Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan cara baru untuk

menanggulangi masalah kesehatan. SDGs ini memiliki 17 tujuan, salah

satunya adalah poin ke-2 tentang menanggulangi kelaparan yang berkaitan

dengan kekurangan gizi. Sebagai masalah kesehatan masyarakat, gizi yang

optimal sangat penting untuk kesehatan reproduksi yang normal. Setiap kali

kebutuhan energi tidak terpenuhi dalam jangka panjang, maka menghasilkan

energi yang sedikit, menyebabkan kekurangan energi kronis. Pada wanita

hamil dan wanita menyusui, kekurangan energi kronis memiliki dampak

terburuk. (Salam, 2013)

Kekurangan gizi pada ibu dan bayi telah menyumbang setidaknya 3,5 juta

kematian setiap tahunnya dan menyumbang 11% dari penyakit global di

dunia. Menurut survei dari Ethiopian Demographic and Health Survey

(EDHS) di negara berkembang tahun 2014 untuk masalah kekurangan gizi di

Kerala (India) berkisar 19%, Bangladesh (Asia) sekitar 34%, dan di daerah

kumuh Dhaka sekitar 34%. Penelitian EHDS selanjutnya juga mengungkap

perempuan yang menikah kurang dari 18 tahun lebih memungkinkan untuk

1
kekurangan gizi dibandingkan dengan lebih dari 18 tahun. Hal ini disebabkan,

pernikahan di usia dini sering kehilangan anak, tidak mempunyai rencana

menjadi ibu, dan sering aborsi.

Kekurangan Energi Kronis ditandai dengan lingkar lengan atas (LiLA) ibu

hamil kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LiLA, artinya wanita

tersebut mempunyai resiko Kekurangan Energi Kronis (Supariasa, 2012)

Kekurangan energi kronis adalah manifestasi penting dari kekurangan gizi

buruk dan juga kedua masalah utama di negara berkembang. Berdasarkan

hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia tahun 2013, Kurang

Energi Kronik (KEK) menjadi masalah yang kedua. Hal ini disebabkan

karena angka KEK mengalami peningkatan dari tahun 2010 yaitu 31,3%

menjadi 38,5% di tahun 2013.

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu

kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan.

Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin, pertambahan besar organ kandungan, perubahan

komposisi dan metabolism tubuh ibu. Bila status gizi ibu kurang maka ibu

hamil akan mengalami masalah gizi seperti Kekurangan Energi Kronis (KEK)

dan anemia gizi (Zulhaida Lubis, 2010).

Puskesmas Rawat Inap Kota Karang merupakan salah satu puskesmas yang

melaksanakan penuntasan kehamilan ibu dengan Kekurangan Energi Kronis

(KEK), namun program ini belum mencapai target yang ditetapkan.

2
Berdasarkan laporan hasil penilaian kinerja puskesmas trisemester akhir

yakni, bulan Juli, Agustus dan September di setiap bulannya ditemukan ibu

hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK). Berdasarkan Standar

Pelayanan Minimum (SPM) yang telah di tetapkan bahwa ibu hamil dengan

Kekurangan Energi Kronis (KEK) harus 0, namun pada trisemester akhir ini

ditemukan 10 ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK).

1.2. Perumusan Masalah

1. Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang ditemukan adalah

belum tercapainya target pada program Kehamilan Ibu dengan Kurang

Energi Kronis (KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kota

Karang 2016.

2. Permasalahan yang akan dievaluasi adalah bagaimana pelaksanaan

program Kehamilan Ibu dengan Kurang Energi Kronis (KEK) di

Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kota Karang yang belum

mencapai target?

1.3. Tujuan

a. Tujuan Umum

Melakukan evaluasi program Kehamilan Ibu dengan Kurang Energi

Kronis (KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kota Karang

yang bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan program tersebut pada

tahun-tahun berikutnya.

3
b. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya pencapaian-pencapaian dari program Kehamilan Ibu

dengan Kurang Energi Kronis (KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas

Rawat Inap Kota Karang

2. Diketahuinya masalah-masalah yang timbul pada pelaksanaan

program Kehamilan Ibu dengan Kurang Energi Kronis (KEK) di

Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kota Karang.

3. Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

program program Kehamilan Ibu dengan Kurang Energi Kronis

(KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Kota Karang

4. Tersusunnya alternatif penyelesaian program program Kehamilan Ibu

dengan Kurang Energi Kronis (KEK) di Wilayah Kerja Puskesmas

Rawat Inap Kota Karang

1.4. Manfaat

a. Bagi Penulis

Dapat mengaplikasikan ilmu kedokteran komunitas mengenai evaluasi

pelaksanaan Program KIA.

b. Bagi Instansi Pendidikan

Mempunyai lulusan dokter yang berkualitas dan memiliki wawasan

tentang program Kehamilan Ibu dengan Kurang Energi Kronis (KEK),

mampu menjalankan program Kehamilan Ibu dengan Kurang Energi

Kronis (KEK) dapat melakukan evaluasi terhadap program Kehamilan

Ibu dengan Kurang Energi Kronis (KEK)

4
c. Bagi Puskesmas

Dapat mengatasi masalah pada pelaksanaan program Kehamilan Ibu

dengan Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamilcara melaksanakan

berbagai alternatif pemecahan masalah yang telah disusun.

d. Bagi Penulis Selanjutnya

Dapat menjadi acuan penulisan dalam mengevaluasi pelaksanaan

program yang dilakukan oleh puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai