Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

1. Permasalahan

Sepak bola adalah cabang olahraga yang menggunakan bola yang

dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 11 (sebelas) orang.

Jika seseorang berpikir tentang sepakbola di Indonesia, bayangan yang mungkin

akan tertuju tidak hanya pada 11 pemain danpara official di lapangan saja, tetapi

juga sebagai relasi politik untuk mencapai kekuasaan. Sepakbola yang hanya

digunakan untuk mencapai kekuasaan dan terkesan menghilangkan nilai-nilai asli

tentang permainan itu sendiri akhirnya berdampak pada penurunan prestasi tim

nasional sepakbola Indonesia.

Sepak bola Indonesia dijadikan alat politik oleh Ir. Soeratin dan kawan-

kawan sebagai kaum terpelajar yang menjalankan politik etis menggemakan ide-

ide nasionalisme untuk menggugah para perintis kemerdekaan akan pentingnya

olahraga pada periode 1930-an (Palupi, 2004:88). Mereka menyadari bahwa

olahraga tidak saja dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk membentuk

fisik dan mental tetapi juga sebagai alat perjuangan bangsa terutama dalam

memupuk rasa kebangsaan.

Sepak bola merupakan salah satu alat politik dan usaha perjuangan kearah

kemerdekaan di Indonesia pada masa lalu (Palupi, 2004:vi), tetapi kepentingan


2

politik tersebut harus memenuhi nilai-nilai etik agar mampu tercapai kemajuan

sepak bola nasional sekarang ini dan bukan politik kotor yang hanya memakai

sepak bola sebagai instrument agar meraih sesuatu yang diinginkan. Sepak bola

yang digunakan untuk mencapai kekuasaan dan terkesan menghilangkan nilai-

nilai asli tentang permainan itu sendiri akhirnya berdampak pada penurunan

prestasi tim nasional sepak bola Indonesia.

.Sepak bola sebagai alat politik yang diharapkan seperti puluhan tahun lalu

ternyata berbanding terbalik pada saat ini. Politisasi sepak bola hanya menjadi

sebuah masalah dalam sepak bola di negeri ini dan berdampak pada penurunan

prestasi tim nasional dan jatidiri bangsa. Sepakbola yang berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945 tercantum pada pasal tiga ayat 1 dan 2 statuta PSSI 2011 telah

banyak menemui penyimpangan.Permasalahan penunggakan gaji yang berdampak

pada beberapa pemain akhirnya jatuh sakit kemudianmeninggal dunia karena

kesulitan hidup, korupsi, dan lain-lain merupakan salah satu bentuk

penyelewengan kedua pasal tersebut. Pasal lima statuta PSSI tentang netralitas

dari intervensi politik ternyata tidak berjalan dengan semestinya. Intervensi politik

sangat besar terjadi dalam tubuh PSSI memunculkan banyaknya mafia politik dan

berdampakpada masalah-masalah seperti verifikasi liga yang tidak jelas, pelatihan

yang tidak masif, dan lainnya. Sementara itu penyimpangan juga terlihat dalam

pasal 19 ayat 3 statuta PSSI 2011 mengenai badan hukum atau kelompok yang

tidak boleh mempunyai lebih dari satu klub sepakbola (PSSI, 2011). Badan

hukum atau induk perusahaan faktanya mempunyai lebih dari dua bahkan tiga

klub sepakbola dalam sebuah kompetisi yang menyebabkan integritas suatu


3

pertandingan sepakbola diragukan.Penyelewengan dana timnas U-19 yang

dilakukan PSSI semakin memperburuk citra persepakbolaan di Indonesia.

Salah satu media pernah memberitakan ada beberapa pemain yang masih

belum dibayarkan gajinya oleh klub tempat pemain tersebut (detiksport.com,

2014). Pemain-pemain tersebut antara lain:

1. Eugene Dadi (Persibo Bojonegoro).

2. Robbie Gaspar (Persema Malang).

3. Steven Hesketh (Arema Cronous).

4. Josh Maguire (Bontang FC).

5. Satoshi Otomo (Persela Lamongan).

6. Kenji Adachihara (Bontang FC).

7. Yuichi Sibakoya (Persiwa Wamena).

8. Steven Pantalidis (Medan Bintang FC).

9. Emile Linkers (PSIM Jogja).

10. Lorenzo Rimkus (PSIM Jogja).

11. Jhony van Beukering (Pelita Jaya FC).

12. Kristian Adelmund (PSIM Jogja).

13. Masahiro Fukasawa (Bontang FC).


4

14. Yusuke Sasa (Persikad depok).

Permasalahan sepak bola nasional juga dapat dilihat dari kutipan media

detik.com dan salah satunya yaitu permasalahan pemungutan biaya dalam seleksi

timnas U-19:

BANDUNG - Pelatih Timnas Indonesia U-19 Indra Sjafri,


mengancam menolak proses seleksi pemain Timnas U-19 asal Jawa Barat
(Jabar).
Ini merupakan buntut adanya pungutan atau uang pendaftaran
kepada pemain seleksi, yang digelar di kota dan kabupaten Jabar.
Itu diungkapkan Indra saat dikonfirmasi wartawan, Rabu
(17/12/2013), terkait adanya biaya pendaftaran sebesar Rp 200 ribu oleh
pihak PSSI Jabar, terhadap setiap pemain yang diseleksi.
Indra sangat tidak setuju dengan adanya biaya pendaftaran untuk
seleksi pemain U-19 di Jabar.Menurutnya, seleksi pemain Timnas U-19
merupakan hak setiap warga Indonesia tanpa terkecuali. Indra tidak
membantah sudah diberitahu terkait proses seleksi yang digelar PSSI
Jabar.
"Konfirmasi seleksi itu sudah ada ke saya, tapi enggak ada yang
bayar, karena seleksi itu hak semua pemain. Saya sangat tidak setuju kalau
dipungut biaya. Saya enggak akan datang di seleksi itu. Kalau murni tanpa
bayar saya mau, kasihan pemainnya kalau harus bayar," papar Indra.
Indra sangat mengharapkan konsentrasi semua pihak tidak terpecah
dengan adanya isu ini.Sebab, saat ini pasukannya sudah matang terbentuk.
Dalam kurun dua tahun ke depan, ia akan berkonsentrasi penuh mengelola
Timnas U-19.
"Kalau mau bicara U-19 sekarang sudah telat, paling dua tahun ke
depan lagi baru ada," katanya.
PSSI Jabar sedang menyeleksi 300 pemain menuju Timnas U-19
yang digelar pada 14-22 Desember 2013. Jumlah tersebut akan
mengerucut menjadi 30 pemain, dan selanjutnya akan dipantau langsung
oleh Indra.
Pihak PSSI Jabar mengakui bahwa dalam proses seleksi pemain
Timnas U-19, pihaknya memberlakukan biaya pendaftaran.
5

Wakil Ketua Bidang IV Papat Yunisal mengatakan, sebagai


penyelenggara seleksi U-19, biaya pendaftaran itu bukanlah pungutan,
melainkan untuk biaya yang sepenuhnya akan diberikan untuk pemain
sendiri.

"Uang itu digunakan misalnya untuk kaus tim seleksi yang khusus
untuk seleksi timnas, piagam penghargaan, dan lain-lain," tutur Papat.
(Detik.com, 2013).
Penyimpangan yang terjadi di pasal 19 ayat 3 statuta PSSI seperti

dijelaskan sebelumnya tentang badan hukum yang tidak bisa memiliki klub lebih

dari satu karena akan menyebabkan integritas suatu pertandingan diragukan

ternyata ditemukan pada klub peserta ISL 2014 saat ini. Salah satu contohnya

adalah klub Arema Cronous, Persebaya Surabaya, Pelita Bandung Raya yang

dimiliki oleh kelompok usaha Bakrie yang sebenarnya berafiliasi ke dalam partai

peserta pemilu tertentu sehingga rawan politisasi dalam sepak bola yang tidak

sehat dan sebagai sarana penggiringan publik karena sepak bola merupakan alat

yang paling menarik dalam berkampanye.

Statuta PSSI pasal 68 ayat 2 tentang sanksi disiplin sebenarnya secara jelas

tertulis bahwa badan hukum atau dalam hal ini klub yang tergabung dalam PSSI

harus sudah dikenai sanksi berupa denda, skorsing, bahkan pengembalian apabila

mempunyai masalah dalam kondisi internal klub tersebut seperti penunggakan

gaji, tidak fair play, dan lain sebagainya, namun kekurang-tegasan PSSI terhadap

klub-klub tersebut menjadikan kompetisi akhirnya rawan akan kecurangan. Hal

tersebut akan terus terulang secara terus menerus jika tidak ada antisipasi sejak

dini yang dilakukan PSSI dalam hal ini induk organisasi sepak bola tertinggi di

Indonesia.
6

Palupi (2004:vi) pernah berkata dalam bukunya bahwa korupsi, drug

kerusuhan, masalah wasit, dan ketidakberesan pengelolanya adalah sesuatu yang

sehari-hari kita dengar. Semua permasalahan diatas jelas berdampak pada

penurunan prestasi tim nasional sepak bola Indonesia pada saat ini

Banyaknya permasalahan yang terjadi dalam tubuh persepakbolaan

nasional, penulis mendapatkan sebuah kegelisahan dan akhirnya ingin mencoba

mengkaji permasalahan tersebut dari kacamata ilmiah.Salah satu kajian dalam

bidang filsafat yaitu etika oleh penulis dirasa sanggup memberikan sedikit

tanggapan dan solusi dari keterpurukan sepak bola yang ada di Indonesia saat ini

khususnya kajian tentang behaviorisme dalam etika dari tokoh B.F. Skinner.

Penulis menganggap bahwa behaviorisme sebagai salah satu kajian dari etika

sangat penting diteliti untuk dijadikan sebuah laporan penelitian, karena kajian

Skinner tentang konsep pengkondisian operan akan mampu membawa bagaimana

perubahan perilaku yang mempunyai efek bagi lingkungan dalam hal ini kondisi

persepakbolaan nasional sebagai objek materi yang ingin diteliti oleh penulis.

Selain itu, kajian tentang bagaimana agensi pengendali etik dari kelompok

atau individu terutama melalui kekuasaannya untuk menguatkan atau menghukum

akan mampu memanipulasi sejumlah variable tertentu (Skinner, 2013:511).

Kajian tersebut akan dibahas untuk memperoleh suatu formulasi tentang

bagaimana peran agensi etis seperti Negara, departemen terkait, bahkan

intelektual dalam memperbaiki persepakbolaan di tanah air. Tentu saja penulis

akan melihat konsepsi tentang individu maupun kelompok yang berperilaku di


7

bidang ini sebelum menganalisis dan menelaah secara komprehensif bagaimana

selanjutnya agensi etis tersebut akan bermain didalamnya.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana konsep behaviorisme dalam etika Burrus Frederich

Skinner?

b. Apa permasalahan dalam perkembangan PSSI?

c. Apaperanan behaviorisme dalam etika Burrus Frederich Skinner

dalam penyelesaian masalah yang ada didalam persepakbolaan

Indonesia saat ini?

3. Keaslian Penelitian.

Peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian yang berkaitan

dengan pemikiran Burrus Frederic Skinner dan Sepak Bola. Penelusuran

penelitian yang terkait dengan pemikiran Skinner dan sepak bola antara

lain:

a. Widi Aristanto, 2006,Praktik Rasisme dalam Sepak Bola Eropa

(tinjauan filsafat manusia, Fakultas Filsafat UGM.

Tulisan tersebut memaparkan tentang upaya menyelidiki

dan menganalisis praktek rasisme yang terjadi dalam sepak bola

Eropa kemudian melakukan refleksi terhadap praktek rasisme

tersebut menggunakan tinjauan filsafat manusia.

b. Apriginta Purba, 2011, Pengaruh Kapitalisme Global dalam

Industri Sepak Bola, Fakultas Filsafat UGM.


8

Tulisan ini membahas tentang bagaimana nilai-nilai

kapitaliskme global untuk berkembang. Nilai-nilai tersebut berupa

ekspansi ke berbagai penjuru dunia, praktek penjualan saham klub

sepak bola kepada pihak yang ingin menanam saham,

pembentukan perusahaan multinasional di bidang olahraga sepak

bola, serta penggunaan media massa sebagai fasilitas penjualan

komoditas dan promosi yang mempengaruhi konsumen penikmat

sepak bola.

c. M. Tamamul Iman, 2012, Dimensi Etis dalam pertandingan sepak

bola, Fakultas Filsafat UGM.

Tulisan ini memaparkan tentang bagaimana pertandingan

sepak bola saat ini telah memberikan sebuah gambaran baru bagi

masyarakat dunia, karena pertandingan sepak bola ditampilkan

sebagai olah raga yang multikultur, penuh dengan ajaran-ajaran

moral dan kemanusiaan.

d. Epsi Euriga, 2012, Pengujian Prospect TheoryDampak Hasil

Pertandingan Sepak Bola Sea Games Terhadap Return Saham Di

Indonesia Tahun 1997-2011, S2 Manajemen UGM.

Tulisan ini membahas tentang bagaimana hasil

pertandingan olahraga mampunyai dampak yang kuat terhadap

mood.Penelitian ini mengginvestigasi dampak hasil sepak bola Sea

Games terhadap pasar saham Indonesia.


9

e. Guntur Cahyo Utomo, 2013, Agresivitas pemain sepakbola: Studi

Fenomenologi Tentang Kekerasan Pemain Sepak Bola Tingkat

Universitas, Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Manajemen

UGM.

Tulisan ini membahas tentang kasus-kasus kekerasan

sepakbola di Indonesia yang berada dalam kondisi yang

memprihatinkan.Penelitian ini mengungkap makna dari agresivitas

yang dilakukan oleh para pemain.

Dari berbagai penelitian tentang Sepakbola dan Behaviorisme

Etika yang telah disebutkan diatas, peneliti belum menemukan tulisan

maupun laporan penelitian yang mengkaji tentang Kemajuan Sepak

Bola Indonesia dikaji menurut Behaviorisme dalam Etika B.F. Skinner

sebagai objek material dan objek formal.

4. Manfaat yang Diharapkan.

Penelitian ini diharapkan memberikan faedah yang baik secara

langsung maupun tidak langsung. Faedah yang diharapkan dari penelitian

ini adalah:

a. Bagi ilmu pengetahuan penelitian ini dapat memperkaya literatur serta

pengetahuan secara umum sehingga dapat berguna bagi penelitian

selanjutnya.
10

b. Bagi Filsafat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

sumbanganpemikiran terhadap studi perkembangan sepak bola secara

umum dansecara khusus bagi Behaviorisme dalam Etika.

c. Bagi Bangsa dan Negara.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam kaitannya

terhadap tata kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan behaviorisme dalam etika B.F.

Skinner.

2. Menjelaskan bagaimana berdirinya PSSI dan keadaan PSSI saat ini.

3. Menjelaskan pemikiran Skinner sebagai pisau analisis dalam

menyelesaikan masalah di tubuh persepakbolaan Indonesia.

C. Tinjauan Pustaka

Sepakbola adalah permainan beregu, yang setiap regu terdiri dari sebelas

orang pemain salah satunya adalah penjaga gawang, permainan seluruhnya

menggunakan kaki kecuali penjaga gawang boleh menggunakan tangan di daerah

hukumannya (Sucipto, 2000:7). Permainan sepak bola merupakan permainan

kelompok yang melibatkan banyak unsur, seperti fisik, teknik, taktik, dan mental

(Herwin, 2006 : 78).

Menurut Shalimow (2011: 47), asal-muasal sepak bola dibawa oleh para

pedagang dari negeri tiongkok sekitar abad ke-7 masehi dan mulai masuk wilayah
11

Nusantara khususnya di wilayah kerajaan sriwijaya. Masyarakat Cina abad kedua

sampai dengan ke-3 SM sudah mengenal permainan olahraga sejenis sepak bola

yang dikenal dengan sebutan Tsu-Chu.Ada pula yang menyebutkan bahwa

sepak bola dibawa masuk ke Indonesia oleh para pedagang dari negeri Belanda

sekitar tahun 1602 M, sehingga lahirlah sepak bola dari perkembangan aktivitas

dagang orang Belanda di Indonesia.

