Anda di halaman 1dari 18

Siapa DUTA REMAJA PHBS itu?

Sekelompok remaja yang memiliki kesadaran untuk


ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, yang memiliki
kepedulian terhadap kesehatan pribadi, anggota
keluarga, masyarakat serta lingkungannya.
Sekelompok remaja yang telah mengikuti pendidikan
dan pelatihan kesehatan oleh mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

Apa tugas DUTA REMAJA PHBS itu ?


Duta REMAJA PHBS sebagai remaja pilihan desa
yang bertugas meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dengan mengajak masyarakat ber-PHBS.
Duta REMAJA PHBS sebagai KADER REMAJA di
Desa Jatisari yang mampu menyampaikan informasi
kesehatan kepada orang lain terutama teman sebaya.

Apa tujuan dibentuknya DUTA REMAJA


PHBS itu ?
Duta Remaja PHBS dibentuk oleh mahasiswa
kelompok XI PBL 2 FKM UNEJ untuk menjadi
generasi penerus dan pengembang program
intervensi kesehatan yang telah dilakukan oleh
kelompok XI sehingga masyarakat dapat merasakan
manfaat pemberdayaan yang telah dilakukan. Tujuan
lain dari pembentukan Duta Remaja PHBS yaitu
sebagai usaha untuk memastikan keberlanjutan
program kesehatan yang telah dilakukan di Desa
Jatisari.
Daftar Isi
Konsep Perilaku
Perilaku Kesehatan
Pengertian, Jenis dan Bentuk Komunikasi
Cara Berkomunikasi yang Baik
Kemampuan yang Harus Dimiliki Konselor Sebaya
Konsep Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003). Menurut Skinner, seperti yang
dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R
atau Stimulus Organisme Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini,
maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua
(Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain.
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo
(2003), membagi perilaku itu didalam 3 domain
(ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan
tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan
tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk
kepentingan tujuan pendidikan, yaitu
mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain
perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif
(kognitif domain), ranah affektif (affectife domain),
dan ranah psikomotor (psicomotor domain). Dalam
perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan
dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga
domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai
dasar untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang
dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang :
a. Faktor Internal : faktor dari dalam diri
sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi
fisik.
b. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri,
misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
c. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya
belajar, misalnya strategi dan metode dalam
pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan
yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat
kembali (recall) terhadap suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang
sebenarnya.
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi
masih dalam suatu struktur organisasi dan
ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan
kemampuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu
materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa
sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep
terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi
terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to
behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri
dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek)
mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan
yang nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain
adalah fasilitas dan faktor dukungan (support)
praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan
urutan yang benar dan sesuai dengan contoh
adalah merupakan indikator praktik tingkat
kedua.
c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,
maka ia sudah mancapai praktik tingkat
tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan
yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti
dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
didalam diri orang tersebut terjadi proses
berurutan yakni:
a. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek)
b. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
c. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
d. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku
baru.
e. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.

Perilaku Kesehatan
Menurut (Notoatmodjo, 2003) Perilaku Kesehatan
adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sehat sakit, penyakit dan faktor-
faktor yang mempengaruhi sehat- sakit (kesehatan)
seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan
kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan
adalah semua aktifitas atau kegiatan seseorang, baik yang
dapat di amati maupun yang tidak dapat di amati, yang
berkaitan dengan pembeliharan dan peningkatan
kesehatan.
Becker (1979) membuat Klasifikasi perilaku kesehatan,
dan membedakanya menjadi tiga, yaitu:
1. Perilaku sehat Perilaku sehat adalah prilaku atau
kegiatan yang berkaitan dengan upaya
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan harus Mmakan dengan menu seimbang,
kegiatan fisik secara teratur dan cukup, tidak
merokok dan meminum minuman keras atau
menggunakan narkoba, istirahat yang cukup serta
pengendalian atau manajemen stress.
2. Perilaku Sakit Prilaku sakit adalah berkaitan dengan
tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan
terkena masalah kesehatan pada dirinya atau
keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau
untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya.
Pada saat orang sakit atau anaknya sakit , ada
beberapa tindakan atau prilaku yang muncul, antara
lain didiamkan saja,mengambil tindakan dengan
melakukan pengobatan sendiri serta mencari
penyembuhan atau pengobatan ke luar
3. Perilaku peran orang sakit Dari segi sosiologi, orang
yang sedang sakit mempunyai peran, yang mencakup
hak- haknya, dan kewajiban sebagai orang sakit.
Menurut Becker, hak dan kewajiban orang yang
sedang sakit adalah merupakn prilaku peran orang
sakit, perilku peran orang sakit antara lain tindakan
untuk memperoleh kesembuhan tindakan untuk
mengenal fasilitas kesehatan yang tepat untuk
memperoleh kesembuhan melakukan kewajibannya
sebagai pasien antara lainmematuhi nasehat- nasehat
dokter atau perawat untuk mempercepat
kesembuhannya tidak melakukan sesuatu yang
merugikan bagi proses penyembuhan melakukan
kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya.
Perubahan Perilaku

Teori perubahan perilaku kesehatan ini penting dalam


promosi kesehatan yang bertujuan behavior change
Perubahan perilaku ini diarahkan untuk :
1. mengubah perilaku negatif (tidak sehat) menjadi
perilaku positif (sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan)
2. pembentukan atau pengembangan perilaku sehat
3. memelihara perilaku yang sudah positif
Bentuk Perubahan Perilaku
Menurut WHO, perubahan perilaku dikelompokkan
menjadi tiga :
1. Natural change, Sebagian perubahan perilaku
manusia karena kejadian alamiah
2. Planned change, Perubahan perilaku karena
memang direncanakan sendiri
3. Readiness to Change, Kesediaan untuk berubah
terhadap hal-hal baru.
Strategi Perubahan Perilaku (WHO)
1. Menggunakan kekuatan (Enforcement)
2. Menggunakan kekuatan peraturan atau hukum
(Regulation)
3. Pendidikan (Education)

Pengertian, Jenis dan Bentuk Komunikasi


Komunikasi adalah proses dimana seseorang
mengirimkan pesan kepada orang lain. Pengiriman pesan
ini biasanya dilakukan dengan menggunakan kata atau
bahasa. Agar proses komunikasi dapat berlangsung,
diperlukan adanya beberapa unsur komunikasi. Unsur-
unsur tersebut adalah: komunikator, pesan, penerima dan
umpan balik. Pada dasarnya setiap orang setiap saat
memikirkan, merasakan sesuatu dan ingin berkomunikasi
dengan orang lain. Berbagai jenis komunikasi yang
dilakukan setiap orang diantaranya:
1. Komunikasi massa
Komunikasi massa adalah penyampaian pesan
kepada sejumlah besar orang, biasanya ditujukan kepada
sebagian besar masyarakat. Misalnya : pidato bapak
Bupati,
2. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi
yang terjadi didalam diri seseorang. Komunikasi ini
menyangkut pada pertimbangan-pertimbangan atas
tindakan-tindakan yang bersangkutan.
3. Komunikasi Interpersonal/KIP
KIP adalah komunikasi satu orang keorang lain,
dua arah, secara verbal. dan non verbal yang menyangkut
saling berbagi informasi, dan perasaan antara individu
dengan individu atau antar individu di dalam kelompok.
Misalnya: antara konselor sebaya dengan klien remaja.
Model komunikasi interpersonal memfokuskan kepada
diri individu masing-masing, pesan-pesan yang saling
dipertukarkan. Aspek verbal dan non verbal dari KIP
menyangkut pada bagaimana keduanya berinteraksi
bersama. Ini berarti penempatan pernyataan didalam
pertukaran tingkah laku non verbal mempunyai arti
tertentu, sebagai contoh, seorang konselor
mengkombinasikan adanya sikap tergesa-gesa dan
kurang sabar ketika ia memotong pembicaraan seseorang.
Komunikasi interpersonal mempengaruhi setiap aspek
kehidupan kita. Komunikasi yang efektif akan
berpengaruh pada kepuasan klien. Sejumlah penelitian di
beberapa negara menunjukan bahwa kualitas interaksi
antara klien dan konselor mempengaruhi kepuasan klien.

CARA BERKOMUNIKASI YANG BAIK


Bentuk komunikasi interpersonal yang banyak
digunakan adalah konseling. Pada pokoknya konseling
merupakan usaha dari pihak konselor. Konselor
merupakan orang yang membantu untuk menjernihkan
masalah orang minta bantuan dengan mendampinginya
dalam melihat masalah, memutuskan masalah,
menemukan cara-cara pemecahan yang tepat, dan
menemukan cara yang paling tepat untuk pelaksaan
kepetusan. Konselor tidak boleh mendikte orang yang
minta konseling dengan langkah-langkah tertentu,
betapapun baiknya. Agar konselor dapat menjadi
konselor yang baik dan member konseling yang baik,
maka sebaiknya konselor :
1. Memiliki kemampuan untuk mengerti posisinya
sebagai konselor dan posisi dari orang yang minta
konseling
2. Mengupayakan untuk dapat berbicara dengan
gaya atau sikap yang menyenangkan lawan bicara
3. Menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan
dan materi pembicaraan
4. Menghargai dan menghormati lawan bicara
secara konsisten
5. Mengupayakan untuk tidak menampilkan gaya
otoriter, berlebihan, dan terlalu reaktif
6. Menghindari pembicaraan yang terlalu jauh atau
menyimpang
7. Menghindari untuk mengeluarkan ucapan yang
bersifat menilai, menyalahkan, mengkritik,
kecuali pada saat tertentu diperlukan
8. Menghindari untuk berbicara dan memberikan
tanggapan yang monoton, kaku, dan tidak toleran
9. Menghindari untuk memberikan tanggapan yang
bersifat menyudutkan, menekan, melemahkan,
atau mengancam.

KEMAMPUAN YANG DIMILIKI KONSELOR


SEBAYA
Seorang konselor sebaya harus dibekali
kemampuan untuk membangun komunikasi interpersonal
secara baik. Sikap dan keterampilan dasar konseling yang
harus dimiliki meliputi kemampuan berempati,
kemampuan melakukan attending, keterampilan
bertanya, keterampilan merangkum pembicaraan,
asertifitas, genuineness, konfrontasi, dan keterampilan
pemecahan masalah. Penguasaan terhadap kemampuan
membantu diri sendiri dan kemampuan untuk
membangun komunikasi interpersonal secara baik akan
memungkinkan seorang remaja memiliki sahabat yang
cukup. Selain kemampuan-kemampuan untuk
membangun komunikasi interpersonal, keterampilan
untuk mengembangkan resiliensi (daya lentur) juga
merupakan keterampilan yang perlu dilatihkan. Resiliensi
merupakan kemampuan penting bagi individu untuk
menghadapi berbagai situasi dan suasana adversif yang
seringkali tidak dapat dielakkan dalam kehidupan.
Keterampilan-keterampilan untuk mengembangkan
resiliensi adalah: keterampilan mempelajari ABC-mu,
menghindari perangkap-perangkap pikiran, mendeteksi
gunung es, menantang keyakinan-keyakinan,
penempatan pikiran dalam perspektif, penenangan dan
pemfokusan, serta real-time resiliensi. Dengan menguasai
keterampilan-keterampilan tersebut individu mampu
membantu diri sendiri dan teman lain dalam pengambilan
keputusan secara bijak dalam menghadapi berbagai
suasana aversif yang tidak dapat dielakkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Dengan dibentuknya seorang konselor sebaya ini


terbentuklah kader kesehatan remaja yang paling tidak
memberikan informasi kepada teman sebayanya tentang
10 indikator PHBS dan ISPA yang nantinya ketika
dilapangan ataupun sudah dalam lingkup pergaulan pasti
akan menemukan permasalahan seputar sanitasi yang ada
di lingkungannya. Maka seorang duta PHBS ini harus
memiliki public speaking yang baik. Seorang konselor
sebaya harus memiliki kualitas pribadi yang baik agar
dapat menunjang dalam proses konseling dengan konseli.
Kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh konselor sebaya
meliputi sikap dan keterampilan. Penelitian ini bertujuan
untuk untuk mengetahui keefektifan sikap dan
keterampilan yang seharusnya dimiliki untuk menjadi
konselor sebaya agar dapat menghasilkan konselor
sebaya yang berkualitas. hal ini bertujuan untuk
mempersiapkan diri untuk nantinya menjadi seorang
konselor profesional. Bagi jurusan Bimbingan dan
Konseling, pihak jurusan hendaknya memilih dan melatih
konselor sebaya untuk masing-masing angkatan.
Sehingga para mahasiswa dapat belajar untuk menjadi
konselor sebaya yang baik dan nantinya akan menjadi
konselor profesional yang efektif, pihak jurusan
hendaknya terus mengasah kemampuan konselor sebaya
melalui pelatihan keterampilan agar dapat mencetak
konselor sebaya yang efektif.

Seorang konselor sebaya harus memiliki empati


yang baik dengan membangun dan menumbuhkan sikap
empati dalam diri seorang konselor, maka diperlukan
hubungan yang baik dengan masyarakat maupun teman
sebaya. Sikap empati dapat mengajarkan tentang cara
memahami lingkungan, kondisi teman sebaya yang sedan
mengalami permasalahan. Empati merupakan bagian
penting dari kompetensi sosial, karena empati merupakan
unsure-unsur dari kecerdasan sosial competency.
Pelatihan ketrampilan yang harus dimiliki pada seorang
konselor sebaya juga meliputi attending, yaitu melatih
konselor teman sebaya dalam memahami ketrampilan
komunikasi verbal dan nonverbal dalam melayani
konseling, empathizing yaitu ketrampilan dalam
memahami perasaan dan keadaan orang lain
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U. F. 2014. Kesehatan Masyarakat : Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Rajawali Press.

Notoatmodjo, S. 2014. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan


Seni. Jakarta: Rineka Cipt.

Novia Luthviatin, E. Z. 2012. Dasar-Dasar Promosi


Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jember: Jember University
Press.

Barata, Atep Adya. 2003. Dasar-dasar Pelayanan Prima.


Jakarta: Alex Media Komputindo.
Hardjana, Agus M. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan
Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai