Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ilmu sosiologi, kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat, dimana pemimpin selalu ada dalam berbagai kelompok baik
kelompok besar seperti pemerintahan maupun kelompok kecil seperti kelompok RT sampai
kelompok ibu-ibu arisan.Dari sekelompok individu dipilih salah satu yang mempunyai
kelebihan di antara individu yang lain, dari hasil kesepakatan bersama, maka munculah
seorang yang memimpin dan di sebut sebagai pemimpin. Kepemimpinan adalah perilaku
seseorang individu ketika ia mengarahkan aktivitas sebuah kelompok menuju suatu tujuan
bersama (hemphill dan Coons, 1957:7).Dari kepemimpinan itu, maka munculah kekuasaan.
kekuasaan adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya di dalam suatu
hubungan social yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa mengiraukan landasan yang
menjadi pijakan kemungkinan itu.

Seorang pemimpin mempunyai kekuasaan untuk mengatur dan mengarahkan anggota-


anggotanya. Selain itu, pemimpin juga mempunyai wewenanga untuk memerintah
anggotanya. Wewenang merupaka hak jabatan yang sah untuk memerintahkan orang lain
bertindak dan untuk memaksa pelaksanaannya. Dengan wewenang, seseorang dapat
mempengaruhi aktifitas atau tingkah laku perorangan dan grup.Maka kepemimpinan tidak
akan pernah lepas dari kekuasaan dan kewenangan untuk mengatur anggota-anggotanya.

Dari makalah ini, penulis ingin menjelaskan bagaimana hakikat kepemimpinan,


kekeuasaan, dan kewenangan yang sebenarnya karena dilihat masih banyaknya orang yang
menjadi pemimpin namun menyalah gunakan kekuasaannya dan kewenangannya.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Pengertian dari kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan?

2. Sumber kekuasaan, dan cara mempertahankan kekuasaan?

3. Unsur-unsur saluran dan sumbernya kekuasaan?

4. Bentuk lapisan kekuasaan?

5. Cara mempertahankan kekuasaan?

6. Sumber wewenang dan bentuk wewenang?

7. Sumber kepemimipinan dan teori kepemimpinan?

8. Metode kepemimpinan?

1.3 Tujuan Penulisan

Umum:

Agar kita memahami makna dan maksud perbedaan antara kekuasaan, wewenang dan
kepemimpinan. Dan makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu social
budaya (ISBD).

Khusus:

1. Mengetahui pengertian kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan

2. Mengetahui sumber kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan

3. Memahami unsur-unsur saluran dan sumbernya kekuasaan

4. Memahami bentuk lapisan kekuasaan

5. Mengetahui sumber wewenang dan bentuk wewenang

6. Mengetahui sumber kepemimpinan dan teori kepemimpinan

7. Memahami metode kepemimpinan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kekuasaan

Definisi kekuasaan, manurut para ahli sosiologi, yaitu :

1. Max weber, kekuasaan adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan


keinginannya di dalam suatu hubungan social yang ada termasuk dengan
kekuatan atau tanpa mengiraukan landasan yang menjadi pijakan
kemungkinan itu.

2. Selo soemardjan dan soelainan soemardi, menjelaskan bahwa adanya


kekuasaan tergantung dari yang berkuasa dan yang dikuasai.

3. Ralf dahrendorf, kekuasaan adalah milik kelompok, milik individu dari pada
milik struktur social.

4. Soerjono soekanto, kekuasaan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk


mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang
kekuasaan tersebut.(Abdulsyani, 2007:136)

2.1.1 Sumber-sumber Kekuasaan

Sumber-sumber kekuasaan yang dimiliki para penguasa atau pemimpin, dalam


masyarakat informal maupun formal adalah :

1. Seseorang yang mempunyai harta benda (kekayaan) yang lebih banyak, sehingga
mempunyai keleluasan untuk bergerak dan mempengaruhi pihak lain.

2. Dengan status tertentu, seseorang dapat memberikan pengaruhnya atau memaksa


pihak lain supaya melakukan sesuatu sesuai kehendaknya.

3. Wewenang legal atas dasar peraturan-peraturan formal (hukum) yang dimiliki


seseorang, dapat memberikan kekuasaan pada seseorang untuk mempengaruhi
pihak lain sesuai dengan hak dan kewajibannya sesuai dengan ketetapan dalam
peraturan.

4. Kekuasaan dalam pula tumbuh dari adanya kepercayaan khalayak, seperti


tradisi, kesucian, dan adat istiadat.
3
5. Kekuasaan yang tumbuh dari khrisma atau wibawa seseorang.