Pendapat lain mengatakan bahwa penelusuran sepak bola bisa dijelaskan

melalui peranan kolonialisasi yang dilakukan oleh bangsa Eropa, terutama

Belanda dan Inggris. Sejak Belanda masuk di abad 15, maka persilangan budaya

cukup cepat dan pada dasawarsa pertama abad ke-19 pengaruh Belanda semakin

cepat.Pengaruh dan persilangan budaya tersebut yang menjadi titik awal

masuknya sepakbola di Indonesia (Aji, 2010:50).Interaksi perdagangan, instansi

pemerintah, bahkan interaksi non-formal yang semakin dimungkinkan sebagai

salah satu factor penyebaran olah raga khususnya sepak bola di negeri ini.

Sepak bola Indonesia dijadikan alat politik oleh Ir. Soeratin dan kawan-

kawan sebagai kaum terpelajar yang menjalankan politik etis menggemakan ide-

ide nasionalisme untuk menggugah para perintis kemerdekaan akan pentingnya

olahraga pada periode 1930-an (Palupi, 2004:88). Mereka menyadari bahwa

olahraga tidak saja dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk membentuk

fisik dan mental tetapi juga sebagai alat perjuangan bangsa terutama dalam

memupuk rasa kebangsaan. Beberapa tahun sebelumnya tepatnya pada tahun

1902-1922, Haji Muhammad Zein mendirikan klub local Indonesia yang bernama

PatjarKeling sebagai gerakan olah raga dan menentang penjajahan (PSSI,


12

1987:16).Sepak bola berarti mampu menjadi suatu alat politik untuk membangun

sebuah bangsa yang besar, keyakinan etis masyarakat, dan melawan penjajahan

dengan prestasi di bidang tersebut.

Sepak bola Indonesia mengalami perkembangan pada periode tahun 1980-

an. Lahirnya Galatama sebagai program jangka panjang PSSI dipersiapkan agar

klub-klub yang ada di Indonesia mampu berprestasi lebih dengan kompetisi yang

lebih profesional karena sudah tidak menggunakan dana APBD. Galatama juga

merupakan tonggak kebangkitan sepak bola Indonesia saat itu. Hasil dari

kompetisi yang lebih profesional dan pemain yang lebih baik menjadikan tim

nasional Indonesia lebih berprestasi di tingkat Internasional dengan memperoleh

juara piala kemerdekaan III (PSSI, 1987:46).

Menganalisis tentang persepakbolaan nasional dari kacamata berpikir

Skinner, ada baiknya melihat dahulu bagaimana realitas yang terdapat dalam

sepak bola di Indonesia pada saat ini dan mengetahui sejarah persepakbolaan

nasional.

Pertama-tama, apa yang terjadi dengan kondisi persepakbolaan nasional

saat ini. Kedua latar belakang sejarah sepak bola di Indonesia sebagai alat

pemersatu bangsa dan untuk melawan penjajahan.Ketiga adalah budaya

masyarakat Indonesia secara komunal.Hal ini penting karena pemikiran Skinner

menekankan pada perancangan perilaku individu maupun kelompok yang terlibat

dalam persepakbolaan nasional agar dapat menghasilkan sebuah kondisi etik yang

diinginkan.
13

Pembahasan mengenai sepak bola dunia harus dibuka dengan pengakuan

adanya daya tarik global.Daya tarik sepak bola meluas dari budaya tertentu di

Eropa, Amerika Selatan ke khalayak Australia, Afrika, Asia, bahkan Amerika

Serikat (Aji, 2010:49).

Setelah melihat sejarah masuknya sepakbola di Indonesia, penulis akan

menjabarkan tentang bagaimana kondisi persepakbolaan nasional pada saat ini.

Statuta PSSI 2011 akan menjadi rujukan hukum sebagai gambaran penyesuaian

kondisi sepak bola Indonesia sekarang ini. (PSSI, 2011) dalam statutanya

mempunyai kedudukan strategis dalam mendukung pembangunan organisasi yang

mandiri sebagai bagian dari upaya memajukan organisasi PSSI yang profesional

dan modern sebagaimana diamanahkan oleh FIFA. Oleh karena itu, keputusan

PSSI bersifat strategis dan jika ada sebuah penyimpangan dari statute akan

berdampak fatal bagi persepakbolaan di Indonesia.

D. Landasan Teori.

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk

tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput,

kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir.

Bentuk jamak (ta etha) artinya adalah: adat kebiasaan. Arti terakhir inilah menjadi

latar belakang bagi terbentuknya istilah etika yang oleh filsuf Yunani basar

bernama Aristoteles (384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat

moral (Bertens, 1993:4).


14

Etika merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji masalah

kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai moral bagi perilaku.Etika dimulai bila

manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan

seseorang. Kebutuhan akan refleksi itu akan dirasakan, antara lain karena

pendapat etis orang tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah

diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh

manusia.

Behaviorisme merupakan sebuah filosofi dalam psikologi yang berdasar

pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme - termasuk tindakan,

pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku.Behaviorisme

mempunyai inti bahwa sebuah rangsangan pada situasi tertentu dapat

dikembangkan sebagai kerangka teoritis perilaku manusia (Suseno, 2000:130).

Behaviorisme mempelajari bagaimana perilaku belajar dari sebuah

kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok dengan cara

merekayasa perilaku dan lingkungan sosial.Lingkungan manusia harus direkayasa

sedemikian rupa sehingga perilaku manusia yang diharapkan diperkuat secara

positif dan yang tidak diharapkan diperkuat secara negatif (Suseno,

2000:134).Dengan kata lain, penguatan positif dan negatif tersebut diharapkan

akan menjadikan pelaku individu dan lingkungan sosial mampu melihat mana

yang baik dan mana yang buruk dan diprkuat terus-menerus menjadi sebuah

kebiasaan. Behaviorisme mempunyai relevansi dengan etika sebagai pemilah

antara tindakan yang baik dan yang buruk serta kebiasaan-kebiasaan perilaku

yang akan dianut oleh individu maupun kelompok tesebut. Etika juga merupakan
15

sistem nilai yang dianut oleh sekelompok masyarakat dan sangat mempengaruhi

tingkah lakunya.Kumpulan asas yang atau nilai moral dan yang dimaksud disini

adalah kode etik (Bertens, 1993:6).

E. METODE PENELITIAN

1. Bahan Penelitian dan Materi Penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan menggunakan

metode pengambilan data melalui berbagai sumber tertulis seperti buku-

buku, jurnal, dan, literatur yang berkaitan dengan objek material dan objek

formalnya.

a. Sumber Pustaka Primer

1. Sumber objek material yaitu:

a. Buku karya Sri Agustina Palupi yang berjudul POLITIK

DAN SEPAK BOLA di Jawa (1920-1942), 2004,

Penerbit Ombak, Yogyakarta.

b. Buku karya R.N. Bayu Aji yang berjudul TIONG HOA:

Surabaya dalam sepak bola (1915-1942),2010, Penerbit

Ombak, Yogyakarta.

c. PSSI (LAPORAN EMPAT TAHUNAN PERIODE 1983-

1984) 1987.

d. Statuta PSSI 2011.

2. Sumber objek formal yaitu:


16

a. ILMU PENGETAHUAN DAN PERILAKU MANUSIA,

B.F Skinner, 2013, Pustaka Pelajar.

b. ETIKA, K. Bertens, 1993, Gramedia Pustaka Utama.

b. Sumber pustaka sekunder.

Bahan sekunder yang digunakan adalah buku dan

website yang berkaitan dengan sepak bola di Indonesia,

behaviorisme Burrus Frederich Skinner, dan etika. Sumber

objek formal antara lain:Theories of Personality(2008), karya

Jess Feist dan Gregory Feist; 12 Tokoh Etika Abad ke-20

(2000), karya Frans Magnis-Suseno; Etika(1993), karya K.

Bertens.

Sumber objek material antara lain: National Identity

and Global Sports Events(1996), karya Christopher Young dan

Alan Tomlison; Sepak bola (2000), karya Sucipto.

