Pengendalian Impuls :
Baik

G. Daya Nilai
1. Norma Sosial : Baik
2. Uji Daya Nilai : Baik
3. Penilaian Realitas : Baik

H. Tilikan (insight) :
Derajat 5 tilikan intelektual : menyadari bahwa dirinya sakit dan
gejala-gejala yang dideritanya atau kegagalan dirinya dalam
penyesuaian sosial disebabkan oleh perasaan irasionalnya atau
gangguan sendiri, tanpa menerapkan pengetahuan hal ini untuk
masa yang akan dating (tidak ada tindakan untuk berubah).

I. Taraf dapat dipercaya :


Dapat dipercaya

7
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT :
1. Status Internus :
Keadaan umum tampak sakit (lemas).
Kesadaran compos mentis.
Tekanan darah 120/80 mmHg.
Nadi 78 kali/menit.
Frekuensi pernapasan 18 kali/menit.
Suhu tubuh 36,8 C.
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus. Jantung,
paru dan abdomen dalam batas normal. Ekstremitas atas
dan bawah tidak ada kelainan.
2. Status Neurologis :
GCS E4M6V5.
Nervus I-XII dalam batas normal.
Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-) dan Kernigs
sign (-).
Pupil bulat isokor dengan diameter 2,5 mm ODS, refleks
cahaya langsung dan tidak langsung +/+ ODS.
Gejala peningkatan TIK tidak ada.
Refleks patologis (-)
Fungsi motorik, sensorik dan otonom dalam batas normal.

8
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA :
Pasien perempuan berumur 16 tahun dibawa oleh keluarganya
ke rumah sakit dengan keluhan tidak mau makan dan tidak mau bicara.
Pasien juga sering menangis sendiri tanpa sebab. Pasien tampak lemas
dan tidak bertenaga, serta sering melamun dengan pandangan tampak
kosong yang terpaku pada satu tempat saja. Keluhan ini dialami sejak
1 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga tampak
lemas dan tidak bersemangat, serta pandangan kosong.
Awalnya, sekitar 6 bulan lalu, saat itu pasien dipaksa orang
tuanya untuk menempuh pendidikan di pesantren. Pasien menolak dan
meminta orang tuanya membatalkan hal tersebut, tapi orang tuanya
tetap bersikeras. Akhirnya pasien mengiyakan. Sejak di Pesantren,
mulai tampak perubahan perilaku dari pasien. Setiap dijenguk oleh
orang tuanya maupun keluarganya yang lain, pasien lebih pendiam,
tampak lemas dan tidak bersemangat. Selama berada di Pesantren,
pasien berkali-kali meminta ibunya untuk menjemputnya dan
membawanya pulang tapi ibunya tidak menggubris. Hingga akhirnya
sekitar 1 bulan lalu, pihak pesantren mengabarkan keluarga bahwa
pasien melakukan percobaan bunuh diri berupa mencoba lompat dari
lantai 3 salah satu ruangan di Pesantren, sehingga pasien pun dijemput
dan dibawa pulang oleh keluarganya. Saat dirumah, kondisi pasien
semakin memburuk sehingga keluarga memutuskan membawa pasien
ke rumah sakit.
Berdasarkan pemeriksaan status mental pada tanggal 24-12-
2016 tampak seorang perempuan dengan perawakan tinggi, kurus
rambut lurus panjang sebahu diikat tidak teratur, kulit kuning langsat,
wajah lebih tua dari usianya dan perawatan diri kurang.Pasien
memakai kaos kuning lengan panjang dengan celana training panjang
hitam. Pembicaraan pelan, lambat, intonasi kecil. Mood depresi, afek
depresif.Bakat kreatif menulis cerita, kemampuan menolong diri
sendiri kurang. Produktivitas cukup, pengendalian impuls kurang,

9
tilikan 5.Pemeriksaan fisik, internus dan neurologis normal dan tidak
ditemukan kelainan yang bermakna.

V. EVALUSI MULTIAKSIAL :
Aksis I :
Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis, didapatkan gejala
pasien tidak mau makan dan tidak mau bicara.Pasien juga sering
menangis sendiri tanpa sebab. Pasien tampak lemas dan tidak
bertenaga, serta sering melamun dengan pandangan tampak kosong
yang terpaku pada satu tempat saja. Gejala-gejala ini menyebabkan
timbulnya distress dan disability sehingga dapat disimpulkan pasien
mengalami Gangguan Jiwa. Tidak didapatkan adanya hendaya dalam
menilai realita berupa halusinasi, ilusi maupun waham sehingga
digolongkan dalam Gangguan Jiwa Non Psikotik. Pada pemeriksaan
fisik, internus dan neurologis, tidak ditemukan adanya kelainan
sehingga penyebab organik dapat disingkirkan, jadi diagnosa
diarahkan ke Gangguan Jiwa Non Psikotik Non Organik. Pada
pemeriksaan status mental, didapatkan adanya afek depresif berupa
pasien tampak lesu, murung, sedih dan sering menangis sendiri, tidak
bersemangat dan aktivitas berkurang. Pasien juga tampak berkurang
perhatiannya, tidak percaya diri, pesimistis, makan terganggu dan
pernah melakukan percobaan bunuh diri. Keluhan sudah dialami sejak
1 bulan yang lalu sehingga telah memenuhi kriteria diagnosis
gangguan Episode Depresif (F32). Dan oleh karena semua gejala
depresi telah terpenuhi dan terdapat lebih dari 4 gejala lainnya yang
berintensitas berat, serta hal ini sudah berlangsung lebih dari 2 minggu,
dan pasien tidak mampu meneruskan kegiatan sosial secara normal
seperti biasa sehingga berdasarkan PPDGJ III dapat didiagnosis
sebagai Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik (F32.2).

10
Aksis II :
Pasien dikenal sebagai orang yang pemalu dan pendiam, penyabar dan
suka mengalah, tidak pernah bermasalah dengan orang lain, akur
dengan saudara-saudaranya, sehingga diarahkan kepada ciri
kepribadian yang tidak khas.

Aksis III :
Tidak ditemukan adanya diagnosis fisik lain.

Aksis IV :
Faktor stressor psikososial berupa pasien dipaksa oleh orang tuanya
untuk melanjutkan pedidikan di Pesantren.

Aksis V :
Global Assessment of Functioning (GAF) scale :
60-51 : Gejala sedang (moderat), disabilitas sedang.

VI. DAFTAR PROBLEM :

Organobiologik :
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik bermakna.
Psikologik :
Tidak ditemukan kelainan psikologik yang bermakna.
Sosiologik :
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan
penggunaan waktu luang sehingga pasien membutuhkan
sosioterapi.

11
VII. RENCANA TERAPI :
Psikofarmakoterapi :
Fluoxetin 20 mg / 1 tab / 24 jam
Alprazolam 0,5 mg / 1 tab / 24 jam

Psikoterapi Supportif :
Ventilasi : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaan dan keluhannya sehingga pasien
merasa lega.
Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada
pasien sehingga dapat membantu pasien dalam memahami
penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya dan
menganjurkan untuk berobat teratur.
Sugestif : Menanam kepercayaan dan meyakinkan bahwa
gejalanya akan hilang dengan meningkatkan motivasi diri
pasien.

Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan
orang-orang disekitarnya sehingga mereka dapat memberikan
dukungan moral dan menciptakan lingkungan yang kondusif
agar dapat membantu proses penyembuhan.
Family support.

12
VIII. PROGNOSIS :
Dubia ad Bonam
Faktor pendukung:
Dukungan dari keluarga yang baik untuk kesembuhan pasien.
Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
Pasien cukup kooperatif sehingga mau meminum obat secara
teratur.
Stressor psikososial yang jelas.

Faktor penghambat:
Usia yang masih sangat muda.

IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan pasien dan perkembangan penyakitnya, efektivitas
terapi serta tanda-tanda munculnya efek samping obat yang diberikan.

13
X. DISKUSI
Berdasarkan buku Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ III):

Depresif dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria :

Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat ) :


Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)
dan menurunnya aktivitas.

Gejala lainnya :
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Padangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang.
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0) , sedang (F32.1),
berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang
pertama). Depresif berikutnya harus diklasifikasi bawah salah satu
diagnosis gangguan depresif berulang (F33).

14
a. F32.2 Episode Depresif Berat tanpa gejala Psikotik (PPGDJ
III)
Pedoman diagnostik
- Semua 3 gajala utama depresi harus ada.
- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan
beberapa di antaranya harus berinteraksi berat.
- Bila ada gajala penting (misalnya agritasi atau retardasi
psikomotor) yang mecolok, maka pasien mungkin tidak mau
atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara
rinci.
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap
episode depresif berat masih dibenarkan.
- Episode depresif biasanya berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat
cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis
dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali
pada taraf yang sangat terbatas.

b. F32.3 Episode Depresif Dengan Gejala Psikotik (PPGDJ III)


Pedoman Diagnostik
- Memenuhi seluruh kriteria episode depresif berat tanpa gejala
psikotik.
- Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresif.
- Tidak ada satu pun tes laboratorium khusus untuk menegakkan
diagnosis sehingga wawancara psikiatri tetap merupakan
standar emas .
Fluoxetine merupakan anggota SSRI pertama yang diakui FDA
untuk pengobatan depresi. Seperti SSRI lain, obat ini bekerja
dengan menghambat reuptake serotonin (5-HT1A, 5-HT2c, dan

15
5-HT3c) ke dalam prasinap saraf terminal. Alhasil akan terjadi
peningkatan neurotransmisi oleh serotonin sehingga
menimbulkan efek antidepresan.
Adapun keistimewaan fluoxetine di banding antidepresan
lainnya adalah obat ini boleh diberikan pada usia lanjut, di atas
65 tahun. Kemudian pada januari 2003 fluoxetine juga sukses
menggondol pengakuan dari FDA untuk pengobatan depresi
dan obsessive compulsive disorder (OCD) pada anak dan
remaja (7-17).

