PENDAHULUAN
kesehatan, baik yag bersifat bedah maupun non bedah. Terkait dengan upaya
dirumah sakit, maka dibutuhkan sarana kesehatan sebagai tempat yang dapat
rumah sakit. Rumah Sakit merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
1
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
yang padat sumber daya manusia, padat modal, padat teknologi, dan
dengan kompleksitas yang ada dalam organisasi rumah sakit maka perlu
adanya perhatian yang lebih baik dalam pengelolaan sumber daya manusia
yang ada didalamnya, karena sumber daya manusia dalam rumah sakit inilah
banyak dan paling lama kontak dengan klien dan keluarga dalam memberikan
sangat menentukan mutu pelayanan rumah sakit, sehingga setiap upaya untuk
2
secara keseluruhan. Di rumah sakit, perawat menjalankan peran dan fungsinya
dalam berbagai unit kerja baik rawat inap, rawat jalan maupun sebagai
pengelola atau administrator. Salah satu tolak ukur dalam penilaian mutu
keperawatan yang ada di ruang rawat inap. Diruang ruang ini semua kegiatan
ruang lainnya. Kegiatan diruang rawat inap banyak dilakukan oleh tenaga
2001; Depkes RI, 2002). Untuk itu perlu adanya leader atau pemimpin yang
kelompok secara sukarela. Sementara Paul Hersey dalam Sunyoto (2012: 34)
process of leading a group and influencing that group to achieve its goal.
mempengaruhi orang lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai hasil yang
3
Trapper yang dikutip Cecep. T (2013,88) dalam manajemen pelayanan
lain, berkomunikasi dengan jelas dan efektif, mengarahkan energi yang cukup
karena menciptakan disiplin dan tingkat motivasi kerja yang luar biasa bagi
suatu organisasi sehingga seluruh elemen yang ada dapat berfungsi optimal.
manajeman dan rekan kerja. Ketiga hal ini sangat menentukan kinerja
perawat pelaksana dimana bila salah satu faktor berkurang atau tidk ada maka
4
Kontribusi seorang pemimpin pelayanan keperawatan terhadap mutu
dengan mengikuti standar yang ditentukan tentu yang baik kepada klien dan
kepatuhan terhadap peraturan organisasi, prosedur kerja, kode etik, dan norma
pegawai melanggar aturan yang berlaku maka akan dikenakan sanksi atau
atau sanksi yang diberikan dengan menyelesaikan pekerjaan secara cepat dan
Dengan begitu kinerja yang baik akan mendapat respon yang positif
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
sebagai prestasi kerja yang dihasilkan sesuai dengan peran dalam perusahaan.
berpendapat kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
5
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
Dari pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa kinerja adalah hasil kerja
mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan dalam hal ini adalah kinerja
seorang perawat. Kinerja seorang perawat dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu
kepribadian individu perawat yang muncul dalam bentuk sikap mental dan
antara masukan (input) dan keluaran (output). Oleh karena itu dalam
hanya dilihat dari aspek kuantitas asuhan yang dihasilkan, tetapi juga dapat
2008:72 ).
6
Sebagai dasar perencanaan bidang kepegawaian khususnya penyempurnaan
kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja, Sebagai dasar pengembangan
mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan
bekerja dan penentuan alokasi rewards yang tepat sesuai dengan prestasi kerja
menyatakan bahwa dalam melakukan penilaian kinerja, ada beberapa hal yang
7
penyelesaian masalah /kreativitas, kerja tim dan kerja sama, kemampuan
berhubungan dengan orang lain, dan komunikasi (lisan dan tulisan). Dalam hal
ini, kinerja yang baik sangat penting dalam memberikan pelayanan dirumah
ataupun manajemen rumah sakit, namun hal tersebut dapat berjalan apabila
kinerja perawat terlaksana dengan baik dan optimal yang diarahkan oleh
pimpinan dalam mencapai tujuan rumah sakit. Seperti dalam aspek kualitas
lain yang dapat dinilai adalah kecepatan dalam bekerja karena masih banyak
pasien yang berkunjung atau berobat ke rumah sakit merasakan kurang puasa
selama bekerja dirasakan oleh pengunjung bahwa sikap perawat masih kurang
hubungan dengan staf lain, dan keteramapilan dalam bekerja di Rumah Sakit
pelaksana keperawatan, untuk yang dinas pagi sekitar 95 % setiap jam hari
kerja hadir, dan untuk pelaksanaan shif, untuk shift pagi 60 %, shif siang 99%.
8
100 100
95
100
80 60
60
40
20
0
Shif Pagi Shif Siang Shif Malam Dinas Pagi
Persentasi Kehadiran
9
90
80 89
70 60
60
45
50
40
30
20
1
10
0
S1 Keperawatan Skep Ners D 4 Keperawatan D 3 Keperawatan
SOP yang ditetapkan. Dimana kinerja perawat juga dapat dilihat dari
10
tindakan perawat yang mengikuti stadar operasional di RS SMC yaitu sebagai
berikut:
60
50
40
30
20
10
0
Melakukan Melakukan tidak Melakukan
Pendokumentasian Tindakan sesuai dokumentasi dan
SOP SOP
sehingga menyebebkan hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan ada, sehingga
dapat menimbulkan kerugian baik pada pasien, rumah sakit maupun pada
11
pengklaiman terutama pada pasien yang memiliki asuransi baik itu
kerja para karyawan yang kurang disiplin, yang ditunjukan oleh perilaku
karyawan yang sering tidak masuk kerja, tertidur saat jam kerja sedang aktif,
atau pulang lebih awal dari jam kerja. Dengan sering tidak disiplinya SDM
maka target penyelesaian pekerjaan tidak pernah tercapai yang pada gilirannya
bekerja kooperatif dengan para pegawai yang lain serta meningkatkan prestasi
memiliki kesadaran untuk mentaati semua peratran dan sadar akan tugas dan
12
Mangkunegara (2011 :129), mengemukakan bahwa terdapat dua
bentuk dimensi disiplin kerja, yaitu disiplin progesif dan disiplin preventif.
sumber daya manusia agar memiliki disiplin yang tinggi. Dengan indikator
yaitu absensi, kesadaran, pelaporan rekap data, SOP/ tata tertib yang jelas dan
mempengaruhi kinerja yaitu personal factor, leadeship factor, team factor dan
system factor. Adapun faktor- faktor yang data dinilai dalam pekerjaan
13
3. Komparatif yaitu, membandingkan hasil kerja karyawan dengan
sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin kerjanya
akan semakin tinggi prestasi kerjanya yang dapat dicapai (Hasibuan, 2003:47).
Disiplin kerja perawat yang terdapat dalam suatu unit atau bangsal
keperawatan berbeda-beda. Ada perawat yang rajin dan tekun dalam bekerja
keperawatan.
dengan motivasi kerja perawat. Hasil penelitian lain juga yang dikemukakan
14
pengaruh antara kepemimpinan, disiplin kerja dan kinerja perawat. Dimana
akan menuntut perawat untuk bekerja lebih disiplin. karena kedisiplinan yang
Tasikmalaya. RS SMC berdiri tahun 2011 dan saat ini memiliki status rumah
rumah sakit swasta disekitarnya. Hal ini dikarenakan di rumah sakit ini secara
15
fokus iklim kerja, etos kerja dan disiplin kerja yang sudah terbentuk, sehingga
didalamnya.
rumah sakit tipe C non pendidikan dengan status PPK-Badan Layanan Umum
yang ada meliputi rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, bedah sentral,
rawat inap terdiri dari 9 ruang yang memiliki kapasitas 129 tempat tidur
dengan BOR rata-rata 88,26 %, LOS 3,97%, TOI 1,14%, BTO 6,29 %, NDR
20,08 %, GDR 40,87 %.Jumlah seluruh perawat diruang rawat inap dan rawat
jalan sebanyak 195 orang yang terdiri dari 52 Perawat PNS, 102 Perawat
diberbagai bidang salah satunya adalah penataan dalam bidang sumber daya
16
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
1.3 Tujuan
Kabupaten Tasikmalaya.
Kabupaten Tasikmalaya.
17
3. Kinerja Perawat di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama
Kabupaten Tasikmalaya.
1.4 Manfaat
18
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Kepemimpinan
apa yang pemimpin lakukan Itu adalah proses memimpin kelompok dan
Sementara Terry & Rue (dalam Usman, 2011: 280) menyatakan bahwa
19
dan mengarahkan orang secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai
tujuan.
karena kepemimpinan dapat bersifat positif, namun ada pula yang bersifat
primary traits dan secondary traits. Primary traits (sifat primer) adalah :
4. Percaya diri
1. Kemampuan kognitif
2. Karisma
sebagai berikut:
sendiri.
20
2. Alpha dogs yaitu sifat sangat agresif, egosentris, mendominir, dan
mengontrol.
21
pengertian, teori kepemimpinan, gaya kepemimpinan, dan kepemimpinan
kepemimpinan meliputi:
3. Pemberan bmbingan.
5. Koordinasi.
membuat pendelegasian
dan menghargai.
22
1. Energi, mempunyai kekuatan mental dan fisik
erhadap bawahanya, ia tidak boleh cepat marah dan percaya pada diri
manusia
23
keterampilan kepemimpinan. Menurut Kurniadi. A (2013: 35), kegiatan
3. Pemberian bimbingan
5. Koordinasi
karyawan yang gagal memenuhi standar yang ditentukan. Oleh karena itu
24
organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku. Hai ini sejalan dengan
yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup
adalah tata cara yang digunakan sebagai alat untuk mengatur prilaku
1. Disiplin Preventif
partisipasi SDM.
2. Disiplin Korektif
25
berupa hukuman tertentu yang biasa disebut sebagai tindakan
3. Disiplin Progresif
merugikan organisasi.
26
4. Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan dalam tindakan
waktu.
27
4. Disiplin didalam melayani masyarakat: melayani pasien, dan melayani
masyarakat sekitar.
dalam suatu organisasi (Ilyas, 2001 dalam Kurniadi.A, 2013: 148). Atau
berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
(Rivai, 2005:50). Hal ini sejalan juga dengan yang dikemukakan oleh
28
ditentukan). Amstrong dan Baron ( 2002: 7-8) mengemukakan bahwa
motivasi.
kompetensi
Gibson, Ivancevich & Donelly (1997: 67) dan Ilyas (2001: 56)
dalam Kurniadi. A (2013: 149), ada tiga hal yang mempengaruhi teori
kerja dan kinerja yaitu, faktor individu, organisasi dan psikologis. Faktor
29
kepemimpinan, imbalan, supervisi, struktur dan desain pekerjaan. Kinerja
kelamin, dan lama kerja. Adapun faktor psikologis perawat pelaksana yang
pada penelitian ini sehingga dianggap semuanya dalam keadaan baik atau
berikut :
1. Pengkajian
30
sehat, dilakuakan salam waktu 24 jam sesudah pasien masuk,
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
31
tahap perencanaan adalah rencana asuhan keperawatan dikembangkan
pasien/keluarga.
4. Implementasi
5. Evaluasi
32
normalnya. Penafsiran hasil evaluasi antara lain tujuan tercapai,
setiap hari sesuai hasil SOAP dan diagnosa keperawatan yang sudah
waktu tertentu (Wirawan, 2009: 67). Atau kinerja adalah sejauh mana
2014: 26).
tujuan dengan kinerja yang dihasilkan para pekerjanya. Dalam arti bahwa
33
ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Oluseyi,
kepemimpinan efektif. Hal ini sama dengan apa yang dikemukakan oleh
tertentu.
34
mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
orang akan bekerja sesuai dengan prosedur dan ketetapan yang ditetapkan
oleh rumah sakit agar perawat tersebut bekerja secara profesional dalam
pengaruh antara disiplin kerja terhadap kinerja karyawan. Hal ini sama
disiplin kerja terhadap kinerja. di samping itu, ada penelitian lain yang
35
1.5.6 Pengaruh Kepemimpinan dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja
Perawat
kata pemimpin, maksudnya adalah orang yang dikenal oleh dan berusaha
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang telah dicapai oleh
dan disiplin kerja sangat dalam pengelolaan rumah sakit sangat penting
baik dan disiplin kerja dari perawat yang tinggi menjadi ujung tombak.
Tentu dengan kepemimpinan yang baik dan disiplin kerja perawat yang
tinggi akan menghasilkan kinerja yang positif. Dengan kata lain bahwa
36
kepemimpinan dan disiplin kerja berpegaruh pada kinerja perawat di
rumah sakit. Hal ini sama dengan yang diungkapkan dalam penelitian
oleh Soleha. K.L, Anton Tirta Komara.A.T, dan Sudia. Y.(2012: 47) yang
disilin kerja dan kinerja adalah salah satu elemen yang saling terkait dalam
pengelolaan rumah sakit dalam mencapai tujuan yang berangkat dari visi
(karyawan) jika pemimpin tersebut dapat menghargai dari apa yang telah
bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, ini sejalan dengan
37
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan dalam
Kepemimimpinan (X1)
1. Perencanaan dan pengorganisasian.
2. Penugasan dan pengarahan.
3. Pemberian bimbingan.
4. Mendorong kerja sama dan
Kinerja Perawat (Y)
pertisipasi.
5. Koordinasi. 1. Pengkajian
6. Evaluasi keterampilan kerja 2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
(Kron, 2010: 86)
4. Implementasi
5. Evaluasi
Disiplin Kerja (X2)
1. Disiplin Preventif (mendorong SDM untuk (Giliies, 1996, dalam
mentaati standar atau peraturan Kurniadi. A, 2013: 150)
2. Disiplin Korektif (tindakan indispliner,
peringatan, skors, pemecatan)
3. Disiplin Progresif ( tindakan indispliner
yang dilakukan berulang kali)
38
6.1 Hipotesis
Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran diatas maka
Tasikmalaya.
39