Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna diantara makhluk Allah yang
lain. Manusia juga merupakan satu-satunya makhluk yang memiliki keinginan dan
ingin mewujudkan dengan akalnya. Manusia dengan segala akalnya selalu mencari
jawaban atas segala pertanyaaan yang muncul dibenaknya. Segala keingintahuanya
membuat manusia terkadang membuat manusia berfikir irasional. Pemujaan terhadap
benda-benda menjadi salah satu bukti atas pelampiasan manusia terhadap sesuatu
yang tidak diketahuinya.
Menurut sebagian masyarakat kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia
tergantung apa yang mereka sembah. Tradisi tersebut merupakan tradisi turun
temurun dari nenek moyang. Untuk itu, kebutuhan manusia terhadap agama sangat
diperlukan. Terlebih di era zaman sekarang dengan segala kecanggihan teknologi
seharusnya masyarakat lebih mudah untuk mengakses segalanya, termasuk tentang
agama.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Agama?
2. Bagaimana kebutuhan manusia terhadap Agama
3. Tujuan Rumusan masalah
Tujuan rumusan masalah dalam makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari
agama, selain itu untuk mengetahui bagaimana kebutuhan manusia terhadap agama.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Agama dan Agama Islam
Agama dalam bahasa Sansekerta dapat diartikan dalam dua kata, yaitu a dan
gama, dimana a = tidak dan gama = kacau, sehingga agama dapat diartikan
secara sederhana sebagai wahyu Tuhan yang diberikan kepada manusia melalui rasul-
Nya sebagai bentuk bimbingan atau pedoman hidup dalam kehidupan dan
bermasyarakat sesuai dengan moral dan etika serta budaya yang bersumber dari
dogma agama (Al-Quran dan Hadits).1
Agama adalah wahyu Tuhan yang ditujukan kepada manusia yang berakal, wahyu
Tuhan tersebut berisikan firman-firman yang sifatnya membimbing manusia ke jalan
kehidupan yang menuju kesejahteraan dunia dan akhirat. Inti atau hakikat dari agama
adalah berupa perintah (yang diwajibkan) dan yang larangan (yang diharamkan),
sehingga perilaku (tindakan dan perbuatan) manusia mengarah pada konteks aqidah,
ibadah, dan syariah.2
A.Mukti Ali dalam buku Universitas dan pembangunan yang dikutip oleh
Abbudin Nata bahwa pertama, pengalaman agama soal batin, subjektif dan sangat
individualis sifatnya. Kedua orang begitu bersemangat dan emosional dalam
membicarakan agama. Karena itu setiap pembahasan tentang arti agama selalu ada
emosi yang melekat erat sehingga kata agama sangat sulit untuk didefinisikan. Ketiga,
konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan definisi
tersebut.
Adapun kata religi berasal dari bahasa latin yaitu berasal dari kata relegere yang
mengandung arti yang mengumpulkan dan membaca. Pengertian demikian itu juga
sejalan dengan isi agama yang mengandung cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang
terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Ada yang berpendapat kata itu berasal
dari kata religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai
sifat mengiat bagi manusia. Dalam agama, selanjutnya terdapat pula ikatan antara roh
manusia dengan Tuhan.
Menurut Ath-Thanwi dalam buku Kasyaf Isthilahat Al-Funun disebutkan bahwa
agama adalah intisari Tuhan yang mengarahkan orang-orang berakal dengan kemauan
mereka sendiri untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.

1
Harjono, Agama Islam dalam Pandangan Filosofis, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 110
2
Harjono, Agama Islam dalam Pandangan Filosofis, .... hlm. 52
Kata Islam berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti agama Allah yang
disyariatkan-Nya sejak nabi Adam a.s hingga nabi Muhammad S.A.W, kepada umat
manusia. Dasar-dasar agama Islam pada setiap zaman dan bagi setiap umat, tidak
berubah, yaitu tetap mengajarkan umat manusia mengimani kepada Allah yang Esa,
kepada para Rasul-Nya dan sebagainya. Yang berubah hanyalah hal-hal yang
berhubungan dengan syariatnya semata-mata. Syariat yang dibawa oleh nabi akan
kekal, sampai hari kiamat.
Menurut A.Mukti Ali, mengatakan bahwa agama Islam adalah agama
kepercayaan adanya Allah dan hukum yang diwahyukan kepada utusan-utusan-Nya
untuk kebahagiaan hidup manusia. Sedangkan Endang Anshari, berpendapat bahwa
agama Islam adalah agama yang berupa wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada
Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat manusia sepanjang masa.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian agama Islam adalah suatu sistem keyakinan,
penyembahan dan aturan-aturan Allah yang mengatur segala kehidupan manusia
dalam berbagai hubungan, baik hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama
manusia dan dengan alam.3
Sedangkan manusia sendiri memiliki pengertian makhluk yang mulia dan
sempurna dibanding dengan makhluk lainnya ciptaan Tuhan, kesempurnaan yang
dimaksud karena dilengkapi dengan nafsu dan akal yang berfungsi membentuk
perilaku (tindaka dan perbuatan) atau dasar keinginan dan kebutuhan guna
mencapai kecerahan hidup di dunia dan akhirat.
Manusia hidup terikat dengan misteri agama, karena manusia adalah makhluk
spiritual yang percaya akan adanya Tuhan, dan masih banyak yang dapat digali dan
dipahami dalam agama untuk bekal mengarungi kehidupan.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui (QS. Ar-Ruum: 30)

3
Jurnal, Muhammaddin, Kebutuhan Manusia Terahadap Agama, diakses pada tanggal 17 April
2017,pukul. 08.41
Fitrah Allah, maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama yaitu agama tauhid kalau ada mausia tidak beragama tauhid, maka
hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh
lingkungan.

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (An-Nahl:78)
Ayat di atas menjelaskan bahwa kita dilahirkan bagaikan selembar kertas yang
polos tanpa ada goresan apapun, maka melalui proses penglihatan dan pendengaran
kita membentuk pengetahuan dan pengalaman yang merupakan proses doktrinisasi
dan persepsi. Orang yang paling dekat dan utama yang mendoktrin kita tentang agama
adalah orang tua, karena setiap agama mewajibkan orang tua untuk membimbing dan
mengarahkan pemahaman agama yang tujuannya pada hakikatnya adalah untuk
keselamatan dalam menjalani hidup bahkan akhirat.
Sesuai dengan Hadits Nabi Muhammad SAW yang menjadikan anak itu Yahudi,
Nasrani dan Muslim adalah orang tuanya setiap anak dilahirkan atas fitrah. Kedua
orang tuanya yang menjadikannya ia Yahudi atau Majusi atau Nasrani (Bukhari
Muslim).4
2. Kebutuhan Manusia terhadap Agama
Manusia sebagai khalifah bumi dengan potensi nafsu dan akalnya mampu berbuat
apa saja, dan mampu menjadi apa saja sesuai dengan keinginannya (monster,
malaikat, pahlawan, atau penghianat) dan sesuai dengan kondisi lingkungan yang
mempengaruhinya atau yang ingin dipengaruhnya. Tanpa adanya norma-norma yag
membatasi maka orang bisa berbuat semaunya karena sifat egoistiknya yang
mementingkan diri sendiri, tanpa peduli orang lain sebagai korban, ini karena
dorongan fitrah manusia dengan keinginan dan kebutuhannya yang membentuk
harapan ambisius.
Tindakan dan perbuatan egoistik (naluri individualism) inilah yang berpotensi
manusia bisa menjadi monster atau penghianat bagi orang lain. Sebaliknya, tindakan

4
Harjono, Agama Islam dalam Pandangan Filosofis,... hlm. 273
dan perbuatan sosialistik (naluri bermasyarakat)lah yang berpotensi manusia bisa
menjadi pahlawan atau malaikat.
Sufah kodratnya (fitrahnya) manusia diciptakan dengan nafsu yang menghasilkan
keinginan dan kebutuhan yang membentuk harapan dengan sifat serba instan (cepat,
dapat, dan tepat). sedangkan alam semesta (dunia) mempunyai sifat terbatas, kikir,
selektif, dan penuh ketidakpastian, serta bersyarat. Karena sifat alam semesta (dunia)
inilah manusia menggunakan potensi dirinya (akalnya) untuk memenuhi ambisinya
(nafsunya) orang lain dianggap sebagai lawan (pesaing) harus disingkirkan
Oleh karena itu, agama menuntun manusia dalam norma-norma moral dan etika
yang membentuk budaya (cipta karsa) dan tatanan sosial yang dapat diterima semua
orang secara universal secara adil, bijak, dan merata sesuai dengan sumbangan
(kontribusi) terhadap duniawi. Kesemuanya itu hanya akan terpenuhi jika setiap orang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.5
Eksistensi agama merupakan sarana pemenuhan kebutuhan manusia yang
berfungsi untuk menetralisasi seluruh tindakanya. Tanpa bantuan agama manusia
akan mengalami kebungungan, resah, bimbang gelisah dan sebagainya. Sebagai
akibatnya manusia tidak mampu memperoleh arti kebahagiaan dan kesejahteraan
hidupnya.6
Terdapat tiga latar belakang mengapa manusia membutuhkan agama. Pertama,
fitrah manusia. Dalam konteks ini diantaranya ayat al-Quran dalam surat ar-Rum
ayat 30 bahwa ada potensi fitrah bergama yang terdapat pada manusia. Dalam hal ini
dapat ditegaskan bahwa insan adalah manusia yang menerima pelajaran dari Tuhan
tentang apa yang tidak diketahuinya.
Kedua, informasi mengenai potensi beragama yang dimiliki oleh manusia itu
dapat dijumpai dalam ayat 172 surat Al-Araf bahwa manusia secara fitri merupakan
makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama. Hal demikian sejalan dengan
hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan memiliki fitrah
(potensi beragama).
Ketiga, tantangan manusia. Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan
agama karena manusia dalam dalam kehidupanya menghadapi berbagai tantangan
baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa
dorongan hawa nafsu dari bisikan setan. Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa

5
Harjono, Agama Islam dalam Pandangan Filosofis,... hlm. 111
6
Sururin,M.Ag, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2004,hlm.179
rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia secara sengaja berupaya ingin
memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga
dan pikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang
didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan. 7
Menurut Yosep Nuttin dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang
bekerja dalam diri manusia seperti dorongan-dorongan lainya, seperti:makan, minum,
intellek dan lain sebagainya. Sejalan dengan hal itu, maka dorongan beragamapun
menuntut untuk dipenuhi sehingga pribadi manusia itu mendapat kepuasan dan
ketenangan. Selain itu, dorongan beragama juga merupakan kebutuhan insaniah yang
tumbuhnya dari gabungan beberapa berbagai faktor penyebab yang bersumber pada
sumber rasa keagamaan.
Para ahli jiwa agama belum sependapat tentang sumber rasa keagamaan ini.
Rudolf Otto misalnya menekankana pada dominasi rasa ketergantungan, sedangkan
Sigmund Frued menekankan Libido Sexuil dan rasa berdosa sebagai faktor penyebab
yang dominan. Yang penting adanya suatu pengakuan walaupun secara samar, bahwa
tingkah laku keagamaan seseorang timbul karena adanya dorongan dari diri sebagai
faktor dalam.8

PENUTUP
Kesimpulan
Tuhan menurunkan agama untuk kepentingan manusia. Agama mengandung arti
ikatan yang harus dipegang dan di patuhi oleh manusia. Agama sangat berguna dan
mempunyai fungsi yang sangat pentng bagi kehidupan. Yaitu, agama merupakan
unsur mutlak dalam membentuk kepribadian manusia dan membangun kehidupan
sosial yang rukun dan damai. Agama juga merupakan kunci kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.
Kebutuhan manusia terhadap agama didasari oleh beberapa faktor, yaitu faktor
fitrah, kekurangan dan kelemahan manusia, dan faktor tantangan yang dihadapinya.
Oleh karena itu agama adalah yang terpenting dalam kehidupan manusia.

7
Jurnal, Muhammaddin, Kebutuhan Manusia Terahadap Agama, diakses pada tanggal 17 April
2017,pukul. 08.41
8
Dr.Jalaluddin,Dr.Ramatulis, Pengantar Psikologi Agama, Jakarta, Kalam Mulia, 1989,hlm.71
DAFTAR PUSTAKA

Harjono, Agama Islam dalam Pandangan Filosofis, Bandung: Alfabeta, 2012


Jalaluddin, Ramatulis, Pengantar Psikologi Agama, Jakarta, Kalam Mulia, 1989
Jurnal, Muhammaddin, Kebutuhan Manusia Terahadap Agama, diakses pada tanggal
17 April 2017
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2004,

Anda mungkin juga menyukai