Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara

utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan

system, fungsi dan proses reproduksi (Depkes, 2014).

Keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia saat ini masih belum seperti yang

diharapakan, Indonesia jauh tertinggal di bandingkan negara lain, padahal kesehatann

reproduksi merupakan salah satu tolak ukur kemampuan negara dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Masalah kesehatan

reproduksi bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya menyangkut

berbagai aspek kehidupan (Manuaba, 2009).

Salah satu masalah kesehatan reproduksi saat ini adalah mioma uteri dengan

insiden yang terus meningkat. Jumlah kejadian penyakit ini di Indonesia menempati

urutan kedua setelah kanker serviks dan lebih banyak di derita pada wanita usia 35-45

tahun sekitar 20%-30% (Pratiwi, 2013).

Mioma uteri merupakan salah satu tumor jinak pada daerah rahim atau lebih

tepatnya otot rahim dan jaringan ikat disekitarnya. Tumor jinak ini berasal dari otot

uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Mioma uteri dikenal juga dengan

istilah fibromioma, leoimioma atau fibroid (Desen, 2013). Menurut Riset kesehatan

dasar (2011), Mioma uteri ditemukan pada 2,39%-11,7% pada semua penderita

ginekologi yang dirawat dan banyak terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil atau

hanya hamil satu kali.

Mioma uteri ini sering kali terjadi tanpa disertai gejala (asimtomatik) dan sering

kali ditemukan saat pemeriksaan panggul. Hampir sebagian kasus mioma uteri
ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologis karena tumor ini tidak

menggangu. Gejala yang dikeluhkan sangat bergantung pada lokasi mioma berada,

besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi (Wiknjosastro, 2005). Namun

apabila mioma uteri ini tidak segera ditangani dapat menyebabkan terjadinya anemia

defisiensi besi karena terjadinya perdarahan yang abnormal pada uterus dan selama

usia rerpoduksi dapat menyebabkan infertilitasi (Anwar, 2011).

Mioma uteri yang sering terjadi tanpa gejala membuat perempuan telat menyadari

bahwa mereka terkena mioma uteri, sehingga pada saat pasien datang ke rumah sakit

sudah dengan kondisi perdarahan abnormal, obstruksi pada traktus urinarius dan

ukuran uterus sebesar kehamilan 12-14 minggu, sehingga tindakan yang harus

dilakukan oleh tim medis adalah histerektomi. Histerektomi merupakan tindakan

pembedahan dengan mengangkat uterus. Histerktomi merupakan salah satu prosedur

pembedahan mayor yang tentunya akan menimbulkan reaksi psikologis yaitu

kecemasan. Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri, kemungkinan

cacat, menjadi bergantung dengan orang lain, dan mungkin kematian (Potter&Perry,

2005).

Kecemasan tersebut dimanefestasikan secara langsung melalui perubahan

fisiologis seperti (gemetar, berkeringat) dan perubahan perilaku seperti gelisah, bicara

cepat, reaksi tekejut (Stuart & Laraia, 2005). Kecemasan pada pasien pre operasi

harus diatasi karena dapat menimbulkan perubahan-perubahan lanjut secara fisik yang

akan menghambat dilakukannya tindakan operasi. Secara fisik kecemasan dapat

memicu kelenjar adrenal untuk melepas hormon-hormon epineprin dan norepineprin

yang kemudian menggerakkan hormon tubuh tersebut untuk mengatasi situasi yang

mengancam. Hormon tersebut akan meningkatkan detak jantung, frekuensi pernafasan

dan tekanan darah (Puri dkk, 2002).


Kemampuan perawat untuk mendengarkan secara aktif pesan baik verbal maupun

non verbal sangat penting untuk membangun hubungan saling percaya dengan pasien

dan keluarga, sehingga perawat dapat merencanakan intervensi keperawatan dengan

pendekatan non-farmakologi untuk mengatasi kecemasan. Salah satu alternative terapi

non-farmakologi yang mana terapi ini lebih sederhana dan tanpa efek samping yang

merugikan yaitu terapi Emotional Freedom Technique (EFT) dimana terapi ini

merupakan terapi sederhana yang menekankan focus pikiran pada masalah dalam diri

individu disertai dengan menekan secara lembut pada titik akupuntur (tapping) di

wajah, tubuh bagian atas, dan tangan (zainuddin, 2009). Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Kevin Yonatan Yahya (2015) terdapat perbedaan yang signifikan

tingkat kecemasan pre operasi histerektomi sebelum dan setelah diberikan terapi EFT

tersebut karena pada saat penekanan titik-titik meridian EFT terjadi keseimbangan

sistem energi tubuh yang tersumbat sehingga tubuh mengalami respon relaksasi yang

menyebabkan kondisi fisik menjadi rileks maka kondisi psikisnya juga menjadi

tenang.

Pikiran-pikiran negatif yang dialami pasien pre operasi histerektomi seperti cemas

akan prosedur tindakan yang dilakukan serta cemas akan ketidakberhasilan tindakan

operasi membuat terapi ini dapat menjadi alternative untuk menurunkan kecemasan

karena terapi ini lebih menakankan pada focus pikiran yang menjadi masalah dalam

diri pasien sehingga penulis tertarik untuk menalaah jurnal yang berhubungan dengan

terapi nonfarmakologis Emotional Freedom Technique (EFT) untuk masalah

psikologis pada wanita yang mengalami kecemasan Pre histerektomi atas indikasi

mioma uteri.
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Menerapkan tentang asuhan keperawatan pada kasus dengan Pre Histerektomi

atas indikasi mioma uteri dan informasi terapi yang sesuai dengan Evidance

Based saat ini.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui gambaran umum pasien dengan mioma uteri.

b) Mengetahui gambaran masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dengan

mioma uteri.

c) Mengetahui gambaran rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan

mioma uteri.

d) Mengetahui gambaran implementasi keperawatan dan evaluasi pada pasien

dengan Kehamilan Ektopik Terganggu.

e) Mampu mengidentifikasi jurnal yang terkait dengan mioma uteri.

f) Mampu menelaah jurnal yang terkait dengan mioma uteri

C. Manfaat Penulisan

Hasil penulisan karya ilmiah akhir ini kelak dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan dalam ruang lingkup keperawatan. Karya ilmiah akhir ini dapat

dipergunakan untuk mahasiswa, instansi pendidikan keperawatan, dan perkembangan

ilmu keperawatan.

1. Bagi mahasiswa

Karya ilmiah akhir ini dapat menambah wacana bagi mahasiswa kesehatan

khususnya mahasiswa keperawatan dalam mempelajari konsep maupun praktik

asuhan keperawatan pada pasien dengan mioma uteri. Mahasiswa keperawatan


diharapkan mampu mempraktikkan asuhan keperawatan dengan tepat pada pasien

dengan Mioma Uteri saat praktik di lapangan dengan pemahaman yang baik

terhadap asuhan keperawatan tersebut.

2. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan

Informasi dari karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat berguna bagi instansi

pendidikan PSIK FK UNSRI sebagai laporan hasil asuhan keperawatan mahasiswa

profesi ners pada pasien dengan Mioma Uteri. Instansi juga dapat menggunakan

karya ilmiah ini sebagai sumber referensi bagi peserta didik, terutama yang sedang

mengikuti mata kuliah keperawatan Maternitas.

Anda mungkin juga menyukai