Anda di halaman 1dari 7

A.

Hama Jati

1. Hama uret (Phyllophaga sp)

yang merupakan larva kumbang, biasanya menyerang pada bulan Februari April
dengan memakan akar tanaman terutama yang masih muda, sehingga tanaman tiba-tiba
layu, berhenti tumbuh dan kemudian mati. Jika media dibongkar, akar tanaman
terputus/rusak dan dapat dijumpai hama uret. Kerusakan dan kerugian paling besar akibat
serangan hama uret terutama terjadi pada tanaman umur 1-2 bulan di lapangan, tanaman
menjadi mati. Pencegahan dan pengendalian hama uret dilakukan dengan penambahan
insektisida granuler di lubang tanam pada saat penanaman atau pada waktu pencampuran
media di persemaian, khususnya pada lokasi-lokasi endemik/rawan hama uret.
Adapun metode pengendalian dapat diterapkan pengendalian hama terpadu :

1. Monitoring imago dengan light trap


Light trap sebagai sarana monitoring, untuk mengetahui secara pasti saat aktivitas penerbangan
kumbang/imago uret, mulai terjadi jangka waktu musim penerbangan, serta saat terjadinya
aktivitas penerbangan terbanyak .
Data hasil light trap dapat digunakan untuk memprediksi saat mulai banyak dijumpai telur di
lapangan, saat telur banyak menetas, dan saat larva mulai banyak menyerang perakaran tebu,
dengan demikian dapat direncanakan antisipasi tindakan pengendalian yang sesuai dan
diperlukan pada periode-periode berikutnya.

2. Pengendalian dengan pengumpulan imago secara manual (gropyokan atau denganlight


trap)
Tujuannya untuk memutus siklus hidup uret dengan membunuh sebanyak mungkin kumbangnya.
Namun perlu diwaspadai gropyokan ini bisa gagal apabila kumbang-kumbang yang tertangkap
telah meletakan telurnya. Pengendalian ini biasanya dilakukan pada dua minggu awal hujan
biasanya bulan Oktober - pertengahan Desember.
Penggunaan Light Trap di HGU Sumber Lumbu PG Ngadiredjo

1. Penentuan saat masa tanam


Penentuan saat masa tanam yang aman dari serangan hama uret juga merupakan bagian
pengendalian hama terpadu uret. Selanjutnya ditentukan varietas tebu yang sesuai misalnya
masak awal, tengah atau akhir.

2. Pengumpulan larva uret secara manual


Pengumpulan larva uret sacara manual bersamaan dengan saat pengolahan tanah secara
mekanisasi yang sekaligus juga merupakan pengendalian secara kultur teknis.

3. Pengendalian Kimiawi
Pengendalian hama uret dengan menggunakan insektisida tanah misal : Rugby 10 G, Diazinon10
G, Furadan 3 G, Petrofur 3 G, Rhocab, dll. Pengendalian dengan insektisida tanah dilakukan
pada saat tanam, dengan cara ditabur bersama dengan pupuk pada dasar juringan. Perlu diingat
bahwa pemakaian insektisida diatur agar tidak terus menerus dengan bahan aktifyang sama dan
tidak meningkatkan dosis insektisida tersebut. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi resistensi
terhadap jenis insektisida tertentu. Sebaiknya satu jenis bahan aktifinsektisida, hanya digunakan
maksimal 2-3 periode tanam tebu, lebih dari itu harus segera diganti dengan jenis bahan
aktif yang lain. Pemberian insektisida tanah pada waktu tanaman tebu sudah besar, pernah
dilaksanakan kerjasama dengan P3GI namun sulit pelaksanaannya dan mahal.

2. Hama Tungau Merah (Akarina)


biasanya menyerang pada bulan Juni Agustus dengan gejala daun berwarna kuning
pucat, pertumbuhan bibit terhambat. Hal ini terjadi diakibatkan oleh cairan dari
tanaman/terutama pada daun dihisap oleh tungau. Bila diamati secara teliti, di bawah
permukaan daun ada tungau berwarna merah cukup banyak (ukuran 0,5 mm) dan
terdapat benang-benang halus seperti sarang laba-laba. Pengendalian hama tungau dapat
dilakukan dengan menggunakan akarisida.
Pengendalian hama tungau merah (Tetrachychus sp) yang efektif dapat juga dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut.
1. Pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan mengadakan sanitasi kebun dan
mengeradikasi gulma yang menjadi inang tungau merah.
2. Pengendalian secara biologis dapat dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami dari jenis
predator Phytoseiulus persimilis, P. marcopilis, Stethorus sp, Conccinella repanda, dan
C.tranversalis F
3. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan bahan kimia akarisida
pada awal peningkatan populasi. Aplikasi untuk Aceria dapat dilakukan apabila dijumpai
30 kuncup tanaman terinfeksi, sedangkan untuk Tetrachychus bila dijumpai 10 tunas
terifeksi dan 2 buah terinfeksi. Akarisida yang dapat digunakan adalah yang berbahan aktif
acetamiprid (Mospilan 30 EC), dinobuton 300 gr/liter, karbosulfan 200,11 gram/liter, dan
amitraz 200 gram/liter
3. Hama kutu putih/kutu lilin

yang bisa menyerang setiap saat pada bagian pucuk (jaringan meristematis). Pucuk daun
yang terserang menjadi keriting sehingga tumbuh abnormal dan terdapat kutu berwarna
putih berukuran kecil. Langkah awal pengendalian berupa pemisahan bibit yang sakit
dengan yang sehat karena bisa menular. Bila batang sudah mengkayu, batang dapat
dipotong 0,5 1 cm di atas permukaan media; pucuk yang sakit dibuang/dimusnahkan.
Jika serangan sudah parah dan dalam skala yang luas maka dapat dilakukan
penyemprotan dengan menggunakan akarisida.
Pengendalian

Penggunaan musuh alami seperti empat spesies Eretmocerus (Eretmocerus


sp, Eretmocerus Mundus, Eretmocerus hayati, dan Eretmocerus emiratus)
Pemanfaatan tanaman perangkap
Pelepasan pengatur pertumbuhan serangga
Pelaksanaan Light-Emitting Diode Dilengkapi CC perangkap (LED-CC).
Penerapan insektisida organic
Kendalikan hama kutu putih pada tanaman luar ruangan dengan memelihara
pemangsa alami kutu putih di taman Anda. Salah satu cara yang paling efektif untuk
membasmi kutu putih adalah dengan memelihara hewan-hewan (atau menyebarkan
bibit hewan) yang dapat memangsa kutu putih di taman Anda, tanpa merusak tanaman-
tanaman Anda. Hewan-hewan yang memakan kutu putih di antaranya
adalah lacewing, minute pirate bug (semacam kumbang bunga), beberapa spesies
kepik, serta beberapa spesies laba-laba.

2
Belilah bibit parasit kutu putih. Anda dapat menyebarkan bibit Encarsia
formosaataupun spesies Encarsia lainnya di taman Anda. Encarsia
formosa merupakan sejenis tawon parasit yang dapat menggerogoti tubuh kutu
putih dan mengganggu kemampuan reproduksinya.
Ada beberapa kiat ( secara perilaku) yang membantu mengurangi intensitas serangan Kutu kebul / kutu
putih di antaranya :

Periksa daun tanaman Anda secara teratur, untuk memastikan tanda-tanda kutu daun. Carilah
kelompok kutu yang bergerombol di balik daun, terutama pada pucuk dan daun muda, serta pada
daun yang terlihat menggulung dan keriput.
Jika populasinya masih sedikit, tindes saja kutu daun dengan tangan (gunakan sarung tangan).
Ada beberapa jenis serangga yang bisa kita manfaatkan untuk memangsa Kutu kebul / kutu putih ,
seperti kepik dan lain sebagainya.
Jaga lahan Anda bersih, bersihkan gulma secara rutin, gunting daun-daun dan ranting-ranting
ranting cabai Anda yang terlalu rimbun atau rusak.
Metode pengasapan di sore hari,dengan cara membuat asap di sekitar tanaman.
Gunakan mulsa perak untuk menutup bedengan Anda. Diketahui bahwa plastik mulsa perak dapat
menekan populasi hama kutu kebul/ kutu putih selama bulan-bulan pertama.
Karena perilaku kutu kebul / kutu putih yang terus menerus menghisap cairan nutrisi pada
tanaman,maka cukup realistis jika kita mengganti nutrisi tersebut dengan menyuplai tanaman
dengan pemupukan berbahan organik seperti SUPER NASA, POC NASA< HORMONIK dan POWER
NUTRITION secara intens.
Pemberian pupuk kandang + Natural GLIO yang sudah di fermentasi lebih kurang 2 minggu di saat
awal tanam.
Penyemprotan pestisida organik NASA yang berupa PESTONA + BVR + PENTANA + GLIO +AERO-
810 secara rutinnya.

4. Hama lalat putih


atau serangga kecil bertubuh lunak, mirip lalat, termasuk dalam ordo Homoptera. Hama
ini mencucuk dan mengisap cairan tanaman sehingga menjadi layu, kerdil bahkan mati.
Selain itu dapat menularkan virus dari tanaman sakit ke tanaman sehat. Pengendalian
hama ini dapat dilakukan secara 1) biologis menggunakan musuh alami berupa predator
dan parasitoid, 2) melakukan wiwilan daun dan penjarangan bibit dalam bedengan, 3)
penyemprotan larutan campuran insektisida-deterjen sedini mungkin ketika mulai terlihat
di persemaian, terutama diarahkan ke permukaan daun bagian bawah, karena serangga ini
mengisap cairan dan tinggal pada bagian tersebut, 4) secara mekanis, menggunakan alat
penjebak lalat putih (colour trapping) dan 6) pemupukan NPK cair, untuk meningkatkan
pertumbuhan dan kesehatan bibit di persemaian.

B. Penyakit

1. Penyakit layubusuk semai sering terjadi pada kondisi lingkungan yang lembab, seperti pada
musim hujan. Penyakit ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 1) serangan penyakit yang
dipicu oleh kondisi lingkungan yang lembab dengan gejala banyaknya bibit yang membusuk.
Penanganan secara mekanis dapat dilakukan dengan penjarangan bibit, wiwil daun dan
pembukaan naungan untuk mengurangi kelembaban. 2) serangan penyakit yang dipicu oleh
hujan malam hari/dini hari pada awal musim hujan dengan gejala berupa daun layu seperti
terkena air panas. Penyakit ini umumnya muncul pada saat pergantian musim dari musim
kemarau ke musim penghujan, saat hujan pertama turun yang terjadi pada malam hari atau
dini hari pada awal musim hujan. Seranga penyakit terutama pada bibit yang masih muda dan
menyebar dengan cepat.
2. Penyakit layu bakteri dapat menyerang bibit maupun tanaman muda di lapangan (umur 1-5
tahun) yang dapat menyebabkan kematian. Gejalanya daun (layu, menggulung, mengering
dan rontok), batang (layu dan mengering) serta bagian akar rusak. Pada kambium atau
permukaan luar kayu gubal nampak garis-garis hitam membujur sepanjang batang.
Pengendaliannya dapat dilakukan secara biologis, kimiawi dan cara silvikultur. Cara biologi
dan kimiawi baik untuk mengatasi serangan di persemaian, sedangkan untuk serangan pada
tanaman di lapangan, maka cara silvikultur lebih efektif dan aman. Cara biologi dilakukan
dengan menggunakan bakteri antagonis Pseudomonas fluorescens dan cara kimiawi
menggunakan bakterisida, yang disemprotkan ke seluruh permukaan tanaman dan sekitar
perakaran. Cara silvikultur dilakukan dengan memperbaiki drainase lahan dan pengaturan
jenis tumpang sari pada tanaman pokok jati.

Anda mungkin juga menyukai