Judulnya Stomatitis Alergik
Judulnya Stomatitis Alergik
STOMATITIS ALERGI
KENDARI 2016
SKENARIO KASUS
Tn.B usia 50 tahun datang kepoli Gigi RSU kota kendari dengan keluhan rasa
sakit dan tidak nyaman dibawah gigi tiruannya pada palatum rahang atas yang baru
dipakai 3 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan klinis didapatkan menunjukkan gigi tiruan
terletak dengan baik dan tidak ada pencetus trauma, tampak lesi eritema dengan batas
jelas persis dibawah gigi tiruan dibawah lepasannya. Dokter gigi meminta pasien untuk
tidak memakai gigi tiruannya selama 3 hari, kemudian Tn.B diminta control. Pasien
mendapat obat kumur dan obat untuk diminum. Hasil anamnesis pada saat pasien
control menunjukan pasien sudah sembuh dan tidak ada keluhan. Hasil pemeriksaan
klinis menunjukkan pada bagian palatum tidak ditemukan lesi aritema lagi.
Sasaran Belajar:
A. Definisi
Stomatitis alergik adalah Suatu reaksi hipersensitivitas yang timbul pada
rongga mulut yang disebabkan oleh obat-obatan atau makanan yang digunakan
secara sistemik atau topical (Langlais,2000). Stomatitis alergi merupakan suatu
reaksi hipersensitivitas tipe IV pada individu yang sebelumnya telah mengalami
sensitisasi terhadap suatu alergen .
B. Etiologi
Penyebab terjadinya Stomatitis alergik yaitu:
Obat kumur (Tremblay et al, 2008)
Gigi tiruan dari akrilik, gigi tiruan dari bahan krom-kobalt, restorasi
mahkota emas, bahan soft lining gigi tiruan, tumpatan amalgam,
jembatan cekat sementara, pasta gigi, elastik ortodonsi (Lynch,
2004).
C. Patofisiologi
Stomatitis alergi dapat terjadi karena sensitifitas jaringan mulut terhadap
berbagai zat, termasuk aromatic senyawa yang ditemukan dalam permen karet
dan pasta gigi, yang paling umum adalah carvone, minyak esencial spearmint,
minyak esensial mentol, cinnamaldehyd, minyak kayu manis, dan beberapa
bahan pokok yang ada dalam pasta gigi, obat kumur, bahan gigi palsu atau
bahan tambalan serta bahan makanan. Setelah berkontak dengan beberapa
bahan yang sensitive, mukosa akan meradang.
Stomatitis alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas tipe IV pada
individu yang sebelumnya telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen .
Dikarenakan masih terjadi proses cascade seluler. Alergen adalah molekul yang
memiliki kemampuan untuk masuk kedalam epitel mukosa dan mengikat protein
epithelial.Pengikatan allergen terhadap protein epithelial menghasilkan bentukan
baru yang memiliki sifat imunogenik spesifik. Pada fase induksi, pada kontak
pertama antigen, kompleks ini terphagotisasi oleh sel0sel khusus makrofag pada
permukaannya da bermigrasi kearag ganglia regional.Kompleks tersebut dikenali
oleh limfosit, sel T helper, yang kemudian memasuki stimulasi dan pembagian
fase, yang pada saatnya akan memproduksi dua jenis limfosit T: yaitu memori T
limfosit yang kemudian distimulasi dengan kontak langsung terhadap antigen,
dan siklus adan dimulai lagi. Karena limfosit ini tetap dalam tubuh, semakin
lama respon imun tersebut lebih agresif dan lebih cepat bertambah setiap kali
dipicu apabila kontak dengan antigen lagi.Siklus ini dikendalikan oleh beberapa
sitokinin yang memperkuat limposit T, mendukung poliferasi dan mengaktifasi
makrofag.
Fase efektor dimulai ketika limfosit T sitotoksik yang dihasilkan pada tahap
pertama pelepasan sitokinin untuk memulihkan dan mengaktifkan limfosit T
helper dari sirkulasi perifer. Limfosit T sitotoksik berikatan dengan sel epitel dan
mengakibatkan kematian sel.
Meskipun ada banyak zat alergi namun lingkungan yang spesifik dari
rongga mulut yang sehat dan baik dapat menghambat reaksi hipersensitivitas.
D. Manifestasi klinis
Beberapa gejala dari stomatitis alergi yaitu:
Intraoral tampak daerah merah yang kering dan mengkilat, daerah putih
disekitarnya
Pembentukan vesikel multipel yang mengelupas dan membentuk ulkus
yang tertutup fibrin
Tepi meradang dan eritematosus
Burning sensation
Respon terbatas pada mukosa pipi, gusi, bibir, atau lidah bisa juga
melibatkan seluruh rongga mulut
Bisa disertai lesi kulit
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi
Pemeriksaan kadar IgE dalam darah (Tongerson et al, 2007).
Alergen yang dicurigai diletakkan pada kulit normal yang tidak berambut
kemudian dibiarkan berkontak selama 48 jam lalu angkat, setelah 2-4 jam
kemudian periksa apakah ada kemerahan yang menetap (Ghom, 2005)
3. Prick Test
F. Penatalaksanan
Pada Stomatitis alergi dapat diberikan dengan terapi yaitu:
antimikroba obat chlorhexidinebglukonat: membantu membunuh
bakteri,virus,jamur yang dapat membantu penyembuhan.
antinyeri: asam mefenamat, ibu profen.
Antihistamin (FKUI, 2007). Contohnya Setirizin HCL 10 mg tab (Lokesh
et al, 2012).
Mengindari allergen (Lewis,1998)
Kortikosteroid topikal >> Triamcinolone acetonide 0,1 % in orabase
(Barnard, 2002, Lynch, 2004).
Mengganti bahan denture dengan bahan resin nilon, karena keamanan
toksologik untuk pasien yang alergi logam dan monomer resin akrilik
(Trisna, 2010).
Periksa protesa yang lama jika pernah menggunakan protesa
sebelumnya, jika bahan yang digunakan sama dengan penyebab alergi
berarti polimerisasi kurang sempurna (Stoeva, 2010)
Rebus lebih lama protesa untuk menyempurnakan polimerisasi (Stoeva,
2010).
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injure (biologi, kimia, fisik, psikologis)
2. Keti dak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan untuk mencerna nutrisi karena faktor biologis, psikologis dan
ekonomi.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, interprefasi
yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi.
H. Intervensi
NOC NIC
Diagnosa
(Nursing Outcome (Nursing Intervention
Keperawatan
Clasification) Clasification)
Nyeri akut Setelah dilakukan Lakukan pengkajian
berhubungan dengan: tindakan keperawatan nyeri secara
Agen injuri (biologi, selama 2x/24 jam komprehensif
kimia, fisik, psikologis), Pasien tidak termasuk lokasi,
kerusakan jaringan mengalami nyeri, karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan
Mampu faktor presipitasi
mengontrol nyeri Observasi reaksi
(tahu penyebab nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan Bantu pasien dan
tehnik keluarga untuk
nonfarmakologi mencari dan
untuk mengurangi menemukan
nyeri, mencari dukungan
bantuan Kontrol lingkungan
Melaporkan bahwa yang dapat
nyeri berkurang mempengaruhi nyeri
dengan seperti suhu ruangan,
menggunakan pencahayaan dan
manajemen nyeri kebisingan
Mampu mengenali Kurangi faktor
nyeri (skala, presipitasi nyeri
intensitas, Kaji tipe dan sumber
frekuensi dan nyeri untuk
tanda nyeri) menentukan intervensi
Menyatakan rasa Ajarkan tentang teknik
nyaman setelah non farmakologi:
nyeri berkurang napas dala, relaksasi,
Tanda vital dalam distraksi, kompres
rentang normal hangat/ dingin
Tidak mengalami Berikan analgetik
gangguan tidur untuk mengurangi
nyeri
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali