Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN KESEHATAN DAN MANAJEMEN PUSKESMAS

1.1. Manajemen Kesehatan


1.1.1. Definisi
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang penggunaan sumber daya secara
efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Manajemen merupakan ilmu terapan yang penerapannya disesuaikan
dengan ruang lingkup fungsi organisasi, bentuk kerja sama manusia di dalam
organisasi, dan ruang lingkup masalah yang dihadapi. Di bidang kesehatan,
manajemen diterapkan untuk mengatur perilaku staf yang bekerja di dalam
organisasi (institusi pelayanan) kesehatan untuk menjaga dan mengatasi gangguan
kesehatan pada individu atau kelompok masyarakat secara efektif, efisien, dan
produktif (Muninjaya, 2012).
Sehat adalah suatu keadaan optimal, baik jasmani maupun rohani serta
sosial ekonomi, dan tidak hanya terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau
kelemahan fisik dan mental saja (WHO, 1946). Di Indonesia pengertian sehat
dituangkan dalam UU Pokok Kesehatan RI No.9 tahun 1960 (Herlambang &
Murwani, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam buku Manajemen Kesehatan dan
Rumah Sakit, manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk
mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan
kesehatan masyarakat melalui program kesehatan (Herlambang & Murwani, 2012).
Sesuai dengan tujuan sistem kesahatan, yakni peningkatan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya, maka manajemen kesehatan tidak dapat disamakan dengan
manajemen niaga yang lebih berorientasi pada upaya mencari keuntungan berupa
uang untuk pemilik perusahaan (profit oriented) melainkan manajemen kesehatan
berorientasi memberikan manfaat pelayanan secara optimal pada masyarakat
(benefit oriented) oleh karena organisasi kesehatan lebih mementingkan pencapaian
kesejahteraan umum (Herlambang & Murwani, 2012).
1.1.2. Fungsi

1
Fungsi-fungsi dalam manajemen kesehatan sama dengan fungsi-fungsi
dalam manajemen perusahaan, yaitu (Herlambang & Murwani, 2012) :
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen.
Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-
masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program
yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
Dengan perencanaan dapat mengetahui : tujuan yang ingin dicapai;
jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan; jenis dan jumlah staf yang
diinginkan dan uraian tugasnya; sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan
pengarahan yang diperlukan; bentuk dan standar pengawasan yang akan
dilakukan.
Terdapat lima langkah yang perlu dilakukan pada proses
penyusunan sebuah perencanaan dalam manajemen kesehatan, yaitu: (a)
analisa situasi; (b) mengidentifikasi masalah dan prioritasnya; (c)
menentukan tujuan program; (d) mengkaji hambatan dan kelemahan
program; (e) menyusun rencana kerja operasional.

2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)


Dengan adanya pengorganisasian, maka seluruh sumber daya yang
dimiliki oleh organisasi akan diatur penggunaannya secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dengan pengorganisasian, seorang pemimpin akan mengetahui:
pembagian tugas secara jelas, tugas pokok dan prosedur kerja staf,
hubungan organisatoris dalam struktur organisasi, pendelegasian
wewenang, dan pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi.
Ada enam langkah penting dalam membuat pengorganisasian, yaitu:
(a) tujuan organisasi harus sudah dipahami oleh staf; (b) membagi habis
pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai tujuan;

2
(c) menggolongkan kegiatan pokok ke dalam suatu kegiatan yang praktis;
(d) menetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh staf dan menyediakan
fasilitas pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya; (e)
penugasan personal yang terampil.

3. Fungsi Pelaksanaan dan Pembimbingan (Actuating)


Pada fungsi ini lebih mengarahkan dan menggerakkan semua
sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Beberapa hal
yang dapat menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia dalam
organisasi yaitu : peran kepemimpinan (leadership), motivasi staf, kerja
sama antar staf, dan komunikasi yang lancer antar staf.
Adapun tujuan fungsi pelaksanaan dan pembimbingan adalah: (1)
menciptakan kerjasama yang lebih efisien; (2) mengembangkan
kemampuan dan keterampilan staf; (3) menumbuhkan rasa menyukai dan
memiliki pekerjaan; (4) mengusahakan suasana lingkungan kerja yang
meningkatkan motivasi prestasi kerja staf; (5) membuat organisasi
berkembang secara dinamis.

4. Fungsi Pengawasan (Controlling)


Melalui fungsi pengawasan, standar keberhasilan program yang
telah dibuat dalam bentuk target, prosedur kerja, dan sebagainya harus
selalu dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu
dikerjakan oleh staf.
Jenis standar pengawasan ada dua, yaitu : (1) standar norma, standar
yang dibuat berdasarkan pengalaman staf melaksanakan program yang
sejenis atau yang pernah dilaksanakan dalam situasi yang sama di masa lalu;
(2) standar kriteria, standar yang diterapkan untuk kegiatan-kegiatan
pelayanan oleh petugas yang sudah mendapatkan pelatihan.

Pemimpin bisa mendapatkan data pada saat melakukan pengawasan


dengan tiga cara: pengamatan langsung, laporan lisan dari staf atau

3
pengaduan masyarakat, dan laporan tertulis dari staf.

Fungsi-fungsi manajemen diatas dapat dilihat pada Gambar 2.1. Meskipun


keempat fungsi manajemen tersebut terpisah satu sama lain, teteapi sebagai sebuah
proses, keempatnya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berhubungan satu
sama lain. Jika tujuan organisasi belum tercapai, pimpinan organisasi harus
menganalisis kelemahan pelaksanaan salah satu atau beberapa fungsi manajemen
tersebut (Muninjaya, 2012).

Organizing

Planning Actuating

Controlling

Gambar 2.1 Siklus Fungsi Manajemen


(Sumber: Muninjaya, 2012)

1.1.3. Ruang Lingkup


Seperti halnya manajemen perusahaan, di bidang kesehatan juga dikenal
berbagai jenis manajemen sesuai dengan ruang lingkup kegiatan dan sumber daya
yang dikelolanya. Ruang lingkup manajemen kesehatan secara garis besar
mengerjakan kegiatan yang berkaitan dengan (Herlambang & Murwani, 2012).:
1. Manajemen sumber daya manusia (personalia)
2. Manajemen keuangan (mengurusi cashflow keuangan)
3. Manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan peralatan)
4. Manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen
(melayani pelayanan kesehatan masyarakat)

Untuk masing-masing bidang tersebut dikembangkan manajemen yang


lebih spesifik sesuai dengan ruang lingkup dan tugas pokok institusi kesehatan.

4
Penerapan manajemen pada unit pelaksana teknis seperti puskesmas dan RS
merupakan upaya untuk memanfaatkan dan mengatur sumber daya yang dimiliki
oleh masing-masing unit pelayanan kesehatan tersebut, dan diarahkan untuk
mencapai tujuan organisasi (unit kerja dan sebagainya) secara efektif, efisien,
produktif, dan bermutu (Muninjaya, 2012).
Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap-tiap organisasi
kesehatan di Indonesia, seperti Kantor Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan di
daerah, Rumah Sakit, dan Puskesmas, dan jajarannya. Untuk memahami penerapan
manajemen kesehatan di Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas perlu
dilakukan kajian proses penyusunan rencana tahunan Departemen Kesehatan dan
Dinas Kesehatan di daerah. Khusus untuk tingkat Puskesmas, penerapan
manajemen dapat dipelajari melalui perencanaan yang disusun setiap lima tahunan
(Herlambang & Muwarni, 2012).

1.1.4. Subsistem Manajemen Kesehatan


Subsistem adalah bagian dari sistem yang membentuk sistem pula. Dalam
sistem kesehatan nasional, subsistem manajemen kesehatan adalah tatanan yang
menghimpun berbagai upaya administrasi kesehatan yang didukung oleh
pengelolaan data dan informasi, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
(Herlambang & Murwani, 2012).
Subsistem manajemen kesehatan terdiri dari empat unsur utama
(Herlambang & Murwani, 2012) :
1. Administrasi kesehatan, adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggara
pembangunan kesehatan.
2. Informasi kesehatan, adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang
merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
3. Ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah hasil penelitian dan pengembangan
yang merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang

5
kesehatan.
4. Hukum kesehatan, adalah peraturan perundang-undangan kesehatan yang
dipakai sebagai acuan bagi penyelenggara pembangunan kesehatan.

1.1.5. Pembiayaan Program Kesehatan


Sesuai dengan UU No. 22 dan 25 tahun 1999 (diubah menjadi UU No.32
dan 33 tahun 2004) tentang pemerintah daerah dan perimbangan keuangan pusat
dan daerah, dana pembangunan kesehatan berasal dari tiga sumber yaitu
(Muninjaya, 2012) :
1. Pemerintah (APBN), yang disalurkan ke daerah dalam bentuk DAU (Dana
Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus). Dengan
diberlakukannya otonomi daerah, porsi dana sector kesehatan yang
bersumber dari APBN menurun. Pemerintah pusat juga masih tetap
membantu pelaksanaan program kesehatan melalui bantuan dana
dekonsentrasi, khususnya untuk pemberantasan penyakit menular.
2. APBD yang bersumber dari PAD (Pendapatan Asli Daerah), baik yang
bersumber dari pajak maupun penghasilan badan usaha milik Pemda.
Mobilisasi dana kesehatan juga bisa bersumber dari masyarakat dalam
bentuk asuransi kesehatan, investasi pembangunan sarana pelayanan
kesehatan oleh pihak swasta dan biaya langsung yang dikeluarkan oleh
masyarakat untuk perawatan kesehatan. Dana pembangunan kesehatan
yang diserap dari berbagai sektor harus dibedakan dengan dana sektor
kesehatan yang diserap oleh dinas kesehatan.
3. Bantuan luar negeri, dapat dalam bentuk hibah (grant) atau pinjaman (loan)
untuk investasi atau pengembangan pelayanan kesehatan.

2.2. Manajemen Puskesmas


2.2.1. Definisi Puskesmas

6
Menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat,
disebutkan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Depkes, 2014).

2.2.2. Tugas dan Fungsi Puskesmas


Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat dan mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, puskesmas menyelenggarakan fungsinya sebagai
pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama (Kemenkes, 2004).
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi
(Kemenkes, 2004):
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut
adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat
inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan

7
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat
tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya.
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesehatan, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat (Amir, 2008).

2.2.3 Visi Dan Misi Puskesmas


2.2.3.1 Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselengarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan
Sehat adalah gambaran masyarakat Kecamatan masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan
dan dengan perilaku sehat, memiliki kemmpuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi- tingginya (Kemenkes, 2014)
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 Indikator yakni
(Kemenkes, 2013) :
1. Indikator Lingkungan sehat
2. Indikator Prilaku sehat
3. Indikator Pelayanan Kesehatan yang Bermutu
4. Indikator Derajat Kesehatan yang Optimal
2.2.3.2 Misi Puskesmas
Ada empat misi Puskesmas yaitu:
1. Menggerakkan pembangunan Kecamatan yang berwawasan kesehatan.
Puskesmas akan selalu menggerakan pembangunan sektor lain agar

8
memperhatikan aspek kesehatan, yaitu agar pembangunan tersebut mendorong
lingkungan dan perilaku masyarakat semakin sehat.
2. Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat.
Puskesmas selalu berupaya agar keluarga dan masyarakat makin berdaya di
bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan untuk
hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau. Puskesmas harus selalu berupaya untuk menjaga agar cakupan dan
kualitas layanannya tidak menurun, bahkan kalau bisa ditingkatkan agar
semakin besar cakupannya dan semakin bagus kualitas layanannya.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya. Puskesmas selalu berupaya agar derajat kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat dapat terpelihara bahkan semakin
meningkat seiring dengan derap pembangunan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas.

2.2.4 Susunan Organisasi Puskesmas


Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas yang merupakan seorang
Tenaga Kesehatan dengan kriteria sebagai berikut (Depkes, 2014):
a) Tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi
manajemen kesehatan masyarakat;
b) masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun; dan
c) telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas seluruh kegiatan di Puskesmas
dan ia dapat merencanakan dan mengusulkan kebutuhan sumber daya Puskesmas
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil
dan sangat terpencil yang tidak tersedia seorang tenaga kesehatan seperti kriteria
diatas, maka Kepala Puskesmas merupakan tenaga kesehatan dengan tingkat
pendidikan paling rendah diploma tiga (Depkes,2014).

9
Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas (Depkes, 2014):
a) kepala Puskesmas;
b) kepala sub bagian tata usaha;
Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala Puskesmas dalam
pengelolaan:
Data dan informasi
Perencanaan dan penilaian
Keuangan
Umum dan pengawasan
c) penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat;
d) penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium; dan
e) penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
f) fasilitas pelayanan kesehatan.

2.2.5. Penerapan Manajemen di Puskesmas


Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas, perlu
ditunjang oleh manajemen puskesmas yag baik. Manajemen puskesmas adalah
rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran
puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang
dilaksanakan oleh puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada tiga
fungsi manajemen pusksesmas yang dikenal yakni : (Kemenkes, 2004):
1. Perencanaan (P1)
Diselenggarakan melalui mekanisme perencanaan mikro (micro
planning). Merupakan perencanaan tingkat puskesmas. Pengembangan
program puskesmas selama 5 tahun disusun dalam MP (Mikro Planning)
(Muninjaya, 2004).
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan puskesmas
untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja pusksesmas. Rencana
tahunan puskesmas dibedakan atas dua macam:
a) Perencanaan Upaya Kesehatan Wajib

10
Jenis upaya kesehatan wajib adalah sama untuk setiap puskesmas,
yakni Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan
Anak termasuk Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat,
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular serta Pengobatan.
Langkah-langkah perencanaan yang harus dilakukan puskesmas adalah
sebagai berikut:
1. Menyusun usulan kegiatan
Langkah pertama yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun
usulan kegiatan dengan memperhatikan berbagai kebijakan yang
berlaku, baik nasional maupun daerah, sesuai dengan masalah sebagai
hasil dari kajian data dan informasi yang tersedia di puskesmas. Usulan
ini disusun dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang berisikan rincian
kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi
serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan (Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Contoh Gantt Chart Usulan Kegiatan


(Sumber: Kemenkes,2004)
Rencana ini disusun melalui pertemuan perencanaan tahunan
puskesmas yang dilaksanakan sesuai dengan siklus perencanaan
kabupaten/kota dengan mengikut sertakan BPP serta dikoordinasikan
dengan camat.

2. Mengajukan usulan kegiatan


Langkah kedua yang dilakukan puskesmas adalah mengajukan
usulan kegiatan tersebut ke dinas kesehatan kabupaten/kota untuk
persetujuan pembiayaannya. Perlu diperhatikan dalam mengajukan

11
usulan kegiatan harus dilengkapi dengan usulan kebutuhan rutin, sarana
dan prasarana, dan operasional puskesmas beserta pembiayaannya.

3. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan


Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun
rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action)
dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan
wilayah (mapping) (Gambar 2.3 dan Gambar 2.4).

Gambar 2.3 Contoh Gantt Chart Rencana Pelaksanaan


(Sumber: Kemenkes, 2014)

Gambar 2.4 Contoh Pemetaan wilayah upaya kesehatan


(mapping)
(Sumber: Kemenkes, 2014)

12
b) Perencanaan Upaya Kesehatan Pengembangan
Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok puskesmas yang telah ada, atau upaya inovasi yang dikembangkan sendiri.
Upaya laboratorium medik, upaya laboratorium kesehatan masyarakat dan
pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan
upaya penunjang yang harus dilakukan untuk kelengkapan upaya-upaya
puskesmas. Langkah-langkah perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang
dilakukan oleh puskesmas mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Identifikasi upaya kesehatan pengembangan


Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi upaya kesehatan
pengembangan yang akan diselenggarakan oleh puskesmas. Identifikasi ini
dilakukan berdasarkan ada/tidaknya masalah kesehatan yang terkait dengan setiap
upaya kesehatan pengembangan tersebut. Apabila puskesmas memiliki
kemampuan, identifikasi masalah dilakukan bersama masyarakat melalui
pengumpulan data secara langsung di lapangan melalui Survei Mawas Diri.
Survei Mawas Diri merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengenali
keadaan dan masalah yang dihadapi, serta potensi yang dimiliki untuk mengatasi
masalah tersebut. Tahapan pelaksanaan:
1. Pengumpulan data cepat berupa data primer yakni yang dikumpulkan langsung
dari sumber data atau data yakni yang berasal dari catatan yang ada.
2. Pengolahan data
3. Penyajian data berupa data masalah dan potensi
Tetapi apabila kemampuan pengumpulan data bersama masyarakat tersebut
tidak dimiliki oleh puskesmas, identifikasi dilakukan melalui kesepakatan
kelompok (Delbecq Technique) oleh petugas puskesmas dengan mengikut sertakan
Badan Penyantun Puskesmas.

13
Delbecq Technique merupakan perumusan masalah dan identifikasi potensi
melalui kesepakatan sekelompok orang yang memahami masalah tersebut.

Tahapan pelaksanaan:
1. Pembentukan tim.
2. Menyusun daftar masalah
3. Menetapkan kriteria penilaian masalah
4. Menetapkan urutan prioritas masalah berdasarkan kriteria
penilaian dilengkapi dengan uraian tentang potensi yang dimiliki
Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, jumlah upaya kesehatan
pengembangan yang terpilih dapat lebih dari satu. Di samping itu identifikasi upaya
kesehayan pengembangan dapat pula memilih upaya yang bersifat inovatif yang
tidak tercantum dalam daftar upaya kesehatan puskesmas yang telah ada, melainkan
dikembangkan sendiri sesuai dengan masalah dan kebutuhan masyarakat serta
kemampuan puskesmas.

b. Menyusun usulan kegiatan


Langkah kedua yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun usulan
kegiatan yang berisikan rincian kegiatan, tujuan sasaran, besaran kegiatan
(volume), waktu,lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan.
Rencana yang telah disusun tersebut diajukan dalam bentuk matriks (Gantt Chart).
Penyusunan rencana pada tahap awal pengembangan program dilakukan melalui
pertemuan yang dilaksanakan secara khusus bersama dengan BPP dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dalam bentuk musyawarah masyarakat.
Musyawarah Masyarakat merupakan pertemuan masyarakat yang dihadiri
oleh para pemimpin, baik formal maupun informal dan anggota masyarakat untuk
merumuskan prioritas masalah kesehatan dan upaya penanggulangannya. Tahapan
pelaksanaan:
1. Pemaparan daftar masalah kesehatan dan potensi yang dimiliki.
2. Membahas dan melengkapi urutan prioritas masalah

14
3. Membahas dan melengkapi potensi penyelesaian masalah yang
4. Merumuskan cara penanggulangan masalah sesuai dengan potensi
5. Menetapkan rencana kegiatan penanggulangan masalah (dalam bentuk Gantt
Chart)

c. Mengajukan usulan kegiatan


Langkah ketiga yang dilakukan oleh puskesmas adalah mengajukan usulan
kegiatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk pembiayaannya. Usulan
kegiatan tersebut dapat pula diajukan ke Badan Penyantun Puskesmas atau
pihak-pihak lain. Apabila dilakukan ke pihak-pihak lain, usulan kegiatan harus
dilengkapi dengan uraian tentang latar belakang, tujuan serta urgensi perlu
dilaksanakannya upaya pengembangan tersebut.

d. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan


Langkah keempat yang dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun rencana
pelaksanaan yang telah disetujui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
penyandang dana lain (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk
matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping).
Penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara terpadu dengan
penyusunan rencana pelaksanaan upaya kesehatan wajib.

2. Penggerakkan Pelaksanaan (P2)


Diselenggarakan melalui mekanisme lokakarya mini (mini
workshop) (Gambar 2.5 dan Gambar 2.6). Lokakarya Mini Puskesmas (LKMP)
merupakan bentuk penjabaran MP kedalam paket-paket kegiatan program yang
dilaksanakan oleh staf, baik secara individu maupun berkelompok. LKMP
dilaksanakan setiap tahun (Muninjaya, 2004).

15
Gambar 2.5 Lokakarya Mini Bulanan
(Sumber: Kemenkes, 2004)

16
Gambar 2.6 Lokakarya Mini Tribulanan
(Sumber: Kemenkes, 2004)

3. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3)


Diselenggarakan melalui mekanisme stratifikasi puskesmas yang
kemudian menjadi penilaian kinerja puskesmas. Sistem pencatatan dan
pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) adalah kompilasi pencatatan program
yang dilakukan secara terpadu setiap bulan.Penjabaran fungsi pengawasan dan
pengendalian program disebut juga dengan Local Area Monitoring (LAM).
LAM yang dijabarkan khusus untuk memantau kegiatan program KIA disebut
dengan PIAS (Pemantauan Ibu dan Anak Setempat) (Muninjaya, 2004).

17
Stratifikasi puskesmas merupakan kegiatan evaluasi program yang
dilakukan setiap tahun untuk mengetahui pelaksanaan manajemen program
puskesmas secara menyeluruh. Penilaian dilakukan oleh tim dari Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Data SP2TP dimanfaatkan oleh puskesmas untuk
penilaian stratifikasi (Muninjaya, 2004).
Supervisi rutin oleh pimpinan puskesmas dan rapat-rapat rutin untuk
koordinasi dan memantau kegiatan program. Supervisi oleh pimpinan, monitoring,
dan evaluasi merupakan penjabaran fungsi manajemen (pengawasan dan
pengendalian) di puskesmas (Tabel 2.1) (Muninjaya, 2004).

Planning Mikro planning, perencanaan tingkat puskesmas


Struktur organisasi, pembagian tugas, pembagian wilayah
Organizing
kerja, pengembangan program puskesmas
Lokakarya mini puskesmas, kepemimpinan, motivasi kerja,
Actuating koordinasi, komunikasi melalui rapat rutin bulanan untuk
membahas aktivitas harian dan kegiatan program
PIAS, LAM, PWS KIA, supervise, monitoring, evaluasi, audit
Controlling
internal keuangan di puskesmas
Tabel 2.1 Penerapan Fungsi Manajemen di Puskesmas
(Sumber: Muninjaya, 2004)

2.2.6 Subsistem Manajemen Puskesmas


Dalam upaya menunjang pengembangan program pokok puskesmas,
puskesmas memiliki enam subsistem manajemen, yaitu (Muninjaya, 2004):
1. Subsistem pelayanan kesehatan
Berupa promosi, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi medis dan sosial
2. Subsistem manajemen keuangan
Jenis anggaran yang digunakan terdiri dari dana rutin (gaji pegawai) dan
dana operasional/proyek untuk masing-masing program.
Sumber anggaran, sejak otonomi daerah yang ditetapkan berdasarkan
UU No. 22 dan 25 tahun 1999 sumber dana puskesmas sebagian besar

18
dari APBD kabupaten/kota yang disalurkan melalui dinas kesehatan
kabupaten/kota. Hanya sebagian kecil yang berasal dari APBN.
Puskesmas juga mendapat dana dari sumber-sumber lain yang sah dan
tidak mengikat.
Pimpinan puskesmas menunjuk bendahara puskesmas, ada yang
menjadi bendahara proyek (mencatat dan melaporkan dana operasional
kegiatan proyek) dan bendahara rutin (mengurusi gaji pegawai dan
pemasukan keuangan rutin puskesmas).
3. Subsistem manajemen logistik
Setiap program membutuhkan dukungan logistik yang jumlah dan jenisnya
berbeda-beda. Kebutuhan ini disusun dalam Lokakarya Mini Puskesmas
(LKMP). Agar praktis biasanya kebutuhan logistik puskesmas disediakan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan BKKBN (khusus untuk program
KB) dengan dana yang sudah dialokasikan setiap tahun. Pimpinan
puskesmas mempunyai wewenang dan wajib memeriksa administrasi
barang dan obat secara rutin.
4. Subsistem manajemen personalia
Untuk meningkatkan motivasi kerja staf, sistem intensif perlu
diterapkan sesuai dengan ketentuan yang disepakati bersama. Selain itu
pemberian penghargaan oleh pimpinan kepada staf yang berprestasi
akan membantu meningkatkan motivasi mereka.
Untuk manajeman personalia di puskesmas, dokter selaku manajer
puskesmas tidak diberikan wewenang untuk mengangkat staf kecuali
puskesmas menyisihkan dana sendiri untuk membayar honor staf. Akan
tetapi dokter berhak mengusulkan kebutuhan staf (jumlah dan jenis) ke
Dinkes kabupaten/kota.
Pertemuan antara pimpinan dengan staf sebaiknya diadakan secara rutin
dalam pertemuan rutin seperti rapat bulanan dan mingguan
5. Subsistem pencatatan dan pelaporan
Laporan yang dibuat oleh puskesmas antara lain:

19
Laporan harian (melaporkan adanya kejadian luar biasa (KLB) penyakit
tertentu
Laporan mingguan (melaporkan kegiatan penanggulangan penyakit
diare)
Laporan bulanan (ada 4 jenis, LB1 berisi data kesakitan, LB2 berisi data
kematian, LB3 berisi data program gizi. KIA, KB, dan P2M, LB4 untuk
obat-obatan)
6. Subsistem pengembangan peran serta masyarakat (melalui PKMD)

20
DAFTAR PUSTAKA

Amir, 2008. Pengaruh Karakteristik Masyarakat Terhadap Utilisasi Puskesmas Di


Kabupaten Bireun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2007.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/6663/047012002.p
df?sequence=1 [Diakses tanggal 20 Juli 2015]
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014. Diambil dari:
www.depkes.go.id [Diakses tanggal 20 Juli 2015]
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Diambil dari: www.ippi.or.id [Diakses
tanggal 20 Juli 2015]
Muninjaya, A. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal: 44-49,
156,158-164
Muninjaya, A. 2012. Manajemen Kesehatan Edisi 3. Jakarta : EGC. Hal: 1-2, 32-
38, 43, 52-55
Herlambang, S., Murwani, A. 2012. Cara Mudah Memahami Manajemen
Kesehatan dan Rumah sakit. Gosyen Publishing: Yogyakarta. Hal: 18-
28,36-47
Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Hal: 13, 65 . Diambil dari : http://e-
report.alkes.kemkes.go.id/home/message/404 [Diakses tanggal 20 Juli
2015]
World Health Organization. 1948. WHO Definition of Health. Diambil dari :
http://www.who.int/about/definition/en/print.html [Diakses tanggal 20 Juli
2015]

21

Anda mungkin juga menyukai