Alkisah ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah desa. Entahkarena apa mereka terjebak
ke dalam suatu pertengkaran serius. Danini adalah kali pertama mereka bertengkar demikian
hebatnya. Padahal selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan. S aling
meminjamkanperalatan pertanian. Dan bahu membahu dalam usaha perdagangan tanpa
mengalami hambatan. Namun kerjasama yang akrab itu kini retak.
Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan bulldozer lalu mengalirkan Airnya ke tengah padang
rumput itu sehingga menjadi sungai yang Memisahkan tanah kami.
Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, Tapi aku akan membalasnya lebih setimpal. Di
situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku
Sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin melupakannya.Kata tukang
kayu, Saya mengerti. Belikan saya paku dan peralatan.Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa
membuat tuan merasa senang.? Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai
Kebutuhan
dan menyiapkannya untuk si tukang kayu.
Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian. Sepanjang hari tukang kayu bekerja
keras, mengukur, menggergaji dan memaku. Di sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali,
tukang kayu itu baru Saja menyelesaikan pekerjaannya. Betapa terbelalaknya ia begitu melihat hasil
pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya.
Namun, yang ada adalah jembatan melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya
dengan ladang Pertanian adiknya.Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan yang tertata
rapi.
Kita lahir dengan dua telinga, satu kiri dan satu di kanan sehingga kita dapat mendengar dari
dua sisi dan dua arah. Menangkap pujian maupun kritikan, Dan mendengar mana yang salah
dan mana yang benar.
Kita dilahirkan dengan dua mata, dua telinga, namun cukup dengan satu mulut.
Karena mulut tadi adalah senjata yang tajam , Yang dapat melukai,memfitnah, bahkan
membunuh. Lebih baik sedikit bicara, tapi banyak mendengar dan melihat.
Kita dilahirkan dengan satu hati, yang mengingatkan kita. Untuk menghargai dan memberikan
cinta kasih dari dalam lubuk hati.
Belajar untuk mencintai dan menikmati untuk dicintai, tetapi Jangan pernah mengharapkan
orang lain mencintai anda dengan cara dan sebanyak yang sudah anda berikan.
Berikanlah cinta tanpa mengharapkan balasan, maka anda akan menemukan bahwa hidup ini
terasa menjadi lebih indah.