S2 2015 356670 Chapter1
S2 2015 356670 Chapter1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan tetap stabil selama beberapa dekade terakhir, yaitu >650.000 kasus baru
didiagnosis setiap tahunnya (Yancy dkk., 2013). Angka kejadian gagal jantung
pada populasi orang dewasa di negara-negara maju rata-rata adalah 2%. Angka
kejadian gagal jantung meningkat seiring dengan usia, dan mempunyai nilai lebih
besar 6-10% pada usia lebih dari 65 tahun. Angka kejadian gagal jantung lebih
rendah pada wanita dibandingkan dengan pria, tetapi angka kejadian gagal jantung
pada wanita paling tidak setengah dari kasus gagal jantung karena memiliki
Orang kulit hitam memiliki risiko tertinggi untuk gagal jantung. Dalam studi
dalam setahun yaitu terendah pada wanita kulit putih dan tertinggi pada pria kulit
hitam, dengan orang kulit hitam memiliki angka kematian dalam 5 tahun lebih
besar dibandingkan dengan orang kulit putih. Prevalensi gagal jantung pada pria
4,5% dan 3,8%, sedangkan pada pria dan wanita kulit putih non-Hispanik masing-
jantung terus meningkat dan menjadi peringkat pertama penyebab kematian pada
1
tahun 2000. Prevalensi penyakit jantung di Indonesia yaitu sebesar 9,2% yang
meningkat seiring dengan peningkatan umur dan mempunyai angka yang lebih
tinggi pada wanita, status ekonomi yang lebih rendah, perilaku merokok, pasien
dengan diabetes mellitus, hipertensi, dan obesitas (Delima dkk., 2009). Namun,
sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2007) di RSUD Dr. Kariadi
Semarang selama 1 Januari-31 Desember 2006 diperoleh 304 kasus pasien gagal
jantung dengan jumlah penderita usia dewasa lebih banyak daripada usia lanjut
jawab menyediakan obat yang bertujuan untuk mencapai hasil terapi tertentu guna
yaitu : mengidentifikasi Drug Related Problems (DRPs) baik yang aktual maupun
yang potensial terjadi, mengatasi DRPs yang terjadi aktual, dan mencegah
terapi obat yang melibatkan suatu obat atau suatu obat yang berpotensi
DRPs, maka farmasis dapat menyusun care-plan untuk mengatasi DRPs sehingga
dapat mencapai tujuan terapi yang diharapkan (Cipolle dkk., 2004). Drug related
2
problems juga sangat umum terjadi pada pasien rawat inap yang berisiko
kematian dan kecacatan serta meningkatkan biaya yang dikeluarkan pasien. Hasil
pasien rawat inap umumnya dapat memperbaiki perawatan dan memberikan hasil
terapi yang lebih baik. Selain itu, dengan adanya intervensi pharmaceutical care
Penelitian mengenai kajian DRPs pada terapi pasien gagal jantung sudah
yang dilakukan oleh Damayanti (2009) mengkhususkan pada pasien gagal jantung
saja yang banyak terjadi. Selain itu, penelitian tersebut juga dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara jumlah obat terhadap kejadian DRPs dan
Length Of Stay (LOS), serta korelasi antara kejadian DRPs terhadap LOS.
deskriptif. Dari hasil penelitian tersebut prevalensi DRPs yang diperoleh sebesar
perlunya peran farmasis dalam pharmaceutical care agar pasien mendapat terapi
yang tepat guna mencapai hasil terapi yang diharapkan serta memperbaiki kualitas
3
hidup pasien, maka perlu dilakukan kajian tentang DRPs pada terapi pasien gagal
jantung yang menjalani rawat inap di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
mengenai DRPs apa saja yang terjadi pada terapi pasien gagal jantung, serta
mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kejadian DRPs pada
B. Rumusan Masalah
1. Berapakah prevalensi kejadian DRPs pada terapi pasien gagal jantung yang
2. DRPs apa saja yang terjadi pada terapi pasien gagal jantung yang dirawat di
3. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kejadian DRPs pada terapi
pasien gagal jantung yang dirawat di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten?
4
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui prevalensi kejadian DRPs pada terapi pasien gagal jantung yang
2. Mengetahui DRPs apa saja yang terjadi pada terapi pasien gagal jantung yang
pada terapi pasien gagal jantung yang dirawat di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten?
D. Manfaat Penelitian
pasien.
2. Sebagai referensi bagi para klinisi dan farmasis klinik untuk melakukan
5
E. Keaslian Penelitian
Peneliti (Tahun) Abraham (2013) Tegegne dkk. (2014) Damayanti (2009) Hadiatussalamah (2013)
Judul Penelitian Drug Related Problems and Drug Therapy Problem (DTP) Kajian Drug Related Problems (DRPs) Identifikasi Drug Related
Reactive Pharmacist Among Patients with pada Terapi Pasien Congestive Heart Problems (DRPs) pada
Interventions for Inpatients Cardiovascular Diseases in Failure (CHF) di Rumkital Dr. Ramelan Pasien dengan Diagnosis
Receiving Cardiovascular Felege Hiwot Referral Surabaya Congestive Heart Failure di
Drugs Hospital, North East, Bahir Instalasi Rawat Inap RSUP
Dar Ethiopia Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2012
Metodologi & Cross sectional-deskriptif, Cohort-analitik, prospektif Cross sectional-analitik, prospektif Cross sectional-deskriptif,
Sifat Penelitian, prospektif retrospektif
Pengumpulan
Data
Hasil Penelitian DRPs yang paling banyak DTP yang paling banyak DRPs yang paling banyak terjadi adalah Prevalensi kejadian DRPs
terjadi adalah interaksi obat, terjadi adalah diperlukan interaksi obat, disusul dengan obat tidak yaitu 32,87% (59 kejadian).
disusul dengan dosis obat yang terapi obat tambahan. Tidak tepat, dan Adverse Drug Reactions DRPs yang paling banyak
terlalu tinggi dan duplikasi ada korelasi antara umur, (ADR). Tidak terdapat korelasi antara terjadi adalah terapi tanpa
obat. Intervensi apoteker jumlah obat, jumlah obat indikasi disusul dengan
jumlah obat dengan DRPs, dan antara
adalah pada interaksi obat dan tambahan, jumlah penyakit interaksi obat dan indikasi
DRPs dengan LOS. Terdapat korelasi
pemilihan obat serta dosis, penyerta, edukasi, dan lama tidak diterapi.
antara jumlah obat dengan LOS.
yang mana sebesar 59% adalah rawat inap terhadap kejadian
Outcomes akibat DRPs yang timbul
diterima. DTP.
adalah meningkatnya faktor risiko
penyakit kronik dan tidak terjadi efek
klinik.
6
Terdapat beberapa penelitian mengenai kejadian DRPs pada terapi pasien
Abraham (2013) dan Tegegne dkk. (2014). Penelitian tentang DRPs pada terapi
Februari 2008. Hasil dari 30 pasien yang diteliti, terdapat 40,39% kejadian DRPs
berupa interaksi obat, 16,35% kejadian timbulnya ADR, 10,58% dosis tidak tepat,
17,30% obat yang tidak tepat, serta 15,38% obat yang diperlukan. Selain itu,
penelitian tersebut juga dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara
jumlah obat terhadap kejadian DRPs dan LOS, serta korelasi antara kejadian
tidak ada korelasi antara jumlah obat terhadap DRPs dan tidak ada korelasi antara
kejadian DRPs terhadap LOS, tetapi ada korelasi antara jumlah obat terhadap
LOS.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2012 terhadap 143 pasien gagal jantung
penelitian tersebut, prevalensi kejadian DRPs yang terjadi sebesar 32,87% (47
yang tidak diterapi, 45,76% terapi tanpa indikasi, 1,70% dosis terlalu tinggi, dan
7
Kedua penelitian tentang DRPs pada terapi pasien gagal jantung tersebut
berbeda dengan penelitian ini yang akan mengkaji DRPs pada terapi pasien gagal
jantung rawat inap dengan menyertakan berbagai penyakit penyerta, serta untuk