6. Kekuasaan yang didasarkan pada pedelegasian wewenang.

7. Kekuasaan yang tumbuh dari pendidikan, keahlian, serta kemampuan.

(Abdulsyani, 2007:140)

Sumber kekuasaan ditinjau dari hubungan anggota (target) dan pemimpin (agent),
yaitu :

Kekuasaan ganjaran Target taat agar dia mendapat ganjaran yang


di yakininya,di kuasai atau di kendalikan oleh
agent.
Kekuasaan koersif ( pemaksaan ) Target taat ia terhindar dari hubungan yang di
yakininya diatur oleh agent.
Kekuasaan resmi ( legitmate ) Target taat karena ia yakin bahwa agent
mempunyai hak untuk membuat keputusan
atau peraturan. Bahwa target mempunyai
kewajiban untuk taat.
Kekuasaan keahlian ( expert ) Target taat karena ia yakin atau percaya
bahwa agent mempunyai pengetahuan khusus
tentang cara yang terbaik untuk melakukan
sesuatu.
Kekuasaan rujukan Target taat karena ia memuja agent atau
mengidentifikasi dirinya dengan agent dan
mengharapkan persetujuan agent.

2.1.2 Unsur-unsur kekuasaan

1. Rasa takut

4
Perasaan takut pada seseorang (contohnya penguasa) menimbulkan suatu
kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan orang yang ditakuti tadi. Rasa
takut merupakan perasaan negative, karena seseorang tunduk kepada orang lain
dalam keadaan terpaksa.

Rasa takut juga menyebabkan orang yang bersangkutan meniru tindakan-


tindakan orang yang ditakutinya. Gejala ini dinamakan matched dependent
behavior. Rasa takut biasanya berlaku dalam masyarakat yang mempunyai
pemerintahan otoriter. (soekanto,
1990:300)

2. Rasa cinta

Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif.


orang-orang lain bertindak Sesuai dengan pihak yang berkuasa, untuk menyenangkan
semua pihak. Rasa cinta yang efisien dimulai dari pihak penguasa sehingga sistem
kekuasaan akan dapat berjalan dengan baik dan teratur. (soekanto,
1990:300)

3. Kepercayaan

Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung antara dua orang
yang lebih atau bersifat asosiatif. Dari kepercayaan yang bersifat pribadi akan
berkembang dalam suatu organisasi atau masyarakat secara luas. sehingga
Kepercayaan merupakan hal yang penting dalam suatu kekuasaan. Jika seorang
pemimpin menaruh kepercayaan pada bawahanya, maka wajib bagi anak buahnya
untuk patuh dan mempunyai sifat terpecaya.

Begitupun bagi pemimpinnya, Jika semua orang dari mulai pemimpin,


bawahannya, bahkan masyarakat luas mempunyai sifat kepercayaan maka system
kekuasaan bahkan pemerintahan akan berjalan dengan baik. (soekanto, 1990:300)

4. Pemujaan

5
Dalam system pemujaan, seseorang atau sekelompok orang yang memegang
kekuasaan mempunyai dasar pemujaan dari orang lain. Akibatnya segala tindakan
penguasa dibenarkan atau setidak-tidaknya diangggap benar. (soekanto, 1990:300)

2.1.3 Cara-cara mempertahankan kekuasaan

Cara-cara mempertahankan kekuasaan yaitu :

1. Menghilangkan segenapa peraturan-peraturan lama, terutama dalam bidang politik,


yang merugikan penguasa. Mengganti dengan peraturan baru yang menguntungkan
penguasa.

2. Mengadakan sistem-sistem kepercayaan (belief-system) yang akan memperkokoh


kedudukan penguasa atau golongannya.

3. Melaksanakan administrasi dan birokrasi yang baik.

4. Mengadakan konsolidasi horizontal dan vertical. (Soekanto, 1990:275)

2.1.4 Bentuk lapisan kekuasaan

Bentuk dan system kekuasaan selalu menyesuaikan diri pada masyarakat


dengan adat-istiadat dan pola-pola perilakunya. Pada umumnya garis tegas antara
yang berkuasa dengan yang dikuasai selalu ada sehingga menimbulkan lapisan
kekuasaan atau piramida kekuasaan. Karena integrasi masyarakat dipertahankan oleh
tata tertib social yang dijalankan oleh penguasa, maka masyarakat mengakui adanya
lapisan kekuasaan tersebut. Adanya paktor pengikat antara warga-warga masyarakat
adalah atas dasar gejala, bahwa ada yang memerintah ada yang diperintah.

Menurut maclever ada tiga pola umum system lapisan kekuasaan atau piramida
kekuasaan, yaitu :

1. Tipe kata

Tipe kata adalah system lapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang tegas dan
kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta. Garis pemisah
antara masing-masing lapisan hampir tak mungkin ditembus.