2. Jalannya penelitian

Penelitian ini melewati tiga tahap utama yaitu:

a. Pengumpulan data, yaitu menelaah bahan kepustakaan yang berkaitan

dengan tema yang membahas baik tentang persepakbolaan nasional

maaupun pemikiran dari B.F Skinner.

b. Pengolahan data: setelah mencerna dan memahami berbagai referensi

kepustakaan tersebut, berbagai bahan itu kemudian dioalah, disistematisasi


17

untuk mendapatkan analisis tentang persepakbolaan nasional yang dikaji

dari pemikiran behaviorisme Skinner.

c. Penulisan; merupakan tahap terakhir dari jalannya penelitian ini yakni

proses dan hasil-hasil analisis dituangkan dalam tulisan yang sistematis.

c. Analisis Data.

Proses analisis data dilakukan untuk mewujudkan konstruksi

teoritis, yaitu menemukan pola sistematis pandangan filosofis dari filsuf

yang merupakan objek material penelitian filsafat (Kaelan, 2005: 171).

Metode yang digunakan untuk menganalisis data yaitu (Kaelan, 2005:

171-175);

1. Interpretasi. : menelaah data yang diperoleh dan berusaha mengungkap

maknanya. Data tersebut diinterpretasikan untuk mengartikan arti yang

tersirat.

2. Verstehen: metode verstehen digunakan pada tahap pengumpulan data.

Data yang dikumpulkan berdasarkan karakteristik masing-masing.

3. Deskripsi : menguraikan seluruh materi yang didapat dengan lengkap dan

sistematis.

4. Metode hermeneutika: untuk menangkap makna esensial sesuai dengan

konteksnya. Tingkat penangkapan makna esensial dilakukan pada waktu

proses pengumpulan data. Setelah data terkumpul peneliti melakukan

analisis data dengan melakukan penafsiran terhadap data, sehingga esensi


18

makna dapat ditangkap dan dipahami sesuai dengan konteks waktu

sekarang.

F. Hasil yang telah Dicapai.

Penelitian tentang kemajuan sepak bola nasional saat ini menurut Behaviorisme

dalam etika Burrus Frederic Skinner ini dapat dihasilkan:

1. Pemahaman tentang sepak bola di Indonesia.

2. Pemahaman tentang Behaviorisme dalam etika Burrus Frederich

Skinner.

3. Pemahaman tentang Behaviorisme dalam etika Burrus Frederic

Skinner dalam mengkaji peningkatan dalam persepakbolaan Indonesia.

G. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini dideskripsikan dengan bahasa tulis. Deskripsi

penelitian ini diuraikan dalam lima bab, yaitu bab pertama pendahuluan, bab

tentang Behaviorisme dalam etika Skinner, bab tentang persepakbolaan nasional,

bab tentang analisis kajian Behaviorisme Skinner terhadap kemajuan sepak bola

nasional, serta bab penutup.

Bab pertama, memuat pendahuluan yang berisi latar belakang

dilakukannya penelitian ini, rumusan masalah yang hendak dijawab, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian yang

digunakan, hasil yang akandicapai, dan sistematika penulisan.


19

Bab kedua akan membahas tentang objek formal yaitu pemikiran Burrus

Frederic Skinner, mendeskripsikan tentang pengertian etika, teori-teori etika, dan

Behaviorisme dalam Etika Burrus Frederic Skinner

Bab ketiga, memuat tentang pembahasan objek material terkait yaitu

organisasi, anggaran rumah tangga dalam statuta, pembibitan, pembinaan, dan

prestasi.

Bab keempat akan membahas bagaimana analisis kondisi operan, agensi

etis sebagai instrumen perilaku operan dan hasil yang di dapat dari analisis

tersebut pengkaji bagaimana sepakbola nasional kedepan akan diarahkan.

Bab terakhir, merupakan bagian penutup dari seluruh rangkaian penelitian

ini yang memuat kesimpulan sebagai refleksi pemikiran dari hasil penelitian, dan

saran dalam karya tulis ini.

Anda mungkin juga menyukai