Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan ciri fisik dan morfologi permukaan bumi, Pulau Jawa bagian
Barat dapat dibagi menjadi 4 zona fisiografi (Bemmelen, 1949), antara lain:
1. Zona Dataran Pantai Jakarta (Alluvial Plains of Northern-West Java, yang
memanjang dari serang dan Rangkasbitung di Banten hingga ke Cirebon
dengan lebar sekitar 40 km.
2. Zona Bogor (Bogor Antiklinorium), yang berpa jalur perbukitan dengan
lebar sekitar 40 km membentang dari Jasinga sampai Sungai Pemali di
Bumi Ayu, Jawa Tengah.
3. Zona Bandung (Central Depreesion of West-Java), yang merupakan
cekungan antar pegunungan membentang dari Pelabuhan Ratu di sebelah
timur melewati lembah Cimandiri sampai lembah Citanduy di sebelah
barat.
4. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat (Southern Mountains of West-Java),
yang membentang dari Pelabuhan Ratu sampai Nusakambangan di sebelah
selatan Zona Bandung.
Ilustrasi Pembagian Zona Fisiografi Pulau Jawa Bagian Barat dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
Lokasi Daerah
Penelitian
Gambar 1 Pembagian Zona Fisiografi Pulau Jawa Bagian Barat (Modifikasi Van Bemmelen,
1949)
Energi Panasbumi adalah energi yang tersimpan dalam air panas atau uap
dalam kondisi geologi tertentu. Kondisi geologi tertentu ini memungkinkan
terbentuknya Hydrothermal System yaitu sistem batuan-air yang mengandung
fluida dengan suhu tinggi. Fluida ini dapat dimanfaatkan, secara alami ataupun
melalui pengeboran, untuk kebutuhan pertanian, industri ataupun dikonversikan
menjadi energi listrik (A.J Ellis & W.A.J Mahon, 1977)
8
Energi panasbumi 50% berada dalam magma, 43% dalam batu kering panas (hot
dry rock) dan 7% dalam sistem hidrotermal (Julia S, 2015)
Secara umum dapat dikatakan proses yang menghasilkan pembentukan
anomali panasbumi adalah proses transfer panas ke permukaan bumi yang
disebabkan oleh magma. Dimana panas yang dibawa ini kemudian disimpan
sementara di dalam kerak bumi dekat permukaan <10km (Muffler, 1976,
Raybach-Muffler, 1981). Sistem panasbumi dijumpai pada daerah dengan gradien
geotermal relatif normal, terutama pada bagian tepi lempeng dimana gradien
geotermal biasanya mempunyai kisaran suhu yang lebih tinggi daripada suhu rata-
rata (Dickson dan Fanelli, 2004).
9
Secara umum, sumber panas lapangan panas bumi yang berupa intrusi
batuan atau dapur magma (magma chamber0 ditemukan pada daerah gunung api
(volcanic). Sementara sumber panas lainnya yang berasal dari gradient
temperature biasa ditemukan pada daerah lempen tektonik aktif dan cekungan
sedimen (Sedimentary basins) (Torkis, R., 2012).
Magma dari mantel dapat naik ke permukaan bumi karena adanya proses
peleehan mantel (Partial Melting). Proses pelelehan tersebut disebabkan oleh
penurunan tekanan mantel atau penuruna temperature sebagai akibat masuknya air
dari permukaan bumi selama proses subduksi (Sigurdson, 2000). Magma yang
naik dari mantel akan tersimpan dalam dapur magma (Magma Chamber).
Bentuk kamar magma menurut Marsh (2000) terdapat 3 bentuk yakni Siils &
Dikes ( berupa intursi local dengan bentuk parallel dengan ketebalam beberapa
centimeter hingga satu kilometer), Neck (batuan intrusi dengan bentuk silinder
vertical dengan diameter mencapai 100 m 1,5 km), dan Pluton (batuan dengan
bentuk bola yang berada di daerah vulkanik , terhubung dengan lempeng subduksi
dan memiliki diameter 2 10 km,)
2.1.2.2 Fluida
Fluida berperan sebagai media perambat panas ke permukaan bumi.
Selain itu pada sistem geothermal. Tipe-tipe fluida panas bumi terdapat beberapa
jenis yakni (Moehadi, 2009):
10
tertutup oleh formasi batuan yang tebal dimana di dalam
cekungan sedimentasi connate water merupakan air yang
umumnya dihasilkan dari laut, tetapi mengalami perubahan
oleh proses fisika dan kimia
11
Gambar 2.1 Setting Geologi yang ideal dalam keterbentukanpanasbumi
(Sumber: Dickson dan Fanelli 2004)
Secara sederhana, sistem kerja pembangkit listrik energi panas bumi mirip
dengan pembangkit listrik tenaga uap. Fluida panas dalam bentuk air/uap panas
yang digunakan untuk memutar turbin yang menhasilkan listrik. Fluida panas
tersebut diambil melalui sumur produksi yang memungkinkan fluida panas pada
reservoir untuk naik ke permukaan dan memutar turbin pada Power Plant.
sebelum menuju ke turbin, uap air dipisahkan terlebih dahulu dari air yang masih
terbawa, proses ini dilakukan di separator. Baru setelah itu uap kering menuju ke
turbin dan menggerakkan generator yang digunakan untuk pembangkit listrik.
Fluida panas yang naik ke permukaan tersebut akan mendingin karena perubahan
tekanan dan temperatur.
12
diinjeksikan terebut akan kembali terpanaskan dan mengalami perubahan fasse
menjadi air/uap panas yang dapat digunakan kembali untuk memutar turbin.
Siklus tersebut dapat berlangsung berulang-ulang. Prinsip ini membuat energi
panasbumi dikatakan sebagai renewable Energy karena sifatnya yang terbarukan.
Gambar 2.2 Skema sederhana proes konversi energi panas bumi menjadi energy
listrik menggunakan power plant tipe Binary Cycle. Dalam sebuah power plant
geothermal dibutuhkan sumur produksi dan sumur injeksi untuk memproduksi
listrik secara berkelanjutan (Sumber: Timothy Rempher, 2013)
13
Alat yang digunakan dalam pengukuran supcebitibilas magnet adalah
Proton Precision Magnetemometer. Alat ukur tersebut diletakan dipermukaan
daerah-darah yang akan diukur nilai suocebtibilitas magnet. Dari hasil
pengukuran akan dibuat suatu peta yang menunjukan variasi nilai supcebtibilitas
magnet. Adanya variasi supcebtibiltas magnet yang terukur disebabkan oleh
adanya variasi distribusi benda termagnetisasi dibawah permukaan bumi. Variasi
inilah yang akan ditafsirkan sebagai karakteristik geologi suatu daerah.
m1 m2
(2.1)
2
=
Dengan adalah permabilitas ruang hampa, tidak berdimensi dan berharga satu (Telford, 1976).
14
m1
(2.2)
H r r 2
= ml
(2.3)
Intensitas Magnetik didefinisikan sebagai momen magnetic per satuan volume:
15
bumi sendiri (94%) atau internal field, sedangkan sisanya (6%) ditimbulkan oleh
arus listrik di permukaan dan pada atmosfir (external field). Kemagnetan bumi
bisa berasal dari internal (dalam) bumi, kerak bumi ataupun dari angkasa luar.
Berdasarkan supcebtitbiltas magnet, material batuan di bumi dibedakan
menjadi beberpa kelompk yakni:
a. Diamagnetik
Mempunyai kerentanan magnetik (k) negatif dengan nilai yang
sangat kecil artinya bahwa orientasi elektron orbital substansi
ini selalu berlawanan arah dengan medan magnet luar. Contoh
materialnya : grafit, gipsum, marmer, kwartz, garam, dll.
b. Paramagnetik
Mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif dengan nilai
yang kecil. Contoh materialnya : kapur.
c. Ferromagnetik
Mempunyai harga kerentanan magnetik (k) positif dengan nilai
yang besar yaitu sekitar 106 kali dari diamagnetik /
paramagnetik. Sifat kemagnetan substansi ini dipengaruhi oleh
temperatur, yaitu pada suhu diatas suhu Currie, sifat
kemagnetannya hilang. Contoh materialnya : pyrit, magnetit,
hematit,dll.
Intepretasi tentang sifat kemagnetas batuan mejadi sangat vital dalam studi
geofisika magnetic. Karena dengan memahami hal tersebut, dapat dibuat suatu
model yang merepresentasikan bawah permukaan bumi berdasarkan nilai sebaran
supcebtibilitas magnetic. Karena sifatnya yang sangat khas untuk setiap jenis
mineral atau mineral logam. Harga supcebitibilitas magnetik pada beberapa bahan
di bumi diperlihatkan pada tabel berikut.
16
Tabel 2.1 Harga Supcebtibilitas Magnet beberapa Batuan (Mustang & Dendi,
1990)
Subceptibilitas Magnet
Batuan
(10-6 cgs)
Lava Andesit 0.02 - 0.04
Breksi 0.01 - 0.03
Alterasi Lempung 0.01 - 0.03
Bongkah Silisifikasi 0.00 - 0.02
Aliran Piroklastik 0.03 - 0.11
Lava Dasitik 0.00 - 0.02
Andesit Piroksen 1.00 - 1.20
Andesit Terubah 0.07 - 0.11
Lempung Kaolin 0.00 - 0.02
Dalam survey magnetik, nilai medan induksi magnet yang terukur pada
titik pengukuran merupakan jumlah dari vektor beberapa komponen medan
magnet antara lain:
Medan magnet utama bumi yang dihasilkan akibat adanya arus konveksi
besi liquid pada interior bumi.
Medan magnet hasil induksi pada material bumi akibat berada dalam
medan magnet utama bumi.
17
Medan magnet yang disebabkan oleh sisa-sisa magnet permanen pada
suatu material yang akan tetap ada walaupun pengaruh medan magnet
eksternal dihilangkan.
Metode Gaya Berat adalah suatu metoda untuk mengetaui tatanan geologi
dibawah permukaan bumi dengan mengamati perbedaan nilai gaya berat di setiap
lokasi pada daerah yang diteliti. Metode ini didasarkan pada pengukuran nilai
gaya gravitasi pada titik tertentu. Adanya gaya gravitasi disebabkan oleh tarikan
antara 2 massa yang berada pada jarak berhingga. Besar gaya Tarik ini akan
diengaruhi oleh besar massa dari masing-masing benda serta jarak antar benda-
benda tersebut. Dalam analisanya, metode gaya berat memanfaatkan perbedaan
gaya berat dalam memodelkan sebaran batuan di bawah permukaan bumi yang
memiliki perbedaan massa jenis. Umumnya eksplorasi metode gaya berat
merupakan preliminary survey untuk menentukan bentuk geometri dari cebkan,
bentuk basement, intrusi dan patahan (Kurniawan, 2014).
18
Alat yang digunakan dalam pengukuran gaya gravitasi adaah Gravimeter.
Alat ukur tersebut diletakan dipermukaan daerah-darah yang akan diukur nilai
gaya gravitasi nya. Dari hasil pengukuran akan dibuat suatu peta yang
menunjukan variasi nilai gravitasi. Adanya variasi gravitasi yang terukur
disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda dengan massa jenis tertentu
dibawah permukaan bumi. Variasi inilah yang akan ditafsirkan sebagai
karakteristik geologi suatu daerah.
m1 m2
FG (2.6)
r2
Mm
FG (2.7)
r2
19
Dengan demikian, percepatan gaya tarik bumi g adalah
F GM
g m r2 (2.8)
20
didefiniskan sebagai perubahan bentuk morfologi permukaan bumi akibat dari
gaya eksternal yang bekerja padanya. Marland P. Billings (1986) mensinonimkan
istilah Geologi Struktur dengan istilah Tektonika atau Geologi Tektonik.
Beberapa ilmuwan sepakat bahwa geologi struktur memiliki fokus utama dalam
membahas geometri batuan kulit bumi yang mana gaya akibat proses tektonik
yang bekerja dan menghasilkan geometri tersebut. Fokus utama Geologi Struktur
adalah 3 masalah utama: (1) Apa jenis struktur yang terbentuk? (2) Kapan
pembentukannya? (3) Kondisi fisis apa yang memicu pembentukannya?
Secara umum, jenis struktur geologi yang terbentuk akibat deformasi dari
gaya eksternal ada tiga jenis yakni Kekar, Sesar, dan Lipatan.
2.3.1 Kekar
Kekar merupakah suatu struktur rekahan pada batuan dimana belum atau
hanya sedikit mengalami pergeseran. Secara genetik, kekar dikelompokan
menjadi tiga jenis (Dennis, 1972) :
21
Gambar 2.3 Klasifiksi kekar berdasarkan genetiknya yang dicirikan oleh jenis
pergeseran (a) Tension Joint (b) Compression Joint (c) Oblique Joint (Sumber:
Dennis, 1972)
2.3.2 Sesar
Sesar merupakan suatu rekahan atau zona rekahan yang mana
memperlihatkan pergesaran. Fitur esensial dari sebuah sesar/patahan adalah
pergerakan parallel terhadap permukaan dari rekahan. Beberapa sesar hanya
memiliki panjang beberapa inch, sebagian lainnya dapat memiliki dimensi dengan
panjang puluhan kilometer.
Menurut Anderson (1951), hubungan antara tegasan dengan sesar yang terbentuk
digambarkan sebagai berikut:
Pada sesar normal tegasan utama (1) memiliki arah vertical, sedangkan
tegasan menengah (2) dan tegasan terkecil (3) berarah horizontal
Pada sesar naik tegasan terkecil (3) memiliki arah vertical, sedangkan
tegasan utama (1) dan tegasan menegah (3) berarah horizontal.
22
Pada sesar mendatar tegasan menengah (2) memiliki arah vertical,
sedangkan tegasan utama (1) dan tegasan terkecil (3) berarah
horizontal
Klasifikasi sesar Anderson dan hubungan antara arah tegasan dengan jenis
sesar yang terbentuk dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut.
2.3.3 Lipatan
23
Proses pembentukan lipatan dapat dibagi menjadi dua, yakni Bending dan
Buckling. Yang membedakan dari dua proses tersebut adalah arah gayanya.
Buckling merupakan proses perlipatan yang disebabkan oleh gaya berarah
horizontal dengan arah bidang lipatan yang terbentuk tegak luus arah tegasan,
sedangkan Bending disebabkan oleh gaya berarah vertikal dengan arah bidang
lipatan yang sejajar dengan arah tegasan..
24
sama lain menyerupai pergeseran akibat deformasi strike-slip. Pergeseran tersebut
menghasilkan rekahan/sesar berpasangan (Conjugate) yang terdiri atas sistem
sesar/rekahan R (Syntetic) dan R (Antithetic) (Gambar 2.6a) .
(a) (b)
Gambar 2.6 (a) Hubungan antara struktur permukaan (Thin Skinned Structure)
dan Struktur Bawah Permukaan (Deep Seated Structure) berdasarkan eksperimen
Riedel (b) Setting ekstensional pada model struktur Riedel yang berkaitan
dengan rezim Strike-Slip.
25
2.3.4.2 Model Struktur Harding
26
2.3.4.3 Model Struktur Van Wyk & O.Merle
Model struktur ini menjelaskan sistem struktur geologi pada rezim Strike-
Slip yang berasosiasi dengan gunung api. Zona sesar strike-slip pada dasarnya
memang seringkali berasosiasi dengan keberadaan gunung api seperti Sesar
Sumatra dan Sesar Sulawesi. Pada daerah tersebut, fitur ekstensional seringkali
diasosiasikan dengan gunung api, dan telah diajukan bahwa terdapat hubungan
antara fitur ekstensional dan Vulkanisma atau Intrusii (Aydin and Nur, 1982;
Hutton and Reavey, 1992; Tibaldi, 1992; Moore,1979) dalam Van Wyk & Merle
(2010).
(a) (b)
27
(c)
Gambar 2.8 (a) Konsep triaxial stress dan pada tegasan regional (tektonik) dan
tegasan pembebanan gunung api (b) kombinasi tegasan antara tegasan regional dan
pembebanan gunung api (c) Struktur sesar yang terbentuuk dari kombinasi tegasan;
R-Riedel Shear; R-Antithetic Shear; Y-Shear (Van Wyk & Merle, 2010)
28