2. Tipe oligarkis

6
Tipe oligarkis adalah tipe yang dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh
kebudayaan masyarakat, terutama pada kesempatan yang diberikan kepada para warga
untuk memperoleh kekuasaan-kekuasaan tertentu. Kedudukan para warga pada tipe
oligarkis masih didasarkan pada kelahiran ascribed statustetapi individu masih diberi
kesempatan untuk naik lapisan.aum industry, pedagangan dan keuangan memegang
peran penting. Ada bermacam-macam cara di mana warga dari lapisan bawah naik
tingkat lapisan dan ada juga ada kesempatan bagi warga lapisan menengah untuk
menjadi penguasa.

Variasi tipe oligarkis dijumpai pada Negara-negara yang didasarkan pada aliran
fasisme dan juga pada Negara-negara totaliter (misalnya soviet dan rusia). Bedanya
adalah bahwa kekuasaan yang sebenarnya, berada di tangan partai politik yang
mempunyai kekuasaan menentukan.

3. Tipe demokratis

Tipe demokratis menunjukan kenyataan akan adanya garis pemisah antara lapisan
yang yang sifatnya mobile. Kelahiran tidak menentukan seseorang, yang terpenting adalah
kemampuan dan kadang-kadang juga factor keberuntungan.

2.1.5 Saluran kekuasaan

a. Saluran militer

Saluran militer merupakan saluran paksaan (coercion) serta kekuatan militer


(military force) yang digunakan penguasa dalam menggunakan kekuasaannya. Tujuan
utamanya yaitu untuk menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat, sehingga mereka
tunduk kepada kemauan penguasa atau sekelompok orang yang dianggap sebagai
penguasa. Hal ini banyak dijumpai pada Negara-negara totaliter.

b. Saluran ekonomi

Saluran ekonomi digunakan penguasa untuk untuk menguasai kehidupan


masyarakat. Dengan menguasai ekonomi dan kehidupan rakyat, penguasa dapat
melaksanakan pelaturan serta perintahnya dengan menerapakan sanksi bagi yang
melanggarnya.

c. Saluran politik

7
Melalui saluran politik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk menbuat pelaturan
yang harus ditaati oleh masyarakat yaitu dengan meyakinkan atau memaksa masyarakat
untuk menaati peraturan yang telah dibuat oleh badan yang berwenang dan sah.

d. Saluran tradisional

Saluran tradisional merupakan saluran yang menggunakan penyesuaian tradisi


pemegang kekuasaan dengan tradisi yang terkenal di dalam suatu masyarakat yaitu dengan
jalan menguji tradisi pemegang kekuasaan dengan tradisi yang sudah meresap dalam jiwa
masyarakat, sehingga pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan dengan lebih lancar. Saluran ini
merupakan saluran yang paling disukai.

e. Saluran ideology

Para penguasa dalam masyarakat, biasanya mengemukakan serangkaian ajaran atau


doktrin, yang bertujuan untuk menerangkan sekaligus memberi dasar bagi pelaksanaan
kekuasaannya. Setiap penguasa akan berusaha untuk dapat menerangkan ideologinya dengan
sebaik-baiknya sehingga institutionalized dan bahkan internalized dalam diri warga
masyarakat.

2.2 Wewenang

Definisi wewenang, menurut para ahli sosiologi, yaitu :

1. George R.Terry, menjelaskan bahwa wewenang merupaka hak jabatan yang


sah untuk memerintahkan orang lain bertindak dan untuk memaksa
pelaksanaannya. Dengan wewenang, seseorang dapat mempengaruhi aktifitas
atau tingkah laku perorangan dan grup.

2. Mac Iver R.M, wewenang merupakan suatu hak yang didasarkan pada suatu
pengaturan social, yang berfungsi untuk menetapkan kebijakan, keputusan, dan
permasalahan penting dalam masyarakat.

3. Soerjono Soekanto, bila orang-orang membicarakan tentang wewenang, maka


yang dimaksud adalah hak yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang.

4. Max weber, wewenang adalah sebagai kekuasaan yang sah.

(Abdulsyani, 2007:144)

8
2.2.1 Bentuk-bentuk wewenang

a) Wewenang kharismatis, tradisional, dan rasional (legal)

Wewenang karismatik merupakan wewenang yang didasarkan pada kharisma,


yaitu suatu kemampuan khusus (wahyu, pulung) yang ada pada diri seseorang.
Dasar wewenang kharismatis bukanlah terletak pada suatu pelaturan (hukum), akan
tetapi bersumber padadiri pribadi individu bersangkutan. Wewenang kharismatis tidak
diatur oleh kaidah-kaidah, baik yang rasional maupun tradisional. Sifatnya cendrung
irasional. Adakalanya charisma dapat hilang, karena masyarakat sendiri yang berubah
dan mempunyai paham yang berbeda.

Wewenang tradisional dapat dimiliki oleh seseorang maupun sekelompok


orang. Wewenang ini dimiliki oleh orang-orang yang menjadi anggota kelompok.
Cirri-ciri utama wewenang tradisional yaitu :

1. Adanya ketentuan-ketentuan tradisional yang mengikat penguasa yang


mempunyai wewenang, serta orang lain yang ada dalam masyarakat.

2. Adanya wewenang yang lebih tinggi ketimbang kedudukan seseorang


yang hadir secara pribadi.

3. Dapat bertindak secara bebas selama tidak ada pertentangan dengan


ketentuan tradisional.

Wewenang rasional atau legal adalah wewenang yang disandarkan pada sistem
hukum yang berlaku dalam masyarakat. sistem hukum ini dipahamkan sebagai kaidah
yang telah diakui, ditaati masyarakat, dan telah diperkuat oleh Negara.

b) Wewenang resmi dan tidak resmi

Wewenang yang berlaku dalam kelompok-kelompok kecil disebut wewenang


tidak resmi karena bersifat spontan, situasional, dan factor saling kenal. Contohnya
pada cirri seorang ayah dalam fungsinya sebagai kepala rumah tangga atau pada diri
seorang yang sedang mengajar di kelas.

Wewenang resmi sifatnya sistematis, diperhitungkan dan rasional. Biasanya


wewenang ini dapat dijumpai pada kelompok-kelompok besar yang memerlukan
aturan-aturan tata tertib yang tegas dan bersifat tetap.

9
c) Wewenang pribadi dan territorial

Wewenang pribadi sangat tergantung pada solidaritas antara anggota-anggota


kelompok, dan unsur kebersamaannya sangat berperan penting. Para individu
dianggap lebih banyak memiliki kewajiban ketimbang hak. Struktur wewenang
bersifat konsentris, yaitu dari satu titik pusat lalu meluas melalui lingkaran-lingkaran
wewenang.

Wewenang territorial, yang berperan penting yaitu tempat tinggal. Pada


kelompok teroterial unsure kebersamaan cendrung berkurang, karena desakan factor-
faktor individualisme. Wewenang pribadi dan territorial sangat berbeda namun dalam
kenyataan keduanya berdampingan.

d) Wewenang terbatas dan menyeluruh

Wewenang terbatas merupakan wewenang yang tidak mencangkup semua


sector dalam bidang kehidupan, namun terbatas pada salah satu sector bidang.
Contohnya, seorang mentri dalam negri tidak mempunyai wewenang untuk
mencampuri urusan yang yang menjadi urusan wewenang mentri luar negri.

Wewenang meenyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh


bidang-bidang kehidupan tertentu. Contohnya, bahwa setiap Negara mempunyai
wewenang yang menyeluruh atau mutlak untuk mempertahankan kedaulatan
wilayahnya.

2.3 Kepemimpinan (leadership)

Definisi kepemimpinan, diantaranya :

1. Kepemimpinan adalah perilaku seseorang individu ketika ia mengarahkan


aktivitas sebuah kelompok menuju suatu tujuan bersama (hemphill dan
Coons, 1957:7)

2. Kepemimpinan adalah pengawalan dan pemeliharaan suatu struktur dalam


harapan dan interaksi (Stogdill, 1974:411).

3. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dilaksanakan dan


diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian tujuan atau tujuan-
tujuan tertentu (Tannenbaum, Waschler, dan Massarik, 1961:24).

10
2.3.1 Teori-teori kepemimpinan

Teori kepemimpinan digolongkan dalam empat kategori yaitu, pengaruh


kekuasaan, bakat, perilaku, dan situasi.

A. Teori dengan pengaruh kekuasaan

Kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi


(French dan Raven, 1959). Sumber kekuasaan itu terdiri dari tiga macam yaitu,
kedudukan, kepribadian, dan politik.

a) Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan

Kekuasaan formal atau legal

termasuk dalam kekuasaan formal atau legal adalah komandan tentara, kepala
dinas, presiden, atau perdana mentri, dan yang mendapat kekuasaan karena
ditunjuk atau diperkuat dengan peraturan atau perundangan yang resmi (French
dan Raven, 1959).

Kendali atas sumber dan ganjaran

Kendali atas sumber ganjaran diantaranya majikan yang menggaji


karyawannya, pemilik sawah yang mengupah buruhnya, dan kepala suku atau kepala
kantor yang dapat memberi ganjaran kepada anggota (French dan Raven, 1959).

Kendali atas hukuman

Kendali atas ganjaran biasanya terkait dengan kendali atas hukuman. Namun,
ada kepemimpinan yang sumbernya hanya kendali atas hukuman. Kepemimpinan
jenis ini adalah kepemimpinan yang didasarkan pada rasa takut. Contonya anak kelas
1 SMP takut pada seniornya karena suka memukul sehingga kehendak seniornya itu
selalu dituruti (French dan Raven, 1959).

Kendali atas informasi

Informasi adalah ganjaran positif bagi yang memerlukannya. Oleh karena itu,
yang menguasai informasi maka yang menjadi pemimpin. Orang yang paling tahu

11
jalan diantara serombongan pendaki gunung yang tersesat akan menjadi pemimpin
rombongan itu (Pettigrew, 1972)

Kendali ekologik (lingkungan)

Sumber kekuasaan ini dinamakan juga perekayasaan situasi (situation


engineer). Contohnya adalah kendali atas penempatan jabatan (Oldham, 1975).
Seorang atasan, manager, atau kepala bagian personalia mempunyai kekuasaan atas
bawahannya karena ia boleh menentukan posisi anggotanya. Orang ini akan dianggap
sebagai pemimpin. Contoh lain adalah kendali atas tata lingkungan (Cartwright,
1965). Kepala dinas tata kota berhak member izin bangunan. Orang ini menjadi
pemimpin karena kendali atas penataan lingkungan.

b) Kekuasaan yang bersumber pada kepribadiaan

Kepemimpinan yang bersumber pada kekuasaan karena kepribadian yang berawal


dari sifat-sifat pribadi, meliputi:

Keahlian atau keterampilan

Di sebuah kapal atau pesawat terbang, mualim atau penerbang yang paling terampilah
yang dijadikan nakhoda atau kapten. Pasien-pasien di rumah sakit menganggap dokter
sebagai pemimpin atau panutan karena dokterlah yang dianggap paling ahli untuk
menyembuhkan penyakit pasiennya (French dan Raven, 1959)

Persahabatan atau kesetiaan

Sifat dapat bergaul, setia kawan, serta setia kepada kelompok dapat menjadi sumber
kekuasaan untuk dianggap menjadi sebagai pemimpin. Contohnya, ibu Theresa, biarawati
yang seluruh hidupnya dibaktikan untuk menolong anak-anak miskin di Bombay, dianggap
sebagai pemimpin karena persahabatan dan kesetiaannya kepada anak-anak tersebut (French
dan Raven, 1959).

Karisma

Ciri kepribadian yang menyebabkan timbulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin,


merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan (House, 1977).

c) Kekuasaan yang bersumber pada politik

Kendali atas proses pembuatan keputusan


12
Dalam organisasi, ketua menentukanapakah suatu keputusan akan dibuat dan
dilaksanakan atau tidak. Hakim memimpin siding karena ia mempunyai kendali atas
jalannya sidang. Kepemimpinan seorang presiden juga bersumber pada kekuasaan
politik karena sebuah undang-undang yang sudah disetujui parlement baru berlaku
jika sudah mendapat tnda tangan presiden (Preffer dan Salanick, 1974).

Koalisi

Kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas hak
atau kewenangan untuk membuat kerja sama dengan kelompok lain. Contohnya
pemilik perusahaan melakukan merger dengan perusahaan lain, dan presiden
menyatakan perang atau damai dengan Negara lain (Stevenson, Pearce, dan Porter,
1985)

Partisipasi

Pemimpin mengatur partisipasi anggotanya, siapa yang boleh berpartisipasi,


dan dalam bentuk apa tiap anggota itu berpartisipasi (Preffer, 1981).

Institusionalisasi

Pemimpin agama menikahkan pasangan suami-istri dan menentukan


terbentuknya keluarga baru, notaris dan hakim menetapkan berdirinya suatu yayasan
atau perusahaan baru.

B. Teori bakat

Teori bakat dinamakan juga teori sifat (trait), teori karismatik, atau teori
transformasi. Inti dari teori ini adalah bahwa kepemimpinan terjadi karena sifat-sifat atau
bakat yang khas yang terdapat dalam diri pemimpin yang dapat diwujudkan dalam
perilaku kepemimpinan. Sifat atau bakat itu dinamakan karisma atau wibawa.

Teori bakat menurut house

Delapan ciri pemimpin karismatik, yaitu :

1. Para pengikutnya yakin akan kebenaran ajaran atau kepercayaan pemimpin,

2. Ada persamaan kepercayaan antara pengikut dan pemimpin,

13
3. Pengikut mencintai pemimpinnya,

4. Pengikut menerima pemimpin sepenuhnya (tanpa bertanya lagi),

5. Pengikut dengan sukarela menaati pemimpin,

6. Keterlibatan secara emosional dari pengikut trhadap misi (tujuan) kelompoknya,

7. Peningkatan pencapaian tujuan oleh pengikut,

8. keyakinan pengikut bahwa mereka mamapu menyumbang pada keberhasilan misi


kelompok.

Menurut teori ini, seorang pemimpin yang berkarisma cendrung untuk mempunyai
kebutuhan yang besar atas kekuasaan, sangat percaya diri, dan yakin akan ideologinya
sendiri. Pemimpin ini akan selalu berusaha mempertahankan kepercayaan pengikutnya
kepada dirinya. Ia akan melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan citra dirinya di
mata pengikutnya. Contohnya bung karno, ia menggunakan semangat gotong royong
untuk memompa semangat revolusioner rakyat Indonesia.

Teori bakat menurut baas

Factor-faktor bakat kepemimpinan menurut Baas, yaitu :

1. Factor antenseden (hal yang mendahului terjadinya seorang pemimpin)

2. Factor atribusi

3. Factor konsekuensi dari kepemimpinan.

Pemimpin karismatik bukan hanya percaya pada keyakinan-keyakinannya


sendiri (factor atribusi), melainkan juga merasa bahwa ia mempunyai tujuan-tujuan
luhur abadi yang supernatural (lebih jauh dari alam nyata). Para pengikutnya, di sisi
lain tidak hanya percaya dan menghargai sang pemimpin, tetapi juga
mengidolakannya dan memujanya sebagai manusia atau pahlawan yang berkekuatan
ghaib atau tokoh spiritual (Baas, 1985).

Teori bakat menurut conger dan kanungo

Kepemimpinan karismatik terutama bersifat atributif, yaitu karena adanya ciri-ciri


tertentu dari pemimpin yang dipersepsikan oleh para pengikut berdasarkan pengamatan
pengikut terhadap perilaku pemimpin (Conger dan Kanungo, 1987).

14
Tujuh ciri yang menyebabkan seorang pemimpin dinilai mempunyai karisma, yaitu :

1. pandangan yang ekstrem, yang lain dari yang lain,

2. berani menanggung risiko pribadi (ditangkap atau berkorban materiil) demi


pandangannya, dan lebih mengutamakan kepentingan pengikut dari pada
kepentingan pribadi.

3. menggunakan strategi yang inkonvensional,

4. kemampuan menilai sesuatu secara tepat,

5. adanya kebimbangan pada pengikut karena adanya kerisis atau keadaan status quo
yang tidak disukai oleh pengikut,

6. kemampuan pemimpin untuk mengkomunikasikan kepercayaan dirinya kepada


pengikutnya,

7. kemampuan untuk memanfaatkan kemampuan pribadi untuk mendukung


kepemimpinannya.

(Conger dan Kanungo, 1987)

Teori transformasional dari Roberts

Pemimpin karismatik dapat juga terjadi dalam kelompok-kelompok yang sangat terorganisir
(Robert, 1984). Dalam organisasi yang sangat teratur ini, pemimpin karismatik harus penuh
energy dan mampu menggalang antusisme, menyalurkan emosi, dan mendorong orang-orang
lain untuk bertindak.

Fungsi pemimpin di sini yaitu menjaga agar semangat para pengikut tetap tinggi dan
membuat pengikut merasa bahwa mereka akan lebih baik jika bekerja sama. Dengan kata
lain, pemimpin karismatik dalam kelompok yang terorganisasi berfungsi mentransformasikan
energy para anggota kelompok menjadi suatu kekuatan bersama melalui sistem dan
organisasi yang ada.

C. Teori perilaku

Teori perilaku menurut mintzberg dalam peran pemimpin, yaitu :

a) peran pemimpin yang berkaitan dengan perilaku hubungan antarpribadi,


yaitu :

15
1. peran pemimpin : pemimpin mengarahkan dan memberi pedoman kepada
pengikut.

2. Peran penghubung : pemimpin meneruskan pesan dari atasan kepada bawahan


dan menyampaikan pesan bawahan kepada atasan. Pemimpin harus dapat
menyambungkan gagasan atau perasaan dari sekelompok anggota ke anggota
yang lain.

3. Peran panutan (figurehead) : pemimpin harus dapat menjadi contoh bagi


bawahannya dan dapat mencerminkan ciri-ciri kelompok kepada pihak luar
melalui perilaku dan penampilan dirinya.

b) Peran pemimpin yang berkaitan dengan pemprosesan informasi, yaitu :

1. peran pemantauan : pemimpin harus memantau berbagai informasi yang


berkaitan dengan proses dan tugas kelompok (kekuatan, kelemahan, kesempatan,
dan kendala)

2. peran penyebaran informasi : informasi yang diperoleh pemimpin harus


disebarluaskan kepada anggota sehingga setiap anggota mendapatkan informasi itu.

3. Peran juru bicara : kepada pihak luar pemimpin harus berperan sebagai orang yang
member informasi mengenai kelompok.

c) Peran pemimpin yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, yaitu :

1. Peran wiraswasta : pemimpin harus mampu mempertahankan eksistensi kelompok


dan juga mengembangkannya dengan swadaya.

2. Peran penyesuaian gangguan : jika ada gangguan, pemimpin harus mampu


menanganinya dengan baik.

3. Peran pengalokasian sumber : keberadaan dan perkembangan kelompok selalu


bergantung kepada sumber-sumber (resources)seperti : sumber daya, sumber dana,
dan sumber tenaga manusia.

4. Peran negoisasi : pemimpin juga berperan sebagai perunding, baik dengan pihak luar
maupun dengan antar anggotanya sendiri.

Teori perilaku menurut page

16
Sembilan kewajiban dan tanggung jawab pemimpin dalam organisasi, yaitu :

1. Penyelian (superpising) : Meningkatkan hasil kerja bawahan dengan cara


bekerja sama dengan anggota untung menganalisis kelemahan dan kekuatan
mereka, serta mengembangkan keterampilan anggota.

2. Merencanakan dan mengorganisasi

3. Pembuatan keputusan

4. Memantau indicator : Memantau keadaan, baik internal maupun eksternal

5. Pengendalian : mengembangkan jadwal

6. Perwakilan : menjawab pertanyaan-pertanyaan dan berespon terhadap keluhan


dari luar

7. Koordinasi : mengkoordinasi dengan kelompok dari luar maupun kelompok


sendiri.

8. Konsultasi

9. Administrasi.

D. Teori situsional

Teori situsional berintikan hubungan antara perilaku pemimpin dengan situasi


dilingkungan pemimpin itu, yang meliputi:

Perilaku pemimpin sebagai akibat situasi

Perilaku pemimpin sebagai penyebab situasi

2.3.2 Perkembangan kepemimpinan dan sifat-sifat seorang pemimpin

Kepemimpinan merupakan hasil organisasi social yang telah terbentuk atau


sebagai hasil dinamika interaksi social. Sejak mulai terbantuknya suatu kelompok social,
seseorang atau beberapa orang diantara yang lainnya melakukan peranan yang sangat
aktif, sehingga orang itu dipercaya memimpin kelompok itu. Maka munculah istilah
kepemimpinan.

17
Munculnya seorang pemimpin merupakan hasil dari suatu proses dinamis yang
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok . Sifat-sifat yang diisyaratkan bagi seorang
pemimpin tidaklah sama pada setiap masyarakat. di kalangan masyarakat Indonesia, sifat-
sifat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin, antara lain dapat ditemukan dalam
warisan tradisional Indonesia, misalnya Asta Brata yang merupakan kumpulan seloka
dalam Ramayana, yang memuat ajaran Sri Rama kepada Brahata, yaitu adiknya dari lain
ibu.

Kepemimpinan menurut ajaran tradisional

Ajaran-ajaran tradisional seperti di jawa, menggambarkan seorang pemimpin, yaitu


sebagai berikut :

1. Menurut watak dan kecakapannya, seorang pemimpin dapat dikatakan sebagai


pemimpin di depan, di tengah, dan di belakang (front leader, social leader, dan
rear leader).

2. Seorang pamimpin di depan (front leader) harus memiliki idealisme yang kuat,
kedudukan, serta harus dapat menjelaskan cita-citanya kepada masyarakat
dengan sejelas mungkin sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksan
dengan baik.

3. Pemimpin di tengah, harus selalu mengamati masyarakat, serta dapat merasakan


suka-duka yang dialami masyarakat sehingga suatu sistem yang kurang diminati
masyarakat dapat dirubah.

4. Pemimpin di belakang, harus mempunyai kemampuan untuk mengikuti


perkembangan masyarakat. Dia berkewajiban untuk menjaga agar perkembangan
masyarakat tidak menyimpang dari norma-norma dan nilai-nilai yang telah
berlaku di masyarakat.

2.3.3 Sandaran kepemimpinan dan pemimpin yang dianggap efektif

Kepemimpinan seseorang (pemimpin) harus mempunyai sandaran-sandaran


kemasyarakatan atau social basis. Pertama-tama kepemimpinan erat hubungannya dengan
susunan masyarakat. kekuatan kepemimpinan juga ditentukan oleh suatu lapangan
kehidupan masyarakat yang pada suatu saat mendapat perhatian khusus dari masyarakat
yang disebut cultural focus. cultural focus dapat berpindah-pindah, misalnya saat ini di

18
lapangan politik, kemudian berpalih pada lapangan politik, dan seterusnya. Maka si
pemimpin pun harus mampu mengalihkan titik berat kepemimpinannya pada cultural
focus yang baru.

2.3.4 Tugas seorang pemimpin

Secara sosiologis, tugas-tugas pokok seorang pemimpin adalah :

1. Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan
bagi pengikut-pengikutnya. Dengan adanya kerangka pokok, maka dapat
disusun suatu sekala prioritas mengenai keputusan yang perlu diambil untuk
menangani masalah-masalah yang dihadapi.

2. Mengawasi, mengendalikan, serta menyalurkan perilaku warga masyarakat yang


dipimpinnya.

3. Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia di luar kelompok yang


dipimpin.

2.3.5 Metode kepemimpinan

Suatu kepemimpinan (leadership) dapat dilaksanakan dengan berbagai cara (metode).


Metode itu dikelompokan menjadi :

1. Metode otoriter, yang cirri-cirinya adalah :

1. Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak.

2. Pengikut sama sekali tidak diajak untuk ikut serta merumuskan tujuan kelompok
dan cara-cara untuk mencapai tujuan.

3. Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam proses
interaksi di dalam kelompok tersebut.

2. Metode demokratis, yang cirri-cirinya adalah :

1. Secara musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga atau kelompok


untuk ikut serta merumuskan tujuan-tujuan yang harus dicapai kelompok, serta
cara-cara untuk mencapai tujuan.

2. Pemimpin secara aktif memberikan saran dan petunjuk-petunjuk.

3. Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun kelompok-kelompok.


19
4. Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.

3. Metode bebas, yang ciri-cirinya :

1. Pemimpin menjalankan perannya secara pasif.

2. Penentuan tujuan yang akan dicapai kelompok sepenuhnya diserahkan kepada


kelompok.

3. Pemimpin berada di tengah-tengah kelompok, namun dia hanya berperan


sebagai penonton.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

20
Kekuasaan, wewenang, dan kepemimpinan merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dan sangat penting dalam kehidupan kelompok social di masyarakat.kekuasaan
adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya di dalam suatu hubungan
social yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa mengiraukan landasan yang menjadi
pijakan kemungkinan itu.wewenang merupaka hak jabatan yang sah untuk memerintahkan
orang lain bertindak dan untuk memaksa pelaksanaannya. Dengan wewenang, seseorang
dapat mempengaruhi aktifitas atau tingkah laku perorangan dan grup.

Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dilaksanakan dan diarahkan


melalui proses komunikasi, ke arah pencapaian tujuan atau tujuan-tujuan tertentu.Sumber
kekuasaan terdiri dari harta benda, status, wewenang legal, charisma, dan pendidikan. Selain
itu unsure kekuasaan juga berpengaruh yaitu meliputi: rasa takut, rasa cinta, kepercayaan, dan
pemujaan. Lapisan kekuasaan yaitu tipe kata, tipe oligarkis, dan tipe demokratis.

Bentuk wewenang terdiri dari:

1. Wewenang karena charisma, tradisional, dan rasional.

2. Wewenang resmi dan tidak resmi.

3. Wewenang pribadi dan territorial.

4. Wewenang terbatas dan menyeluruh.

Teori kepemimpinan :

1. Teori pengaruh kekuasaan

2. Bersumber pada kedudukan

3. Kekuasaan politik.

Metode kepemimpinan terdiri dari metode otoriter, metode demokratis, metode bebas.

3.2 Saran

Terima kasih kepada Tuhan YME dan semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini khususnya kepada guru pembimbing kami . kami mohon maaf

21
yang sebesar-besarnya apabila pada makalah ini terdapat kata-kata yang tidak berkenan
dan masih banyak kekurangannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberi wawasan pendidikan kepada
para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA :

Soekanto, 1990. SOSIOLOGI SUATU PENGANTAR. Rajawali pers : Jakarta.

22
Abdulsyani, 2007. SOSIOLOGI skematika, teori, dan terapan. Bumi aksara : Jakarta.

Wirawan. S. sarwono, 2001. PSIKOLOGI SOSIAL. Balai pustaka : Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai