Anda di halaman 1dari 11

ALAT UKUR MULTIMETER

Disusun oleh :

Nama : Muhamad Novida Adhi Nugraha

NIM : 5301417046

Prodi : Pendidikan Teknik Elektro

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam melakukan eksperimen diperlukan pengukuran dan alat yang digunakan
di dalam pengukuran yang disebut alat ukur. Didalam kehidupan sehari-hari, alat ukur
listrik merpakan peralatan yang diperlukan oleh manusia. Karena, besaran listrik yaitu
seperti : tegangan, arus, daya, frekwensi dan sebagainya tidak dapat langsung di
tanggapi oleh alat indra kita. Oleh karena itu, besaran listrik tersebut di
trasnformasikan melalui fenomena fisis yang akan memungkinkan pengamatan
melalui indera kita. Proses pengukuran dalam sistem tenaga listrik merupakan salah
satu prosedur standart yang harus dilakukan. Karena melalui pengukuran akan
diperoleh besaran-besaran yang diperlukan, baik untuk pengambilan keputusan dan
intrumen kontrol maupun hasil yang di inginkan oleh seorang user.
Kepentingan alat-alat ukur dalam kehidupan kita tidak dapat disangkal lagi.
Hampir semua alat ukur berdasarkan energi elektrik, karena setiap kuantitas fisis
mudah dapat diubah kedalam kualitas elektrik, seperti tegangan, arus dsb. Misalnya:
temperatur yang dulu diukur menggunakan termometer air raksa sekarang dapat
diukur dengan thermocople.
Hal tersebut merupakan salah satu contoh dari kemajuan teknologi dibidang
pengukuran, pengukuran listrik sangatlah penting untuk kita ketahui, terkhusus untuk
mahasiswa elektronika. Karena tanpa pengukur listrik maka kita sangatlah sulit untuk
mengetahui besaran-besaran listrik yang sangat kita perlukan dalam membuat suatu
perencanaan, pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik.
Mengingat begitu pentingnya pengukuran listrik, maka dalam makalah ini akan
dibahas mengenai instrumen arus searah dan arus bolak-balik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui apa itu multimeter?
2. Bagaimana kontruksi, prinsip kerja dari alat ukur multimeter?
3. Kegunaan dari alat ukur multimeter
4. Spesifikasi dari alat ukur multimeter
C. TUJUAN
1. Menjelaskan alat ukur multimeter
2. Menjelaskan kegunaan dari alat ukur multimeter
3. Serta menjelaskan spesifikasi dari alat ukur multimeter dan menjelaskan cara
menggunakan alat ukur multimeter.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ALAT UKUR MULTIMETER
Alat ukur listrik me merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besaran-
besaran listrik seperti hambatan listrik (R), kuat arus listrik (I), beda potensial listrik
(V), daya listrik (P), dan lainnya. Terdapat dua jenis alat ukur multimeter yaitu analog
dan digital.
Multimeter atau multitester adalah alat pengukur listrik yang sering dikenal
sebagai VOM (Volt-Ohm meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter),
hambatan (ohm-meter), maupun arus (amperemeter). Ada dua kategori multimeter:
multimeter digital atau DMM (digital multi-meter)(untuk yang baru dan lebih akurat
hasil pengukurannya), dan multimeter analog. Masing-masing kategori dapat
mengukur listrik AC, maupun listrik DC

Ada dua kategori multimeter: multimeter digital atau DMM (digital multi-
meter)(untuk yang baru dan lebih akurat hasil pengukurannya), dan multimeter
analog. Masing-masing kategori dapat mengukur listrik AC, maupun DC.
Multimeter dibagi menjadi 2, yaitu:
A. Multimeter analog
Multimeter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan sehari-hari, seperti para
tukang servis TV atau komputer kebanyakan menggunakan jenis yang analog ini.
Kelebihannya adalah mudah dalam pembacaannya dengan tampilan yang lebih
simple. Sedangkan kekurangannya adalah akurasinya rendah, jadi untuk pengukuran
yang memerlukan ketelitian tinggi sebaiknya menggunakan multimeter digital.
Cara Menggunakan Multimeter Analog
Untuk memulai setiap pengukuran, hendaknya jarum menunjukkan angka nol
apabila kedua penjoloknya dihubungkan. Putarlah penala mekanik apabila jarum
belum tepat pada angka nol (0).
Putarlah sakelar pemilih ke arah besaran yang akan diukur, misalnya ke arah DC
mA apabila akan mengukur arus DC, ke arah AC V untuk mengukur tegangan AC,
dan ke arah DC V untuk mengukur tegangan DC.
Untuk mengukur tahanan (resistor), sakelar pemilih diarahkan ke sekala ohm dan
nolkan dahulu dengan menggabungkan probe positif dan negatif. Apabila belum
menunjukkan angka nol cocokkan dengan memutar ADJ Ohm. Sambungkan
penjolok warna merah ke jolok positif dan penjolok warna hidam ke jolok negatif.
Untuk pengukuran besaran DC, jangan sampai terbalik kutub positif dan
negatifnya karena bisa menyebabkan alat ukurnya rusak.

Dari gambar multimeter dapat dijelaskan bagian-bagian dan


fungsinya :
1. Sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk (Zero Adjust Screw),
berfungsi untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara memutar
sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.

2. Tombol pengatur jarum penunjuk pada kedudukan zero (Zero Ohm Adjust
Knob),
berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol. Caranya : saklar pemilih
diputar pada posisi (Ohm), test lead + (merah dihubungkan ke test lead (hitam),
kemudian tombol pengatur kedudukan 0 diputar ke kiri atau ke kanan sehingga
menunjuk pada kedudukan 0 .
3. Saklar pemilih (Range Selector Switch),
berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan batas ukurannya. Multimeter
biasanya terdiri dari empat posisi pengukuran, yaitu :
Posisi (Ohm) berarti multimeter
berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri dari tiga batas ukur : x 1; x 10; dan K
Posisi ACV (Volt AC) berarti multimeter
berfungsi sebagai voltmeter AC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250;
500; dan 1000.
Posisi DCV (Volt DC) berarti multimeter
berfungsi sebagai voltmeter DC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250;
500; dan 1000.
Posisi DCmA (miliampere DC) berarti multimeter
berfungsi sebagai mili amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur : 0,25;
25; dan 500.
Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe multimeter yang satu dengan yang lain
batas ukurannya belum tentu sama.
4. Lubang kutub + (V A Terminal),
berfungsi sebagai tempat masuknya test lead kutub + yang berwarna merah.
5. Lubang kutub (Common Terminal),
Berfungsi sebagai tempat masuknya test lead kutub yang berwarna hitam.
6. Saklar pemilih polaritas (Polarity Selector Switch),
berfungsi untuk memilih polaritas DC atau AC.
7. Kotak meter (Meter Cover),
berfungsi sebagai tempat komponen-komponen multimeter.
8. Jarum penunjuk meter (Knife edge Pointer),
Berfungsi sebagai penunjuk besaran yang diukur.
9.Skala (Scale),
berfungsi sebagai skala pembacaan meter.

B. Multimeter Digital
Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan
yang lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere,
volt, dan ohm saja. Multimeter digital biasanya dipakai pada penelitian atau kerja-kerja
mengukur yang memerlukan kecermatan tinggi, tetapi sekarang ini banyak juga bengkel-
bengkel komputer dan service center yang memakai multimeter digital. Kekurangannya
adalah susah untuk memonitor tegangan yang tidak stabil. Jadi bila melakukan
pengukuran tegangan yang bergerak naik-turun, sebaiknya menggunakan multimeter
analog.

Cara menggunakan multimeter digital


hanya lebih sederhana dan lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya karena
menggunakan display 4 digit sehingga mudah membaca dan memakainya.
Putar sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur siap
dipakai.
Hubungkan probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan
dengan alat ukur.
Catat angka yang tertera pada multimeter digital.
Penyambungan probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik
karena display dapat memberitahu.

Fungsi multimeter dan Cara pengukuran dengan multimeter


1. Mengukur tegangan DC
a. Atur Selektor pada posisi DCV.
b. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika
tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
c. Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada
posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
d. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek,
probe warna merah pada posisi (+) dan probe warna hitam pada titik (-) tidak boleh
terbalik.
e. Baca hasil ukur pada multimeter.
2. Mengukur tegangan AC
a. Atur Selektor pada posisi ACV.
b. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika
tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
c. untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada
posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
d. Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek.
Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.
e. Baca hasil ukur pada multimeter.

3. Mengukur kuat arus DC


a. Atur Selektor pada posisi DCA.
b. Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal : arus
yang di cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
c. Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh
multimeter karena jika melebihi batas maka fuse (sekring) pada multimeter akan
putus dan multimeter sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti
dulu.
d. Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat pengukuran tegangan DC dan
AC, karena mengukur arus berarti kita memutus salah satu hubungan catu daya ke
beban yang akan dicek arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
e. Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan probe
(-) pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian arusnya.
f. Baca hasil ukur pada multimeter.

4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)


a. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b. Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan diukur.
c. Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan
jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur.
d. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
e. Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi variabel resistor dan
pastikan penunjukan jarum multimeter berubah sesuai dengan putaran VR.

5. Mengecek hubung-singkat / koneksi


a. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b. Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu).
c. Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung kabel/terminal yang akan
dicek koneksinya.
d. Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan maka
semakin baik konektivitasnya.
e. Jika jarum multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau terminal tersebut
putus.

6. Mengecek transistor NPN


a. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
c. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor .
d. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor
baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
e. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-
) pada kolektor.
f. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
g. Hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
h. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti
transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
i. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-)
pada emitor.
j. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
k. Hubungkan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor.
l. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) padakolektor tidak
diperlukan.

7. Mengecek transistor PNP


a. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b. Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
c. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
d. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor
baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
e. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+)
pada kolektor.
f. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
g. Hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
h. Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor
baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
i. Lepaskan kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+)
pada emitor.
j. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
k. Hubungkan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.
l. Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor tidak
diperlukan.

8. Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko)


a. Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
b. Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai elko
diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko
dibawah 10uF.
c. Hubungkan probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-) elko.
d. Pastikan jarum multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu (tergantung nilai
elko) lalu kembali ke posisi semula.
e. Jika jarum bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor.
f. Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.

9. Cara Menggunakan Amperemeter Pada Multimeter


a. Pastikan terlebih dahulu arus apakah yang akan diukur. AC atau DC
b. Putar saklar pemilih pada posisi mA atau A DC untuk mengukur arus DC dan mA atau
A AC untuk mengukur arus AC
c. Hitung terlebih dahulu berapa nilai arus yang akan diukur. Jika tidak bisa dihitung
tentukan nilai kira-kira arus yang akan mengalir melewati rangkaian tersebut
d. Letakkan saklar pemilih pada batas ukur yang terbesar jika nilai arus yang akan diukur
belum diketahui. Jika arus yang akan diukur telah diketahui perkiraannya, letakkan
saklar pemilih pada batas ukur yang paling mendekati
e. Untuk mengukur arus AC kabel penghubung dapat dihubungkan dengan sumber arus
dan rangkaian atau beban secara bebas. Mengukur arus DC kabel penghubung harus
sesuai. Kabel penghubung warna merah dihubungkan ke kutub positif sumber arus,
sedangkan warna hitam ke rangkaian.
f. Multimeter harus dipasang seri terhadap rangkaian yang diukur
g. Hubungkan kabel penghubung terhadap rangkaian yang akan diukur

10. Pengukuran Resistansi Pada Multimeter


a. Putar saklar pemilih pada posisi Ohm. Selanjutnya putar saklar pemilih sekaligus
mementukan batas ukur yang dipakai. Untuk mengetes kabel misalnya gunakan batas
ukur x1. Untuk mengukur resistor yang tidak diketahui nilainya gunakan batas ukur yang
paling besar. Jika nantinya setelah diukur jarum penunjuk hanya bergerak sedikit ke kiri,
maka saklar putar dapat ke batas ukur yang lebih kecil lagi.
b. Hubung singkatkan kabel hitam dan merah pada multimeter. Atur pengatur nol sehingga
jarum penunjuk berada pada tepat nol sebelah kanan skala
c. Hubungkan kabel hitam dan merah secara bebas ke komponen yang akan ditest. Lihat
skala apakah jarum bergerak atau tidak. Jika skala perlu dibaca untuk mengetahui
resistansi maka bacalah skalalnya.

11. Menguji Kondensator dengan multimeter


Caranya adalah dengan langkah-langkah berikut di bawah ini:
a. Mula-mula saklar multimeter diputar ke atas. Tanda panah ke atas tepatnya R x Ohm
b. Kalibrasi sampai jarum multimeter menunjukkan angka nol tepat saat dua colok (+)
dan colok (-) dihubungkan. Putar adjusment untuk menyesuaikan.
c. Hubungkan colok (-) dengan kaki berkutub negatif kondensator, sedangkan colok (+)
dengan kaki positif kondensator. Lihat jarum. Apabila bergerrak dan tidak kembali
berarti komponen tersebut masih baik. Jika bergerak dan kembali tetapi tidak seperti
posisi semula berarti komponen rusak. Dan apabila jarum tidak bergerak sama sekali
dipastikan putus.
12. Menguji Dioda dengan multimeter
Komponen ini memiliki sepasang kaki yang mana masing-masing berkutub negatif dan
positif. Oleh karena itu dalam menguji nanti hendaknya dilakukan dengan benar dan
cermat. Tujuan pengujian alat ini adalah untuk mengetahui tingkat kerusakan akibat
beberapa hal . Pada dioda yang pernah dipakai dalam suatu rangkaian biasanya
disebabkan besarnya tekanan arus sehingga tidak mampu ditahan dan diubah menjadi
DC.
Cara pengujian:
a. Saklar diputar pada posisi Ohmmeter, 1x dan Kalibrasi.
b. Hubungkan colok (-) dengan kaki negatif (anoda) dan colok (+) dengan kaki positif
(katoda).
c. Kemudian pindahkan pencolok (-) pada kaki anoda dan colok (+) pada kaki katoda. Bila
jarum bergerak berarti dioda tersebut rusak. Jika sebaliknya (tak bergerak) maka dioda
dalam keadaan baik.

13. Menguji Transformator


Transformator saat kita beli harus dan wajib untuk kita check apakah masih baik dan
berfungsi. Karena untuk trafo biasanya tidak diberi garansi apabila rusak setelah dibeli.
Hal ini dimungkinkan adanya pemutusan hubungan di gulungan/lilitan sekunder atau
primer.
Langkah-langkah:
a. Putar multimeter saklar pada posisi Ohm 1x.Kalibrasi.
b. Hubungkan colok (-) dengan salah satu kaki di gulungan primer, colok (+) pada kaki
yang lain di gulungan primer. Bila jarum bergerak maka trafo dalam keadaan baik.
c. Pada gulungan sekunder lakukan hal yang sama. Apabila jarum multimeter bergerak-
gerak maka trafo dalam keadaan baik. Selisih nilai sama dengan selisih tegangan yang
tertera pada trafo.
d. Letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu kaki di gulungan primer kemudian colok
yang lain ke gulungan sekunder. Apabila jarum tidak bergerak maka trafo dalam
keadaan baik, menandakan tidak adanya korsleting gulungan primer dengan sekunder
dengan body trafo. Lakukan hal sebaliknya.
e. Langkah terakhir, letakkan colok (-) atau colok (+) ke salah satu kaki di gulungan primer
atau sekunder kemudian colok yang lain ke plat pengikat gulungan yang berada di tengah.
Apabila jarum tidak bergerak maka trafo dalam keadaan baik, menandakan tidak adanya
korsleting gulungan dengan body trafo.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Alat ukur elektronika adalah suatu alat yang dapat mengetahui besarnya nilai yang
digunakan dalam sebuah alat ukur elektronika berdasarkan tingkat ketelitian tertentu.
Multimeter digunakan untuk mengukur harga resistensi (tahanan),tegangan AC (Alternating
current),tegangan DC (Direct current), dan arus DC.

B. SARAN

Mengukur menggunakan alat ukur elektronik mungkin menjadi sesuatu yang menakutkan
bagi sebagian orang. Hal-hal seperti ini harus dihilangkan karena hal tersebut dapat menjadi
kendala pada saat kita melakukan pengukuran. Mengukur tidaklah susah jika kita tidak
membuatnya susah. Yang harus kita perhatikan ketika ingin memulai suatu pengukuran
adalah bagaimana langkah-langkahnya atau prosedur pengukuran tersebut. Apabila dalam
melakukan suatu pengukuran kita telah melaksanakannya sesuai prosedur, maka hasilnya
pun akan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Maka dari itu,janganlah pernah takut untuk
melakukan sebuah pengukuran menggunaakan alat ukur elektronik. Mudah-mudahan artikel
ini bisa menjadi suatu referensi untuk kita untuk mulai mencoba melekukan pengukuran
menggunakan alat ukur elektronik.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Multimeter
http://nabilarik.blogspot.com/2010/02/alat-ukur-multimeter.html
http://www.borneoflasher-training.com/showthread.php?t=129
http://abisabrina.wordpress.com/2010/07/29/mengenal-multimeter/
http://forum.djawir.com/elektronika-handphone-128/penggunaan-multitester-
digital-23644/
http://www.sisilain.net/2010/10/pengertian-dan-fungsi-multimeter.html
http://abisantoso.multiply.com/journal
http://marulloh.multiply.com/journal/1/PRINSIP_KERJA_MULTIMETER

Anda mungkin juga menyukai