Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara.Tercatat satu dari tiga
anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen
Kesehatan menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena masalah
kekurangan gizi dan buruknya kualitas makanan, didukung pula oleh kekurangan gizi selama
masih didalam kandungan. Hal ini dapat berakibat kerusakan yang tidak dapat diperbaiki
pada saat anak beranjak dewasa.
Dari sekitar 5 juta anak balita (27,5 persen) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6
juta anak (19,2 persen) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3 persen) .
Dr.Bruce Cogill seorang ahli gizi dari badan PBB UNICEF mengatakan bahwa isu
global tentang gizi buruk saat ini merupakan problem yang harus diatasi. Gizi buruk pada
balita tidak terjadi secara tiba-tiba,tetapi diawali dengan kenaikan berat badan balita yang
tidak cukup. Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu merupakan petunjuk awal
perubahan status gizi balita. Dalam periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak naik 2
kali berisiko mengalami gizi buruk.
Berdasarkan uraian diatas tentang masalah gizi dengan berbagai kompleksitas
masalah, maka penulis akan mencoba membahas tentang masalah Gizi Buruk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Gizi Buruk ?
2. Apa saja Klasifikasi Gizi BURUK ?
3. Bagaimana Pencegahan Gizi Buruk ?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Gizi Buruk!
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Gizi Buruk!
3. Untuk Mengetahui Pencegahan Gizi Buruk!

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gizi Buruk
Gizi buruk merupakan istilah teknis yang biasanya digunakan oleh kalangan gizi,
kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah kondisi seseorang yang nutrisinya di bawah
rata-rata. Hal ini merupakansuatu bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun.Balita disebut gizi buruk apabilaindeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) < -3
SD. Keadaan balita dengan gizi buruk sering digambarkan dengan adanya busung lapar
Ada beberapa cara untuk mengetahui seorang anak terkena busung lapar (gizi buruk)
yaitu :
1. Dengan cara menimbang berat badan secara teratur setiap bulan. Bila
perbandingan berat badan dengan umurnya dibawah 60% standar WHO-NCHS, maka dapat
dikatakan anak tersebut terkena busung lapar (Gizi Buruk).
2. Dengan mengukur tinggi badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA) bila tidak
sesuai dengan standar anak yang normal waspadai akan terjadi gizi buruk..
B. Klasifikasi Gizi Buruk
1. Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam
jumlah besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori. Nama kwashiorkor
berasal dari suatu daerah di Afrika, artinya penyakit anak yang terlantar atau disisihkan
karena ibunya mengandung alergi dan tidak lagi memberikan air susu ibu padanya. Tanpa
mengganti air susu ibu dan dapat tambahan pangan yang seimbang anak (umumnya berumur
kurang lebih 18 bulan) kurang mendapat protein. Jenis penyakit ini sering dijumpai pada bayi
dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun pada keluarga berpenghasilan rendah, dan umumnya
kurang sekali pendidikannya. Kurang protein pangan adalah penyebab utama kwashiorkor
sedang zat pangan pemberi tenaga mungin cukup diperolehnya atau bahkan berlebihan.
Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan tingkat
pendidikan yang rendah.
Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan berkembang di Afrika,
Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju seperti Amerika Serikat
kwashiorkor merupakan kasus yang langka. Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di
Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi buruk. Anak dengan
kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya sistem imun.
Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh
anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor
2
yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara
permanen. Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil yang
baik. Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status kesehatan
anak secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang permanen dan
gangguan intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak dilakukan penanganan atau
penanganannya yang terlambat, akan memberikan akibat yang fatal.

Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung


kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut diatas antara lain:
a. Pola makan
Protein adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang.
Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein/asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui
umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang
tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan
lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan
nutrisi anak berperan penting terhadap terjadinya kwashiorkhor, terutama pada masa
peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
b. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial
dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan
tertentu dan sudah berlansung turun-temurun dapat menjadi hal yang menyebabkan
terjadinya kwashiorkor.
c. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana
ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya
d. .Faktor Pendidikan
faktor pendidikanyang umumnya rendah sehingga berdampak pada pengetahuan
ibu yang sangat terbatas mengenai pola hidup sehat danpentingnya zat gizi bagi
kesehatan dan status gizi anak.

3
e. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi.
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP,
walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
Tanda dan gejala klinis yang timbul pada kwashiorkor antara lain:
Rambut tipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menimbulkan rasa sakit. Edema pada seluruh tubuh terutama pada punggung kaki dan
bila ditekan akan meninggalkan bekas.Kelainan kulit (dermatosis) seperti timbulnya
ruam berwarna merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas. Wajah membulat dan sembab (moon face). Pandangan
mata sayu. Pembesaran hati. Sering disertai penyakit infeksi akut, diare, ISPA, dll.
perubahan status mental menjadi cengeng, rewel, kadang apatis.
2. Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan
kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan
mengurusnya lemak bawah kulit dan otot Yang mencolok pada keadaan nutritional
marasmus ialah pertumbuhan yang berkurang atau terhenti disertai atrofi otot dan
menghilangnya lemak bawah kulit. Pada permulaan kelainan demikian merupakan proses
fisiologik. Untuk berlangsungnya hidup jaringan, maka tubuh memerlukan energi yang tidak
dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan, sehingga harus didapat dari tubuh sendiri,
sehingga cadangan protein dipakai juga untuk memenuhi energi.
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena
diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat, karena kelainan metabolik atau
malformasi kongenital. Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering
dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya
atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti
infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik,
penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat
Tanda dan gejala yang terjadi seperti:
Wajah seperti orang tua, Mudah menangis/cengeng dan rewel, Sering disertai
penyakit infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC). Badan nampak sangat kurus
seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat
sedikit sampai tidak ada (pakai celana longgar-baggy pants). Perut cekung.

4
3. Marasmic-Kwashiorkor
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiorkor dengan gabungan
gejala yang menyertai seperti:
a. Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas
kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan
sebagainya.
b. Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.
c. Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolik
seperti gangguan pada ginjal dan pankreas.
d. Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar
natrium dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.
C. Pencegahan Gizi buruk
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk yaitu:
1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai berumur 6 bulan. Setelah itu, mulai
dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan
tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2. Anak diberi makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak,
vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya untuk lemak minimal 10% dari
total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu.
Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai,
segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada
petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5. Jika anak menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi
dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa
diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu
meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting
lainnya.

5
BAB III
PENUTUP

Sebagai akhir dari ramgkaian penilisan,maka pada bagian akhir penulis akan
memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan pembahasan dalam penulisan ini,

A. Kesimpulan :
1.Klasifikasi giji buruk adalah suatu keadaan dimana tubuh kekuranga protein dalam
jumlah besar ( Kwashiorkor) penyebab utama adalah persediaan makan terbatas dan
tingkat pendidikan yang rendah sehingga zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
tumbuh kembang makanan mengandung kalori yang cukup .
2. Pencegahan gizi buruk: untuk mencegah terjadinya giji buruk kita harus membrikan
Asi selama 6 bulan serta memberikan makanan tambahan dan bervariasi seimbang
antara kandungan proteinn minimal 10 % serta rajin menimbang ,mengukur
pertumbuhan anak dengan mengikuti program posyandu

B. Saran
Dengan adanya gizi buruk pada balita yang masih merajalela di masyarakat maka
diperlukan ketahanan pangan di tingkat Rumah Tangga.dan petugas kesehatan
senantiasa membekali ibu-ibu ilmu pengetahuan tentang pola hidup sehat dan
pentingnya zat gizi bagi kesehatan dan status gizi balita..dan Untuk memecahkan
masalah gizi kurang yang sifatnya sangat kompleks ini diperlukan mahasiwa-
mahasiwi yang mampu mengembangkan ilmu gizi, melalui penelitian-penelitian dan
senantiasa menerapkan pada masyarakat.

6
DAFTAR PUSTAKA

ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id/index.php/JVK/article/download/31/21
Alamsyah Dedi,dkk.2015. Beberapa Faktor Risiko Gizi Kurang Dan Gizi Buruk
Pada Balita 12 - 59 Bulan.Kalimantan : jurnal vokasi Kesehatan, Volume I Nomor 5
September 2015, hlm. 131 13
Journal.um.ac.id
Devi Mazarina.2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Status Gizi
Balita Di Pedesaan.Semarang: TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 33, NO. 2,
SEPTEMBER 2010: 183 192
Jurnal.fkm.unand.ac.id
Diana Melva ViVI.2006.Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizianak Batita Di
Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang. Sumatra : Jurnal Kesehatan
Masyarakat, September 2006, I (1)
eprints.undip.ac.id
Novitasari Dewi.2012.Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada

Balita Yang Dirawat Di Rsup Dr. Kariadi Semaran.Semarang : Fakultas Kedokteran


Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai