Anda di halaman 1dari 4

SOAL DAN JAWABAN

MATA KULIAH : KEBIJAKAN PUBLIK

Dosen Pengampu : Syamsul Firdaus, SKp.,M.Kes

DISUSUN OLEH :

SITI HADIJAH (NPM


14141011015)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
KONSENTRASI KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
2015

1. Menurut Dunn (1999) sifat kebijakan adalah regulatori, proteksi, kompetisi dan
alokasi, buatlah contoh kebijakan terkait sifat tersebut di Instansi saudara atau instansi
kesehatan?
Jawab :
a. Kebijakan regulatif adalah kebijakan yang bertujuan untuk mengatur atau
membatasi kegiatan suatu kelompok ataupun memaksa suatu kelompok untuk
melakukan sesuatu.
Contoh : Kebijakan pendokumentasian laporan asuhan keperawatan.
Pada kebijakan ini mewajibkan semua yang berprofesi sebagai perawat dalam
suatu rumah sakit untuk melakukan pencatatan dan pendokumentasian setiap data-
data yang berkaitan dengan pasien melalui tahap proses keperawatan dari
assessment sampai dengan evaluasi dalam bentuk laporan asuhan keperawatan.

b. Kebijakan proteksi adalah kebijakan pemerintah yang memberikan proteksi atau


perlindungan pada pihak atau masyarakat dari tindakan pihak lain yang
membahayakan masyarakat luas.
Contoh : Kebijakan identifikasi pasien.
Pada kebijakan ini mewajibkan semua pasien yang ada di rumah sakit untuk
menggunakan gelang pasien yang meliputi nama, tanggal lahir dan nomer rekam
medis dan setiap jenis kelamin dibedakan oleh warna gelang, tujuan untuk
menjamin patient safety.

c. Kebijakan kompetitif adalah kebijakan untuk membatasi suatu pihak untuk dapat
akses atau mendapatkan barang dan jasa tertentu
Contoh : Kebijakan pengembangan dan peningkatan pendidikan.
Kebijakan ini memberikan kesempatan pada staff untuk melakukan pengembangan
dan peningkatan pendidikan berkelanjutan. Staff yang bersangkutan tentunya telah
memenuhi prasyarat yang berlaku di rumah sakit.

d. Kebijakan alokasi adalah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah terkait dengan
sumber daya yang ada.
Contoh : Kebijakan penempatan perawat (SDM keperawatan).
Kebijakan ini mengatur penempatan staff perawat bekerja di ruangan tertentu
sesuai dengan kompetensinya serta sertifikasi yang dia miliki.

3. Terbitnya UU no 38/2014 tentang keperawatan pasal 9 ayat 3 bahwa perguruan tinggi harus menyediakan
fasilitas kesehatan sebagai wahana pendidikan. Pihak siapa yang terlibat dan bagaimana langkah lanjut
saudara untuk mewujudkan kebijakan wahana pendidikan tersebut, jika saudara sebgai pengelola
pendidikan tinggi keperawatan

Jawab:
Undang-undang No 38/2014 Tentang Keperawatan Pasal 9 Ayat 3
Perguruan tinggi dalam menyelenggarakan Pendidikan Tinggi Keperawatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus menyediakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Wahana Pendidikan serta berkoordinasi
dengan Organisasi Profesi Perawat
Dalam penyediaan wahana praktik maka PT akan terkait dengan beberapa kebijakan atau peraturan
- Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
- Undang-undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
- Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
- Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
- Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
- Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
- Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelengggaraan
Pendidikan
- Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2005 tentang Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi.
- Kepmendiknas Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan
Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.
- Kepmendiknas Nomor 234/U/2000 tentang Pendirian Perguruan Tinggi
- Kepmendiknas Nomor 045/U/ 2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.
- Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
- Permendiknas Nomor 6 Tahun 2010 tentang Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.
- Kepmenkes Nomor 148 Tahun 2010, tentang Registrasi dan Praktik Perawat
- Permenkes Nomor 1796 Tahun 2011, tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
- SK Dirjen Dikti nomor 163/DIKTI/KEP/2007 tentang Penataan Kodifikasi Program Studi Pada
Perguruan Tinggi

Dalam membuat kebijakan dimulai dengan:


1. Perencanaan(Policy Formulation)
Perencanaan ini dimulai dengan pembuatan statuta, renstra dan draf rencana kerjasama dengan
berbagai wahana kesehatan yang memenuhi standar sesuai dengan aturan/ perundang-undangan yang
berlaku.

