Anda di halaman 1dari 87

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Alloh Subhanahu wa taala, atas segala
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, penyusunan Buku Profil Kesehatan Kota Semarang
Tahun 2011 ini telah dapat kami selesaikan sebagai rangkaian dari penyajian data / informasi
kegiatan yang telah dilaksanakan sejak pada tahun 2011.

Data yang digunakan dalam proses penyusunan Buku Profil Kesehatan ini bersumber
dari berbagai unit kerja baik di dalam maupun di luar lingkungan sektor kesehatan. Agar data
yang diperoleh relevan dan akurat, maka terhadap data yang berasal dari unit pelaksana teknis
(Puskesmas, Instalasi Farmasi) maupun dari Rumah Sakit yang bersumber dari Sistem
Pelaporan Rumah Sakit, telah dilakukan uji silang data dengan para pemegang program melalui
mekanisme pemutakhiran data di tingkat Kota dan tingkat Provinsi termasuk melibatkan pula
lintas sektoral yaitu Badan Pusat Statistik, Bapermas & KB, Satlantas Polwiltabes Kota
Semarang, dan lain-lain.

Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan sarana untuk memantau dan


mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di Kota Semarang dan hasil kinerja
penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Kota Semarang. Indikator data yang tercantum
dalam Profil Kesehatan ini adalah Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Indikator Kinerja Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang terdiri dari indikator derajat kesehatan (mortalitas,
morbiditas dan status gizi), indikator lingkungan sehat, indikator perilaku hidup masyarakat,
indikator pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, dan kontribusi sektor terkait.

Dengan konsistensi penyusunan profil kesehatan yang dilaksanakan setiap tahun, maka
berbagai perkembangan indikator yang digunakan dalam pembangunan kesehatan baik
indikator masukan, proses maupun indikator keluaran, manfaat dan indikator dampak dapat
diikuti secara cermat, fakta ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk melakukan analisa
kecenderungan dalam konteks penentu strategi dan kebijakan kesehatan di masa yang akan
datang.

Untuk meningkatkan mutu Profil Kesehatan Kota Semarang berikutnya diharapkan


saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya
mendapatkan data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan.
Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan
Profil Kesehatan Kota Semarang, kami sampaikan ucapan terima kasih.

Semarang, Juni 2012

Plt. Kepala Dinas Kesehatan


Ka.Bid Pencegahan dan Pemerantasan Penyakit,

ttd

dr. Widoyono, M.PH


NIP. 19630809 198801 1 001

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 1
1.3. Sistematika Penulisan 2

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG 3


2.1. Keadaan Geografis 3
2.2. Kependudukan 3
2.3. Tingkat Pendidikan Penduduk 7
2.4. Sarana dan Prasarana Kesehatan 8

BAB III SITUASI DEAJAT KESEHATAN DAERAH 9


3.1. Dasar 9
3.2. Visi dan Misi 10
3.3. Sasaram Program Pembangunan Kesehatan Kota 13
Semarang Tahun 2011
3.4 Situasi Derajat Kesehatan 20
Kematian 20
Kematian Bayi dan Balita 20
Kematian Ibu Maternal 20

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 22


4.1. Penyakit Menular 22
4.1.1 Pemberantasa Penyakit DBD 22
4.1.2 Pemberantasan Penyakit Malaria 28
4.1.3 Pemberantasan Penyakit TB Paru 30
4.1.4 Pemberantasan Penyakit Diare 35
4.1.5 Pemberantasan Penyakit ISPA 38
4.1.6 Pemberantasan Penyakit Kusta 40
4.1.7 Pemberantasan Penyakit IMS 44
4.1.8 Pemberantasan Penyakit Leptospirosis 51
4.1.9 Surveilans AFP 53
4.2. Penyakit Tidak Menular 55
4.3 Kejadian Luar Biasa 57
4.4. Keadaan Gizi 59
4.4.1 Status Gizi Bayi dan Balita 59
4.4.2 ASI Ekslusif 59
4.5. Perilaku Masyarakat 60

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


4.5.1 Rumah Tangga Ber PHBS 60
4.5.2 Posyandu Purnama dan Mandiri 61
4.5.3 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 61
4.5.4 Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin 62
4.5.5 Ketersediaan Obat Narkotika & Psikotropika 62
4.6. Penyehatan Lingkungan 62
4.6.1 Rumah Sehat 62
4.6.2 Tempat Umum dan Pengelolaan makanan 63
4.6.3 Keluarga dengan Kepemilikan Sanitasi Dasar 64
4.7 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 65
4.7.1 Cakupan Kunjungan Pelayanan Kesehatan 65
4.7.2 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 67
4.7.3 Pelayanan Imunisasi 71
4.7.4 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut 72
4.7.5 Keluarga Berencana 72
4.7.6 Kesehatan Kerja dan Kesehatan Institusi 74
4.7.7 Upaya Kesehatan Khusus

4.8 Obat dan Perbekalan Kesehatan 75


4.8.1 Ketersediaan Obat Essensial dan Generik 75
4.8.2 Ketersediaan Obat Narkotika Psikotropika 76

4.9 Sumber Daya Kesehatan 76


4.9.1 Tenaga Kesehatan 76
4.9.2 Sarana Kesehatan 78
4.9.3 Anggaran Kesehatan 79

BAB V KESIMPULAN 80

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam Index Pembangunan


Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya SDM yang sehat, cerdas, terampil
dan ahli menuju keberhasilan Pembangunan Kesehatan. Pembangunan kesehatan
merupakan salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan
perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit menuju paradigma sehat
sejalan dengan Visi Indonesia Sehat.
Seiring dengan visi tersebut, maka Visi Pembangunan Kesehatan di Kota Semarang
yang adalah Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk Hidup
Sehat
Dalam rangka memberikan gambaran situasi kesehatan di Kota Semarang
Tahun 2011 perlu diterbitkan Buku Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011.
Media Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu sarana untuk menilai
pencapaian kinerja pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Kota
Semarang Sehat 2013.
Profil Kesehatan menyajikan berbagai data dan informasi diantaranya meliputi
data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program program kesehatan,
masalah kesehatan dan lain-lain. Tersusunnya Buku Profil Kesehatan Kota Semarang
Tahun 2011 didukung oleh pengelola data dan informasi Dinas Kesehatan Kota
Semarang, Puskesmas, Instalasi Farmasi, berbagai sarana pelayanan kesehatan, juga
lintas sektor terkait (Badan Pusat Statistik, ASKES, JAMSOSTEK, Bapermas & KB,
POLRESTABES Kota Semarang, dll).

1.2. Tujuan
1.2.1. U mum
Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011 adalah
tersedianya data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasilguna
dan berdayaguna sebagai upaya menuju Kota Semarang yang Sehat.

1.2.2. Khusus
Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah :
1.2.2.1. Diperolehnya Data / informasi umum dan lingkungan yang meliputi lingkungan fisik dan
biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, data
kependudukan dan sosial ekonomi;
1.2.2.2. Diperolehnya Data / informasi tentang status kesehatan masyarakat yang meliputi
angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat;
1.2.2.3. Diperolehnya Data / informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputi cakupan
kegiatan dan sumber daya kesehatan.
1.2.2.4. Diperolehnya Data / informasi untuk bahan penyusunan perencanaan kegiatan program
kesehatan;
1.2.2.5. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program program
kesehatan;
1.2.2.6. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai
sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun Unit-
Unit Kesehatan lainnya;
1.2.2.7. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan
kesehatan.

1.3. Sistematika Penulisan


Untuk lebih menggambarkan situasi derajat kesehatan, peningkatan upaya
kesehatan dan sumber daya kesehatan di Kota Semarang pada Tahun 2010, maka
diterbitkanlah Buku Profil Kesehatan Kota Semarang yang disusun dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP
LAMPIRAN

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG

2.1. Keadaan Geografis


2.1.1. Letak
Kota Semarang terletak antara garis 650 - 710 Lintang Selatan dan garis
10935 - 11050 Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal,
sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten
Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai
meliputi 13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan
348,00 di atas garis pantai.

2.1.2. Luas Wilayah Kota Semarang


Dengan luas wilayah sebesar 373,70 km2, dan
merupakan 1,15% dari total luas daratan Provinsi
Jawa Tengah. Kota Semarang terbagi dalam 16
kecamatan dan 177 kelurahan. Dari 16 kecamatan
yang ada, kecamatan Mijen (57,55 km2) dan
Kecamatan Gunungpati (54,11 km2), dimana
sebagian besar wilayahnya berupa persawahan dan
perkebunan. Sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah Semarang Selatan
(5,93 km2) dan kecamatan Semarang Tengah (6,14 km2), sebagian besar wilayahnya
berupa pusat perekonomian dan bisnis Kota Semarang, seperti bangunan toko/mall,
pasar, perkantoran dan sebagainya.

2.2 Kependudukan
2.2.1. Pertumbuhan Penduduk, Persebaran dan Kepadatan Penduduk, Komposisi
Penduduk, Kelahiran, Kematian dan Perpindahan
2.2.1.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kota Semarang menurut Profil Kependudukan Kota Semarang
oleh BPS sampai dengan akhir Desember tahun 2011 sebesar : 1.544.358 jiwa, terdiri
dari 767.884 jiwa penduduk laki-laki dan 776.474 jiwa penduduk perempuan. Dengan

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


jumlah sebesar itu Kota Semarang masih termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota
yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah.
Tabel 1 : Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2004 - 2011
Tahun Jumlah Penduduk Tingkat pertumbuhan
Setahun ( % )
2004 1.399.133 1,52
2005 1.419.478 1,45
2006 1.434.132 1,02
2007 1.454.594 1,43
2008 1.481.640 1,86
2009 1.506.924 1,53
2010 1.527.433 1,41
2011 1.544.358 1,11
Sumber data : Kantor BPS Kota Semarang Semarang Dalam Angka

Perkembangan dan pertumbuhan penduduk selama 7 tahun terakhir


menunjukkan hasil yang bervariasi dengan tren semakin meningkat.

2.2.1.2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk


Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena
berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara geografis
wilayah Kota Semarang terbagi menjadi dua yaitu daerah dataran rendah ( Kota
Bawah ) dan daerah perbukitan (Kota Atas). Kota Bawah merupakan pusat
kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri, sedangkan Kota Atas lebih banyak
dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan hutan.
Sedangkan ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat
dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan.
Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang boleh dikatakan belum
terlalu padat. Pada tahun 2011 kepadatan penduduknya sebesar 4.133 jiwa per km2.
Bila dilihat menurut Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk paling kecil
adalah Kecamatan Tugu sebesar 938 jiwa per km2, diikuti dengan Kecamatan Mijen
954 jiwa per km2 dan Kecamatan Gunungpati 1.358 jiwa per km2. Ketiga Kecamatan
tersebut merupakan daerah pertanian dan perkebunan, sehingga sebagian wilayahnya
masih banyak terdapat areal persawahan dan perkebunan,

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Namun sebaliknya untuk Kecamatan-Kecamatan yang terletak di pusat kota,
dimana luas wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah penduduknya sangat banyak,
kepadatan penduduknya sangat tinggi. Yang paling tinggi kepadatan penduduknya
adalah Kecamatan Semarang Selatan 14.024 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Candisari
12.225 jiwa/km2 , Kecamatan Gayamsari 11.826 jiwa/km2, diteruskan dengan Semarang
tengah 11.812 jiwa/km2 dan Kecamatan Semarang Utara 11..615jiwa/km2 .
Bila dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat dilihat
bahwa rata-rata setiap keluarga di Kota Semarang memiliki 3,6 atau 4 (empat) anggota
keluarga, dan kondisi ini terjadi pada hampir seluruh Kecamatan yang ada .

2.2.1.3. Komposisi Penduduk


Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus dapat
dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis kelamin. Dari
1.544.358 penduduk Kota Semarang pada tahun 2011 terdiri dari 767.884 jiwa
penduduk laki-laki dan 776.474 jiwa penduduk perempuan.. Indikator dari variabel jenis
kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka perbandingan antara
penduduk laki-laki dan perempuan.
Komposisi Penduduk Kota Semarang Tahun 2011

Laki-Laki
50% Perempuan
50%

2.2.1.4. Kelahiran, Kematian dan Perpindahan


Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tingkat
pertumbuhan penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk yang besar sedangkan

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


tingkat pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi kebutuhan pangan,
sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya menjadi sangat berat.
Tingkat pertumbuhan penduduk dibedakan atas tingkat pertumbuhan alamiah
dan tingkat pertumbuhan karena migrasi. Tingkat pertumbuhan alamiah secara
sederhana dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk yang lahir dan mati.
Pada periode waktu tertentu digambarkan dengan Angka Kelahiran Kasar atau Crude
Birth Rate ( CBR ) dan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate ( CDR ) yang
merupakan perbandingan antara jumlah kelahiran dan kematian selama 1 tahun dengan
jumlah penduduk pertengahan tahun.
Selama periode 5 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan kematian
penduduk di Kota Semarang terlihat cukup berfluktuasi. Hal ini dilihat bahwa untuk CBR
periode 2004 2011. Dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2: Perkembangan Kelahiran dan Kematian Penduduk
Kota Semarang Periode 2004 2011
Tahun Jml Penduduk CBR CDR
(/1000 pddk) (/1000 pddk)
2004 1.399.133 12,64 5,27
2005 1.419.478 15,23 6,41
2006 1.434.132 15,46 7,56
2007 1.454.594 16,06 7,04
2008 1.481.640 16,25 6,98
2009 1.506.924 16,60 6,79
2010 1.527.433
2011 1.544.358

Perkem bangan Kelahiran & Kem atian Kota Sem arang


Periode 2003-2009
20
16,06 16,6
15,23 15,46
15 12,56 12,64

10 7,56
6,41 7,04 6,79 CBR
5,09 5,27
CDR
5

0
2003 2004 2005 2006 2007 2009

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


2.3. PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat
yang berperan meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi pendidikan suatu
masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya.
Sebagai gambaran tingkat pendidikan penduduk Kota Semarang pada tahun
2011 adalah sebagai berikut :
Tabel 3 : Prosentase Tingkat Pendidikan di Kota Semarang
Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Laki-laki dan Perempuan


Jumlah %
1. Tdk / blm pernah 92.979 6,54
sekolah
2. Tidak & belum tamat 289.781 20,38
SD
3. S D/MI 325.072 22,86
4. S L T P/MTs 288.341 20,28
5. S L T A/MA 300.020 21,10
6. Akademi 61798 4,35
7. Universitas 63207 4,51
Jumlah: 1.544.358 100,00
Sumber data : BPS Kota Semarang-Kota Semarang Dalam Angka

2.4. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN


Tabel 4 : Jumlah Sarana dan Prasarana di Kota Semarang
A. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN 2010 2011
1. Rumah Sakit Umum :
a. Rumah Sakit Swasta 10 10
b. Rumah Sakit Umum Daerah 2 2
c. Rumah Sakit Umum Pusat 1 1
d. Rumah Sakit TNI / POLRI 3 3
e. Rumah Sakit Khusus, terdiri dari : 9 9

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


- RS Jiwa 1 1
- RS Bedah Plastik 1 1
- Rumah Sakit Ibu dan Anak ( RSIA ) 3 3

- Rumah Sakit Bersalin ( RSB ) 3 3

Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA 6 6


2.
Puskesmas , terdiri dari : 37 37
3.
a. Puskesmas Perawatan 13 13

b. Puskesmas Non Perawatan 24 24

Puskesmas Pembantu 34 34
4.
Puskesmas Keliling 37 37
5.
Posyandu yang ada 1.529 1.533
6.
Posyandu Aktif 1.529 1.055
7.
Apotik 369
8.
Laboratorium Kesehatan Swasta 30
9.
Klinik Spesialis 14
10.
Optik 90 95
11.
9 13
12. Klinik 24 Jam
65 20
13. Toko Obat
159 139
14. BP Umum
8 24
15. BP Gigi
7 23
16. PBDS/Klinik Utama
1176 1.327
17. Dokter Umum Praktek Swasta
649 645
18. Dokter Spesialis swasta
294 328
19. Dokter gigi swasta
50 323
20. Bidan praktek swasta

Sumber: Bidang Yankes DKK Semarang

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH

3.1 DASAR
Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok yang menjadi
landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dasar-
dasar berikut ini merupakan landasan dalam penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai
petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan:

3.1.1 Perikemanusiaan
Setiap kegiatan proyek, program kesehatan harus berlandaskan perikemanusiaan yang
dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

3.1.2 Pemberdayaan dan Kemandirian


Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja sebagai obyek namun
sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan. Segenap komponen bangsa
bertangggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga,
masyarakat beserta lingkungannya. Setiap kegiatan, proyek, program kesehatan harus mampu
membangkitkan peran serta individu, keluarga dan masyarakat sedemikian rupa sehingga
setiap individu, keluarga dan masyarakat dapat menolong dirinya sendiri.
Dengan dasar ini, setiap individu, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan, proyek,
program kesehatan difasilitasi agar mampu mengambil keputusan yang tepat ketika
membutuhkan pelayanan kesehatan. Warga masyarakat harus mau bahu membahu menolong
siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang
sesuai kebutuhan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Di lain pihak, fasilitas pelayanan
kesehatan yang ada perlu terus diberdayakan agar mampu memberikan pertolongan kesehatan
yang berkualitas, terjangkau, sesuai dengan norma sosial budaya setempat serta tepat waktu.

3.1.3 Adil dan Merata


Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


berkualitas, terjangkau dan tepat waktu, tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan,
agama, dan status sosial individu, keluarga dan masyarakat.
Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus diimbangi dengan
upaya-upaya kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung maupun yang bersifat satelit
pelayanan. Dengan demikian pembangunan kesehatan dapat menjangkau kantong-kantong
penduduk beresiko tinggi yang merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian.
Kelompok-kelompok penduduk inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan
karena selain lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit.

3.1.4 Pengutamaan dan Manfaat


Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran dan atau kesehatan dalam
kegiatan, proyek, program kesehatan harus mengutamakan peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan agar
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan deajat kesehatan masyarakat.
Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab,
sesuai dengan standar profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi spesifik daerah.

3.2 VISI DAN MISI


3.2.1 VISI
Dalam mewujudkan gambaran masyarakat Kota Semarang di masa depan maka Dinas
Kesehatan Kota memiliki Visi Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk
Hidup Sehat
Visi tersebut mengandung filosofi pokok yang akan dilaksanakan perwujudannya, yaitu
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah
dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan
masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit hasil yang akan
dapat dicapai. Perilaku masyarakat kota Semarang yang mandiri untuk hidup sehat diharapkan
adalah yang bersifat proaktif untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Disamping itu semua lapisan masyarakat di Kota Semarang juga mempunyai akses dan
mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.

3.2.2 MISI

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi kesehatan
di seluruh wilayah Kota Semarang, yang bertanggung jawab secara teknisterhadap pencapaian
tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kota Semarang. Untuk mewujudkan visi tersebut
ditetapkan misi yang diemban oleh seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing
jenjang administarsi pemerintahan, yaitu :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
2. Memberdayakan masyarakat untuk memiliki kemauan dan kemampuan hidup sehat

3.2.3 TUJUAN
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang efektif dan
efisien. (Misi 1)
2. Meningkatkan kesiapan dan ketersediaan sumberdaya kesehatan dalam mendukung
proses pelayanan kesehatan. (Misi 1)
3. Mengembangkan kebijakan dan manajemen yang efektif dan efisien dalam pengelolaan
pelayanan dan sumber daya kesehatan. (Misi 1)
4. Meningkatkan pelayanan kefarmasian serta penyediaan obat perbekalan kesehatan
yang memenuhi persyaratan mutu. (Misi 1)
5. Meningkatkan perilaku dan peran aktif individu, keluarga dan masyarakat untuk
memlihara dan melindungi kesehatan dan lingkungannya sendiri. (Misi 2)

3.2.4. SASARAN

1. Menurunnya angka kesakitan, kematian dan mencegah kecacatan akibat penyakit..


2. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjangnya.
3. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan keluarga.
4. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat serta kemandirian keluarga dalam upaya
perbaikan gizi.
5. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan.
6. Meningkatnya ketersediaan, kemampuan dan ketrampilan sumberdaya manusia
kesehatan sehingga mampu menyelenggarakan upaya kesehatan yang optimal.
7. Meningkatnya kualitas pengelolaan administrasi keuangan, ketatalaksanaan tugas
umum dan rumah tangga.
8. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


9. Meningkatnya fungsi perencanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian
pelaksanaan kegiatan serta tersedianya berbagai kebijakan kesehatan guna
menjamin tercapainya kinerja secara efektif dan efisien.
10. Mengembangkan system informasi kesehatan yang komprehensif, berhasilguna dan
berdaya guna
11. Meningkatkan ketersediaan dan mutu pengelolaan obat pelayanan kesehatan
12. Meningkatnya kualitas makanan minuman produksi industri tumah tangga yang
memnuhi syarat kesehatan
13. Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan berkembangnya upaya kesehatan
bersumberdata masyarakat.

3.2.5 STRATEGI KEBIJAKAN

Program yang telah disusun dan ditetapkan sebagai strategi kebijakan Dinas Kesehatan
Kota Semarang terdiri dari 12 (dua belas ) alternative startegi yang ditetapkan, antara lain
1. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin di seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan dasar
2. Memanfaatkan secara optimal jejaring kerja yang ada
3. Menggerakkan sumber daya kesehatan secara efektif dengan melibatkan peran
aktif masyarakat
4. Meningkatkan advokasi pembiayaan kesehatan pada pemegang kebijakan
5. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan program
6. Meningkatkan pengelolaan data dan informasi kesehatan berbasis teknologi
informasi
7. Mengintensifkan promosi kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi
khususnya pada kelompok beresiko
8. Mengalokasikan sumber daya kesehatan yang ada pada kegiatan bersasarn
masyarakat miskin dan renta
9. Meningkatkan cakupan pemanfaatan pelayanan kesehatan
10. Mengembangkan dan memantapkan program jaminan mutu pada semua
pelayanan
11. Meningkatkan kualitas manajemen kesehatan menuju pelayanan kesehatan yang
akuntable, transparan dan berkinerja tinggi.
12. Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan sesuai kompetensinya.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


3.3 SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG
TAHUN 2011
Kinerja dinas yang ingin diwujudkan/ dicapai dalam tahun 2011 (target) tercermin dalam
sasaran-sasaran beserta indikatornya sebagai berikut :
A. Menurunnya angka kesakitan, kematian dan mencegah kecacatan akibat penyakit.
1. Kasus demam berdarah yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 48 jam : 45%
2. Kasus demam berdarah yang difogging sesuai standar < 5 hari : 55%
3. Penderita demam berdarah yang ditangani : 100%
4. Incident rate demam berdarah : 260/100.000 penduduk
5. Case fatality rate demam berdarah : 2 %
6. Kesembuhan penderita TB BTA + (cure rate) : 75%
7. Penemuan kasus TB BTA + (case detection rate) : 50%
8. Angka kesakitan diare : 21/1000 penduduk
9. Balita dengan diare yang ditangani : 100%
10. Angka kematian diare : < 1/10.000 penduduk
11. Cakupan penemuan pnemoni balita : 35%
12. Cakupan balita dengan pnemoni yang ditangani : 100%
13. Angka kesakitan pnemoni balita : 320/10.000 penduduk
14. Klien yang mendapat penanganan HIV-AIDS : 75%
15. Kasus infeksi menular seksual yang diobati : 100%
16. Prevalensi HIV-AIDS : 2/10.000 penduduk
17. Darah donor diskrining HIV-AIDS : 100%
18. Penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate) : > 90%
19. Kelurahan mengalami KLB PD3I & keracunan makanan yang ditangani < 24 jam :
100%
20. Kelurahan mengalami KLB penyakit bersumber binatang yang ditangani < 24 jam :
50%
21. Acute flacid paralysis rate < 15 tahun : 2/100.000 penduduk
22. Jejaring deteksi surveilens PTM di RS & puskesmas yang mantap : 80%
23. Puskesmas yang melakukan deteksi dini PTM tertentu : 75%
24. Ketepatan laporan surveilens penyakit menular : 97%
25. Kelengkapan laporan surveilens penyakit menular :100 %
26. Ketepatan laporan penyakit tidak menular : 60%

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


27. Kelengkapan laporan penyakit tidak menular : 750%
28. Kelurahan mencapai Universal Child Imunization (UCI) : 98%
29. Cakupan BIAS : 97,5%
30. Imunisasi calon jemaah haji : 100%
31. Bayi diimunisasi campak :90%

B. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjangnya.


a. Cakupan rawat jalan di sarkes dasar (puskesmas) : 16%
b. Cakupan rawat inap di sarkes dasar (puskesmas) :0,45%
c. Pelayanan kesehatan pada kejadian bencana : 100%
d. Penerapan ISO puskesmas : 5 puskesmas
e. Pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin : 75%
f. Pelayanan kesehatan rujukan pada masyarakat miskin : 14,5%
g. Puskesmas dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat :
48%.
h. Rumah sakit dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat :
100%
i. Pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan : 100%
j. Pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum : 0,31%

k. Sarana kesehatan penunjang yang melaksanakan pemantapan mutu internal:


78%
l. Sarana kesehatan penunjang yang melaksanakan pemantapan mutu eksternal:
63%

C. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan keluarga.


a. Cakupan K-4 ibu hamil : 93%
b. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan : 100%
c. Deteksi risiko tinggi oleh tenaga kesehatan : 20%
d. Deteksi risiko tinggi oleh masyarakat : 10%
e. Cakupan kunjungan neonatus : 95%
f. Cakupan kunjungan bayi : 95%
g. Cakupan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) : 0,9%

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


h. Cakupan BBLR yang ditangani : 100%
i. Ibu hamil dengan risiko tinggi yang dirujuk : 100%
j. Bumil risti yang ditangani : 100%
k. Bumil komplikasi yang ditangani : 100%
l. Neonatal risti yang ditangani : 100%
m. Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang balita & anak prasekolah : 77%
n. Penjaringan kesehatan siswa SD oleh nakes : 100%
o. Pemeriksaan kesehatan siswa SD, SMP, SMA oleh nakes : 70%
p. Penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga : 70 kasus
q. Cakupan pelayanan kesehatan remaja : 85%
r. Cakupan peserta KB aktif : 95%
s. Penanganan komplikasi KB : 100%
t. Cakupan pelayanan kesehatan usila : 70%
u. Kelompok usila aktif : 85%
v. Puskesmas santun lansia : 15 buah

D. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat serta kemandirian keluarga dalam upaya


perbaikan gizi.
a. Balita yang datang dan ditimbang : 80%
b. Balita yang naik berat badannya : 80%
c. Balita bawah garis merah : 2,9%
d. Prevalensi gizi kurang balita : 13,6%
e. Prevalensi gizi buruk balita : 1,61%
f. Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe : 93%
g. Pemberian vitamin A 2 kali/th pada balita : 96%
h. Pemberian vitamin A 1 kali/th pada bayi : 96%
i. Pemberian vitamin A pada ibu nifas : 90%
j. Anemi gizi besi pada ibu hamil : 24%
k. Ibu hamil kurang energy kronik (KEK) : 3,8%
l. Balita gizi buruk mendapat perawatan : 100%
m. Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6024 bulan dari keluarga
miskin : 100%
n. Bayi mendapat ASI eksklusif : 40%
o. Keluarga sadar gizi : 72%

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


p. Cakupan garam beriodium : 90%

E. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan.


a. Cakupan air bersih : 90,8%
b. Kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan : 75%
c. Kualitas air bersih yang memenuhi syarat kesehatan : 70%
d. Rumah sehat : 82%
e. Penduduk yang memanfaatkan jamban : 92%
f. Rumah yang mempunyai SPAL : 78%
g. TPA-TPS yang memenuhi syarat kesehatan : 83%
h. Tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan : 74%
i. Tempat pengelolaan pestisida sehat : 85%
j. Institusi yang dibina : 76%
k. Industri rumah tangga makanan minuman yang memenuhi syarat kesehatan :
77%
l. Tempat pengelolaan makanan sehat : 72,5%

F. Meningkatnya ketersediaan, kemampuan dan ketrampilan sumberdaya manusia


kesehatan sehingga mampu menyelenggarakan upaya kesehatan yang optimal.
a. Analisis kebutuhan SDM pada tiap unit kerja : 100%
b. Pemenuhan kebutuhan dan penempatan SDM : 100%
c. Pelaksanaan diklat teknis :
d. SDM yang dikirimkan/diajukan mengikuti berbagai diklat teknis :
e. SDM yang mengikuti diklat fungsional :
f. Pelayanan/pemberian izin belajar pendidikan formal :
g. SDM yang dikirimkan/diajukan mengikuti berbagai pendidikan nonformal:
h. SDM yang dikirimkan/diajukan mengikuti diklat kepemimpinan :
i. Penyelesaian administrasi kepegawaian yang akurat dan tepat waktu : 100%

G. Meningkatnya kualitas pengelolaan administrasi keuangan, ketatalaksanaan tugas


umum dan rumah tangga.
a. Penyusunan laporan capaian kinerja keuangan tepat waktu : 100%
b. Penyusunan laporan keuangan semester tepat waktu : 100%
c. Penyusunan laporan prognosis keuangan tepat waktu : 100%

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


d. Penyusunan laporan keuangan akhir tahun tepat waktu : 100%
e. Penyediaan alat, bahan, perlengkapan perkantoran : 100%
f. Pengelolaan surat menyurat dan kearsipan dinas : 100%
g. Pengelolaan dan pemeliharaan atas barang asset dan inventaris dinas :100%

H. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan.


a. Bangunan fisik puskesmas dan pustu yang sesuai standar untuk pelayanan
kesehatan : 100%
b. Ketersediaan alat kesehatan dan kedokteran yang memadai :100%
c. Ketersediaan sarana prasarana penunjang pelayanan yang memadai : 100%

I. Meningkatnya fungsi perencanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian


pelaksanaan kegiatan serta tersedianya berbagai kebijakan kesehatan guna
menjamin tercapainya kinerja secara efektif dan efisien.
a. Ketersediaan dokumen renstra yang mutakhir: 100%
b. Ketersediaan dokumen rencana kerja tahunan : 100%
c. Penyusunan penetapan kinerja tahunan : 100%
d. Penyusunan rencana aksi daerah pencapaian MDGs : 100%
e. Ketersediaan dokumen anggaran : 100%
f. Adanya monitoring evaluasi dan pelaporan kegiatan : 100%
g. Bimbingan teknis perencanaan dan penganggaran puskesmas : 100%
h. Penyusunan berbagai pelaporan kinerja (LPJ, LAKIP) : 100%
i. Penerapan analisis standar belanja : 100%
j. Penerapan standarisasi belanja puskesmas : 100%
k. Penerapan instrument kinerja puskesmas : 100%
l. Tersedianya costing berbagai pelayanan kesehatan SPM : buah
m. Adanya produk hukum, peraturan & kebijakan daerah yang mendukung
pelayanan kesehatan :

J. Mengembangkan sistem informasi kesehatan yang komprehensif, berhasil dan


berdaya guna.
a. Penyusunan berbagai data/informasi kesehatan yang akurat, lengkap & tepat
waktu : 100%
b. Penerapan system informasi kesehatan yang berbasis teknologi informasi : 100%

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


K. Meningkatnya ketersediaan dan mutu pengelolaan obat pelayanan kesehatan
a. Ketersediaan obat sesuai kebutuhan : 100%
b. Pengadaan obat esensial : 100%
c. Pengadaan obat generik : 100%
d. Ketersediaan narkotika, psikotropika sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan :
100%
e. Pengelolaan dan peredaran obat di sarana distribusi obat :
puskesmas : 100%
apotek : 40%
toko obat : 80%
BP/RB : 85%
IKOT : 10%
Toko kosmetik : 30%
f. Penerapan pengobatan rasional di puskesmas : 30%
g. Pelayanan obat sesuai turan yang berlaku : 95%
h. Penulisan resep obat generik : 100%
i. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) yang menerapkan Cara Pembuatan Obat
Tradisional Benar : 30%
j. Upaya penyuluhan P3 napza oleh petugas kesehatan : 10%

L. Meningkatnya kualitas makanan minuman produksi industri rumah tangga yang


memenuhi syarat kesehatan
a. Industri rumah tangga makanan minuman yang telah memiliki sertifikat
penyuluhan : 1600 buah

M. Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan berkembangnya upaya kesehatan


bersumber daya masyarakat
a. Rumah tangga sehat (sehat utama & paripurna) : 57%
b. Posyandu purnama : 37%
c. Posyandu mandiri : 5%
d. Kelurahan siaga aktif : 100%
e. Angka bebas jentik : 82%
f. Jaminan pemeliharaan kesehatan bagi penduduk miskin : 100%
Total Coverage tahun 2014: %

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


3. 4 Situasi Derajat Kesehatan
3.4.1. Kematian
Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat
menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi/ tingkat
permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung.
Selain itu dapat pula digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan :

3.4.1.1 Kematian Bayi dan Balita


Pada tahun 2011, berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan
kesehatan, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 314 dari
25.852 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga didapatkan Angka Kematian
Bayi (AKB) sebesar 12,1 per 1.000 KH. Berdasarkan pencapaian tersebut maka
terdapat penurunan dari tahun sebelumnya.
Sedangkan untuk kematian Anak Balita di Kota Semarang Tahun 2011 sebanyak
70 anak dari 25.852 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga diperoleh Angka
Kematian Balita (AKABA) Kota Semarang sebesar 2,7 per 1.000 KH. Jika dibandingkan
dengan tahun 2010 terjadi penurunan.yakni 3,5 per 1.000 KH.

3.4.1.2 Kematian Ibu Maternal (AKI)


Berdasarkan laporan Puskesmas jumlah kematian ibu maternal di Kota
Semarang pada tahun 2011 sebanyak 31 kasus dari 25.852 jumlah kelahiran hidup atau
sekitar 119,9 per 100.000 KH

Grafik 2. Waktu Kejadian Kematian Ibu Maternal

Bumil
23%

Bulin
0%
Bufas
77%

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Sebanyak 24 kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa nifas,
kemudian pada waktu persalinan sebanyak 0 kasus dan masa kehamilan 7 kasus.
Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah dilaksanakan
berbagai pelatihan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak diantaranya
Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan standar pertolongan
persalinan dan pendampingan persalinan dukun bayi oleh tenaga kesehatan, Pelayanan
Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) serta yang lainnya.

Grafik 3. Perkembangan Jumlah Kematian Ibu Maternal


Kota Semarang Tahun 2005 - 2011

Kematian Ibu Maternal


31
27
22
20
15 19
11

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Grafik 4. Jumlah Kematian Ibu Maternal Berdasarkan


Kelompok Umur Kota Semarang Tahun 2011

3%

36% < 20 Thn

20-34 Thn

35 Thn
61%

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Terdapat beberapa keterkaitan dari beberapa aspek yang dapat mendukung


meningkatnya kinerja yang dihubungkan dengan pencapaian pembangunan kesehatan,
diantaranya adalah :
(1) indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator
mortalitas, morbiditas dan status gizi;
(2) indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator keadaan lingkungan, perilaku hidup
masyarakat, akses mutu pelayanan kesehatan;
(3) indikator proses dan masukan yang terdiri atas indikator pelayanan kesehatan,
sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi sektor terkait.

IV.1. Penyakit Menular


IV.1.1 Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
a. Angka Kesakitan
Kasus DBD Kota Semarang pada Tahun 2011 sebanyak 1.303 kasus. Jumlah
tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan dari Tahun 2010 yang mencapai
5.556 kasus atau turun 76,5%.

IR CFR DBD KOTA SEMARANG, JAWA TENGAH DAN


INDONESIA TAHUN 2005 S.D. 2011
361 368.7

262
197.7
163.1
129.4
62 71.7 61 59 61.4 55 61.4 55 73.87
43.3 52.5
33.7
19.6 13.725.74

Th. 2005 Th. 2006 Th. 2007 Th. 2008 Th. 2009 Th. 2010 Th. 2011

Kota Smg Jateng Indonesia

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Prosentase Penderita DBD Laki-laki 51% atau 660 penderita Tahun 2011
sedikit lebih banyak dibanding Penderita Perempuan dengan prosentase 49% atau 643
penderita. Berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan umur 1 5 th tahun
yaitu sebanyak 283 kasus atau 22% dan terendah pada golongan umur > 60 th,
sebanyak 7 kasus atau 1%. Jika dilihat dari sudut lebih luas lagi maka golongan usia
sekolah paling dominan.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Berdasarkan grafik IR/CFR diatas di atas ini terlihat bahwa kejadian kasus
DBD yang digambarkan lewat garis linear trendnya naik. Terjadi penurun jumlah
penderita, kematian, IR dan CFR DBD. Jumlah penderita DBD turun signifikan. IR DBD
Tahun 2010 yang semula 368,7 menjadi 73,87 atau turun 80%. CFR DBD dari pada
Tahun 2010 0,85% turun menjadi 0,77% pada Tahun 2011 atau turun 9,41%. Sampai
dengan Tahun 2011 Jumlah kasus dan IR DBD tertinggi pada Tahun 2010, yaitu 5.556
kasus dengan IR 368,7.
1,200.0

GRAFIK BULANAN DBD TAHUN 2011

1,000.0

800.0

600.0

400.0

200.0

-
Jan-11 FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT NOV DES
P 2011 182 171 215 168 138 132 66 61 54 44 33 39
M 2011 - 1 3 2 - 1 - 1 - - - 2
P 2010 446 704 1125 554 588 359 307 281 230 319 327 316
M 2010 2 8 7 2 5 7 7 2 1 1 3 2

Kasus DBD Tahun 2011 tertingi di bulan Maret dengan 215 kasus dan terendah
ada di Bulan Nopember 2011 dengan 33 kasus. Puncak kasus DBD Tahun 2011 dan
2010 adalah sama yaitu di Bulan Maret. Tidak ada satu bulan pun kasus DBD Tahun
2011 yang melampaui kasus DBD bulanan pada Tahun 2010.
Dilihat dari grafik min max 5 tahun terakhir yang menjadi catatan adalah bahwa
pada Tahun 2011 jumlah kasus DBD yang dibawah kasus minimal 5 tahun ada 9 bulan,
hanya ada 3 bulan yang jumlah kasus DBD melebihi kasus minimal 5 tahunan yaitu
bulan Juni, Juli dan September. Walaupun demikian jumlah kasus pada bulan-bulan
tersebut masih di bawah kasus median 5 tahun terakhir.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Tahun 2011 hanya 21 atau 11,9 % kelurahan yang tidak ada kejadian DBD.
Kecamatan mijen merupakan kecamatan dengan kelurahan terbanyak yang tidak ada
kasus DBD, yaitu 6 kelurahan

Incidence Rate DBD per 100.000 tertinggi Tahun 2011 adalah Kelurahan
Gajahmungkur sebesar 400,51/100.000 penduduk. Urutan IR berikutnya berturut-turut
Kelurahan Tembalang, Srondol Kulon, Karangrejo, Sampangan, Lamper Lor, Mijen,
Brumbungan, Jomblang, dan Meteseh. Kecamatan Gajamungkur menempatkan 3
kelurahannya yaitu Gajahmungkur, Karangrejo dan Sampangan. Kelurahan Tembalang
kembali masuk 10 besar IR DBD Kota Semarang Tahun 2011, setelah Tahun 2010
Kelurahan Tembalang menduduki rangking 7 IR DBD Kelurahan. Sembilan kelurahan
lainnya Tahun 2010 tidak masuk dalam sepuluh besar IR DBD Kelurahan.
IR DBD Puskesmas Pegandan merupakan IR DBD Puskesmas tertinggi yaitu
169,82/100.000 penduduk. Sedangkan yang terendah Puskesmas Karang Malang
(19,40 per 100.000 penduduk). Lima belas atau 40,4% Puskesmas IR DBD-nya diatas
IR DBD kota Semarang, tetapi seluruh puskesmas memenuhi target IR DBD Kota
Semarang. Dua puluh tiga atau 62,1% puskesmas belum dapat memenuhi target IR
DBD Nasional 55/100.000 penduduk.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


IR DBD PUSKESMAS KOTA SEMARANG TH. 2011

169.82
180.00

134.80
132.52
160.00

115.36
114.63
110.20
140.00

105.42
99.72
98.13
96.38
120.00

87.92
87.38
84.76
84.28
77.09
73.87
72.46
71.74
100.00

70.82
68.97
62.52
56.62
56.52
56.27
52.78
51.04
80.00

48.44
46.29
45.27
43.29
41.95
40.51
37.62
31.17
60.00

30.17
25.69
22.18
19.40
40.00
20.00
0.00

b. Angka Kematian
Jumlah Kematian DBD Tahun 2011 tercatat 10 Kasus atau turun 78,7%
dibanding Tahun 2010 yang mencapai 47 kasus kematian. Kasus kematian terbanyak
Tahun 2011 pada Bulan Maret dengan 3 kasus kematian. Tahun 2010 kasus kematian
terbanyak pada Bulan Februari.
CFR Kota Semarang terendah diantara 15 Kabupaten dan Kota yang ada kasus
kematian DBD. CFR DBD Tertinggi adalah Kabupaten Blora dengan CFR 7,7% diikuti
Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, dan kabupaten kota lain yang dapat dilihat
pada tabel di atas. CFR di tiga belas kabupaten kota di atas rata-rata CFR Jawa
Tengah, hanya ada dua kabupaten kota CFR DBDnya di bawah CFR Jawa Tengah
yaitu Kabupaten Semarang dan Kota Semarang
Dilihat dari kasus bulan tidak terjadi KLB DBD pada tingkat kota Tahun 2011.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Angka kematian (CFR) DBD Kota Semarang 0,8%, dimana CFR tertinggi pada
Wilayah Puskesmas Bugangan (7,1%) terendah di Wilayah Puskesmas Pandanaran
(2,2%). Tidak terjadi kasus kematian di wilayah kerja 28 atau 78,3% puskesmas lainnya
atau CFR 0%. CFR seluruh puskesmas di atas rata-rata CFR Kota Semarang (0,80%)
dan CFR target Kota Semarang (1,9%).
Adapun CFR pada rumah sakit yang terdapat kasus kematian kasus DBD adalah
sebagai berikut:

12.00% 11.11%
10.00%
8.00%
6.00% 4.35%
4.00% 3.28%
1.92%
2.00% 0.92% 0.68% 0.41%
0.00%

CFR

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


IV.1.2. Pemberantasan Penyakit Malaria
a. Keadaan kasus
Situasi angka kesakitan malaria selama tahun 2009 2011 relatif cenderung
naik, tahun 2009 sebanyak 8 kasus, tahun 2010 sebanyak 7 kasus sedangkan pada
tahun 2011 sebanyak 14 kasus, dan jika tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2011
terdapat peningkatan sebesar 100%, sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik Menurut Jenis Kelamin


12
12
10
8 6 6
6 L
4 2 2 P
2 1
0
2009 2010 2011

Penemuan penderita malaria diwilayah kecamatan kota Semarang


menggunakan indicator Annual Paracite Incidence (API) atau angka parasite malaria per
1.000 penduduk. pada tahun 2011 API kota Semarang sebesar 0,0079 atau naik 0,0033
bila dibandingkan dengan API tahun 2010.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Angka kesakitan menurut bulan selama tahun 2009 2011 kejadiannya
cenderung fluktuatif, tahun 2009 tertinggi kasus pada bulan Mei dan Juli masing-masing
sebanyak 2 kasus, tahun 2010 tertinggi kasus pada bulan November sebanyak 3 kasus.
Untuk tahun 2011 tertinggi kasus terjadi pada bulan Mei sebanyak 4 kasus. Jika dilihat
trend kasus malaria tahun 2009 dan tahun 2011 menunjukkan adanya peningkatan
sebesar 43% sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Angka kesakitan Malaria menurut bulan selama tahun 2009 2011


5

0
Jul

Jul

Jul
Mar
Mei

Mar
Mei

Mar
Mei
Sep

Sep

Sep
Jan

Jan

Jan
Nov

Nov

Nov
-1

Peta API kota Semarang tahun 2011

Terboyo Kulon W
Trimulyo
Mangkang Kulon Tanjungmas
Mangunharjo Karanganyar Banjardowo S
Tawangsari Kemijen
Randugarut Tambakharjo Kaligawe Genuksari Kudu
Tugurejo Tawangmas Kauman Muktiharjo Kidul Karangroto
Jerakah Krobokan
Wonosari Sambirejo Sembungharjo
Krapyak Sekayu
Tlogosari Kulon
Gondoriyo Tambak Aji Bongsari Mugasari
Purwoyoso Kalicari Tlogomulyo
Podorejo Beringin Manyaran Tegalsari Palebon
Wates Ngaliyan Kalipancur Candi Gemah
Bamban Kerep Gajahmungkur
Tandang
Karangrejo Jangli Plamongansari
Pesantren Sukorejo
Wonoplumbon Sadeng
Kedungpane Tinjomoyo
Ngadirgo Ngesrep Sendangmulyo
Kandri Sekaran Tembalang
Wonolopo
Jatibarang Pongangan Srondol Kulon Bulusan
Meteseh
Mijen Jatirejo Patemon Pedalangan
Jatisari Ngijo Kramas
Cepoko Banyumanik
Purwosari Mjn Rowosari
Pakintelan Jabungan
Cangkiran Polam an Plalangan
Bubakan Gunungpati Pudak Payung
Sumurrejo
Keterangan
API 0%
API 0,01-0,99

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Dari peta diatas Jumlah API atau penemuan malaria menurut wilayah kecamatan
dikota Semarang tahun 2011, tertinggi adalah kecamatan Tugu sebesar 0,07
Selama tiga tahun terakhir (2009-2011) kasus malaria kota Semarang sebanyak
100% adalah kasus import, karena hasil penyelidikan epidemiologi tidak ditemukan
kasus indegenous, sebagai mana dapat dilihat pada grafik diatas.
Hasil penyelidikan epidemiologi malaria di kota Semarang sebelum sakit kasus
pernah tinggal/bekerja di daerah endemis malaria (Kalimantan, Papua), sebagaimana
pada grafik dibawah ini:

2, 14%
4, 29%

8, 57%

Kalimantan Papua Puworejo

b. Pelayanan terhadap Penderita


Bentuk pelayanan yang diberikan terhadap penderita malaria adalah
pemeriksaan darah dan pengobatan. Pemeriksaan darah dilakukan terhadap penderita
klinis sedangkan pengobatan dilakukan terhadap baik penderita klinis maupun yang
positif malaria. Dari semua penderita malaria yang ditemukan di Kota Semarang
diberikan pengobatan (100%)

IV.1.3 Pemberantasan Penyakit TB Paru


a. Penemuan Penderita Baru (CDR)
Penemuan suspek tahun 2011 sebanyak 15.001 orang mengalami peningkatan
bila dibanding tahun 2010. Penemuan penderita TB Paru BTA positif sebanyak 989
orang (61%), mengalami peningkatan 110 kasus (8 %) bila dibandingkan tahun 2010
(53%). Penemuan kasus TB anak sejumlah 356 kasus (13 %), menurun 2% bila
dibandingkan dengan penemuan TB anak di tahun 2010 ( 15%) .

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


N

PETA SUSPEK TAHUN 2011


W E

Mangkang Bandarharjo Genuk


Krobokan Karangdoro
Bulu Lor
Karanganyar Lebdosari Bugangan
Poncol Gayamsari
Tambakaji Bangetayu
Karangayu Miroto
Tlogosari Kulon
Manyaran Pandanaran
Ngemplak Simg
Lamper Tengah
Ngaliyan Purwoyoso Pegandan Tlogosari Wetan
Kagok
Candi Lama
Kedungmundu

Ngesrep
Sekaran
Mijen
Gunung Pati Padangsari
Srondol Rowosari

Karangmalang
Pudak Payung

Target Penemuan Suspek


0 - 29 / Kurang
30 - 59 / Sedang
> 59 / Baik

Prosentase Penemuan suspek tertinggi di Puskesmas Krobokan (117%) 351 dari


target 300 suspek, ini merupakan hasil dari petugas yang aktif untuk melakukan
pencarian suspek TB. Prosentase penemuan suspek terendah di Puskesmas
Gayamsari (17%) 136 dari target 790 suspek.
Penemuan Suspek TB pada 3 tahun terakhir mengalami peningkatan, tahun 2009
ditemukan sebanyak 8.003 ( 51% ), tahun 2010 ditemukan sebanyak 10.977 ( 69% )
dan tahun 2011 ditemukan sebanyak 15.001 (93%).

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Grafik Penemuan Suspek Kota Semarang Tahun 2011

18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
200 200 200 200 200 200 200 200 201 201
2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
Target Suspek 1732 1625 1579 1470 1516 1557 1585 1556 1595 1612
Supek 888 2220 3548 7449 1001 8437 8511 8003 1104 1500
% 5 14 22 51 66 54 54 51 69 93

Penemuan suspek tertinggi di fasilitas pelayanan kesehatan BKPM sejumlah 2.839


suspek diikuti RS Kariadi sejumlah 1.863 suspek sedangkan RS yang menemukan
suspek terendah adalah RS William Booth dan RS Bhayangkara Akpol, hal ini
dikarenakan petugas terlatih di RS William Booth dan RS Bhayangkara Akpol kurang
aktif dan kegiatan penjaringan suspek.

GRAFIK ANGKA PENEMUAN PENDERITA TB


TAHUN 2002-2011
70
60
50
40
%

30
20
10
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
REALISASI 9.5 14.6 35.6 55.2 59 49 48 50 53 61
TARGET 35 35 35 55 59 49 48 50 50 55

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Angka penemuan penderita baru BTA Positif tahun 2011 mencapai 61%
mengalami peningkatan 8% bila dibandingkan tahun 2010 sebesar 53%. Hal ini
menunjukkan hasil dari kegiatan kontak serumah serta pencatatan dan pelaporan
yang lebih baik.

PETA CDR TAHUN 2011 N

W E

Mangkang Bandarharjo Genuk


Krobokan Karangdoro
Bulu Lor
Karanganyar Lebdosari Bugangan
Poncol Gayamsari
Tambakaji Bangetayu
Karangayu Miroto
Tlogosari Kulon
Manyaran Pandanaran
Ngemplak Simg
Lamper Tengah
Ngaliyan Purwoyoso Pegandan Tlogosari Wetan
Kagok
Candi Lama
Kedungmundu

Ngesrep
Sekaran
Mijen
Gunung Pati Padangsari
Srondol Rowosari

Karangmalang
Pudak Payung

CDR.shp
0 - 35 / Kurang
36 - 69 / Sedang
70 - 155 / Sesuai Target

Prosentase angka Penemuan Kasus baru BTA Pos tertinggi di capai oleh Puskesmas
Mangkang (155%) target 11 kasus menemukan 17 kasus TB BTA Positif, prosentase
terendah di puskesmas Karangmalang 0%, target 8 dan tidak menemukan kasus BTA
Positif. Hal ini disebabkan oleh karena kurang aktifnya petugas dalam pemberdayaan
masyarakat di wilayahnya

GRAFIK KASUS TB BTA POSITIF BERDASARKAN


JENIS KELAMIN TAHUN 2011

P; 434;
L; 555;
44%
56%

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


b. Angka kesembuhan (Cure Rate)
Angka kesembuhan tahun 2010 sebesar 66 % ( 579 kasus dinyatakan sembuh
dari total kasus 878 yang diobati). Angka kesembuhan th 2010 masih sama dengan
angka kesembuhan di tahun 2009, namun belum mencapai target nasional yang 85%,
hal ini disebabkan masih ada follow up akhir pengobatan yang tidak dilakukan oleh
petugas kesehatan, yang sebagian besar adalah kasus TB yang diobati di Rumah sakit.

N
PETA KESEMBUHAN TAHUN 2011
W E

Mangkang Bandarharjo Genuk


Krobokan Karangdoro
Karanganyar Lebdosari Bulu Lor
Bugangan
Poncol Gayamsari
Tambakaji Bangetayu
Karangayu Miroto Tlogosari Kulon
Manyaran Pandanaran
Ngemplak Simg
Lamper Tengah
Ngaliyan Purwoyoso PegandanKagok Tlogosari Wetan
Candi Lama
Kedungmundu

Ngesrep
Sekaran
Mijen
Gunung Pati Padangsari
Srondol Rowosari

Karangmalang
Pudak Payung

Angka kesembuhan di beberapa puskesmas sudah mencapai target namun


masih ada 3 puskesmas yang angka kesembuhannya masih sangat rendah / dibawah
50% yaitu puskesmas Pudak Payung, Ngemplak Simongan dan Karang Malang. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena penderita mangkir, pindah dan meninggal.
Evaluasi hasil pengobatan penderita TB Paru BTA positif tahun 2010 sebesar
66%, masih sama dengan evaluasi hasil pengobatan tahun 2009. Pengobatan lengkap
19% mengalami penurunan 1% dibanding 20% pada tahun 2009, penderita meninggal
naik 1% dari 2% ditahun 2009 menjadi 3% pada tahun 2010, angka kegagalan masih
sama pada th 2010 yaitu 1% sedangkan angka drop out 8% mengalami peningkatan
sejumlah 1% bila dibanding tahun 2009 sebesar 7%, hal ini dikarenakan banyak kasus
TB positif di Rumah sakit yang mangkir tidak mengambil obat dan tidak dilacak oleh
petugas.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Grafik Evaluasi Hasil Pengobatan Penderita TB BTA Positif Tahun 2010

80.00
70.00
60.00
50.00
%

40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
SEMBUH 36.14 41.21 67.45 76.88 70 67 75 63 66 66
LENGKAP 56.95 44.24 65.00 8.78 19 14 14 24 20 19
DO 6.44 6.07 6.27 4.30 1 0 2 2 7 8
GAGAL 2.47 3.42 0.39 0.13 4 0 3 3 1 1
PINDAH 0.50 2.42 6.27 4.12 5 0 4 4 4 7
MENINGGAL 1.48 2.42 1.96 1.08 1 4 4 4 2 3

IV.1.4 Pemberantasan Penyakit Diare


a. Angka Kesakitan
GRAFIK PENDERITA DIARE BERDASARKAN GOLONGAN UMUR TAHUN
2005-2011
60,000
jumlah penderita(orang)

50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
-
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
< 1 th 3,697 4,144 4,146 3,766 3,446 4,402 6,915
1-4 th 7,491 8,242 8,267 8,625 7,996 10,194 12,550
> 5 th 15,509 16,625 17,530 19,947 18,991 19,895 28,586
Total 26,697 29,011 29,943 32,338 30,433 34,593 48,051

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


GRAFIK KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2011
MENURUT WAKTU KEJADIAN
5000
4552 3814
4000
2909 2896
Axis Title
3000 2587 2068 1947
2000 1455 1445 1475 1596
1000 982
0
Jan Feb Mrt Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nop Des

Jumlah penderita diare yang berkunjung sarana pelayanan kesehatan sebanyak


48.051 orang, hal ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010. Hal ini mungkin
disebabkan karena kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
sudah meningkat, sehingga masyarakat merasa apabila ada keluhan diare langsung
dengan kesadaran sendiri berobat ke Puskesmas. Dengan IR (Incidence Rate)
sebesar 32 per 1.000 penduduk. hal ini berarti terjadi kenaikan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu sebesar 24 per 1.000 penduduk.

KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2011
2011 MENURUT JENIS KELAMIN MENURUT KELOMPOK UMUR

P < 1 th
>15 TH 3,109
6,874
6.159 12%
26% 1-4 th
L 23% 7.231
19,478 28%
> 5 th
74% 9.853
37%

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


N

PETA IR DIARE 2011 W E

MANGKANG BANDARHARJO GENUK


KROBOKAN KARANGDORO
KARANGANYAR BULU LOR
LEBDOSARI
BUGANGAN
PONCOL
GAYAMSARI BANGETAYU
TAMBAKAJI MIROTO
KARANGAYU HALMAHERA
MANYARAN PANDANARAN TLOGOSARI KULON
NGEMPLAK S

NGALIYAN LAMPER TENGAH TLOGOSARI WTN


PURWOYOSO PEGANDAN
KAGOK

CANDILAMA
KEDUNGMUNDU

NGESREP

SEKARAN
MIJEN
PADANGSARI
GUNUNGPATI
SRONDOL ROWOSARI

KARANGMALANG
PUDAK PAYUNG

IR DIARE
rendah
tinggi

Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa dari 37 Puskesmas di Kota Semarang yang
IR nya sesuai dan melebihi target ( target IR 21/1000 penduduk) ada 13 puskesmas
yaitu puskesmas Mangkang(35), Ngemplaksimongan ( 33), gunungpati (30), Genuk
(28), Karang anyar (28) ,BandarHarjo (27), Lamper tengah (27),Karang malang (26),
Ngesrep (25), Bugangan (23), Banget ayu (23), manyaran (22) dan Halmahera(21),
Puskesmas yang IR diarenya < 21 per 1.000 penduduk ( kurang dari target ) ada 24
Puskesmas yaitu puskesmas Pdangsari, Mijen, Miroto, Kedungmundu, karangayu,
Pudakpayung, Rowosari, Krobokan, Purwoyoso, Kagok, Sekaran, Pegandan,
Pandanaran,T logosari wetan, Srondol, Gayamsari, Karangdoro, Poncol, Tambak aji,
Candi lama, Bulu lor, Tlogosari kulon, Ngalian dan Lebdosari
Angka kematian (CFR) dihitung berdasarkan jumlah penderita yang meninggal akibat
penyakit diare yang berobat di Rumah Sakit sebesar 0,07 % (32/73748) dan
berdasarkan data yang masuk dapat diketahui dari tahun 20052010 tidak ada laporan
mengenai penderita diare yang meninggal di Puskesmas, berarti penderita diare yang
berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak ada yang meninggal.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


IV.1.5. Pemberantasan Penyakit ISPA

GRAFIK PENDERITA PNEUMONIA DAN PNEUMONIA BERAT


KOTA SEMARANG TAHUN 2005 - 2011

4000
3500

JUMLAH PENDERITA
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Pneumonia Berat < 1 th 29 3 5 56 45 17 15
Pneumonia < 1 th 457 609 1,011 1,147 1,268 1,448 1,600
Pneumonia 1-4 th 1,123 1,664 2,206 2,712 3,446 3,132 2,960
Pneumonia Berat 1-4 th 27 10 8 8 8 11 12

Jumlah penderita pneumonia < 1 th pada tahun 2011 ini mengalami kenaikan
152 kasus dari 1.448 menjadi 1.600 tetapi jumlah penderita pneumonia 1-4 th dan
Pneumonia Berat < 1 th pada tahun 2011 menurun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Jumlah penderita pneumonia umur 1-4 tahun sebanyak 2.900 balita,
penderita pneumonia berat umur < 1 tahun sebanyak 15 balita dan jumlah pneumonia
berat umur 1-4 tahun sebanyak 12 balita.
IR pneumonia dan pneumonia berat pada tahun 2011 sebesar 304 per 10.000
balita menurun dibanding tahun 2010. Penurunan IR pneumonia berarti jumlah
penderita pneumonia dan pneumonia berat yang ditemukan semakin menurun, hal ini
dipengaruhi oleh peran serta aktif masyarakat untuk mau membawa balitanya
berobat ke Puskesmas dan juga peran serta aktif petugas Puskesmas serta kader
kesehatan di masyarakat dalam rangka menemukan penderita pneumonia balita di
masyarakat.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


IR PNEUMONIA 2011
N

MANGKANG BANDARHARJO GENUK


KROBOKAN KARANGDORO
KARANGANYAR BULU LOR
LEBDOSARI
BUGANGAN
PONCOL GAYAMSARI
TAMBAKAJI BANGETAYU
KARANGAYU MIROTO
TLOGOSARI KULON
MANYARAN PANDANARAN
NGEMPLAK S
NGALIYAN TLOGOSARI WTN
PURWOYOSO PEGANDAN
KAGOK
KEDUNGMUNDU
CANDILAMA

NGESREP

SEKARAN
MIJEN

GUNUNGPATI PADANGSARI
SRONDOL ROWOSARI

KARANGMALANG
PUDAK PAYUNG

Pkm1.shp
Rendah
Sedang
tinggi

Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa Puskesmas yang mempunyai IR
Pneumonia melebihi target 330 per 10.000 balita ada 8 Puskesmas yaitu
puskesmas Ngesrep (1257), Mijen (1064), Miroto ( 620), Halmahera (596),
Candilama (531), Poncol (456), lamper tengah (452), Pudak payung (375).
Puskesmas yang mempunyai IR pneumonia kurang dari target ada 29 Puskesmas
yaitu puskesmas karang anyar. karangdoro, Banget ayu, Karang ayu,
kedungmundu,Tlogosari wetan, manyaran, Padangsari, Karang malang, genuk,
Ngemplak simongan, Tambakaji, pegandan, Krobokan, Gunungpati,
Kagok,Pandanaran, Rowosari, Tlogosari kulon, Bulu lor, Lebdosari,Srondol, Sekaran
dan Purwoyoso. Puskesmas yang IR pneumonianya semakin rendah berarti semakin
sedikit jumlah penderita pneumonia balita yang ditemukan.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


GRAFIK PROSENTASE CAKUPAN PELAYANAN, KUALITAS TATA
LAKSANA DAN MASALAH TATA LAKSANA PENDERITA PNEUMONIA
YANG BEROBAT KE PUSKESMAS DI KOTA SEMARANG TAHUN 2005-2011

120

100

PROSENTASE 80

60

40

20

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Cakupan Penemuan pdrt (%) 16.8 35.02 31 33.5 40.35 40.11 30
Kualitas tata laksana (%) 100 100 100 100 100 100 100
Masalah tata laksana (%) 0 0 0 0 0.04 0 0

Dari hal-hal tersebut diatas permasalahan penyakit ISPA khususnya pneumonia


mungkin disebabkan oleh :
- Status gizi balita yang kurang baik, mungkin karena makanan yang dikonsumsi
balita tidak mengandung cukup gizi yang diperlukan oleh balita.
- Daya tahan tubuh balita yang menurun akibat status gizi yang kurang baik/ kurang
mencukupi.
Namun demikian kasus pneumonia maupun pneumonia berat yang ditemukan tidak
sampai menyebabkan terjadinya kematian ( CFR = 0 )

IV.1.6. Pemberantasan Penyakit Kusta

Kusta di Kota Semarang terdapat secara menyebar hampir di 16 Kecamatan.


Distribusi berdasarkan Kecamatan adalah sebagaimana terdapat dalam peta berikut

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


PETA TOTAL JUMLAH KASUS KUSTA
BERDASARKAN PUSKESMAS KOTA SEMARANG
TAHUN 2007 - 2011

SEMARANG UTARA

GENUK Kusta Total Per Kec


SEMARANG BARAT
SEMARANG TENGAH 0- 1
GAYAMSARI 2- 5
6- 8
PEDURUNGAN 9 - 11
12 - 20

BANYUMANIK

Bila digambarkan berdasarkan distribusi Kecamatan kasus kusta adalah sebagai


peta di atas, dari 16 Kecamatan di Kota Semarang ada 14 Kecamatan yang terdapat
kasus kusta, 2 Kecamatan yang tidak ada kasus kusta sejak tahun 2007 hingga
tahun 2011 adalah Kecamatan : Mijen dan Tugu. Kecamatan dengan jumlah kasus
antara 12-20 : Gayamsari (16 kss), Pedurungan (15 kss), Semarang Barat (16 kss),
Semarang Tengah (14 kss), Semarang Utara (20 kss). Kecamatan dengan jumlah kasus
9 11 : Banyumanik (10 kss), Genuk (11 kss). Kecamatan dengan jumlah kasus 6 8 :
Candisari (7 kss), Semarang Selatan (7 kss), Tembalang (8 kss). Daftar kasus tersebut
di atas adalah berdasarkan laporan dari 37 Puskesmas (100 %) dan 1 (20 % ) rumah
sakit di Kota Semarang.
Gambaran kasus ini hanya sebagian dari kasus kusta Kota Semarang secara
keseluruhan dikarenakan belum semua rumah sakit melaksanakan pengobatan kusta
dengan menggunakan MDT.
Berdasarkan laporan Puskesmas pada tahun 2011, kasus kusta di Kota
Semarang terdistribusi di 17 Puskesmas, dengan perincian sebagai berikut : Ngesrep ( 7
kasus ), Pegandan (5 kasus ), Bangetayu (4 kasus), Poncol (3 kasus), Lebdosari (3
kasus), Gayamsari (3 kasus), Bandarharjo (3 kasus), Lamper Tengah (2 kasus),
Rowosari (2 kasus), Tlogosari Wetan (2 kasus), Bululor (1 kasus), Gunungpati (1 kasus),
Kagok (1 kasus), Manyaran (1 kasus), Miroto (1 kasus), Pandanaran (1 kasus),
Tlogosari Kulon (1 kasus).

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


PUSKESMAS DENGAN KUSTA
DI KOTA SEMARANG

BANGETAYU

PEGANDAN

NGESREP Puskesmas Dengan Kusta


0
1
2- 3
4- 5
6- 7

W E

PETA KUSTA DENGAN CACAT TK.1 DAN 2


KOTA SEMARANG TAHUN 2011

LEBDOSARI GAYAMSARI
BANGETAYU
MIROTO
MANYARAN
PEGANDAN

NGESREP
Kusta dg Cacat
Kusta tanpa cacat
Kusta cacat tk. 2
GUNUNGPATI

Berdasarkan peta di atas cacat tingkat 2 terdapat di Puskesmas Bangetayu (1


kss), Gayamsari (1 kss), Gunungpati (1 kss), Lebdosari (1 kss), Manyaran (1 kss),
Miroto (1kss), Ngesrep (1 kss), Pegandan (1 kss). Total keseluruhan kasus cacat tingkat
2 : 8 kasus. Cacat tingkat 1 : Gayamsari (1 kss). Pasien-pasien tersebut ditemukan oleh
petugas Puskesmas sudah dalam keadaan cacat tingkat 2. Berdasarkan kecacatannya :
tangan kontraktur / kithing : 5 kasus ( 62,5 % ), jari mutilasi : 3 kasus ( 37,5 % ), ulkus
ulserasi : 4 kasus ( 50 % ).

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Cacat kusta tingkat 2 di Kota Semarang sebanyak : 8 kasus (19,51 % ). Indikator
nasional untuk kecacatan kusta di bawah dari 5 % dari kasus yang ditemukan (table 18).
Kusta jenis MB atau yang dikenal juga dengan kusta basah, adalah tipe kusta
yang mempunyai kemungkinan besar menularkan pada lingkungan sekitar. Kusta jenis
MB ditemukan di 16 Puskesmas, dengan jumlah variatif dari 1 kasus hingga 7 kasus per
Puskesmas. Kasus tersebut terdistribusi pada Puskesmas sebagai berikut : Ngesrep ( 7
kasus ), Bangetayu ( 4 kss ), Pegandan ( 4 kss ), Poncol ( 3 kss ), Bandarharjo ( 3 kss ),
Gayamsari ( 2 kss ), Lamper Tengah ( 2kss ), Lebdosari ( 2 kss ), Tlogosari Wetan ( 2 kss
), Bululor ( 1 kss ), Gunungpati ( 1 kss ), Kagok ( 1 kss ), Manyaran ( 1 kss ), Miroto ( 1 kss
), Rowosari ( 1 kss ), Tlogosari Kulon ( 1 kss ) .

KUSTA JENIS MB KOTA SEMARANG PETA KUSTA JENIS PB


TAHUN 2011 KOTA SEMARANG TAHUN 2011

BANDARHARJO

PONCOL LEBDOSARI
BANGETAYU GAYAMSARI

PEGANDAN Kusta MB PEGANDAN


0 Kusta PB
NGESREP 1 Tidak ada kasus
2 Jml kasus 1
3-4
5-7
ROWOSARI
N

W E

Kusta jenis PB tahun 2011 di Kota Semarang jumlah total : 5 kasus, dengan
distribusi sebagai berikut : Lebdosari (1 kasus), Gayamsari (1 kasus), Pandanaran (1
kasus), Rowosari (1 kasus), Pegandan (1 kasus). Angka RFT kusta PB Kota Semarang
tahun 2011 adalah : 60 %.
Kasus kusta tahun 2011 di Kota Semarang berdasarkan umur sebagai berikut :
tertinggi adalah kategori umur 24 59 tahun ( 26 kasus, 63% ), 6 11 tahun ( 9 kasus , 22
% ), 60 76 tahun ( 5 kasus, 12 % ), 12 23 tahun ( 1 kasus,3 % ), 0 5 tahun ( 0 kasus,
0 % ). Kusta diketahui terjadi pada semua umur berkisar antara bayi sampai umur tua (3
minggu hingga umur 70 tahun lebih). Namun yang terbanyak adalah pada usia muda dan
produktif.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Kasus Kusta Berdasarkan Kelompok
Umur Tahun 2011 di Kota Semarang
0%
12% 22%
0 - 5 Th
3%
6 - 11 Th
12 - 23 Th

63% 24 - 59 Th
60 - . Th

IV.1.7. Pemberantasan Penyakit Infeksi Menular Seksual


a. Infeksi Menular Seksual (IMS)

Kasus IMS di Klinik IMS Kota Semarang Tahun


2011
1400 25.0
1200 20.0
1000
800 15.0
600 10.0
400
5.0
200
0 0.0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul AgustSep Okt Nop Des
Kunjungan 126 953 896 958 714 101 530 386 639 790 904 805
IMS ditemukan 168 120 145 185 101 180 99 56 125 185 193 177
Prosentase 13. 12. 16. 19. 14. 17. 18. 14. 19. 23. 21. 22.

Grafik diatas menunjukkan persentase kasus IMS mengalami peningkatan selama


empat bulan terakhir, yaitu bulan September sebesar 19,6%, bulan Oktober sebesar
23,4%, bulan November sebesar 21,3% dan bulan Desember sebesar 22%.
Peningkatan kasus IMS tersebut dimulai pada bulan September sampai dengan
Desember karena banyaknya anak asuh baru dan pindahan dari hotspot lain.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Penurunan jumlah kunjungan pada bulan Agustus yaitu 386 kunjungan disebabkan
bulan puasa dimana anak asuh banyak yang pulang kampung halaman.

Kasus di Rumah Sakit

KASUS IMS BERDASARKAN LAPORAN RUMAH SAKIT


DI KOTA SEMARANG TAHUN 2006 - 2011
500
400
300
200
100
0
Tricho Tricho Herpe
Herpe Cond Chla Vagini
mona mona s
Syphil Gonor s yloma mydia Chan tis Candi Penya
s s simpl NGU
is rhoe genita acumi tracho croid bacter diasis kit lain
vagin urethr ex
lis nata matis ial
alis alis virus
2.006 1 0 0 81 0 9 312 0 0 249 63 0 0
2.007 9 72 0 2 0 0 18 0 0 411 10 0 0
2.008 6 120 0 6 0 140 95 1 2 151 443 22 0
2.009 2 71 0 9 0 149 68 0 0 0 308 25 0
2.010 11 140 23 14 0 175 98 4 1 203 297 19 29
2.011 3 97 52 10 7 164 126 0 0 107 333 33 5

Berdasarkan laporan Rumah Sakit dapat diketahui pada tahun 2011 terdapat 5 jenis
IMS yang meningkat jumlah kasusnya, yaitu Candidiasis dari 297 menjadi 333 kasus,
Condyloma acuminata dari 98 menjadi 126 kasus, NGU dari 19 menjadi 33 kasus,
Herpes genitalis dari 23 menjadi 52 kasus dan Trichomonas urethralis dari tidak ada
kasus menjadi 7 kasus. Sedangkan untuk jenis IMS lainnya mengalami penurunan
jumlah kasus

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


KASUS IMS DARI LAPORAN RUMAH SAKIT
BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2011
250

200

150

100

50

0
Chla
Trich Trich Herp Cond
Herp mydi Vagin
omon omon es ylom Peny
Syphi Gono es a Chan itis Candi
as as simpl a NGU akit
lis rrhoe genit trach croid bacte diasis
vagin ureth ex acumi lain
alis omati rial
alis ralis virus nata
s
Laki-laki 3 89 24 0 7 73 52 0 0 0 122 25 2
Perempuan 0 8 28 10 0 91 74 0 0 107 211 8 3

KASUS IMS DARI LAPORAN RUMAH SAKIT


BERDASARKAN GOLONGAN UMUR TAHUN 2011
120

100

80

60

40

20

0
Herpe Tricho Tricho Herpe Condyl Chlam Vaginit
Syphili Gonorr s monas monas s oma ydia Chancr is Candid Penya
NGU
s hoe genital vagina urethr simple acumi tracho oid bacteri iasis kit lain
is lis alis x virus nata matis al
< 10 1 3 1 0 2 13 0 0 0 2 22 2 2
11-20 0 10 3 1 0 29 9 0 0 6 35 0 0
21-30 1 46 20 2 3 40 68 0 0 41 106 10 1
31-40 0 13 14 4 2 31 28 0 0 28 79 10 2

Sebagian besar penderita IMS dari laporan rumah sakit adalah perempuan, hal ini
disebabkan karena perempuan mempunyai risiko lebih besar untuk terkena IMS
dibanding dengan laki-laki. Sedangkan menurut golongan umur kasus terbanyak
pada umur 21 30 tahun, hal tersebut dapat dimungkinkan karena aktivitas seksual
pada kelompok umur tersebut cukup tinggi

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


b. HIV/AIDS

Pada tahun 2011 jumlah kasus AIDS di Kota Semarang yaitu sebanyak 59
kasus dan meninggal sebanyak 10 orang. Dapat diketahui jumlah kematian akibat AIDS
pada tahun 2011 mengalami peningkatan dibanding tahun 2010. Sedangkan kumulatif
kasus AIDS dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2011 yaitu sebanyak 235 kasus.

Kumulatif Kasus AIDS Tahun 1998 - 2011* di Kota


Semarang
235
250

200 176

150 115
96
81
100
48
50
1 1 2 3 4 5 12 23
0
Des
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Total
2011
Kasus AIDS 1 0 1 1 1 1 7 11 25 33 15 19 61 59 235
Kematian 0 0 0 0 0 1 1 3 9 5 4 2 5 10 40
Kumulatif 1 1 2 3 4 5 12 23 48 81 96 115 176 235

Kasus HIV mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2010 sebesar 287
orang dan tahun 2011 sebesar 427 orang. Peningkatan kasus HIV pada tahun 2011
karena peningkatan dalam upaya penemuan kasus HIV, peningkatan pada
penjangkauan populasi risti, meningkatnya pengetahuan masyarakat umum dan
populasi risti

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Kumulatif Kasus HIV Tahun 1995 - 2011* di Kota 1711
1800
Semarang
1600

1400 1284
Data Per Tahun
1200
Data Kumulatif 997
1000

800 674

600 475
427
400 280 323 287
179 195 199
101
200 12 18 31 51
1 5 7 8 13 20 50
1 4 2 1 4 6
0
1995 1997 1998 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Des
2011

Kumulatif Kasus HIV Tahun 1995 - 2011*


di Kota Semarang Berdasarkan Jenis Kelamin

47% Laki-laki

53% Perempuan

Kumulatif Kasus HIV Tahun 2007 - 2011*


di Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Risiko

Lain-Lain
21%
Pelanggan PS
Pasangan risti 44%
14%
WBP
Lelaki Seks Lelaki WPS
0%
1% Waria Penasun 12%
3% 5%

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Grafik diatas dapat diketahui pelanggan Pekerja Seks merupakan kelompok risiko
tertinggi tertular HIV yaitu sebesar 44%, urutan kedua pada kelompok risiko lain-lain
sebesar 21% (lain-lain yaitu penularan melalui perinatal, tidak teridentifikasi) dan
urutan ketiga terjadi pada pasangan risiko tinggi 14%.

Kumulatif Kasus AIDS Tahun 2007 - 2011* di Kota Semarang


Berdasarkan Faktor Risiko
Perinatal
Tidak Diketahui
2%
6%
Pengguna
Napza Suntik
12%
Homoseksual
3%
Biseksual
3%
Heteroseksual
74%

Faktor risiko tertinggi pada kasus AIDS di Kota Semarang yaitu


Heteroseksual sebesar 74%. Sedangkan untuk faktor risiko tertinggi kedua yaitu
Pengguna Napa Suntik yaitu sebesar 12%.

Berdasarkan Pemetaan kasus menunjukkan bahwa penyebaran kasus AIDS


tahun 2011 sudah mencapai seluruh kecamatan di Kota Semarang, kecuali di
Kecamatan Tugu dan Kecamatan Mijen. Sedangkan kecamatan yang memiliki
kasus AIDS yang tinggi yaitu Ngaliyan, Semarang Barat, Semarang Utara,
Gayamsari, Semarang Selatan, Gajah Mungkur, Pedurungan dan Tembalang.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Dari hasil kegiatan VCT tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 29,7%
menjadi 5.181 kunjungan dibandingkan tahun 2010 sebesar 3.971 kunjungan.
Konseling pre test yang dilaksanakan pada tahun 2011 meningkat sebesar
44,2% menjadi 5.180 pre test. Sedangkan jumlah klien yang melakukan test
tahun 2011 meningkat sebesar 39,7% menjadi 4.851 test. Klien yang
mengikuti konseling post test dan ambil hasil meningkat sebesar 58,7% yaitu
sebanyak 4.636 post test.

GRAFIK KUNJUNGAN, PRE TEST, KONSELING DAN POST TEST


DI KLINIK VCT KOTA SEMARANG TAHUN 2007 S/D 2011
8,000
7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
0
Kunjungan Pre Test Testing Post Test
2007 5,112 5,112 5,112 3,356
2008 4,860 4,860 4,860 3,396
2009 7,448 6,314 6,874 4,963
2010 3,971 3,591 3,471 2,920
2011 5,181 5,180 4,851 4,636

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


IV.1.8. Pemberantasan Penyakit Leptospirosis

Kasus Leptospirosis di Kota Semarang meningkat dari tahun 2007 sampai


dengan 2009, terjadi penurunan pada tahun 2010 dan 2011,sedangkan untuk angka
kematian mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun 2010 ke tahun 2011, hal
ini kemungkinan disebabkan karena ketidaktahuan penderita atau pengetahuan
masyarakat tentang penyakit Leptospirosis sehingga terjadi keterlambatan dalam
penanganannya.

KASUS LEPTOSPIROSIS 2002-2011


250
200
150
100
50
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
P 3 38 40 19 31 8 178 235 71 70
M 1 12 12 3 8 1 8 9 6 25
CFR 33 32 30 16 26 13 4 5 8 36

JUMLAH KASUS LEPTOSPIROSIS TAHUN 2011


20 17 16

15

10 8 7 7 P
4 4 4 4 3 4 3 32
5 2 M
1 00 1 21 1 1 0
0

Berdasarkan IR atau angka kesakitan Leptospirosis tahun 2011, ada 21


Puskesmas dengan IR 0,1 - 10 /100.000 penduduk yaitu Puskesmas Poncol, Miroto,
Bandarharjo, Bulu Lor,Halmahera, Lamper Tengah, Karang Ayu, Manyaran, Ngemplak
Simongan, Candi lama, Pegandan, Genuk, Telogosari Wetan, Telogosari Kulon, Kedung
Mundu, Rowosari, Ngesrep, Padangsari, Srondol, Pudak Payung, dan Gunungpati,

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


sedangkan 4 Puskesmas dengan IR > 10/100.000 pendududk, yaitu Puskesmas
Bangetayu, Bugangan, Kagok, dan Pandanaran.

Kasus kematian leptospirosis berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2011


lebih banyak yang laki-laki yaitu sebanyak 17 kasus ( 68 % ) dibandingkan perempuan 8
kasus ( 32 % ). Sedangkan berdasarkan kelompok umur tertinggi adalah kelompok
umur > 50 tahun yaitu sebanyak 12 kasus ( 48 % ), sedangkan pada kelompok umur 41
50 tahun sebanyak 9 kasus ( 36% ),31 40 tahun sebanyak 3 kasus ( 12 % ), 21 30
tahun 1 kasus ( 4 % ) dan tidak ditemukan kasus pada kelompok umur 0 10 tahun
dan 11 20 tahun. Dibandingkan tahun 2010 terjadi peningkatan kematian sebesar 27
%.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


IV.1.9. Surveilans Acute Flaccid Paralysis (SAFP)
Surveilans AFP pada hakekatnya adalah pengamatan dan penjaringan semua
kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat
kelumpuhan pada poliomyelitis. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus
polio liar atau tidak adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pelacakan terhadap anak usia sama atau kurang dari 15 tahun yang
mengalami kelumpuhan layuh mendadak (<14 hari) dan menentukan diagnosa awal
2. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak kelumpuhan,
sebanyak 2 kali selang waktu pengambilan I dan II > 24 jam
3. Mengirim kedua specimen tinja ke laboratorium Bio Farma Bandung dengan
pengemasan khusus/baku
4. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologis adanya virus polio
liar di dalamnya
5. Diagnosa akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan. Pemeriksaan klinis ini
dilakukan oleh dokter spesialis anak atau syaraf untuk menentukan adanya
kelumpuhan atau tidak

Hasil surveilans AFP di Kota Semarang dari tahun 2005 sampai tahun 2011 selalu
ditemukan kasus AFP. Hal ini disebabkan karena surveilans aktif yang sudah berjalan
cukup baik .Kasus terbanyak pada tahun 2008 yaitu sebanyak 14 kasus dan terendah
pada tahun 2006 yaitu sebanyak 8 kasus.

KASUS AFP DI KOTA SEMARANG


TAHUN 2005 - 2011

16
14
12
10
Jumlah

8
6
4
2
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
AFP 9 8 11 14 9 12 13

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Kasus AFP yang ditemukan di kota Semarang tahun 2011 sebanyak 13 kasus, yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 7 orang (54%) dan perempuan 6 orang (46 %).

Grafik kasus AFP berdasarkan jenis kelamin di Kota Semarang


tahun 2011

100
90
36 43 36
80 50 46
56 56
70
Prosentase

60
50
40
64 57 64
30 50 54
44 44
20
10
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Laki-laki Perempuan

GRAFIK KASUS AFP MENURUT GOLONGAN UMUR


DI KOTA SEMARANG TAHUN 2008 - 2011

70
60
prosentase

50
40
30
20
10
0
2008 2009 2010 2011
1-5 th 40 33 8 54
6-10 th 57 67 33 15
11-15 th 0 0 59 31

Kasus AFP di kota Semarang pada tahun 2011 berada di wilayah kerja Puskesmas
Ngesrep, Manyaran, Kedungmundu, Bangetayu, Gayamsari, Bandarharjo, Tambak Aji,
Ngalian dan Krobokan.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


DISTRIBUSI KASUS AFP DI KOTA SEMARANG TH 2011

W E
MANGKANG BANDARHARJO GENUK
KROBOKAN
KARANGANYAR S
LEBDOSARI BULU LOR
PONCOL GAYAMSARI
TAMBAKAJI KARANGAYU MIROTO BANGETAYU
TLOGOSARI KULON
MANYARAN PANDANARAN
PURWOYOSO KAGOK TLOGOSARI WTN
NGALIYAN PEGANDAN

KEDUNGMUNDU
CANDILAMA
NGESREP

SEKARAN
MIJEN
GUNUNGPATI PADANGSARI
SRONDOL ROWOSARI

KARANGMALANG
PUDAK PAYUNG
Pkm1.shp
Tidak ada kasus
Ada kasus

IV.2. PENYAKIT TIDAK MENULAR


Saat ini di negara berkembang telah terjadi pergeseran penyebab kematian
utama yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Kecenderungan transisi ini
dipengaruhi oleh adanya berubahnya gaya hidup, urbanisasi dan globalisasi. Penyakit
yang tergolong dalam penyakit tidak menular (degeneratif) yaitu : Neoplasma (Kanker),
Diabetes Mellitus, Gangguan mental, Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, dan lain-
lain.

DISTRIBUSI KASUS PENYAKIT TIDAK MENULAR


DI KOTA SEMARANG TAHUN 2007 - 2011
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
Angina IMA Dekom Hiperte Hiperte stroke Stroke DM DM
pektori kordis nsi ess nsi lain hem non TGT NON
s hem INS INS
2007 4222 4213 7867 58571 65419 3188 6468 4391 52117
2008 5886 2419 10124 92145 38538 3493 9988 25067 39109
2009 5630 2033 6315 99738 13799 2767 8235 13632 40295
2010 3672 1847 4349 89412 18427 2026 7116 9504 37759
2011 6736 2130 9944 106977 21617 2507 12183 14326 45551

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Selama tahun 2007 2011 grafik kasus karena PTM ditunjukkan oleh grafik di
atas. Pola beraturan serta berulang, di mana angka tertinggi selama lima tahun tersebut
terdapat pada kasus karena Hipertensi dan Diabetes mellitus. Persentase kedua
penyakit tersebut sebagai berikut : Tahun 2007 Hipertensi 48,3 % ; Diabetes mellitus 22
%. Tahun 2008 Hipertensi 42,9 % ; Diabetes mellitus 21,1 %. Tahun 2009 Hipertensi
44,9% ; Diabetes mellitus 21,3 %. Tahun 2010 Hipertensi 46,8 % ; Diabetes mellitus
20,5 % dan Tahun 2011 Hipertensi 42,4% ; Diabetes 19,7%

KASUS PENYAKIT TIDAK MENULAR BERDASARKAN JENIS


KELAMIN TAHUN 2011
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
Angin IMA Deko Hiper Hiper strok Strok DM DM
a m tensi tensi e e non TGT NON
pekto kordi ess lain hem hem INS INS
ris s
laki-laki 3719 1389 4447 44106 8590 1286 6716 5472 19941
perempuan 3017 741 5497 62871 13027 1221 5467 8854 25610

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


IV.3. Kejadian Luar Biasa
Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kota Semarang tahun 2011 sebanyak 6 kali
dengan jumlah penderita 12 orang, menurun sebanyak 9 kali kejadian jika dibandingkan
dengan tahun 2010 , seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel KLB (Kejadian Luar Biasa) Kota Semarang Tahun 2009 s/d 2011
No Jenis TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011
KLB Pop At Pop At Pop At
KLB AR % Pdrt AR % Pdrt AR %
Pdrt Risk KLB Risk KLB Risk
1. Difteri 19 21 519 4,05 6 6 110 5,4 5 5 23 21,7
Menin
2. - - - - - - - - - - - -
gitis
Hepati - - - - - - - - - - - -
3.
tis
Kerac 2 74 455 16,2 6 27 51 52,96 1 7 7 100
unan
5.
Ma
Kanan
Camp - - - - 3 77 1337 5,7 - - - -
6.
ak
Jumla 21 95 974 9,75 15 110 1498 7,34 6 12 30 40
h

Adapun peta distribusi terhadap kejadian KLB selama tahun 2011 adalah
sebagai berikut

Peta Distribusi KLB Berdasarkan Puskesmas


Kota Semarang Tahun 2011
N

MANGKANG BANDARHARJ O
W E
GENUK
KROBOKAN KARANGDORO
KARANGANYAR
LEBDOSARI BULU LOR
BUGANGAN S
PONCOL GAYAMSARI
TAMBAKAJI BANGETAYU
KARANGAYU MIROTO
TLOGOSARI KULON
MANYARAN PANDANARAN
NGEMPLAK S
NGALIYAN TLOGOSARI WTN
PURW OYOSO PEGANDAN
KAGOK
KEDUNGM UNDU
CANDILAM A

NGESREP

SEKARAN
MIJEN

GUNUNGPATI PADANGSARI
SRONDOL ROW OSARI

KARANGMALANG
PUDAK PAYUNG
KLB 2011
Tidak ada kasus
Ada kasus

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Berikut ini data 10 besar penyakit yang ada di Kota Semarang pada tahun 2011
berdasarkan laporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit:

Tabel 6 : Data 10 Besar Penyakit di RS dan Puskesmas Tahun 2011


No Penyakit di Rumah Sakit Jumlah Penyakit di Puskesmas Jumlah
(Rawat Inap)
1. Perawatan & pemeriksaan pasca 5.142 Infeksi akut lain pd 55.209
persalinan (Z39) Saluran napas (J06)
2. Pelayanan kesehatan utk tindakan 4.410 Faringitis (J02) 22.367
perawatan khusus lainnya (Z40-
Z45)
3. Diare & Gastroenteritis (A09) 3.304 Hipertensi Essensial (I10) 18.540
4. Penyakit yang lebih banyak 2.673 Gastritis (K29) 11.926
berhubungan dengan massa (O85
O99)
5. Demam tifoid & paratifoid (A01) 2.516 Influensa (J10) 11.155
6. Penyulit kehamilan & persalinan lain 2.153 Nyeri Kepala (G44) 10.741
(O25 O29)
7. Demam berdarah dengue (A91) 1.187 Reumatik (M79) 9.342
8. Penyakit hipertensi lainnya (I11 1.169 Penyakit Pulpa & Jar. 8.463
I13) Peripikal (K04)
9. Senilitas (R54) 1.118 DM tidak tergantung 7.593
insulin (E11)
10. Hipertensi gestasional (akibat 1.040 Dermatitis kontak alergik 6.989
kehamilan) dengan protein urin (L23)
(O14)

Sumber data : Laporan SP2RS dan SP3 diolah oleh Bid.Yankes

IV.4. Keadaan Gizi


IV.4.1 Status Gizi Bayi dan Balita
Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau melalui hasil
pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam
hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan di posyandu. Menurut laporan
puskesmas pada tahun 2011 di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup
sebanyak 25.852 bayi dan jumlah Balita yang ada (S) sebesar 113.936 anak.
Untuk kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2011
yaitu sebanyak 187 bayi (0,7%) yang terdiri dari 88 bayi laki-laki dan 99 bayi
perempuan.
Sedangkan jumlah Balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu dari
seluruh balita yang ada yaitu sejumlah 87.965 balita dengan rincian jumlah balita
yang naik berat badannya sebanyak 66.123 anak (75,2%) dan Bawah Garis Merah
(BGM) sebanyak 736 anak (0,8%).

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah
adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian
penyakit. Sedangkan untuk kasus gizi buruk ditemukan sebanyak 26 kasus, menurun
dari tahun lalu yang berjumlah 34 kasus. Dari seluruh kasus gizi buruk tersebut juga
telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi masyarakat dalam bentuk
kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari, perawatan serta pengobatan
baik di puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan bantuan dana program Asuransi
Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin)/JAMKESMAS dan APBD II.

IV.4.2. ASI Ekslusif


ASI (Air Susu Ibu) merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik
bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan
bayi yang optimal. Oleh sebab itu , pemberian ASI perlu diberikan secara ekslusif
sampai umur 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun.
Walaupun demikian masih terdapat kendala dalam pemantauan pemberian ASI Ekslusif
karena belum ada sistem yang dapat diandalkan. Selama ini pemantauan tingkat
pencapaian ASI Ekslusif dilakukan melalui laporan puskesmas yang diperoleh dari hasil
wawancara pada waktu kunjungan bayi di Puskesmas.
Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2011, pemberian ASI Ekslusif
sebesar 1.656 (24,2%) dari 6.833 bayi usia 0 6 bulan yang ada. Terdapat beberapa
hal yang menghambat pemberian ASI Ekslusif diantaranya adalah : rendahnya
pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara menyusui yang
benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan,
faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan
gencarnya pemasaran susu formula. Untuk itu tingkat pencapaian dalam program ASI
Ekslusif ini harus mendapatkan perhatian khusus dan memerlukan pemikiran dalam
mencari upaya-upaya terobosan serta tindakan nyata yang harus dilakukan oleh
provider di bidang kesehatan dan semua komponen masyarakat dalam rangka
penyampaian informasi maupun sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


IV.5. PERILAKU MASYARAKAT
IV.5.1. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah
faktor perilaku (teori HL Blum). Perilaku yang sehat diharapkan dapat menurunkan
angka kesakitan suatu penyakit . Pereilaku sehat masyarakat tercermin dalam Indikator
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan rumah tangga. Kota Semarang
memiliki 16 indikator PHBS yang mengacu pada 16 Indikator PHBS Provinsi Jawa
Tengah.
Kegiatan pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dilakukan oleh Dinas
kesehatan bermitra dengan PKk dan instansi terkait . Dalam kegiatan PHBS terdiri dari
beberapa sasaran kegiatan yaitu PHBS tatanan institusi, tempat-tempat umum dan
rumah tangga, dimana tatanan rumah tangga dianggap merupakan tatanan yang
mempunyai daya ungkit paling besar terhadap perubahan perilaku masyarakat secara
umum. Pada tahun 2011 di Dinas Kesehatan Kota Semarang bermitra dengan PKk
telah melakukan survay PHBS tatanan Rumah Tangga diseluruh rumah tangga (total
covered) diperoleh hasil yaitu Rumah Tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat
(rumah tangga ber PHBS) adalah 309.624 (88.19%) terdiri dari strata utama 255.790.
RT (72,94%) strata paripurna 53.474 RT (15.25%).

IV.5.2. Posyandu Purnama dan Mandiri


Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggrakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyrakat guna mempercepat penurunan angka kematia ibu dan bayi. Guna
meningkatkan peran Posyandu dalam pembangunan kesehatan haruslah didukung
dengan SDM (Kader, pengurusposyandu, tokoh masyarakat), sarana prasarana
(tempat, timbangan, buku administrasi dll) dan peran serta masyarakat itu sendiri
Keberadaan Posyandu di Kota Semarang cukup baik, terlihat peningkatan
jumlah posyandu setiap tahunnya, tahun 2010 Posyandu yang ada di Kota Semarang
berjumlah 1.529 buah, dan meningkat menjadi 1.533 posyandu di tahun 2011 yang
terdiri dari 637 posyandu purnama (41,66%) dan 419 Posyandu mandiri (27,40%)
sehingga jumlah total posyandu yang tergolong purnama dan mandiri adalah 1056
posyandu (69,06%).

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


IV.5.3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
Salah satu kepedulian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan adalah melalui pelaksanaan program Jaminan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat (JPKM). JPKM merupakan upaya pemeliharaan kesehatan
secara paripurna, terstruktur yang dijamin kesinambungan dan mutunya, dimana
pembiayaannya dilaksanakan secara pra-upaya. Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan pada JPKM bertujuan untuk memelihara kesehatan para peserta, bukan
hanya sekedar menyembuhkan penyakit tetapi dituntut untuk aktif berusaha
meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah peserta agar tidak jatuh sakit.
Perkembangan Jaminan pemeliharaan Kesehatan di Kota Semarang sangat
pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya jaminan pemeliharaan kesehatan. Pada tahun 2011 tercatat Peserta
ASKES : 175.164 jiwa ,Peserta BAPEL (Hatimas setia) : 2541 jiwa, Peserta
JAMSOSTEK : 378.793 jiwa .

IV.5.4. Pelayanan Kesehatan pada Masyarakat Miskin


Salah satu faktor yang menentukan bagi keberhasilan pelaksanaan
pembangunan kesehatan adalah kemudahan di dalam akses terhadap pelayanan
kesehatan yang ada . tidak terkecuali keluarga miskin, pemerintah memberikan
bantuan/subsidi untuk pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin atau Maskin melalui
program Jamkesmas, jamperssal dan jamkesmaskot untuk warga Kota Semarang
Masyarakat miskin yang terlindungi oleh JPK adalah masyarakat miskin yang
telah mempunyai kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Di Kota
Semarang sampai dengan tahun 2011 terdapat masyarakat miskin dan yang memiliki
kartu jamkesmas mencapai 306.701 jiwa (68.4%) dari 448.398 masyarakat miskin yang
ada. Sedangkan sejumlah 141.697 jiwa dicakup Jamkesmaskot Kota Semarang
Berdasarkan data yang dilaporkan, pemanfaatan Asuransi Kesehatan
Masyarakat Miskin (ASKESKIN) oleh masyarakat miskin (jamkesmas dan
Jamkesmaskot) dalam pelayanan kesehatan pada tahun 2011 berupa kunjungan rawat
jalan yankes dasar sebanyak 389.535 orang (86.87 %) dan rawat inap yankes dasar
sebanyak 1176 orang (0.26 %). Yankes rujukan.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


IV.6. PENYEHATAN LINGKUNGAN
Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada
peningkatan kualitas lingkungan yaitu melalui kegiatan bersifat promotif, preventif dan
protektif. Adapun pelaksanaannya bersama-sama dengan masyarakat, diharapkan
secara epidemiologi akan mampu memberikan kontribusi yang bermakna terhadap
derajat kesehatan masyarakat.
Namun demikian pada umumnya yang menjadikan permasalahan utama adalah
masih rendahnya jangkauan program. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh
keterbatasan sumber daya kesehatan. Sedangkan permasalahan utama yang dihadapi
masyarakat adalah partisipasi masyarakat terhadap upaya penyehatan lingkungan yang
masih sangat rendah.

IV.6.1 Rumah Sehat


Salah satu Kebutuhan dasar manusia adalah rumah . Keberadaan Rumah tidak
hanya sekedar tempat tinggal karena di dalam rumah akan membentuk karakter setiap
penghuninya. Rumah yang sehat diharapkan dapat mendukung kesehatan dan
meningkatkan produktivitas penghuninya.
Pada tahun 2011, jumlah rumah di Kota Semarang tercatat 355.678 unit, Adapun hasil
pendataan yang dilakukan oleh sebanyak 286.927 rumah dengan hasil 248.932 rumah
(86.8%) dalam katagori rumah sehat
Rumah juga merupakan salah satu tempat penularan penyakit, salah satunya
adalah penyakit demam berdarah (DBD) yang ditularkan oleh vektor nyamuk. Pada
tahun 2011 tercatat 245.428 rumah/gedung (85.04%) bebas jentik nyamuk dari
288.610 rumah/gedung yang diperiksa . Melihat data tersebut menunjukkan mash perlu
peningkatan partisipasi masyarakat damam penggerakan kegiatan pemberantasan
nyamuk / PSN di rumah dan lingkungannya mengingat Kota Semarang merupakan kota
endemis demam berdarah.

IV.6.2 Tempat Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan


( TTU dan TUPM)
Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang
disediakan oleh badan badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung
digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap, memiliki
fasilitas sanitasi (jamban, tempat pembuangan sampah dan limbah) untuk kebersihan

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


dan kesehatan di lingkungan. Tempat-tempat umum yang sehat berpengaruh cukup
besar di masyarakat karena masyarakat menggunakan fasilitas umum tersebut untuk
berbagai kepentingan.
Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat
umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari
kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang vektor penyakit
yang dapat menimbulkan menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di
sekitarnya. Pengawasan sanitasi tempat umum meliputi sarana wisata, sarana ibadah,
sarana transportasi, sarana ekonomi dan sosial. Jumlah TTU dan TPM di Kota
Semarang tahun 2011 sejumlah 2.777 pengelolaan makanan (TUPM) di Kota
Semarang meliputi hotel, restoran/rumah makan dan pasar.
- Jumlah hotel : 96 buah, jumlah diperiksa 90 buah, jumlah sehat 90 buah (100%)
- Jumlah pasar : 61 buah, jumlah diperiksa 52 buah, jumlah sehat 47 buah (90%)
- Jumlah restoran/rumah makan: 951 buah, jumlah diperiksa 547 buah, jumlah sehat
512 buah (93.60 %)
- Jumlah TUPM lainnya : 1669 buah, jumlah diperiksa 1.379 buah, jumlah sehat
1203 buah (87.24%)

IV.6.3. Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar


IV.6.3.1 Persediaan Air Bersih
Air adalah salah satu sumber kehidupan, dan setiap manusia memerlukan air
bersih Oleh karena itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan
memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi). Pada tahun 2011
jumlah KK yang memiliki persediaan air bersih sebanyak 306.959 KK(100%) dari
306.959 KK yang diperiksa. Suplai air bersih rumah tangga terbesar di Kota Semarang
berasal dari Ledeng 59,6%, Sumur Gali 23,3%.
Upaya peningkatan kualitas air bersih akan meningkat apabila diikuti upaya
perbaikan sanitasi (sarana pembuangan kotoran manusia, sampah, air limbah ).
Selain itu adanya peran serta dan kesadaran sektor swasta penyedia air bersih yang
meningkat berkenaan dengan kualitas air bersih.

IV.6.3.2 Jamban
Jamban Sehat adalah salah satu syarat rumah sehat. Pengelolaan sebuah
jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan sebagai upaya untuk mencegah

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan laporan puskesmas, pada tahun 2011 dari
306.959 KK diketahui bahwa 273.855 KK (89,2%) telah memanfaatkan jamban
keluarga dan 261.420 KK (95,5%) telah memenuhi syarat jamban yang sehat. Faktor
yang turut mendukung pencapaian target tersebut yaitu meningkatnya pembangunan
dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan.

IV.6.3.3 Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga


Salah satu upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat
adalah pengelolaan air limbah yang sesuai standar dan memenuhi syarat kesehatan.
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu bangunan yang digunakan
untuk membuang air buangan kamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain bukan
dari jamban atau peturasan. SPAL yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih minimal 10
meter
Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk sarang nyamuk
(diberi tutup yang cukup rapat)
Tidak menimbulkan bau (diberi tutup yang cukup rapat)
Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan (tidak bocor
sampai meluap)
Pengelolaan limbah di rumah tangga yang diperiksa pada tahun 2011
sebanyak 306.959 KK dan yang memiliki sejumlah 276.945 sedangkan yang
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 264.807 KK.

IV.6.3.4 Pembinaan Kesehatan Lingkungan pada Institusi


Upaya pembinaan kesehatan lingkungan pada tahun 2011 ini selain dilakukan
pada rumah tangga dan tempat-tempat umum, juga dilaksanakan pada beberapa
institusi/sarana seperti:
- sarana kesehatan sejumlah 873 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan
sebanyak 759 tempat atau 86,9 %.
- sarana pendidikan sejumlah 1590 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan
sebanyak 1524 tempat atau 95,8 %.
- sarana ibadah sejumlah 2068 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan
sebanyak 1758 tempat atau 85 %.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


- perkantoran sejumlah 476 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak
312 tempat atau 65,5 %.
- Dan sarana lain sejumlah 909 tempat, dan yang telah dibina sebanyak 828 tempat
atau 91,1%.

IV.7. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN


IV.7.1. Cakupan Kunjungan Pelayanan Kesehatan
Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan oleh penduduk dapat diperoleh dari
data kunjungan rawat jalan dan rawat inap Puskesmas maupun Rumah Sakit. Pada
tahun 2011 total kunjungan pasien pada unit rawat jalan di Puskesmas Kota Semarang
sebanyak 1.398.308 jika dibandingkan dengan tahun 2010 total kunjungan pelayanan
kesehatan rawat jalan di Puskesmas mengalami penurunan, yaitu sebanyak 1.439.924.
Sedangkan untuk kunjungan rawat inap Puskesmas yaitu sebesar pada tahun 2011
sebesar 4.474, dan apabila dibandingkan dengan tahun 2010 juga mengalami
penurunan dari 5.782 kunjungan pasien.
Untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan di Rumah Sakit Kota
Semarang sebesar 2.207.706 kunjungan, mengalami peningkatan dari tahun 2010 yaitu
1.574.195 kunjungan. Sedangkan untuk kunjungan rawat inap sebesar 142.116
kunjungan, sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kunjungan rwat inap
tahun 2010 yaitu 153.730 kunjungan. Namun demikian kunjungan pasien di rumah sakit
belum bisa menunjukkan kunjungan khusus warga kota Semarang.
Untuk cakupan rawat jalan di Kota Semarang pada tahun 2010 yaitu sebesar
194%. Sedangkan untuk cakupan rawat inap (kunjungan pasien baru) di sarana
pelayanan kesehatan pada tahun 2010 yaitu sebesar 10%.

Adapun data pemanfaatan Rumah Sakit di Kota Semarang dapat dilihat dari
beberapa indikator kinerja Rumah Sakit yang meliputi :
a. Bed Occupation Rate (BOR), standar yang ideal untuk suatu Rumah Sakit adalah
antara 70% s.d 80%. Manfaat Angka Penggunaan Tempat Tidur (BOR ) adalah
untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit. Berdasarkan data
yang dilaporkan prosentase BOR yang digunakan pada penderita Rawat Inap di
Rumah Sakit se- Kota Semarang pada tahun 2011 mencapai 62,6 % sedikit
mengalami peningkatan dati tahun 2010 yang mencapai 60,2% dengan jumlah
tempat tidur sebanyak sebesar sebanyak 4.292 unit. Capaian angka ini belum dapat

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


mencapai standar yang ideal untuk Rumah Sakit. Hal ini menunjukkan bahwa
pemanfaatan tempat tidur pada Rumah Sakit di Kota Semarang kurang
dimanfaatkan secara optimal.

b. Length Of Stay ( LOS) adalah rata-rata dalam 1 (satu) tempat tidur dihuni oleh 1
(satu) penderita rawat inap yang dihitung dalam hari dengan standar ideal antara 6
9 hari. Manfaat LOS adalah untuk mengukur efisiensi pelayanan Rumah Sakit, dan
untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit. Berdasarkan data yang dilaporkan
pencapaian LOS RS tahun 2011 mencapai 4,8 hari. Cakupan pencapaian tersebut
dapat diartikan bahwa penggunaan tempat tidur di RS di Kota Semarang belum
memenuhi standar ideal.

c. Turn of Interval (TOI) adalah rata-rata tempat tidur tidak ditempati dengan standar
ideal antara 1 3 hari. TOI untuk Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 2,9 hari,
angka ini sedikit mengalami perbaikan jika

dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 3,4 hari. Angka ini dapat diartikan
bahwa pemakaian tempat tidur di Rumah Sakit sudah optimal.
d. Gross Death Rate (GDR), adalah angka kematian untuk tiap-tiap 1000 penderita
keluar maksimum adalah 45. Manfaat GDR (Gross Death Rate) untuk mengetahui
mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Angka ini bisa untuk menilai mutu
pelayanan jika angka kematian kurang dari 48 jam rendah. Berdasarkan data yang
dilaporkan GDR Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 30,7 permil sedikit
mengalami penurunan kasus jika dibandingkan tahun 2010 sebesar 37,3 per mil.

e. Neath Death Rate (NDR), manfaat NDR adalah untuk mengetahui mutu pelayanan /
perawatan Rumah Sakit. Semakin rendah NDR suatu Rumah Sakit, berarti bahwa
mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit makin baik. NDR yang masih dapat
ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 penderita keluar. Pencapaian NDR di Kota
Semarang pada tahun 2011 sebesar 16,6 permil., mengalami penurunan jika
dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 24,8 permil. Dengan demikian secara
keseluruhan pelayanan rumah sakit di Kota Semarang masih tergolong baik.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


IV.7.2. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
IV.7.2.1. Pelayanan Kesehatan Antenatal
Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan
baru ibu hamil K1 untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai
standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama,
sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga.
Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang
berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care (ANC) meliputi
penimbangan berat badan, pemeriksaan kehamilannya, pemberian tablet besi,
pemberian imunisasi TT dan konsultasi.
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2011 adalah
26.743 bumil (94,4%). Faktor pendukung dalam hal ini dapat disebabkan oleh
meningkatnya kesadaran ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke sarana
pelayanan kesehatan yang ada dan adanya dukungan peningkatan kualitas pelayanan
ANC oleh petugas puskesmas. Cakupan K4 Puskesmas dari rentang antara yang
terendah adalah Puskesmas Miroto (72,3%) dan yang tertinggi adalah Puskesmas
Bugangan (114%).
Pada tahun 2011 cakupan untuk pemberian tablet Fe 3 sebanyak 25.397 bumil
atau (89,67%) dari 28.323 ibu hamil. Hal ini menunjukkan bahwa penjaringan pertama
pada ibu hamil sudah dapat dilaksanakan sesuai target.

IV.7.2.2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan


Upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Ibu Maternal, salah
satunya melalui persalinan yang sehat dan aman, yaitu persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan,
dan perawat bidan) maupun dengan dukun terlatih yang didampingi oleh tenaga
kesehatan. Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota
Semarang pada tahun 2011 sejumlah 25.972 (96,1%) dari 27.032 total persalinan, hal
ini menujukan angka peningkatan dati tahun 2010 sebesar 25.185 (93,19%) dari
jumlah perkiraan persalinan sebesar 27.026 kelahiran. Pencapaian ini didukung
dengan tersedianya Bidan di seluruh Puskesmas dengan perbandingan Puskesmas
dan Bidan yaitu 1 : 4. Disamping itu jumlah Rumah Sakit dan Rumah Bersalin di Kota
Semarang yang telah mencukupi.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


IV.7.2.3 Ibu Hamil Resiko Tinggi dan Komplikasi
Yang dimaksud dengan risiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan ibu hamil
yang mengancam kehidupannya maupun janinnya, misalnya umur, paritas, interval
dan tinggi badan. Prosentase sasaran ibu hamil risiko tinggi adalah 20% dari ibu hamil
yang ada di masyarakat. Pada tahun 2011 jumlah neonatal risti yang ditangani
sebesar 2.187 (56,4%) dari total perkiraan 3.878 neonatal komplikasi. Jika
dibandingkan dengan tahun 2010 dengan jumlah ibu hamil risiko tinggi/ komplikasi
yang ditemukan di Kota Semarang sebesar 5.663 orang dan bumil risti/ komplikasi
yang dirujuk yaitu sebanyak 79,99% menunjukkan ada penurunan kasus.

IV.7.2.4. Pemberian Vitamin A


Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di
seluruh dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur
terutama pada masa pertumbuhan. Salah satu dampak kekurangan Vitamin A adalah
kelainan pada mata yang umumnya terjadai pada anak usia 6 bulan 59 bulan yang
menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang.
Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan adalah dengan
suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali per tahun pada Balita dan Ibu Nifas
(Bufas)untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah
berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala manifestasinya
(gangguan penglihatan, buta senja, dan bahkan kebutaan sampai kematian).
Disamping itu pemantapan program distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga dapat
mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anakterhadap
penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
bayi dan anak.
Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul Vitamin A adalah bayi
berumur 6 11 bulan dan anak umur 12 59 bulan yang mendapat kapsul Vitamin A
dosis tinggi. Kapsul Vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul Vitamin A biru dengan
dosis 100.000 SI yang diberikan pada bayi berumur 6 11 bulan dan kapsul Vitamin A
berwarna merah diberikan pada anak umur 12 59 bulan dan diberikan pada bulan
Februari dan Agustus setiap tahunnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas, pada tahun 2011 diketahui
bahwa cakupan pemberian suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


sebanyak 14.996 bayi (102,3%), sedangkan pada Balita sebanyak 92.318 anak
(100,97%) serta Bufas 27.002 orang (99,99%).

IV.7.2.5. Pelayanan Kesehatan Neonatal, Bayi dan Balita


a. Kunjungan Neonatus (0 28 hari)
Cakupan kunjungan neonatus (KN 1) tingkat Kota Semarang tahun 2011
sebesar 24.127 (96,75%) sedangkan KN 3 sebesar 23.317 (90,2%) dimana jumlah ini
sedikit menurun jika dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 24.910 anak. Namun
demikian kondisi saat ini berupa meningkatnya kesadaran masyarakat akan
kesehatan neonatus, peningkatan pelayanan kesehatan terutama kesehatan anak
(neonatus, bayi, balita) di Puskesmas, dan adanya pemeriksaan kunjungan ke rumah
oleh tenaga kesehatan bagi neonatus yang tidak dapat berkunjung ke puskesmas
serta sistem pencatatan dan pelaporan (PWS KIA) yang sudah berjalan dengan baik.

b. Kunjungan Bayi (1 - 12 bulan)


Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi (1 12 bulan) yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4
kali. Hasil cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar
25.636 (99,2%) dari total jumlah 25.852 jumlah bayi.

c. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita


Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak balita dan pra sekolah adalah anak
umur 1 6 tahun yang dideteksi dini tumbuh kembang sesuai dengan standar oleh
tenaga kesehatan, paling sedikit 2 kali. Pelayanan DDTK anak balita dan prasekolah
meliputi kegiatan deteksi dini masalah kesehatan anak menggunakan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS), monitoring pertumbuhan menggunakan Buku KIA/KMS
dan pemantauan perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa dan sosialisasi
dan kemandirian), penanganan penyakit sesuai MTBS, penanganan masalah
pertumbuhan, stimulasi perkembangan anak balita dan prasekolah, pelayanan rujukan
ke tingkat yang lebih mampu.
Hasil cakupan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak balita tingkat Kota
Semarang pada tahun 2011 yaitu 87.965 balita ditimbang dari 113.936 anak balita
yang ada (77,22%). Dari jumlah tersebut 66.123 anak mengalami peningkatan berat
badan atau 75,2%. Data secara terperinci dapat dilihat pada tabel 44.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


IV.7.3. Pelayanan Imunisasi
Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta anak
balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap
terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali.
Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari
cakupan imunisasi DPT3 + HB, Polio 4 dan Campak 80%. Cakupan bayi yang
diimunisasi DPT3 + HB pada tahun 2011 sebesar 28.022 anak (191,27%), Polio 3
sebanyak 26.417 anak (102.66%) dan bayi yang telah memperoleh imunisasi campak
sebesar 26.779 (182,2%) dari sasaran sejumlah 14.522 bayi. Dari data tersebut maka
cakupan imunisasi di Kota Semarang pada bayi telah dilaksanakan secara lengkap
dan memenuhi target yang ada.
Program imunisasi dapat berjalan secara efektif dan memberikan dampak
penurunan kejadian penyakit apabila kelengkapan imunisasi telah terlaksana dan
mutu pelayanan imunisasi diterapkan sesuai standar, terutama dalam penangan col
chain. Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata dapat dilihat dari
pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Tahun 2011 jumlah
desa/kelurahan yang sudah mencapai UCI dengan kriteria cakupan DPT 3, polio dan
Campak 80% sebanyak 177 kelurahan (100%) dari 177 kelurahan yang ada, jumlah
ini sama dari Tahun 2010 yaitu 177 kelurahan (100%).

GRAFIK CAKUPAN IMUNISASI KONTAK LENGKAP


DI KOTA SEMARANG TAHUN 2007-2011
120
100
persen

80
60
40
20
0
2007 2008 2009 2010 2011
DPT HB 3 92 108 103 107 109
POLIO 4 86 108 103 102 105
CAMPAK 92 110 106 108 104
Target 90 90 90 90 90

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


IV.7.4 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Pelayanan kesehatan usila yang dimaksudkan adalah penduduk usia 60 tahun
ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga
kesehatan baik di puskesmas maupun di Posyandu Kelompok Usia Lanjut. Hasil
kegiatan pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar
30.551 (65,18%) dari 46.872 jumlah usila yang ada. Namun demikian keaktifan
petugas puskesmas dalam melakukan pembinaan dan pelayanan di dalam dan luar
gedung terhadap kelompok usia lanjut sangat mendukung pencapaian indikator
tersebut.

IV.7.5 Keluarga Berencana


Salah satu program pemerintah dalam upaya mengendalikan jumlah kelahiran
dan mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep
pengaturan jarak kelahiran dengan program Keluarga Berencana (KB).

1. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)


Pada tahun 2011, jumlah PUS yang ada sebanyak 246.618. Yang menjadi
peserta KB baru sebanyak 22.183 orang (9%). Sedang jumlah peserta KB aktif yang
telah dibina sebesar 146.604 orang (59,4%).

2. Peserta KB Baru
Dari 22.183 peserta KB Baru, secara rinci mix kontrasepsi yang digunakan
adalah sebagai berikut :

- Suntik : 56,5%
- Pil : 18.2%
- Kondom : 7,6%
- IUD : 8,7%
- Implant : 5,3%
- MOW : 3,0%
- MOP : 0,7%

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


3. Peserta KB Aktif
Hasil pembinaan peserta KB Aktif selama tahun 2011 sebesar 146.406 dengan
mix kontrasepsi sebagai berikut :
- Suntik : 59,10%
- Pil : 14,30%
- IUD : 8.4%
- Implant : 5.9%
- Kondom : 5,9%
- MOW : 5,4%
- MOP : 1,0%

Dari keseluruhan peserta KB baru selama tahun 2011, pemakaian kontrasepsi


suntik merupakan yang tertinggi karena sifatnya yang praktis dan juga cepat dalam
mendapatkan pelayanannya. Apabila dibandingkan dengan data tahun 2010,
kontrasepsi suntik masih menduduki peringkat teratas, sedangkan kontrasepsi pria
merupakan yang paling sedikit digunakan yaitu kondom dan MOP. Hal ini disebabkan
banyak suami masih menganggap bahwa istri saja yang mempunyai kewajiban untuk
menggunakan kontrasepsi sebagai upaya pengaturan kelahiran.

IV.7.6 Kesehatan Kerja dan Kesehatan Institusi


a. Pelayanan Kesehatan Pekerja
Pelayanan kesehatan pada pekerja merupakan upaya untuk pemeliharaan
kesehatan yang dapat mendukung peningkatan produktivitas pekerja, dimana biasanya
pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertahap yaitu berupa pemeriksaan awal
bagi calon pekerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan pada akhir masa kerja. Hal
ini dimaksudkan agar kesehatan pekerja senantiasa terpelihara mulai awal bekerja
hingga nanti pada akhir masa kerjanya sehingga dapat terhindar dari resiko penyakit
akibat kerja (PAK). Umumnya pembinaan dan pelayanan kesehatan pada pekerja
khususnya pekerja formal dilaksanakan oleh klinik perusahaan atau bekerja sama
dengan sarana pelayanan kesehatan yang ada (Puskesmas, Rumah Sakit). Sedangkan
untuk pekerja sektor informal masih belum banyak mendapatkan perhatian terutama
dalam hal pelayanan kesehatan karena umumnya mereka bekerja secara mandiri diluar

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


tanggung jawab suatu perusahaan/instansi. Apabila dibandingkan prosentase jumlah
pekerja, maka sektor informal merupakan bagian terbesar dari angkatan kerja. Selama
ini mereka hanya memperoleh pelayanan kesehatan secara umum, namun belum
dikaitkan dengan pekerjaannya.
Dari laporan Puskesmas yang terdata Cakupan pelayanan kesehatan pekerja
pada industri formal di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 28.998 orang 33.6%
pekerja formal yang ada. Jumlah ini diperoleh dari pekerja sektor formal yang datang
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas dengan fasilitas asuransi
berupa ASKES maupun Jamsostek.
Sedangkan untuk pelayanan kesehatan pada pekerja sektor informal terdapat
21.794 pekerja (21,3%), Walaupun pekerja informal tidak berada dalam tanggung jawab
suatu badan/instansi seperti pada pekerja formal, tetapi mereka tetap mendapatkan
pelayanan kesehatan dengan cara membayar sendiri ataupun melalui kartu sehat
maupun asuransi kesehatan keluarga miskin (Askeskin).

IV.7.7 Upaya Kesehatan Khusus


IV.7.7.1 Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat
Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh
masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 60 sarana kesehatan
(60%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus (100%)
dan 12 puskesmas (36,36%).

IV.7.7.2 Pelayanan Kesehatan Jiwa


Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara umum, sarana
kesehatan yang ada juga memberikan pelayanan terhadap kesehatan jiwa.
Berdasarkan data yang berhasil didapat, pelayanan kesehatan jiwa pada Puskesmas
dan Rumah Sakit di Kota Semarang pada tahun 2011 menunjukkan 35.881
kunjungan pasien. Angka ini termasuk pelayanan kesehatan jiwa bagi warga di luar
Kota Semarang.

IV.7.7.3 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di puskesmas
pada tahun 2011 yaitu tumpatan gigi tetap sebanyak 3.354 kasus. Tindakan dan

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


pencabutan gigi tetap sebanyak 6.950 kasus, dengan rasio untuk tambal
dibandingkan pencabutan gigi sebesar 0,5.
Di dalam pelayanan UKGS di sekolah dasar, dilaksanakan pemeriksaan
kesehatan gigi terhadap 24.653 siswa (16,3%), dari total 151.653 anak SD. Dari
angka tersebut terdapat 12.709 siswa perlu perawatan dan yang telah mendapatkan
perawatan sebanyak 3.997 siswa (31.5%).
Berdasarkan data yang ada kesehatan gigi dan mulut masih belum menjadi
alasan penting masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu
pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih belum
terlaksana dengan baik sehingga sering terjadi keterlambatan dalam pelaporannya.
Untuk itu perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan gigi mulut khususnya
pada upaya kesehatan secara promotif dan preventif, peningkatan kemampuan
tenaga kesehatan serta peningkatan kualitas pencatatan dan pelaporan yang ada.

IV.8. OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN LAINNYA


IV.8.1. Ketersediaan dan Kebutuhan Obat Esensial dan Obat Generik
Berdasarkan data ketersediaan obat pada tahun 2011 yang berasal dari laporan
Instalasi Perbekalan Farmasi Kota Semarang bersumber dari laporan 37 Puskesmas se-
Kota Semarang, jumlah jenis obat yang dibutuhkan oleh Puskesmas rata-rata 102 item,
sedangkan jenis obat yang tersedia di Puskesmas rata-rata 129 item. Jika dibandingkan
antara kebutuhan obat dengan persediaan yang ada diperoleh ketersediaan obat secara
keseluruhan sebesar 130,55%. Berarti secara umum kebutuhan obat di Kota Semarang
telah terpenuhi (tersedia).
Khusus untuk obat generik, kebutuhan total jenis obat generik seluruh
Puskesmas Tahun 2011 adalah rata-rata 108 item. Sedangkan jumlah total jenis obat
generik yang tersedia sebanyak 138 item. Jika dibandingkan dengan kebutuhan obat
generik maka pemenuhannya sebesar 132,38%. Artinya secara umum kebutuhan obat
generik di Puskesmas seluruhnya dapat dipenuhi (tersedia).

IV.8.2. Ketersediaan Obat Narkotika dan Psikotropika


Data yang dilaporkan untuk ketersediaan obat narkotika dan psikotropika berasal
dari 37 puskesmas. Jumlah seluruh kebutuhan obat narkotika dan psikotropika di Kota
Semarang tahun 2011 yaitu rata-rata 34 item obat .

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


IV.9. SUMBER DAYA KESEHATAN
IV.9.1. Tenaga Kesehatan
Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak akan berjalan dengan baik jika
tidak didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena
itu diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dibidang
kesehatan, yang diharapkan mampu bekerja secara profesional dan selalu berusaha
untuk mengembangkan kemampuannya dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan
yang optimal pada masyarakat.
Informasi tenaga kesehatan diperlukan bagi perencanaan dan pengadaan tenaga serta
pengelolaan kepegawaian. Kesulitan memperoleh data ketenagaan yang mutakhir
disebabkan antara lain karena sifat data ketenagaan yang selalu berubah terus-menerus
sehingga sistem pencatatan dan pelaporan belum dapat ditampilkan secara lengkap,
akurat dan sistematis. Sebaran tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan,
Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan Kota Semarang sebagai berikut:

Tabel m : Data Tenaga Kesehatan di Kota Semarang Tahun 2011


Jenis Tenaga Unit Kerja
No
Kesehatan RSU/RS
Institusi Sarana Jumlah
RSB Khusus
DKK Puskesmas Diknakes Kesh
Lainnya
/Diktat Lain
1 Dokter Spesialis 0 2 512
2 Dokter Umum 5 103 259
3 Dokter Gigi 2 43 52
4 Perawat 2 129 2574
Sarjana
5 Keperawatan 2 9 247
6 Bidan 3 135 292
7 Tenaga Farmasi 0 31 146
Sarjana Farmasi &
8 Apoteker 3 13 62
9 Tenaga Sanitarian 3 28 21
10 Kesehatan Masy. 24 45 75
11 Tenaga Gizi 4 41 79
12 Tenaga Terapi Fisik 0 0 100
Tenaga Keteknisian
13 Medik 0 41 367
Sumber : Sub Bag Umum Kepegawaian dan Bidang Yankes

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Rasio tenaga kesehatan Kota Semarang (puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas
Kesehatan Kota Semarang) dibandingkan dengan jumlah penduduk kota Semarang
tahun 2011 dapat diperoleh data sebagai berikut:
a. jumlah Dokter Umum sebesar 18.08 per 100.000 penduduk
(target IS 2011 : 40/100.000 penduduk)
b. jumlah Dokter Spesialis sebesar 29,5 per 100.000 penduduk
(target IS 2011: 6/100.000 penduduk)
c. jumlah Dokter Gigi sebesar 25.41 per 100.000 penduduk
(target IS 2011 : 11/100.000 penduduk)
d. jumlah Perawat sebesar 191 per 100.000 penduduk
(target IS 2011 : 117,5/100.000 penduduk)
e. jumlah Bidan sebesar 26 per 100.000 penduduk
(target IS 2011 : 100/100.000 penduduk)
f. jumlah Tenaga Farmasi sebesar 28,9 per 100.000 penduduk
(target IS 2011 : 10/100.000 penduduk)
g. jumlah Tenaga Gizi sebesar 8.5 per 100.000 penduduk
(target IS 2011 : 22/100.000 penduduk)
h. jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat sebesar 7,4 per 100.000 penduduk (target
IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
i. jumlah Tenaga Sanitasi sebesar 5,34 per 100.000 penduduk
(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
j. jumlah tenaga teknisi medis sebesar 26 per 100.000 penduduk

Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 54 s.d tabel 59.

IV.9.2 Sarana Kesehatan


Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat perlu
didukung oleh adanya sarana kesehatan yang memadai dan memiliki kualitas
pelayanan yang baik. Sarana kesehatan dasar yang ada di Kota Semarang pada
tahun 2011 terdiri dari : 15 Rumah Sakit Umum, 1 Rumah Sakit Jiwa, 4 Rumah Sakit
Bersalin, 4 Rumah Sakit Ibu dan Anak, 37 Puskesmas (13 Puskesmas Perawatan dan
24 Puskesmas Non Perawatan), 35 Puskesmas Pembantu, 37 Puskesmas Keliling, 6
Rumah Bersalin, 139 Balai Pengobatan Umum, 24 BP Gigi, 13 Klinik 24 Jam, 369
Apotek, 20 Toko Obat, 23 praktek dokter spesialis/klinik utama, 1.327 praktek dokter

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


umum swasta. 328 praktek dokter gigi, 323 bidan praktek swasta. Data secara
lengkapnya dapat dilihat pada tabel 61.
Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Laboratorium Kesehatan dan 4
spesialis dasar, dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, telah terdapat beberapa sarana pelayanan kesehatan yang telah
dilengkapi oleh fasilitas laboratorium kesehatan dan 4 (empat) spesialis dasar. Kondisi
yang ada di Kota Semarang pada tahun 2011, diketahui bahwa sarana kesehatan
yang memiliki laboratorium kesehatan sebanyak 61 buah (100%) dan yang
memberikan pelayanan 4 spesialis dasar sebesar 15 buah (24,19%). Sarana
kesehatan tersebut terdiri dari : 15 Rumah Sakit Umum dengan fasilitas laboratorium
kesehatan dan 4 spesialis dasar; Rumah Sakit Khusus 7 buah yang memiliki
laboratorium kesehatan, 1 Rumah Sakit Jiwa, serta 37 puskesmas se-Kota Semarang
telah seluruhnya dilengkapi oleh fasilitas laboratorium kesehatan sederhana
Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses
oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 37 sarana kesehatan
(58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus
(100%) dan 13 puskesmas perawatan (100%).
Desa Siaga, merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga
apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes). Jumlah desa/kelurahan siaga yang ada di Kota Semarang Tahun
2011 sebanyak 177 Kelurahan. Artinya semua kelurahan di Kota Semarang telah
menjadi kelurahan siaga

IV.9.3. Anggaran Kesehatan


Alokasi anggaran kesehatan untuk Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar Rp.
110.371.222.850 mengalami penurunan dari tahun 2010 yaitu sebesar Rp.
106.684.129.161,-. Alokasi dana ini terbagi atas: sumber APBD Kota Semarang
sebesar Rp. 96.907.659.000,- (87,80%); sumber APBD Propinsi Rp. 1.500.000.000,-
(1,96%); sumber APBN (DAK) sebesar Rp. 7.858.819.150,- (7,12%), APBN
(JAMKESMAS/ASKEKIN) sebesar Rp. 2.075.754.700,- (41,88%), dana
dekonsentralisasi sebesar Rp. 351.320.000 (0,32%)

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Sehingga persentase total APBD Dinas Kesehatan terhadapi total APBD Kota
Semarang yang sebesar Rp. 2.260.097.665.000,- adalah 4,29%. Data secara lengkap
dapat dilihat pada tabel 60.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


BAB V
KESIMPULAN

Berbagai upaya yang telah dilaksanakan dalam pembangunan kesehatan, antara


lain upaya peningkatan dan perbaikan terhadap derajat kesehatan masyarakat, upaya
pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya kesehatan. Hasil-hasil
kegiatan pembangunan kesehatan di 16 kecamatan di Kota Semarang selama periode 1
(satu) tahun tergambar dalam Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2011.
Secara umum upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pembangunan
kesehatan telah menunjukkan hasil yang cukup baik, namun masih ada beberapa
program kesehatan yang belum mencapai hasil yang optimal. Keberhasilan maupun
kekurangan dalam pencapaian upaya-upaya pembangunan kesehatan di Kota Semarang
selama tahun 2011 adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan hasil laporan berbagai sarana pelayan kesehatan, jumlah kematian bayi
yang terjadi di Kota Semarang Tahun 2011 sebanyak 314 dari 25852 kelahiran
hidup,sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 12,1 per 1.000 KH.
Sedangkan untuk kematian Balita di Kota Semarang Tahun 2010 sebanyak 90 anak
dari 96.952 balita sehingga Angka Kematian Balita (AKABA) Kota Semarang diperoleh
sebesar 3,5 per 1.000 KH.
b. Berdasarkan laporan Puskesmas dan Rumah Sakit jumlah kematian ibu maternal di
Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 31 orang dengan jumlah kelahiran hidup
sebanyak 25.852 orang.
c. Penyakit DBD di Kota Semarang pada tahun 2011 mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya yaitu dari 5.556 kasus menjadi 1.303 kasus sehingga diperoleh
angka kesakitan DBD sebesar 73,9 per 10.000 penduduk.
d. Berdasarkan laporan Puskesmas, jumlah kasus malaria pada tahun 2010 ditemukan
14 orang (API = 0.01 pddk) meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 7 orang (API =
0.005 pddk).
e. Berdasarkan data laporan triwulan (Puskesmas, BP4 dan Rumah Sakit) penemuan
penderita TB Paru BTA positif pada tahun 2011 sebanyak 989 (53%) orang
mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2010 (872 orang)
f. Penderita diare di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 48.051 penderita
dengan angka kesakitan sebesar 32 per 1.000 penduduk, dimana terdapat
peningkatan kasus dari tahun 2010 yaitu 34.593 penderita (IR: 24 per 1.000
penduduk)
Profil Kesehatan Kota Semarang 2011
g. IR pneumonia dan pneumonia berat tahun 2011 mencapai 304 per 10.000 balita. Hal
ini menurun jika dibandingkan dengan IR untuk tahun 2010 sebesar 401,1 per 10.000
balita
h. Pada tahun 2011, penderita kusta jenis PB baru di Kota Semarang yang dilaporkan
dari 16 kecamatan sebanyak 5 kasus. Sedangkan jenis MB sebanyak 36 kasus.
i. Jumlah kasus HIV (+) yang ditemukan tahun 2011 sebanyak 427 meningkat secara
signifikan dari tahun 2010 yaitu 287 orang. Sedangkan untuk kasus AIDS ditemukan
sebanyak 59 kasus dengan kematian 10 orang.
j. Kasus leptospirosis tahun 2011 sebanyak 70 kasus, sedangkan penderita yang
meninggal sebanyak 25 orang dengan angka CFR sebesar 36 per 10.000.
k. Kasus AFP yang ditemukan di Kota Semarang tahun 2011 sebanyak 13 kasus,sedikit
meningkat dari tahun 2010 yaitu sebanyak 12 kasus, terbanyak pada golongan umur 1
-5 thn sebanyak 54 kasus.
l. Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi tertinggi yaitu
Campak 381, Polio 13 kasus dan hepatitis 18 kasus, sedangkan untuk penyakit
lainnya seperti Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum di Kota Semarang Tahun 2011
tidak ditemukan adanya kasus.
m. Data kasus penyakit tidak menular tahun 2011 di Kota Semarang : Kasus penyakit
kanker Kanker Payudara 4.946 kasus, Kanker Serviks 5.155 kasus, Kanker Hati dan
Empedu 332 kasus, Kanker Bronkus dan Paru 451 kasus. ; Diabetes Mellitus
tergantung insulin sebanyak 14.326 kasus, Diabetes Melitus tidak tergantung insulin
sebanyak 45.551 kasus ; kasus Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah ( Angina
Pektoris 6.736 kasus, AMI 2.130 kasus, Dekomp Cordis 9.944 kasus, Hipertensi ess
106.977 kasus dan Stroke 2.507 kasus )
n. Dilaporkan pada tahun 2011 di Kota Semarang terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)
sebanyak 6 kejadian dengan jumlah penderita 12 orang.
o. Pada tahun 2011 di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup sebanyak
25.852 bayi dan jumlah Balita yang ada (S) sebesar 113.936 anak. Untuk kasus bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2011 yaitu sebanyak 187 bayi
(0,7%). Balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu dari seluruh balita yang ada
yaitu sejumlah 87.965 anak dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya
sebanyak 66.123 anak (75,2%) dan Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 736 anak
(0,8%).

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


p. Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2010, pemberian ASI Ekslusif sebesar
1.656 bayi (24,2%) dari 6.833 bayi umur 0-6 bulan .
q. Pada tahun 2010 di Kota Semarang Jumlah Rumah Tangga yang berperilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) adalah 309.624 (88,19%) yang terdiri dari strata utama
255.790 RT (72,94%) strata paripurna 53.474 RT (15,25%).
r. Tahun 2010 Posyandu yang ada di Kota Semarang berjumlah 1.533 buah, terdiri dari
637 posyandu purnama (41,66%) dan 419 Posyandu mandiri (27,40%) sehingga
jumlah total posyandu yang tergolong purnama dan mandiri adalah 1.056 posyandu
(69,06%)
s. Berdasarkan laporan puskesmas, jumlah penduduk yang tercakup dalam dalam
berbagai JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) dengan perincian:
Peserta ASKES : 175.164 jiwa
Peserta BAPEL : 2.541 jiwa
Peserta JAMSOSTEK : 378.793 jiwa
t. Di Kota Semarang sampai dengan tahun 2011 terdapat masyarakat miskin dan yang
memiliki kartu ASKESKIN baru mencapai 306.701 jiwa (68,4%) dari 448.398
masyarakat miskin yang ada, 141.697 jiwa dicakup Jamkesmaskot.
u. Kota Semarang pada tahun 2011, jumlah rumah yang ada sebanyak 355.678 unit,
sedangkan kategori rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 248.932
rumah (86,8%) dari 286.927 rumah yang dilakukan pemeriksaan
v. Jumlah tempat - tempat umum dan tempat pengelolaan makanan di Kota Semarang
Tahun 2011 sebanyak 2.777 buah, jumlah diperiksa 2.068 buah dan jumlah yang
sehat 1.852 buah atau 89,56%.
Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar yaitu : persediaan air bersih
sebanyak 306.956 KK (100%) dari 306.959 KK yang diperiksa; sejumlah 273.855 KK
telah memanfaatkan jamban keluarga dan 261.420 (95,5%) KK telah memenuhi syarat
jamban yang sehat; Pengelolaan limbah di rumah tangga yang diperiksa sebanyak
306.959 KK dan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 264.807 KK dari 276.945
KK yang memiliki;
w. Pada tahun 2011 di Kota Semarang total kunjungan pelayanan kesehatan rawat jalan
di Puskesmas sebanyak 1.398.308, sedangkan untuk kunjungan rawat inap
Puskesmas yaitu sebesar 4.474 kunjungan pasien. Sedangkan pemanfaatan
pelayanan kesehatan rawat jalan di Rumah Sakit yaitu sebanyak 2.207.706 kunjungan
dan rawat inap sebesar 142.116 kunjungan. Untuk cakupan rawat jalan di Kota

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


Semarang pada tahun 2010 yaitu sebesar 194 %. Sedangkan untuk cakupan rawat
inap (kunjungan pasien baru) di sarana pelayanan kesehatan pada tahun 2010 yaitu
sebesar 10%.
x. Pencapaian hasil kinerja Rumah Sakit di Kota Semarang meliputi : BOR (62,6) ; LOS
(4,8) ;TOI (2,9) ; GDR (30,7 permil) ; NDR (16,6 permil).
y. Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak :
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2011 adalah
26.743 bumil (94,4%)
Cakupan pemberian tablet (Fe)3 sebanyak 25.397 bumil (89,67%).
Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota Semarang
pada tahun 2011 sebesar 25.972 (96,1%) dari jumlah perkiraan persalinan
sebesar 27.032 kelahiran.
Pada tahun 2011 ibu hamil risiko tinggi/ komplikasi yang ditemukan di Kota
Semarang sebesar 2.187 (56,4%) orang dari total perkiraan 3.878 neonatal
komplikasi..
Cakupan pemberian suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi pada bayi
sebanyak 14.996 bayi (102,3%), sedangkan pada Balita sebanyak 92.318
anak (100,97%) serta Bufas 27.002 orang (99,99%).
Cakupan kunjungan neonatus tingkat Kota Semarang tahun 2011 sebesar
24.127 (96,75%)
Hasil cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar
25.636 (99,2%) dari total jumlah 25.852 jumlah bayi
Hasil cakupan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak balita dan pra
sekolah di tingkat Kota Semarang pada tahun 2011 yaitu 87.965 balita
ditimbang dari 113.936 anak balita yang ada (77,22%).
Cakupan bayi yang diimunisasi DPT3 + HB pada tahun 2011 sebesar 28.022
anak (191,27%), Polio 3 sebanyak 26.417 anak (102.66%) dan bayi yang
telah memperoleh imunisasi campak sebesar 26.779 (182,2%) dari sasaran
sejumlah 14.522 bayi
z. Hasil kegiatan pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2011
sebesar 30.551 (65,18%) dari 46.872 jumlah usila yang ada.
. Pada tahun 2010, jumlah PUS yang ada sebanyak 246.618. Yang menjadi peserta KB
baru sebanyak 22.183 orang (9%). Sedang jumlah peserta KB aktif yang telah dibina
sebesar 146.604 orang (59,4%).

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


. Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh
masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 61 sarana kesehatan (60%)
yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa (100%), 7 RS Khusus (100%) dan 13
puskesmas (36,36%)
. Pelayanan kesehatan jiwa pada Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Semarang pada
tahun 2011 menunjukkan pencapaian sebesar 35.881 kunjungan. Angka ini termasuk
pelayanan kesehatan jiwa bagi warga di luar Kota Semarang
aa. Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di puskesmas pada
tahun 2011 yaitu tumpatan gigi tetap sebanyak 3.354 kasus. Tindakan dan
pencabutan gigi tetap sebanyak 6.950 kasus, dengan rasio untuk tambal dibandingkan
pencabutan gigi sebesar 0,5. Di dalam pelayanan UKGS di sekolah dasar,
dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi pada 24.653 siswa (16,3%), dari total
151.653 anak SD. Dari angka tersebut terdapat 12.709 siswa perlu perawatan dan
yang telah mendapatkan perawatan sebanyak 3.997 siswa (31.5%).
bb. Data ketersediaan obat pada tahun 2011 bersumber dari laporan 37 Puskesmas se-
Kota Semarang, jumlah jenis obat yang dibutuhkan oleh Puskesmas rata-rata 108
item, sedangkan jenis obat yang tersedia di Puskesmas rata-rata 129 item sehingga
diperoleh ketersediaan obat secara keseluruhan sebesar 130,55%. Untuk obat
generik, kebutuhan total jenis obat generik seluruh Puskesmas Tahun 2011 adalah
rata-rata 108 item. Sedangkan jumlah total jenis obat generik yang tersedia sebanyak
138 item, sehingga diperoleh pemenuhan sebesar 132,38%.
cc. Jumlah seluruh kebutuhan obat narkotika dan psikotropika di Kota Semarang tahun
2011 yaitu rata-rata 34 item.
dd. Rasio tenaga kesehatan Kota Semarang (puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas
Kesehatan Kota Semarang) dibandingkan dengan jumlah penduduk kota Semarang
tahun 2010 dapat diperoleh data sebagai berikut:
a. jumlah Dokter Umum sebesar 18.08 per 100.000 penduduk
(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
b. jumlah Dokter Spesialis sebesar 29,5 per 100.000 penduduk
(target IS 2010 : 6/100.000 penduduk)
c. jumlah Dokter Gigi sebesar 25.41 per 100.000 penduduk
(target IS 2010 : 11/100.000 penduduk)
d. jumlah Perawat sebesar 191 per 100.000 penduduk
(target IS 2010 : 117,5/100.000 penduduk)

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011


e. jumlah Bidan sebesar 26 per 100.000 penduduk
(target IS 2010 : 100/100.000 penduduk)
f. jumlah Tenaga Farmasi sebesar 28,9 per 100.000 penduduk
(target IS 2010 : 10/100.000 penduduk)
g. jumlah Tenaga Gizi sebesar 8.5 per 100.000 penduduk
(target IS 2010 : 22/100.000 penduduk)
h. jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat sebesar 7,4 per 100.000 penduduk
(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
i. jumlah Tenaga Sanitasi sebesar 5,34 per 100.000 penduduk
(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
j. jumlah tenaga teknisi medis sebesar 26 per 100.000 penduduk
ee. Sarana kesehatan dasar yang ada di Kota Semarang pada tahun 2011 terdiri dari : 15
Rumah Sakit Umum, 1 Rumah Sakit Jiwa, 4 Rumah Sakit Bersalin, 4 Rumah Sakit Ibu
dan Anak, 37 Puskesmas (13 Puskesmas Perawatan dan 24 Puskesmas Non
Perawatan), 35 Puskesmas Pembantu, 37 Puskesmas Keliling, 6 Rumah Bersalin, 139
Balai Pengobatan Umum, 24 BP Gigi, 13 Klinik 24 Jam, 369 Apotek, 20 Toko Obat,
23 praktek dokter spesialis/klinik utama, 1.327 praktek dokter umum swasta. 328
praktek dokter gigi, 323 bidan praktek swasta.
ff. Alokasi anggaran kesehatan untuk Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar Rp.
110.371.222.850 mengalami kenaikan dari tahun 2010 yaitu sebesar Rp.
106.684.129.161,- Total APBD Dinas Kesehatan dari total APBD Kota Semarang
sebesar Rp. 2.260.097.665.000,- adalah 4,29%.

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011

Anda mungkin juga menyukai