Interaksi Obat
Fluoxetin
- Dosis lazim: 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari
dalam dosis tunggal atau terbagi.
- Kontraindikasi: hipersensitif terhadap fluoxetin, gagal ginjal yang
berat, pengunaan bersama MAO.
- Interaksi obat: MAO, lithium, obat yang merangsang aktivitas SSP,
anti depresan, triptofan, karbamazepin , obat yang terkait dengan
protein plasma.
- Perhatian: penderita epilepsi yang terkendali, penderita kerusakan
hati dan ginjal, gagal jantung, jangan mengemudi / menjalankan
mesin.
Alprazolam
Alprazolam merupakan kelompok obat benzodiazepine yang
memiliki kerja pendek yang digunakan sebagai obat depresi.
- Dosis lazim:
Dewasa: 0,25-0,5 mg, 3 kali sehari. Jika perlu dosis dapat
dinaikkan dengan interval 3-4 hari dengan dosis maksimum 4 mg
sehari dalam dosis terbagi.
Untuk pasien lanjut usia, debil (lemah) dan gangguan fungsi hati
berat : 0,25 mg, 2-3 kali sehari, ditingkatkan bertahap jika perlu.

16
- Kontraindikasi: Pasien yang hipersensitif terhadap golongan
benzodiazepine, glaukoma sudut sempit akut, miastenia gravis,
insufisiensi pulmonari akut, kondisi fobia dan obesesi psikosis
kronik, anak dan bayi prematur.
- Interaksi obat: Efek ditingkatkan oleh depresan saraf pusat, alkohol
dan barbiturat. Ekskresi oleh simetidin.

17
AUTOANAMNESIS
DM : Dokter Muda
P : Pasien

DM : Assalamualaikum mbak, perkenalkan saya Fauzi dokter muda yang


bertugas disini, mohon maaf dengan mbak siapa namanya?
P : N
DM : Oke, ada yang bisa saya bantu mbak ?
P : Saya sering merasa sedih dok
DM : Ada yang kita cemaskan?
P : Saya rasa kayak nda berguna ka dok
DM : Kalau bisa tau masalah apa yang kita pikirkan?
P : Saya nda suka di sekolahkan di pesantren.
DM : Kenapa bisa nda suka?
P : Karena saya tidak bisa ka jauh dari keluargaku. Saya nda bisa apa-apa
kalau tidak sama orang tua dan kakak-kakakku.
DM : Kenapa nda bisa ki lakukan sendiri?
P : Karena merasa nda mampu ka kalo nda ada orang tuaku. Dari kecil ka kalo
ada masalah pasti saya minta tolong ke mereka.
DM : Jadi waktu di pesantren apa yang kita rasa?
P : Merasa nda bisa ka apa-apa dok. Susah ka kurasa cari teman. Saya nda
suka juga hidup terlalu diatur. Sampe-sampe mau ka bunuh diri.
DM : Mungkin kita pernah merasa mendengarkan bisikan-bisikan di telinga ta
atau melihat sesuatu yang orang lain tidak lihat?
P : Tidak pernah ji dok.
DM : Sejak kapan kita rasa selalu sedih?
P : Sejak masuk pesantren selalu ka sedih tapi saya tahan ji. Tapi makin hari
nda kuat ma dok. Jadi saya telfon mi orang tuaku buat jemput ka
DM : Oh begitu, kita makan dan tidurnya bagaimana? Baik ji?
P : Kurang nafsu makan kurasa dok, tidak ada selera makan ku akhir-akhir ini
dok. Tidur juga susah dok. Biasa terbangun-bangun kaget.

18
DM : Kalau terbangun bisa tidur kembali?
P : Susah dok.
DM : Bagaimana perasaan ta sekarang ?
P : Masih sedikit lemas dok.
DM : Jangan miki terlalu pikir, kan ada mi orang tua ta sekarang. Rileks kan saja
pikiran ta supaya tidak stress ki. Bagaimana dengan pekerjaan ta sehari-
hari? Terganggu tidak dengan adanya masalah ini?
P : Terganggu dok. Saya saja sampai tidak bisa lakukan hobiku menulis cerita
dok.
DM : Tidak cepat capek ji?
P : Lemas badan ku dok, kayak tidak bertenaga.
DM : Kalau tidak berkegiatan, kita biasanya bikin apa?
P : Paling nonton TV.
DM : Masih menikmati acara TV jaki?
P : Biasa ji dok, tidak terlalu kupehatikan juga.
DM : Kita suka ji kumpul dengan teman ta di pesantren?
P : Tidak dok, malu ka dok. Nda pintar ka bergaul.
DM : Oh ya, ada lagi yang kita pikirkan sekarang?
P : Tidak ada ji dok.
DM : Terima kasih atas waktunya, saya permisi dulu.
P : Iya dok.

19

Anda mungkin juga menyukai