Anda di halaman 1dari 2

10th GROUP

Nama : Dwi Muji Raharyani (21080116120018)


Tiurlan Rania Sitompul (21080116120004)
Tutik Yuniarti (21080116120031)
Adrin Siregar (21080116120035)
Effine Lourinx (21080112140022)
Muh. Zaky (21080115140117)
KELAS A (KIMIA LINGKUNGAN)

GENETIC ENGINEERING AND AGRICULTURE


(REKAYASA GENETIKA DAN PERTANIAN)

Makhluk hidup tersusun atas nukleus sebagai unsur genetik tubuh. Unsur genetik ini
terbentuk dari deoxyribonucleic acid (DNA) yang nantinya akan bereaksi dengan protein
sehingga membentuk kromosom. Rekayasa genetika telah dikenal sejak tahun 1970 yaitu
dengan rekayasa genetika menggunakan DNA. Faktanya pada tahun 1980 berhasil
menciptakan sebuah industri besar dalam dunia rekayasa genetika. Hal ini akibat dari
pengembangan rekayasa genetika yang dimulai dari tahun 1970. Rekayasa genetika di tahun
1980 dikenal dengan Recombinan DNA technology (teknologi DNA rekombinan) yang
merupakan sebuah rekayasa memproduksi sebuah DNA dari dua DNA organisme.
Dalam perkembangannya rekayasa genetika menjanjikan kemajuan dalam bidang
pertanian. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa hal ini merupakan a second green
revolution. Dari adanya a second green revolution menimbulkan beberapa temuan baru
dalam bidang pertanian menggunakan rekayasa genetika.
Pada pertengahan tahun 1960 dikenal Conventional Plant Breeding Technology atau
teknologi pembiakan tanaman dengan cara yang masih sederhana atau konvensional.
Contohnya adalah melalui metode hibridasi, penyerbukan silang, dan teknologi pendukung
penyerbukan dalam hal reproduksi tanaman. Pada masa ini diaplikasikan pada pembiakan
tanaman gandum dan jagung. Metode ini dilakukan dengan mengkombinasikan pupuk kimia
yang memberi efek hasil panen yang cukup besar. Terbukti di India dengan mengaplikasikan
metode tersebut hasil panen mengalami kenaikan sebesar 50% dari sebelumnya. Selain itu
Conventional Plant Breeding Technology menghasilkan sebuah rekayasa menciptakan jenis
tumbuhan baru, tanaman dengan daya tahan yang cukup tinggi terhadap gulma, dapat tumbuh
di air dengan salinitas tinggi, dan tanaman dengan produktivitas yang tinggi.
Selanjutnya dengan Nitrogen Fixing atau dengan merekayasa unsur nitrogen pada
tanaman. Hal ini berhasil dilakukan dengan adanya tanaman jagung yang melimpah. Nitrogen
Fixing merupakan metode dengan memanfaatkan unsur anorganik bagian tumbuhan seperti
akar. Aplikasi Nitrogen Fixing diakar dapat mengurangi polusi tanah akibat zat yang
terkandung dalam pupuk.
Selain itu teknologi rekayasa genetika juga dapat mempertinggi proses fotosintesis.
Faktanya daun hanya menyerap sinar matahari sebanyak 1% artinya masih terdapat ruang
banyak di daun yang seharusnya dapat diisi dengan sinar mathari. Oleh karena itu
digunakanlah Cell Culture Technology atau teknologi kultur sel pada tanaman yang dapat
dimanfaatkan untuk menumbuhkan mutan dari jutaan sel walaupun hanya dalam ruangan
yang tidak lebar. Teknologi ini berhasil menciptakan tanaman yang tahan terhadap virus dan
herbisida, dan dapat menciptakan tanaman sesuai kualitas yang diinginkan.
Meskipun Green Revolution, genetic engineering, dan teknologi pengembangan lahan
memberikan manfaat dan potensi yang besar seperti peningkatan produksi makanan dan serat,
tetap saja hal ini tidak akan mendukung atau menyelesaikan masalah tidak terkontrolnya
populasi dunia. Selain itu terdapat beberapa kejadian yang kurang mendukung misalkan iklim
yang berubah akibat pemanasan global atau Global Warming, menipisnya lapisan ozon akibat
adanya chlorofluorocarbons atau CVC, bencana alam seperti gempa vulkanik, pergeseran
lempeng, maupun bentrokan meteor di luar angkasa. Namun setidaknya dengan teknologi
rekayasa genetika dapat membantu mengurangi kondisi kelaparan di masa mendatang.
Eropa telah berhasil membuktikan dengan adanya tanaman yang memiliki daya tahan
kuat dari proses transgenik. Hal ini dilakukan pada serbuk sari tanaman jagung. Tanaman ini
dapat melawan sumber bakteri oleh monarch butterfly caterpillars. Namun pihak Eropa
menghentikan tujuh pengembangan tanaman transgenik berdasarkan aturan dan menyetujui
16 jenis tanaman transgenik yang diantaranya adalah jagung, kentang, lobak, gula bit, lobak
cina dan lain-lain. Di tahun 1999 US mengalami kemajuan pertanian dengan menyatakan
GM free (free of genetically modified products) yang dieksport ke Eropa.
Intiya Rekayasa genetika dapat dilakukan dengan beberapa cara. Apalagi dalam
menghadapi kondisi bumi yang telah tercemar, sehingga tidak memungkinkan tanaman dapat
tumbuh begitu saja. Oleh karena itu dibutuhkan rekayasa genetika dalam bidang pertanian
agar kondisi kelaparan di masa mendatang tidak terjadi atu dapat diminimalisir.

Anda mungkin juga menyukai