PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi kerakyatan merupakan istilah yang relative baru, yang dipopulerkan untuk
menggantikan istilah ekonomi rakyat yang konotasinya dianggap berlawanan dengan
ekonomi konglomerat. Ekonomi rakyat dianggap pula diskriminatif karena didesain untuk
secara terang-terangan memihak pada salah satu sector dan sastra ekonomi tertentu, yaitu
ekonomi rakyat. Munculnya konsep tersebut merupakan reaksi atas praktik-praktik pelaku
ekonomi yang tidak adil bagi sebagian besar rakyat Indonesia dalam menikmati hasil-hasil
pembangunan.
Selama krisi ekonomi Indonesia, pada dekade terakhir di abad-20 sampai abad-21,
sesungguhnya ekonomi rakyat mampu menunjukkan daya tahan yang luar biasa dalam
menghadapi gempuran krisis multi-demesional yang melanda negeri ini. Ketika banyak
perusahaan besar mengalami kebangkrutan, perekonomian rakyat justru mampu bertahan di
tengah badai krisis yang melanda. Walaupun keberpihakan Negara (pemerintah) kepada
ekonomi kerakyatan selama ini dirasakan kurang, mereka masih mampu bertahan dalam
terpaan krisis ekonomi di negeri ini. Oleh karena itu, kebijakan pemberdayaan ekonomi
rakyat merupakan jalan alternative lain yang tidak bisa lagi ditunda-tunda untuk
mengembangkan perekonomian di Indonesia. Yang amat diperlukan sekarang adalah
kebijakan yang sebenarnya tidak mahal yaitu perlindungan dan pemihakan sepenuh hati pada
kepentingan-kepentingan perekonomian rakyat.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Dari perumusan masalah di atas tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
Dalam perkembangannya, secara garis besar, pemerintahan orde lama, menganut dua sistem
ekonomi, yakni sistem ekonomi sosialis-etatisme (terpimpin [1959 1967]) dan
sistem ekonomi liberal [1950 1957]. Sistem ini mengalami kegagalan, terutama
karena pengusaha pribumi ketika itu masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha
non pribumi, terutama pengusaha Cina. Sistem ini justru hanya memperburuk kondisi
perekonomian Indonesia yang baru mengenyam kemerdekaannya. Berbagai kebijakan yang
dilakukan untuk mengatasi kondisi tersebut, antara lain adalah pemotongan nilai uang
(sanering) untuk tujuan pengendalian tingkat harga, menumbuhkan wiraswastawan pribumi
dan mendorong importir nasional untuk bisa bersaing dengan perusahaan impor asing melalui
kebijakan Kabinet Natsir. Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang
cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
Di awal pemerintahan orde baru adalah tingginya inflasi yang diwarisi oleh pemerintah orde
lama mencapai 650%, dan defisit APBN lebih besar dari seluruh jumlah penerimaannya,
demikian juga nilai tukar rupiah yang tidak stabil adalah merupakan gambaran singkat betapa
hancurnya perekonomian kala itu. Kondisi ini mendorong pemerintahan orde baru untuk
melakukan pinjaman luar negeri melalui IGGI. Ditinjau dari berbagai aspek, ada berbagai hal
menarik dalam pemerintahan orde baru, salah satunya adalah sistem perencanaan
pembangunan yang disebut REPELITA. Pemerintah memiliki rencana pembangunan jangka
pendek, menengah dan jangka panjang yang disusun secara komperehensif dan terintegrasi.
Hal ini memiliki dampak yang sangat signifkan dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia
Hal yang sama juga terjadi pada peralihan pemerintah orde baru kepada pemerintah era
reformasi. Nilai tukar rupiah melemah yang dibarengi dengan pembengkakan utang luar
negeri sebagai akibat krisis ekonomi 1998. Untuk mengatasi berbagai persoalan ekonomi,
pemerintahan Habibie berusaha keras untuk melakukan perbaikan kondisi ekonomi melalui
rekapitulasi perbankan, rekonstruksi perekonomian Indonesia, likuidasi beberapa bank
bermasalah, menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan mengesahkan
Pada masa kepemimpinan SBY, pemerintah melakukan pengurangan subsidi BBM dengan
menaikkan harga BBM. Pemerintah juga melakukan program konversi bahan bakar minyak
ke bahan bakar gas. Efisiensi subsidi BBM dialihkan ke sektor pendidikan dan kesehatan,
serta bidang-bidang yang mendukung kesejahteraan masyarakat seperti bantuan langsung
tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Pada tahun 2006 Indonesia berhasil melunasi seluruh
sisa hutang pada IMF (International Monetary Fund).
Dalam TAP MPR NO. XVI/1998 ditegaskan tentang perlunya penerapan system
ekonomi kerakyatan yang berpihak pada upaya-upaya pemberdayaan ekonomi rakyat.
Pemberdayaan rakyat dianggap urgen, bukan saja karena sector ekonomi rakyat ini dari
sector ekonomi menengah dan besar, tetapi juga karena ketimpangan ekonomi dan
kesenjangan social antara keduanya sudah terlalu besar, sehingga menimbulkan kecemburuan
besar. Sistem ekonomi Indonesia adalah system ekonomi berkerakyatan yang mampu
mewujudkan demokrasi dalam tatanan ekonomi nasional. System nilai atau ideologi suatu
bangsa akan menentukan system ekonomi melalu bekerjanya lembaga-lembaga ekonomi
yang dibentuk oleh masyarakat. Ideology ekonomi kerakyatan merupakan himpunan gagasan
yang menjadi landasan tindakan-tindakan ekonomi warga masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya dan secara bersama mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Globalisasi dan perubahan tatanan perekonomian dunia yang sedemkian cepat harus
dengan cermat diamati untuk diantisipasi setepat dan sedini mungkin. Oleh karena itu, dunia
usaha dunia usaha harus disiapkan dan mempersiapkan diri menhadapi kecengderungan
global kearah perekonomian pasar yang bebas yang masih akan terus bergulir, terutama
dikawasan Asia Pasifik (APEC) dan dikawasan ASEAN (AFTA). Kewirausahaan adalah
semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang menangani usaha atau kegiatan yang
mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk
baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik. Oleh
karena itu, asas pokok kewirausahaan adalah sebagai berikut:
Secara potensial Allah telah menyediakan sumber daya alam yang cukup dieksploitasi
bagi kepentingan kehidupan manusia. Aktivitas kerja secara bertanggung jawab dan penuh
perhitungan adalah sesuatu yang mutlak dalam mengolah dan memanfaatkan semua kekayaan
alam di dunia ini . semangat kerja sama dalam kleseimbangan mutlak diwujudkan agar
terbina kehidupan yang seimbang, serasi, dan harmonis. Islam sebagai ajaran yang bersifat
universal memberikan seperangkat aturan dan hukum dalam mengatur kehidupan manusia di
dunia agar terwujud suatu kehidupan yang harmonis dalam rangka pengabdian kepada Allah.
Berkaitan dengan pembangunan ekonomi ,Islam memiliki satu pandangan yang khas
mengenai kehidupan ini. Pengabdian kepada Allah merupakan bentuk dari fungsi dan
peranan manusia sebagai khalifah dimuka bumi untuk memakmurkan kehidupan, baik secara
material maupun spiritual. Oleh karena itu, unsur-unsur penting untuk menyusun strategi
pembangunan dalam Islam meliputi:
1. Perlunya mengendalikan permintaan yang berlebihan.
2. Perlunya mengembangkan aspek motifasi manusia.
3. Mengembangkan kerangka sosila ekonomi sebagai unsure penunjang dalam
pembangunan.
4. Pentingnya peranan Negara dalam mengembangkan potensi ekonomi masyarakat.
Dari beberapa hal tersebut tampak bahwa Islam memberikan pesan moral dalam
perilaku konsumsi, yaitu perlunya dikembangkan sikap kesederhanaan dan moralitas yang
tinggi agar kualitas hidup manusia bias ditingkatkan dan dipertahankan dalam jangka waktu
yang panjang .
System ekonomi dalam Islam memiliki beberapa prinsip dasar sebagai berikut:
1. Individu mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat atau membuat suatu
keputusan yang dianggap perlu, selam hal itu tidak menyimpang dari kerangka syariat Islam
untuk mencapai kesejahtraan masyarakat yang optimal dan menghindari kemungkinan
terjadinya kekacauan dalam msyarakat.
Oleh karena budaya kerja islami bertumpu pada al-akhlaq al-karimah, umat islam
seharusnya menjadikan akhlaq sebagai energi batin yang terus menyala, dan mendorong
setiap langkah kehidupannya dalam koridor jalan yang lurus. Semangat dirinya adalah dari
Allah, di jalan Allah, dan untuk Allah.
Ciri-ciri orang yang mampunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dala sikap
dan tingkah lakunya yang berlandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam, bahwa
bekerja itu adalah ibadah dan berprestasi indah. Ada semacam panggilan dari hatinya untuk
secara terus menerus memperbaiki diri, mencari prestasi (bukan prestise), dan akan tampil
sebagai bagian dari umat yang terbaik (khairu ummah).
Salah satu esensi dan hakikat dari etos kerja adalah cara seseorang menghayati,
memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu. Waktu merupakan deposito yang
paling berharga yang dianugerahkan Allah kepada setiap orang di bumi ini secara gratis dan
merata sempurna. Bagi umat muslim, waktu adalah asset ilahiyyah yang sangat berharga.
Oleh karena itu rugi besar bagi umat muslim yang mengabaikan waktu.
Di sisi lain, keyakinan akan nilai tauhid menyebabkan setiap muslim memiliki
penghayatan terhadap ikrar iyyaka nabudu (hanya kepada Allah-lah setiap muslim
Pribadi yang memiliki etos kerja islami juga akan menjadikan silaturrahmi sebagai
salah satu pengmbangan dirinya, karena bukan saja memiliki nilai ibadah yang
bersifat ukhrawi (keakhiratan), tetapi juga merupakan factor produksi potensial yang hasilnya
juga dapat dipetik di dunia. Silaturahmi memuai tiga sisi yang sangat menguntungkan bagi
umat muslim:
Pertama, meberikan nilai ibadah;
Kedua, apabila dilakukan dengan kualitas akhlaq yang mulia silaturahmi akan
memberikan impresi bagi orang lain, sehingga ia akan dikenang banyak orang; dan
Ketiga, bahwa silaturrahmi dapat memberikan satu alur informasi yang memberikan
peluang dan kesempatan usaha.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan upaya-upaya keras untuk mengatasinya telah
memicu munculnya pandangan yang berbeda-beda. Khusus tentang kebijakan dan program
untuk menggerakkan kembali roda kegiatan ekonomi rakyat yang ikut terpuruk, muncul duan
pendapat yang berbeda:
Pertama, perlunya membantu ekonomi rakyat melalui restrukturisasi sektor modern,
terutama sector perbankan.
Kedua, diperlukannya upaya langsung dalam pemberdayaan ekonomi rakyat.
Kesimpulan
Buku Pendidikan Kewarganegaraan, Drs. H. Andi Baso, M.Pd.I, Drs. H. Nasrun Hasan, M.Pd