Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN DAN PEMBELAJARAN JURNAL

ECOTOURISM AND THE EMPOWEREMENT OF LOCAL


COMMUNITIES
(EKOWISATA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL)
Jurnal dari Regina Scheyvens
OLEH:
DESYIFA MARGASIRSA/SDP-3/201621056
A. Ringkasan Jurnal
1. Ekowisata

Ekowisata adalah salah satu sektor yang berkembang sangat cepat sekarang.

Ekowisata dapat didefinisi sebagai wisata yang bersifat beratanggung jawab terhadap

lingkungan, di alam yang belum terganggu yang bertujuan untuk menikmati alam

(dan dikombinasi dengan budaya) yang memajukan konservasi, dan memberikan

keuntungan terhadap sosial-ekonomi masyarakat lokal. Ekowisata diyakini bisa

melibatkan baik wisata budaya dan wisata alam, dan juga harus berintegrasi dengan

keuntungan bagi masyarakat lokal. Pada kenyataannya, istilah ekowisata dan wisata

kebudayaan sering digunakan hanya sebagai alat marketing (Thomlison & Getz,

1996) . Akibatnya praktik ekowisata banyak gagal dalam hal menguntungkan

masyarakat lokal. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pendekatan ekowisata yang

berawal dari kebutuhan, perhatian dan kesejahteraan masyarakat lokal yang menjadi

tuan rumah.

2. Ekowisata berbasis masyarakat

Ekowisata berbasis masyarakat digunakan untuk mendeskripsikan suatu usaha yang

peka terhadap lingkungan, tetapi juga yang bertujuan untuk memberikan masyarakat

lokal kesempatan untuk memiliki kontrol dan mendapat keuntungan dari kegiatan

yang berlangsung. Hal yang perlu ditekankan adalah bagaimana andil masyarakat

lokal terhadap lingkungannya yang menjadi tempat aktivitas wisata. Hal ini dianggap
penting karena ketika lingkungan masyarakat dijadikan tempat untuk aktivitas wisata

maka masyarakat akan mengalami kerugian baik secara fisik maupun non-fisik. Maka

dari itu adanya kompensasi dianggap penting, yaitu dengan menjamin kesejahteraan

masyarakat lokal tuan rumah. Bentuk pelibatan masyarakat lokal bisa dilakukan

secara langsung maupun tidak langsung. Namun, pada kenyataannya praktik

ekowisata lebih sering dikuasai oleh pihak luar, termasuk pemerintah yang belum

memberikan keuntungan secara adil kepada masyarakat lokal. Selanjutnya,

pendekatan berbasis masyarakat lokal terhadap ekowisata dibutuhkan untuk mengakui

pentingnya dimensi sosial dibandingkan hanya terfokus pada dampak lingkungan dan

ekonomi.

3. Kerangka Pemberdayaan

Kerangka pemberdayan (pemberdayaan masyarakat) dibuat untuk memberikan

penjelasan mekanisme yang efektif untuk usaha ekowisata, melalui analisis dampak

ekowisata, yang menekankan pada peran dan keuntungan masyarakat lokal yang

menjadi tuan rumah. Alasan pentingnya kerangka pemberdayaan ini adalah praktik

usaha ekowisata harus memperhartikan baik konservasi maupun perkembangan di

tingkat lokal. Empat ukuran pemberdayaan yang digunakan dalam kerangka adalah:

ekonomi, psikologi, sosial, dan politik. (Friedmann, 1992).

B. Pembelajaran untuk Diterapkan

1) Pelajaran pertama yang sangat penting dan utama adalah dalam praktik usaha

ekowisata harus dijalankan bukan berdasarkan prinsip bisnis. Apabila bisnis menjadi

prinsip penggerak praktik ini, maka besar kemungkinan berakibat pada masyarakat

lokal yang tidak akan mendapat keuntungan apa-apa atau bahkan dirugikan.
2) Masyarakat lokal mendapatkan kompensasi dari adanya praktik ekowisata di daerah

mereka. Seperti yang di lakukan di Masai Mara park yang mengadakan pengumpulan

uang donasi yang kemudian uang itu akan digunakan untuk pembangunan yang

menguntungkan masyarakat, seperti sekolah, fasilitas kesehatan, fasilitas umum

masyarakat, dll.

3) Memberikan pelatihan kepada warga lokal sesuai dengan kebutuhan di daerah

ekowisata. Contohnya pada Ngai Tahu, yang melatih suku setempat untuk

memberikan informasi yang dibutuhkan wisatawan. Hal ini dinilai sukses karena

berhasil memberikan pendapatan bagi masyarakat yang tadinya pengangguran, selain

itu dari sisi sosial juga menghidupkan kembali penghargaan terhadap budaya lokal.

4) Mempertimbangkan adanya dampak negatif ekowisata yang bisa terjadi ketika

masyarakat terlibat langsung berinteraksi secara langsung dengan masyarakat lokal,

seperti ketergantungan ekonomi terhadap pariwisata, atau masalah sosial lain seperti

wabah penyakit, depresi, atau perubahan struktur soasial lainnya, masyarakat bisa

memilih untuk tidak berinteraksi langsung dengan wisatawan. Hal ini seperti yang

diterapkan suku Aborigin yang menghindari keterlibatan secara langsung dengan

wisatawan, mereka terlibat secara tidak langsung dengan menyediakan barang-barang

kerajinan untuk wisatawan atau dengan pembagian pendapatan uang masuk

wisatawan.

5) Membentuk kelompok komunitas lokal, seperti komunitas wanita, komunitas pemuda,

dll. Dengan membentuk komunitas-komunitas bisa semakin membuat pemberdayaan

masyarakat semakin kuat. Melalui komunitas-komunitas ini aspirasi akan lebih mudah

tersalurkan, dan pengawasan keuntungan ekowisata juga bisa terlaksana lebih baik.

Selain itu juga dilihat dari sisi politik, adanya kelompok-kelompok yang berbeda
membuat pelebaran lingkup pengambilan keputusan, sehingga tidak hanya dikuasai

oleh suatu kelompok tertentu baik itu pemerintah maupun swasta.

Anda mungkin juga menyukai