Anda di halaman 1dari 9

COVER

DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2

BAB I ............................................................................................................................ 3

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3

1. Latar belakang masalah ...................................................................................... 3

2. Rumusan masalah............................................................................................... 6

3. Tujuan penelitian ................................................................................................ 6

4. Batasan penelitian .............................................................................................. 6

5. Sistematika penulisan ......................................................................................... 6

BAB II ........................................................................................................................... 7

KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................................... 7

A. Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 7

BAB III ......................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 9


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah

Dalam upaya membangun kota/kabupaten yang bersih, tertib dan indah,

pemerintah daerah seringkali melakukan penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) baik

itu yang produktif maupun kontraproduktif. PKL sebagai salah satu pelaku usaha

ekonomi kerakyatan yang bergerak dalam usaha perdagangan sektor informal perlu

dilakukan pemberdayaan untuk meningkatkan dan mengembang-kan usahanya.

Sedangkan keberadaan PKL kerap dianggap ilegal karena menempati ruang

publik dan tidak sesuai dengan visi kota yang sebagian besar menekankan aspek

kebersihan, keindahan dan kerapihan kota atau kita kenal dengan istilah 3K. Oleh

karena itu PKL seringkali menjadi target utama kebijakan kebijakan pemerintah

kota, seperti penggusuran dan relokasi.

Hal ini merupakan masalah yang sangat kompleks karena akan menghadapi

dua sisi dilematis. Pertentangan antara kepentingan hidup dan kepentingan

pemerintahan akan berbenturan kuat dan menimbulkan friksi diantara keduanya.

Para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang umumnya tidak memiliki keahlian khusus

mengharuskan mereka bertahan dalam suatu kondisi yang memprihatinkan, dengan

begitu banyak kendala yang harus di hadapi diantaranya kurangnya modal, tempat

berjualan yang tidak menentu, lokasi yang berada di atas tanah pemerintah,
kemudian ditambah dengan berbagai aturan seperti adanya Perda yang melarang

keberadaan mereka. Melihat kondisi seperti ini, maka seharusnya semua tindakan

pemerintah didasarkan atas kepentingan masyarakat atau ditujukan untuk

kesejahtraan rakyat atau dalam hal ini harus didasarkan pada asas oportunitas.

Di Kota Palangka Raya pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran makro

mengenai hasil dari proses pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah,

dunia usaha maupun masyarakat Kota Palangka Raya menuju keadaan yang lebih

baik. Pertumbuhan ekonomi Kota Palangka Raya juga merupakan suatu gambaran

dari peningkatan pendapatan yang berakibat pada peningkatan kemakmuran dan

taraf hidup Kota Palangka Raya. Karena itu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan

berkelanjutan merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi

dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Saat ini, Di Kota Palangka Raya sendiri banyak berdiri usaha usaha kecil PKL

di sepanjang jalan, yang mana membuktikan pertumbuhan ekonomi kota

palangkaraya meningkat dari tahun ketahun. Sehingga penataan ulang terhadap

pedagang kaki lima sangatlah di perlukan untuk menciptakan kota yang bersih,

tertib dan indah. Sekarang ini Pemkot Palangka raya tengah gencar-gencarnya

melakukan penataan dan penertiban dengan merelokasikan PKL di tempat-tempat

yang telah disediakan, sebagaimana RPJMD Kota Palangka Raya tahun 2013-2018

tentang kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal khususnya

Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Palangka Raya dilakukan dengan menetapkan
lokasi-lokasi kegiatan perdagangan informal yang tidak mengganggu kepentingan

umum sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Kawasan-kawasan yang

ditetapkan untuk kegiatan sektor informal adalah di Kawasan Taman dan Kawasan

Kampus UNPAR, Jalan Yos Sudarso, dan Jalan G.Obos.

Kawasan yang menjadi perhatian Pemkot Palangka Raya dalam relokasi PKL

adalah kawasan yang selama ini ramai tumbuh subur PKL seperti di Jl. Yos Sudarso,

Jl. G. Obos, Jl. Temenggung Tilung dan Jl. Pangeran Samudra. Penataan PKL yang

terlaksa baru sepanjang jl. Yos Sudarso dan beberapa jalan di kota Palangka Raya,

dan masih banyak lagi keberadaan PKL yang memang harus di tertibkan, sehingga

pemerintah harus bisa mencari lokasi lainnya dalam relokasi PKL, akan tetapi

pelaksanaan kebijakan relokasi sering dihadapkan oleh persoalan ketidak sesuaian

harapan atas lokasi baru. Relokasi yang baru dilaksanakan sekarang ini adalah

penataan warung tenda makan yang berjualan sepanjang Jl. Yos Sudarso dekat

Bundara ke Jl. Yos Sudarso Ujung yang notabene jauh dari keramaian, kosentrasi

masyarakat, dan dilalui orang banyak, padahal pusat jajanan kuliner (warung tenda)

yang paling ramai terletak di Jl. Yos Sudarso dekat Bundaran. Pelaksanaan relokasi

ini dikarenakan tempat itu akan dijadikan ruang terbuka hijau (RTH). Pada

pelaksanaannya, relokasi tersebut tidak berjalan efektif karena ketidaksesuain lokasi

baru dengan kebutuhan usaha warung tenda makan.

Kuliner yang di jual di tempat itu banyak didominasi masakan khas Jawa
Timur, seperti: seafood, ayam goreng/bakar, rawon, pecel, soto lamongan, banyak
ditemui sepanjang jalan itu. Selain itu kuliner Banjar juga banyak ditemui, misalnya
ketupat kandangan atau soto banjar, dan dibuka mulai jam 5 sore. Berdasarkan
fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TERHADAP RELOKASI PEDAGANG KAKI
LIMA ( Studi Kasus Warung Tenda Di Kawasan Jl.Yos Sudarso Kec. Jekan Raya
Kota Palangka Raya ).
2. Rumusan masalah

3. Tujuan penelitian

4. Batasan penelitian

5. Sistematika penulisan
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai