Anda di halaman 1dari 2

Gangguan telinga akibat sumbatan kotoran telinga atau impaksi serumen

merupakan gangguan pendengaran yang sering muncul pada segala usia, baik
anak-anak, dewasa, maupun lansia. Proses pembentukan serumen sendiri pada
dasarnya merupakan proses fisiologis yang merupakan produk dari kelenjar
seruminosa yang terdapat pada liang telinga. Materi yang terdapat pada serumen itu
sendiri merupakan campuran dari material sebaseus dan hasil sekresi apokrin dari
glandula seruminosa yang berkombinasi dengan epitel deskuamasi dan rambut.

Dalam kondisi tertentu, serumen dapat menimbulkan penyumbatan liang telinga


yang dapat berujung pada gangguan pendengaran atau dapat juga disebut impaksi
serumen/serumen obturans. Penyumbatan semacam ini terkadang dapat pula
menimbulkan rasa tertekan di telinga, penurunan ambang dengar, hingga rasa
berdenging. Penurunan ambang dengar pada kasus impaksi serumen disebabkan
karena getaran suara tidak dapat mencapai gendang telinga akibat sumbatan
serumen tersebut.

Pembentukan serumen ini sendiri sangat bervariasi pada tiap individu baik dari segi
jumlah maupun komposisi materinya. Faktor yang dapat berpengaruh antara lain
anatomi liang telinga, jumlah kelenjar yang sangat bervariasi pada tiap individu,
hingga faktor kebiasaan mengorek liang telinga yang beresiko menyebabkan
terdorongnya kotoran ke dalam liang.

Penegakan diagnosis pada kasus impaksi serumen biasanya cukup dengan


otoskopi (penilaian kondisi telinga luar dengan alat otoskop ) dimana pada
pemeriksaan ini dapat dilihat keberadaan serumen didalam liang telinga yang
menyumbat sehingga gendang telinga sulit diamati. Terkadang dapat dilakukan tes
penala untuk menilai jenis gangguan pendengaran yang dialami oleh penderita.

Tata laksana pada kasus tersebut bervariasi tergantung dari jenis sumbatan, lokasi
sumbatan dan anatomi liang telinga penderita itu sendiri. Terdapat beberapa teknik
pengambilan serumen yang sering dilakukan oleh dokter spesialis THT seperti :

1. Evakuasi dengan pengait serumen (cerumen hook) atau sendok serumen (cerumen
spoon). Biasanya dilakukan pada jenis serumen yang keras
2. Evakuasi dengan teknik Irigasi. Biasanya dilakukan pada cerumen yang dalam dan
lunak atau cerumen yang menempel pada gendang telinga
3. Evakuasi dengan alat penghisap (suction) yang dihubungkan dengan kanul logam.
Dapat dilakukan pada kondisi cerumen yang lunak
4. Evakuasi cerumen dengan penggunaan tetes pelunak terlebih dahulu. Dapat
dilakukan pada kasus serumen yang sangat keras dan sulit dilkeluarkan dengan
pengait ataupun sendok serumen.

Secara alamiah, telinga manusia memiliki kemampuan untuk mengeluarkan


kotorannya sendiri melalui mekanisme garakan mengunyah dan menelan dan arah
pertumbuhan kulit, sehingga tidak perlu terlalu sering memanipulasi dan
membersihkan telinga.

dr. Mahatma Sotya Bawono Sp.THT-KL, M.Sc


Dokter Spesialis THT RS UGM

Anda mungkin juga menyukai