Pemilihan sarana dan prasarana untuk mendukung penyelenggaraan program pendidikan keperawatan
sesuai dengan kriteria standar, baik dari sisi jenis, jumlah, luas, waktu, tempat, legalitas, kegunaan,
maupun mutu. Kelengkapan dan mutu dari sumber daya ini juga sangat penting sehingga memerlukan
pengoperasian dan perawatan yang memadai. Sesuai dengan misi program studi, mahasiswa
mempunyai akses terhadap fasilitas dan peralatan serta mendapatkan pelatihan untuk menggunakannya.
Pengelolaan prasarana dan sarana pada program studi memenuhi kecukupan, kesesuaian, aksesibilitas,
pemeliharaan dan perbaikan, penggantian dan pemutakhiran, kejelasan peraturan dan efisiensi
penggunaannya.
Wahana pembelajaran klinik dan komunitas yang memadai merupakan komponen yang sangat penting
untuk membentuk perawat menjadi professional sejak dari masa pendidikannya. Belajar di tatanan
nyata seperti di klinik/rumah sakit dan komunitas, bertujuan untuk menumbuhkan sikap professional
melalui berbagai metoda dan media pembelajaran. Berbagai kasus dan penyelesaian masalah dipelajari
melalui model peran yang didemonstrasikan oleh perawat yang bekerja di wahana praktik serta belajar
berinteraksi dengan pasien, sejawat senior dan tim kesehatan lain melalui berbagai metoda. Metoda ini
meliputi diskusi kasus, ronde keperawatan, bedside teaching, presentasi, simulasi atau bermain peran,
dan preceptorship serta pendidikan kesehatan kepada pasien. Seluruh proses pembelajaran mahasiswa
dilaksanakan secara dinamis dan terbuka terhadap perubahan serta penyesuaian sehingga dapat
menumbuhkan kompetensi professional yang kokoh sebagai perawat.

Dalam pelaksanaan pendidikan yang memanfaatkan wahana praktik perlu legalitas yang melekat oeh
kedua belah pihak yaitu institusi pendidikan dan RS. Pembuatan draf kerjasama ini harus mencakup
hak dan kewajiban dari kedua belah pihak yang akan menjalankan mou itu. Pimpinan berkonsultasi
dengan bagian keuangan maupun yayasan (PT Swasata) serta dapat pula melibatkan pihak ketiga dalam
hal ini adalah badan hukum untuk merancangkan draf yang tidak akan merugikan.

Saat draf MOU telah siap maka akan dilaksanakan perundingan dengan pihak wahana mengenai
perjanjian kerjasama tersebut, dilakukan pembahasan mengenai isi dari perjanjian pasal demi pasal,
bila ada hal yang kurang sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing pihak maka akan dilakukan
revisi kembali mengenai draf MOU tersebut. Ketika draf MOU telah di revisi dan disepakati maka
dilakukan penandatangan MOU oleh pimpinan kedua belah pihak.

1. Pelaksanaan (Policy Implementation)


Setelah MOU terjalin maka PT dapat mengirimkan mahasiswanya untuk melakukan praktik di wahana
tersebut, dan pihak wahana siap untuk menerima mahasiswa yang praktik dari PT. Ketika mahasiswa
akan praktik di wahana tersebut diadakan pembekalan dan orientasi untuk pengenalan mahasiswa
terhadap wahana tersebut dan wajib mengikuti peraturan yang ada di wahana tersebut.

2. Evaluasi(Policy Revtev)
Evaluasi akan kebijakan MOU dilakukan ketika selama proses pelaksanaan terdapat hal-hal yang
terjadi diluar dari perjanjian yang berlaku dan akan di perbaharui ketika habis masa mou.

Walaupun pelaksanaan wahana pendidikan berjalan baik dan lancar, namun masih ada beberapa
kendala yang dirasakan dalam praktik klinik. Ada beberapa hal yang mempengaruhi pelaksanaan
praktik klinik di rumah sakit antara lain administrasi kepengurusan ijin praktik yang lama, Hal ini
sangat berdampak bagi penyusunan rencana praktik dan kompetensi yang ditetapkan, terutama apabila
ternyata jawaban dari rumah sakit tidak semua ruang bisa dipakai. beberapa hal yang mempengaruhi
pelaksanaan praktik dirumah sakit antara lain belum semua ruang memiliki sarana tempat responsi ,
Hal ini sangat berpengaruh terhadap praktik, karena tanpa adanya sarana dan prasarana yang
menunjang

Anda mungkin juga menyukai