Anda di halaman 1dari 73

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hidup sehat dan memperoleh derajat kesehatan yang optimal itu merupakan hak setiap
orang di Republik ini, termasuk masalah kesehatan jiwa. Dalam UU NO. 23 tahun 1992
tentang kesehatan pasal (4) disebutkan setip orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan
ekonomis.
Menurut Sudiyanto (2007) ciri utama kesehatan jiwa seseorang, adalah ada keserasian
antara keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat mandiri, bertanggung jawab,
bersikap matang, serta dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya.
Jika salah satu ciri utama itu terganggu, berarti kesehatan jiwa seseorang individu bisa
dikatakan terganggu. Apabila fungsi kejiwaan seseorang terganggu, maka ia dapat
mempengaruhi bermacam-macam fungsi seperti pada ingatan, orientasi, psikomotor,
proses berfikir, persepsi, intelegensi papa kepribadian dan lain-lain. Oleh sebab itu,
menurut WHO, jika 10% dari populasi mengalami masalah kesehatan jiwa maka harus
mendapat perhatian karena termasuk rawan kesehatan jiwa. Sejalan dengan paradigma
sehat yang di canangkan departemen kesehatan yang lebih meningkatkan upaya pro-aktif,
melakukan pencegahan dari pada menunggu di rumah sakit sampai kini orientasi upaya
kesehatan jiwa lebih pada pencegahan (preventif) dan pengenalan (promotif). Upaya itu
mlibatkan banyak profesi, selain psikiater, dokter, juga perawat, psikolog, sosiolog,
antropolog, dan lain-lain.
Menut Irmansyah (2009), gelaja seseorang yang menderita masalah kejiwaan
sebenarnya dapat di ketahui sejak dini. Dengan demikian, pengobatannya juga dpaat di
upayakan dengan segera. Namun, hingga kini data nasional untuk mengetahui jumlah
penerita gangguan jiwa di Indonesia tidak diketahui secara pasti, data badan kesehatan
dunia (WHO) hingga Oktober 2007 mencatat jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia
mencapai 26 juta orang.
Salah satu kesehatan jiwa yang sering terjadi dan menimbulkan bahaya yang cukup
misalnya halusinasi. Halusinasi merupakan tanggapan indera terharap rangsangan yang
datang dari luar, dimana rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan penglihatan,

1
penciuman, pendengaran, pengecapan, dan perabaan. Interpretasi terhadap rangsangan
yang datang dari luar itu dapat menggalami gangguan sehingga terjadilah slaah tafsir
(missingterpretation). Salah tarfir tersebut terjadi antara lain karena, adanya afek yang luar
biasa, seperti marah, takut, tercegang (exscited), sedih dan nafsu yang memuncak sehingga
terjadi gangguan atau perubahan persepsi (Wahono, 2004).
Halusinasi adalah perubahan sensori persepsi pendengaran atau penglihatan adalah
suesuatau dimana keadaan seseorang mengalami dalam jumlah dan pola dari stimulus ang
melekat (yang di prakarsai secara internal, dan eksternal) disertai dengan suatu
pengurangan , berlebih-lebihan, destresi, atau kelainan berespon pada stimulus
Berdasarkan pada latar belakang diatas penulis ingin memberikan asuhan keperawatan
jiwa khususnya halusinasi penglihatan dengan pelayanan kesehatan secara holistik dan
komunikasi terapeutik dalam meingkatkan kesejahteraan serta mencapai tujuan yang di
harapkan. Oleh karena itu, penting untuk di tindak lanjuti melalui studi kasus tentang
Asuhan Kperawatan Dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Penglihatan Tn. AA
di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah konsep dasar dari skizofrenia dan konsep dasar dari halusinasi?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan proses keperawatan pada klien Tn.
AA dengan halusinasi penglihatan di Ruang Nakula RSJ Provinsi Bali
2. Tujuan Khusus
a. Penulis dapat melakukan pengkajian analisa data, merumuskan masalah
keperawatan, membuat pohon masalah, menetapkan diagnosa, dengan halusinasi
penglihatan
b. Penulis dapat menyusun renacan kegiatan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien.
c. Penulis dapat mengimplementasikan recana tindakan keperawatan yang nyata
sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah di tegakkan.
d. Penulis dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah di
lakukan .
e. Penulis dapat melakukan pengdokumentasian asuhan keperawatan

D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang dpaat di ambil dari ashan keperawatan ini antara lain adalah,
1. Bagi Institusi Kesehatan

2
Diharapkan dapat menambah informasi dari pihak di rumah sakit dalam mengambil
kebijakan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan dapat menambah informasi yang ada khususnya bagi keperawatan jiwa
tersebut dalam menangani ksus-kasus yang berhubungan dengan halusinasi.
3. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dalam hal ini bagaimana
melaksanakan pelayanan keperawatan terutama dalam menangani klien dengan
gangguan halusinasi penglihatan
4. Bagi Institusi
Merupakan bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam mengetahui dan
memahami tentang pasien dengan halusinasi penglihatan
5. Bagi Masyarakat
Penulis ini di harapkan menjadi bahan masukan bagi masyarakat khusunya mengenai
penyakit gangguan jiwa pada masyarakat terutama yang terkait dengan halusinasi.

3
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Laporan pendahuluan
1. Konsep Dasar Skizofrenia
a. Pengertian
Skizofrenia (schizophrenial) merupakan suatu gangguan yang terjadi pada fungsi
otak dan melibatkan banyak sekali faktor. Faktor -faktor itu meliputi perubahan
struktur fisik, otak, perubahan struktur kimia otak dan faktor genetik. (Yosep, 2011,
hal. 211)
Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada
proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi
kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan
halusinasi, asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi.
(Direja, 2011, hal. 95)
b. Penyebab
Hingga sekarang belum ditemukan penyebab yang pasti mengapa seseorang
menderita skizofreni, padahal orang lain tidak. Ternyata dari penelitian-penelitian
yang telah dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut
penelitian mutakhir
(Yosep, 2011, hal. 59) antara lain:
1. Faktor genetik yaitu pewarisan sifat dari gen kepada turunannya, jika sebelumnya
terdapat keluarga yang mengalami skizofrenia, kemungkinan anak turunannya
juga akan mengalami hal yang sama.
2. Virus
3. Auto antibody
4. Malnutrisi dapat menyebabkan skizofrenia terutama jika mengalami kekurangan
gizi pada masa kehamilan.
c. Tanda dan Gejala
Secara umum gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi 2 yaitu gejala positif dan
gejala negatif (Yosep, 2011, hal. 212) yaitu:

4
1. Gejala positif :
Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu
menginterprestasikan dan merespon pesan atau rangsangan yang datang. Penderita
skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya
tidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Gejala
yang biasanya timbul yaitu klien merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang
suara itu dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapi kadang suara itu
menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat berbahaya seperti bunuh diri.
2. Gejala negatif
Penderita skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan
minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang malas. Karena
penderita skizofrenia hanya memiliki energi yang sedikit, mereka tidak bisa
melakukan hal-hal yang lain selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul
membuat emosi penderita skizofrenia menjadi datar. Penderita skizofrenia tidak
memiliki ekspresi baik dari raut muka maupun gerakan tangannya, seakan-akan dia
tidak memiliki emosi apapun. Tapi ini tidak berarti bahwa penderita skizofrenia
tidak bisa merasakan perasaan apapun. Mereka mungkin bisa menerima pemberian
dan perhatian orang lain, tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka.
d. Jenis-jenis skizofrenia
1. Skizofrenia simplek dengan gejala utama kedangkalan emosi dan kemunduran
kemauan.
2. Skizofrenia hebefrenik gejala utama gangguan proses pikir, gangguan kemauan,
dan depersonalisasi. Banyak terdapat waham dan halusinasi.
3. Skizofrenia katatonik, dengan gejala utama pada psikomotor seperti stupor
maupun gaduh gelisah katatonik.
4. Skizofrenia paranoid, dengan gejala utama kecurigaan, yang ekstrim disertai
waham kejar atau kebesaran.
5. Episode skizoprenia akutadalah kondisi akut mendadak yang disertai dengan
perubahan kesadaran, kesadaran mungkin berkabut.
6. Skizofrenia psiko-aktif, yaitu adanya gejala utama skizofrenia yang menonjol
dengan disertai gejala depresi atau mania.

5
7. Skizofrenia residual adalah skizoprenia dengan gejala-gejala primernya dan
muncul setelah beberapa kali serangan skizofrenia.
2. KonsepDasar Halusinasi
a. Pengertian
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunialuar). Klien member
persepsi atau pendapat tentang lingkungan nyata pada objek atau rangsang yang nyata.
Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang
berbicara (Direja, 2011, hal 109)
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang datang
disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus
tersebut (Nanda-I,2012)
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari
luar.Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan
bagian dari kehidupan mental penderita yang teresepsi (Yosep, 2010, dikutip dari
Damaiyanti, 2012, hal 53)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, pengelihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan.Klien merasakan stimulus (Damaiyanti, 2008,
hal 53)

6
b. Rentang Respon Neurobiologis menurut
(Ade Herman, 2011, Hal.110) dapat digambarkan :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Kadang-kadang Waham


Persepsi akurat proses pikir terganggu Halusinasi
Emosi konsisten dengan Ilusi Kerusakan proses
pengalaman Reaksi emosi emosi
Perilaku cocok berlebihan atau Perilaku tidak
Hub sosial harmonis kurang terorganisasi
Perilaku yang tidak Isolasi sosial
biasa
Menarik diri

Bagan 1. Rentang Respon Neurobiologis

Rentang respon neurobiologis pada gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut
Respon Adaptif :
a) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b) Persepsi akuratadalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
c) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.

7
d) Prilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e) Hubungan sosial harmonis adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkunan
2) Respon Psikososial
a) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
b) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
c) Emosi berlebihan atau kurang.
d) Prilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
3) Respon Maladaptif

a) Waham : keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak


diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
b) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
c) Kerusakan Proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d) Perilaku tidak terorganisasi merupakan sesuatu yang tidak teratur.
e) Isolasi Sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai ketentuan oleh orang
lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.
(Damaiyanti, 2012, hal 54)

Berdasarkan bagan diketahui bahwa halsusinasi merupakan respon persepsi


paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasidan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan,
dan perabaan), sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada.

c. Psikopatologi
1) Etiologi
a) Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya
halusinasi (Yosep, 2009 hal. 218) antara lain :

8
(1) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya control
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil, mudah frustasi hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
(2) Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.

(3) FaktorBiokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusi nogenik neuro kimia seperti Buffenon
dan Dimetytranferase(DMP). Akibat setres berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan
acetylcholine dan Dopamin.

(4) FaktorPsikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alamnya menuju alam khayal.

(5) Faktorgenetikdanpolaasuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyaki ini.

b) Faktor Presipitasi
(1) Prilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
peraasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, prilaku merusak diri, kurang

9
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakaan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut (Rawlins dan
Heacock, 1993 dalam Yosep, 2007, hal.218) mencoba memecahkan
masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang
individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-
psiko-sosial-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi
yaitu :
(a) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu
yang lama.
(b)Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup
lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut
klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
(c) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
haliusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku klien.
(d)Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase comforting,
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata.
Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu tersebut,
sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang
lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting

10
dalam melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan
mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman
interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak
menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya
dan halusinasi tidak berlangsung.
(e) Dimensi Spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupa secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama sirkardiannya
terganggu, karena ia sering tidur larut malam dan bangun sangat
siang. Saat bangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia
sering memaki takdir tapi lemah dalam menjemput rejeki,
menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdir
memburuk
2) Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada pasien dengan halusinasi menurut (Damaiyanti, 2012, hal.
58) adalah sebagai berikut :

a) Bicara sendiri
b) Senyum sendiri
c) Ketawa sendiri
d) Menggerakkan bibir tanpa suara
e) Penggerakan mata yang cepat
f) Respon verbal yang lambat
g) Menarik diri dari orang lain
h) Berusaha untuk menghindari orang lain
i) Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata
j) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
k) Perhatian dengan lingkungan yang kuranga tau hanya beberapa detik
l) Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori
m) Sulit berhubungan dengan orang lain
n) Ekspresi muka tegang
o) Mudah tersinggung, jengkel dan marah

11
p) Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
q) Tampak tremor danberkeringat
r) Perilaku panik
s) Agitasi dan kataton
t) Curiga dan bermusuhan
u) Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan
v) Ketakutan
w) Tidak dapat mengurus diri
x) Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang
3) Fase-fasehalusinasi
Tahapan halusinasi klien dapat dibedakan menjadi 5
(Yosep, 2009, hal222) :

TABEL 1

FASE HALUSINASI DAN KARAKTERISTIK

Fase Halusinasi Karakteristik

12
1 2

Klien merasa banyak masalah, ingin menghindari dari


Stage I: lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya
banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena
Sleep Disorder
berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil,
Fase awal seseorang terlibat narkoba, dihianati kekasih, masalah di kampus,
sebelum muncul halusinasi PHK di tempat kerja, penyakit, utang, nilai di kampus,

drop out dsb. Masalah terasa menekan karena


terakumulasi sedangkan support system kurang dan
persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur
berlangsung terus menerus sehingga terbiasa
menghayal. Klien menganggap lamunan-lamunan awal
tersebut sebagai pemecahan masalah.

Stage II : Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya


perasaan cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan
Comforting Moderate level
dan mencoba memusatkan pemikiran pada timbulnya
of anxiety
kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran
Halusinasi secara umum ia dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya
terima sebagai sesuatu yang diatur, dalam tahap ini ada kecendrungan klien merasa
alami nyaman dengan halusinasinya.

13
1 2

Stage III : Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan


mengalami bias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi
Condemning Severe level
mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga jarak
of anxiety
antara dirinya dengan obyek yang dipersepsikan klien
Secara umum halusinasi mulai menarik diri dari orang lain dengan intensitas
sering mendatangi klien waktu yang lama.

Stage IV : Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori


abnormal yang datang. Klien dapat merasakan kesepian
Controlling seevere level of
bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase
anxiety
gangguan psycotic
Fungsi sensori menjadi
tidak relevan dengan
kenyataan

Stage V : Pengalaman sensori terganggu, klien mulai merasa


terancam dengan datangnya suara-suara terutama bila
Conquering Panic level of
klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah yang
anxiety
ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat
Klien mengalami gangguan berlangsung selama minimal 4 jam atau seharian bila
dalam menilai klien tidak mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi
lingkungannya gangguan psikotik berat.

14
4) Jenis Halusinasi
a) Halusinasi Non Patologis
Menurut NAMI (National Alliance For Mentally III, dalam Dermawan dan
rusdi, 2013, hal. 3) halusinasi dapat terjadi pada seseorang yang bukan
penderita gangguan jiwa. Pada umumnya terjadi pada klien yang mengalami
stress yang berlebihan atau kelelahan bisa juga karena pengaruh obat-obatan
(Halusinasinogenik)
Halusinasi ini antara lain :
(1) Halusinasi Hipnogonik : Persepsi sensori yang palsu yang terjadi sesaat
sebelum seseorang jatuh tertidur.
(2) Halusinasi Hipnopompik :Persepsisensori yang palsu yang terjadi pada
saat seseorang terbangun tidur.
b) Halusinasi Patologis
Halusinasi ada lima macam :

(1) Halusinasi pendengaran (Auditory)


Klien mendengar suara dan bunyi tidak berhubungan dengan stimulasi
nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
(2) Halusinasi Penglihatan (Visual)
Klien melihat gambar yang jelas atau samar tanpa timulus yang nyata dan
orang lain tidak melihat
(3) Halusinasi penciuman (Olfactory)
Klien mencium bau yang muncul dari sumber tentang tanpa stimulus yang
nyata dan orang lain tidak mencium.
(4) Halusinasi Pengecapan (Gusfactory)
Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata. Biasa merasakan makanan
yang tidak enak
(5) Halusinasi Perabaan (Taktil)
Klien merasakan sesuatu pada kulit tanpa stimulus yang nyata.
d. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi menurut (Direja,
2011, hal 113) meliputi :
1) Regresi, kembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang bersifat
primitif).
2) Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
3) Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
e. PenatalaksanaanMedis
Penatalaksanaan medis pada Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

15
dengan mengacu pada diagnosa medis skizofrenia yaitu
a) Terapi Somatik
Indikasi pemberian obat antipsikotik pada pasien skizoprenia adalah: pertama
untuk mengendalikan gejala aktif dan kedua mencegah kekambuhan. Efektivitas
antipsikotik dalam pengobatan nda ia telah dibuktikan oleh berbagai peneliti buta
ganda yang terkontrol. Untuk anti psikotik tipikal atau yang pertama, tidak ada
bukti bahwa obat yang satu lebih baik dari obat yang lain untuk gejala-gejala
tertentu. Strategi pengobatan tergantung pada fase penyakit apakah akut atau
kronik. Fase akut biasanya ditandai oleh gejala psikotik (yang baru dialami atau
yang kambuh) yang perlu segera diatasi. Tujuan pengobatan disini adalah
mengurangi gejala psikotik yang parah. Dengan fenotiazin biasanya waham dan
halusinasi hilang dalam 2-3 minggu. Biarpun tetap masih ada waham maupun
halusinasi penderita tidak begitu terpengaruh lagi dan menjadi kooperatif.
Pengobatan penderita skizofrenia ditujukan pada gejala-gejala yang menonjol.
Apabila gejala yang menonjol berupa gaduh, gelisah, agresif, delusi, (waham),
halusinasi, sulit tidur dapat diberikan obat antipsikosis dosis efektif besar seperti
chlorpromazine (CPZ) 100 mg dalam bentuk injeksi atau oral sesuai dengan
keadaan klien. Dosis ini diberikan 100-500 mg/hari dan dapat dinaikan sesuai
kebutuhan penderita skizofrenia dengan delusi menonjol, tidak ada atau kurang
gangguan tidur, tidak begitu gaduh dapat diberi trihexyphenidyl (TXP) 5 mg (1-2
kali sehari) atau Halloperidol 2 mg (2 kali sehari). Penderita harga diri rendah
dapat diberikan Stelazine 5 mg (1-3 kali sehari) yang merupakan obat penenang
dengan daya kerja anti psikotik.
b) Terapi Elektro-Konvulsi
Seperti juga terapi konfulsi yang lain, cara kerja elektrokonfulsi belum diketahui
dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek
serangan skizoprenia dan mempermudah kontak dengan penderita. Akan tetapi
terapi ini tidak dapat mencegah serangn yang akan datang. Bila dibandingkan
dengan terapi koma insulin, maka dengan TEK lebih sering terjadi serangan ulang.
Akan tetapi TEK lebih mudah diberikan, dapat dilakukan secara ambulant, bahaya
lebih sedikit, lebih murah dan tidak memerlukan tenaga yang khusus seperti terapi
koma insulin. TEK baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor. Terhadap

16
skizofrenia simplex efeknya mengecewakan: bila gejalanya hanya ringan lantas
diberi TEK, kadang-kadang gejala menjadi lebih berat.(Marawis, 2011 hal 277)
Terapi Elektro Konvulsi (TEK) adalah suatu pengobatan untuk menimbulkan
kejang grandmal secara artifisial dengan melewatkan aliran listrik melalui
elektrode yang dipasang pada satu atau dua tempat. Jumlah tindakan yang
dilakukan merupakan rangkaian yang bervariasi pada tiap pasien tergantung pada
masalah pasien dan respon terapeutik sesuai hasil pengkajian sampai tindakan.
Rentang respon yang paling umum dilakuakan pada pasien dengan gangguan
afektif antara enam sampai dengan dua belas kali, sedangkan pada pasien
skizofrenia biasanya diberikan sampai 30 kali. TEK biasanya diberikan tiga kali
seminggu atau setiap beberapa hari, walaupun sebenarnya bisa diberikan lebih
jarang atau lebih sering. Indikasi penggunaan adalah :
(1) Penyakit depresi berat yang tidak berespon terhadap obatantidepresi atau pada
pasien yang tidak dapat menggunakan obat.
(2) Gangguan bipolar dimana pasien sudah tidak berespon lagiterhadap obat.
(3) Pasien dengan bunuh diri akut yang sudah tidak menerimapengobatan untuk
dapat mencapai efek terapiutik.
(4) Jika efek sampingan TEK yang diantisipasikan lebih rendahdaripada efek
terapi pengobatan, seperti pada pasien lansia dengan blok jantung, dan respon
kehamilan.
c) Psikoterapi
Psikoterapi dalam bentuk psikoanalisis tidak membawa hasil yang
diharapkan, bahkan ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada penderita
dengan skizoprenia karena justru dapat menambah isolasi dan autisme. Yang dapat
membantu penderita adalah psikoterapi suportif (individu atau kelompok, serta
bimbingan yang praktis dengan maksud mengembalikan penderita kemasyarakat.
Teknik terapi prilaku kognitif (Kognitiv Behaviour Therapy) belakangan dicoba
pada penderita skizofrenia dengan hasil yang menjanjikan.
Terapi kerja adalah baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan oranag lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi.
Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang
pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan profesional
secara sukarela dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah, atau

17
menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi prilaku yang terganggu dan
mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif. (Marawis, 2011,
hal.277)

d) Rehabilitasi

Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain atau
berdiri sendiri. Terapi ini terdiri dari: Terapi Okupasi, Terapi Rekreasi, Terapi
Gerak, dan Terapi Musik, yang masing-masing mempunyai tujuan khusus. Salah
satu yang akan dibahas dalam topik ini adalah Terapi Okupasi yaitu suatu ilmu dan
seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan suatu tugas
terpilih yang telah ditentukan, dengan maksud mempermudah belajar fungsi dan
keahlian yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Halusinasi
Proses keperawatan merupakan wahana/sarana kerjasama dengan klien, yang
umumnya pada tahap awal peran perawat lebih besar dari pada peran klien, namun
pada proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar dari peran perawat,
sehingga kemandirian klien dapat dicapai.

Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai


dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan
menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan
untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan,
perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisi, dan
tidak unik bagi individu klien (keliat, 1998, dikutip dari Direja, 2011, hal. 35)

a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial,
dan spiritual (Direja, 2011, hal. 36)

1) Pengumpulan Data (M. Azizah, 2011, hal. 56)


a) Identitas klien dan penanggung jawab

18
Pada identitas mencakup Initial, Umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, agama, alamat dan hubungan dengan
penanggung.

b) Alasan dirawat
Alasan dirawat meliputi: keluhan utama dan riwayat penyakit, keluhan
utama berisi tentang sebab klien atau keluarga datang kerumah sakit dan
keluhan klien saat pengkajian. Pada riwayat penyakit terdapat faktor
predisposisi dan faktor presipitasi. Pada faktor predisposisi dikaji
tentang faktor-faktor pendukung klien untuk mengalami halusinasi.
Faktor presipitasi dikaji tentang faktor pencetus yang membuat klien
mengalami halusinasi.

c) Pemeriksaan fisik
Pengkajian/pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ
tubuh (dengan cara observasi, auskultasi, palpasi, perkusi dan hasil
pengukuran) dalam pengukuran dilakukan pengukuran suhu, nadi,
tekanan darah, pernapasan.

d) Pengkajian psikososial:
Pengkajian pada aspek psikososial dapat dilakukan pada genogram,
konsep diri, hubungan sosial dan aspek spiritual.

(1) Genogram
Genogram dapat dikaji melalui 3 jenis kajian yaitu :

(a)Kajian adopsi : yang membandingkan sifat antara anggota


keluarga biologis/satu keturunan dengan keluarga adopsi
(b) Kajian kembar : yang membandingkan sifat antara anggota
keluarga yang kembar identik secara genetik dengan saudara
yang tidak kembar.
(c) Kajian keluarga : yang membandingkan apakah suatu sifat
banyak kesamaan antara keluarga tinggkat pertama(seperti orang
tua, saudara kandung) dengan keluarga yang lain.

19
(2) Konsep diri (M. Azizah, 2011, hal. 60)
(a) Citra Tubuh
Yaitu kumpulan sikap individu yang disadari terhadap tubuhnya
termasuk persepsi masa lalu/sekarang, perasaan tentang ukuran,
fungsi, penampilan dan potensi dirinya. Ini merupakan persepsi
klien terhadap tubuhnya, bagian tubuhnya yang paling disukai
dan tidak disukai

(b) Ideal diri


Yaitu persepsi individu tentang bagaimana seharusnya ia
berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai
personal tertentu. Ini merupakan bagaimana harapan klien
terhadap tubuhnya, posisi, status, tugas atau peran dan harapan
klien terhadap lingkungan.

(c) Harga diri


Yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan ideal
dirinya. Harga diri tinggi merupakan perasaan yang berakar
dalam menerima dirinya tanpa syarat, meskipun telah melakukan
kesalahan, kekalahan dan kegagalan, ia tetap merasa sebagai
orang penting dan berharga.

(d) Peran
Merupakan harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,
tugas/peran yang diemban dalam keluarga, kelompok,
masyarakat dan bagaimana kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas/peran tersebut.

(e) Identitas
Merupakan kesadaran klien untuk menjadi diri sendiri yang tidak
ada duanya dengan mensintesa semua gambaran diri sebagai satu

20
kesatuan utuh dan perasaan berbeda dengan orang lain. Ini
merupakan bagaimana persepsi tentang status dan posisi klien
sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status/posisi tersebut
(sekolah, pekerjaan, kelompok, keluarga, lingkungan masyarakat
sekitarnya) kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan
(gender)

(3) Hubungan sosial


Hubungan sosial dapat dikaji sebagai berikut

(M. Azizah, 2011, hal. 62) :

(a) Siapa orang yang berarti dalam kehidupan klien, tempat


mengadu, bicara, minta bantuan baik secara material maupun
secara non-material.
(b) Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat, klompok
apa saja yang diikuti dilingkungannya dan sejauh mana ia
terlibat.
(c) Hambatan apa saja dalam berhubungan dengan orang
lain/kelompok tersebut.
(4) Spritual
Aspek spiritual yang dikaji menurut (M. Azizah, 2011, hal. 64)
diantaranya :

(a) Apa agama dan keyakinan klien/keluarganya. Bagaimana nilai,


norma, pandangan dan keyakinan diri klien, keluarga dan
masyarakat setempat tentang gangguan jiwa sesuai dengan
norma budaya dan agama yang dianut.
(b) Kegiatan keagamaan, ibadah dan keyakinan apa saja yang
dikerjakan klien dirumah/lingkungan sekitarnya baik secara

21
individu maupun kelompok, pendapat klien/keluarga tentang
ibadah tersebut
e) Status mental
Pengkajian pada status mental dapat dilakukan pada penampilan,
pembicaraan, aktivitas motorik, afek emosi. (M. Azizah, 2011,
hal. 65)

(1) Penampilan
Observasi pada penampilan umum klien yang merupakan
karakteristik klien yaitu penampilan usia, cara berpakaian,
kebersihan, sikap tubuh, cara berjalan, ekskresi wajah, kontak
mata, dilatasi/konstruksi pupil, status gizi/kesehatan umum.

(2) Pembicaraan
Pada pembicaraan perhatikan bagaimana pembicaraan yang
didapat pada klien, apakah cepat, keras, gagap, inkoherensi,
apatis, lambat, membisu, tidak mampu memulai
pembicaraan, pembicaraan berpindah-pindah dari satu
kalimat kekalimat lainnya yang tidak berkaitan,

(3) Aktivitas motorik


Aktivitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik perlu
dicatat dalam hal tingkat aktivitas (letargi, tegang, gelisah,
agitasi) jenis (tik, seringai, tremor) dan isyarat
tubuh/mannerisme yang tidak wajar

(4) Alam perasaan


Yang perlu diobservasi antara lain : sedih, putus asa atau
perasaan gembira yang berlebih, ketakukan dan khawatir.

(5) Afek
Adapun beberapa gangguan afek dan emosi adalah sebagai berikut :

22
(a) Depresi yaitu keadaan psikologis (dengan manifestasi rasa sedih,
susah, rasa tak berguna, gagal, kehilangan, rasa berdosa, putus asa,
penyesalan tak ada harapan)
(b) Ketakutan/takut yaitu afek emosi terhadap objek yang ditakuti sudah
jelas.
(c) Khawatir, cemas, ansietas yaitu ketakutan pada sesuatu objek yang
belum jelas atau keadaan tidak enak/tidak nyaman yang tidak jelas
penyebabnya. Jenis cemas antara lain : kecemasan mengambang/free
floating anxietas, agitasi, panik atau kecemasan hebat dengan
kegelisahan.
(d) Anhedoneia yaitu tidak timbul perasaan senang dengan aktivitas yang
biasanya menyenangkan bagi dirinya.
(e) Euforia yaitu rasa senang, riang, gembira, bahagia, yang berlebihan
yang tidak sesuai dengan keadaan. Elasa adalah bentuk euforia yang
lebih hebat dan Exaltasi atau extaci adalah suatu bentuk euforia yang
sangat hebat.
(f) Kesepian adalah merasa dirinya ditinggalkan/dipisah-kan dari atau
oleh yang lainnya.
(g) Kedangkalan/tumpul/datar adalah kemiskinan afek/ emosi secara
umum atau kuantitas, tidak ada perubah-an dalam roman muka pada
saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan, bereaksi
bila ada stimulus yang lebih kuat.
(h) Labil adalah emosi yang secara cepat berubah-rubah, tanpa suatu
pengendalian yang baik.
(i) Tak wajar/tidak sesuai adalah emosi yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan stimulus yang ada, keadaan tertentu secara
kuantitatif atau dengan isi pembicaraan/ pikirannya.
(j) Ambivalensi adalah afek/emosi yang berlawanan dan timbul secara
bersama-sama terhadap seseorang, objek atau kondisi tertentu.
(k) Apatis adalah berkurangnya afek/emosi terhadap sesuatu semua hal
yang disertai rasa terpencil dan tidak peduli dengan lingkungan
sekitarnya.
(l) Amarah atau kemurkaan adalah permusuhan yang bersifat agresif,
tidak realistik, menghancurkan dirinya, orang lain, lingkungan yang
sifatnya bukan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapinya.

23
(6) Interaksi selama wawancara
Keadaan yang ditampilkan klien saat wawancara seperti bermusuhan,
tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak mata kurang (tidak mau
menatap lawan bicara), defensif (selalu berusaha mempertahankan
pendapat dan kebenaran dirinya) atau curiga (menunjukan sikap/perasaan
tidak percaya pada orang lain).

(7) Persepsi-Sensorik
Gangguan pada persepsi sensorik diantaranya halusinasi, ilusi, derealisasi,
depersonalisasi, agnosia, gangguan somatosensorik. Pada pasien
halusinasi yang perlu dikaji adalah :

(a) Jenis Halusinasi

Jenis halusinasi dapat dibedakan menjadi lima yaitu : Halusinasi


dengar bila mendengar suara-suara atau kegaduhan tanpa adanya
stimulus yang diberikan, Halusinasi pengelihatan apabila klien melihat
bayangan-bayangan, Halusinasi penghidu bau apa yang tercium oleh
klien, Halusinasi pengecapan rasa apa yang dirasakan klien, Halusinasi
Perabaan bila klien mengatakan merasakan sesuatu dipermukaan
tubuhnya.

(b) Isi Halusinasi

Isi halusinasi dapat dilihat dari hasil pengkajian tentang jenis


halusinasi, baik itu bayangan, suara, pengecapan, perabaan, dan
penciuman.

(c) Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan munculnya


halusinasi.
Ini dapat dikaji dengan mengkaji waktu, frekuensi dan situasi
munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien, kapan halusinasi
terjadi, frekuensinya terus menerus atau kadang-kadang, situasi terjadi
saat klien sendiri atau setelah terjadi kejadian tertentu.

24
(d) Respon Klien
Mengkaji apa yang dilakukan klien ketika halusinasi muncul,
mengobservasi prilaku pasien saat halusinasi muncul.

(8) Proses pikir


Gangguan pada arus dan bentuk pikir dapat dijelaskan dan dibedakan yaitu
Sirkumtansila (pikiran berputar-putar), Tangensial yaitu pembicaraan yang
berbelit-belit dan tidak sampai pada tujuan/maksud yang dibeikan, Asosiasi
longgar (asosiasi bebas/kehilangan asosiasi) yaitu tidak ada hubungan yang
dikatakan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain. Flight of idea
(pikiran melayang) yaitu pembicaraan pada beberapa ide-ide yang
melompat-lompat. Blocking (benturan) yaitu pembicaraan yang berhenti
secara tiba-tiba tanpa adanya gangguan secara eksternal. Perseverasi yaitu
pembicaraan yang berulang-ulang pada suatu ide, pikiran dan tema secara
berlebihan. Inkoheren (irrelevansi) yaitu pembicaraan dimana satu
kalimatpun sulit dipahami maksudnya, pembicaraan tidak ada
hubungannya dengan stimulus/pertanyaan atau hal-hal yang sedang
dibicarakan, Logorhoe yaitu banyak bicara yang bertubi-tubi tanpa adnya
kontrol yang jelas bisa koheren atau inkoheren.

(9) Isi pikir


Gangguan pada isi pikir yaitu Ekstasi/extacy : isi pikiran yang tidak dapat
diceritakan yang dimanifestasikan dengan kegembiraan, fantasi: yaitu isi
pikiran tentang keadaan/kejadian yang diharapkan/diinginkan sebagai hal-
hal yang tidak nyata sebagai pelarian terhadap keinginan yang tiddak dapat
dipenuhinya. Obsesi : isi pikiran yang telah muncul/kokoh walaupun pasien
berusaha menghilangkannya, Hipokondria : isi pikiran yang meyakinkan
adanya suatu gangguan organ didalam tubuh yang dimanifestasikan sebagai
keluhan atau sakit secara fisik, depersonalisasi : yaitu isi pikiran yang
berupa perasaan yang aneh/asing/terhadap dirinya sendiri, orang lain atau
lingkungan sekitarnya.

(10) Tingkat kesadaran

25
Mengobservasi tingkat kesadaran klien, kesadaran dapat digambarkan
sebagai berikut : Apatis ( tidak mengacuhkan terhadap
rangsangan/lingkungan sekitarnya, mulai mengantuk, Somnolensia
(menganatuk dan tidak ada perhatian sama sekali), Bingung delirium,
sedasi : (kacau, merasa melayang antara sadar dan tidak sadar), sopor
(ingatan, orientasi, pertimbangan hilang, hanya berespon terhadap
rangsangan yang keras dan kuat), stupor, subkoma, soporoskomatus tidak
ada terhadap rangsngan yang keras dan tidak mengerti semua yang terjadi
di lingkungan), koma (tidur yang sangat dalam, beberapa reflek hilang
seperti pupil, cahaya, muntah dan dapat timbul reflek yang patologis)

(11) Memori (Daya Ingat)


Daya ingat klien atau kemampuan mengingat hal-hal yang telah terjadi,
daya ingat jangka panjang (memori masa lalu, lama/lebih dari 1 tahun),
daya ingat jangka menengah memori yang diingat dalam 1 minggu terahir
sampai 24 jam terahir, Daya ingat jangka pendek memori yang sangat baru,
tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

(12) Tingkat konsentrasi dan berhitung


Gangguan konsentrasi dan berhitung antara lain : Mudah beralih/mudah
dialihkan, mudah berganti perhatiannya/konsentrasi dari suatu objek ke
objek lainnya. Tidak mampu berkonsentrasi, klien selalu meminta agar
pertanyaan sebelumnya diulang. Tidak mampu berhitung yaitu tidak dapat
melakukan penambahan/pengurangan angka-angka atau benda-benda yang
nyata, sederhana, banyak, rumit atau kompleks.

(13) Kemampuan penilaian/mengambil keputusan


Data yang perlu dikaji melalui wawancara antara lain: Gangguan ringan
yaitu bilamana gangguan ini terjadi ia tetap dapat mengambil keputusan
secara sederhana dengan bantuan orang lain, seperti ia dapat memilih akan
mandi sebelum makan atau sebaliknya. Gangguan bermakna bilamana
gangguan ini terjadi ia tetap tidak dapat/tidak mampu mengambil suatu

26
keputusan meskipun secara sederhana dan mendapatkan bantuan orang
lain.

(14) Daya tilik diri


Gangguan pada daya tilik diri adalah :

(a) Mengingkari penyakit yang diderita, dimana ia tidak menyadari gejala


gangguan jiwa/penyakitnya, perubahan fisik, dan emosi dirinya.
(b) Menyalahkan hal-hal yang diluar dirinya, bilamana ia cenderung
menyalahkan orang lain/lingkungan dan ia merasa orang
lain/lingkungan diluar dirinya yang menyebabkan ia seperti ini/kondisi
saat ini.
f) Kebutuhan persiapan pulang
Data ini harus dikaji untuk mengetahui masalah yang mungkin akan terjadi
atau akan dihadapi klien, kluarga atau masyarakat sekitarnya pada saat klien
pulang atau setelah klien pulang dari rumah sakit, data yang harus dikaji adalah
: Perawatan diri (Mandi, kebersihan, makan, buang air kecil, buang air besar,
dan ganti pakaian) secara mandiri, perlu bantuan minimal atau bantuan total

2) Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data untuk
merumuskan masalah-masalah yang dihadapi klien. Data tersebut diklasifikasikan
menjadi data subyektif dan obyektif:

a) Data Subyektif (Farida, 2010, hal. 50)

Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh pasisen dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan
keluarga

Menyatakan mendengar suara-suara dan melihat sesuatu yang tidak nyata,


tidak percaya terhadap lingkungan, sulit tidur, tidak dapat memusatkan
perhatian dan konsentrasi, rasa berdosa, menyesal dan bingung terhadap

27
halusinasi, perasaan tidak aman, merasa cemas, takut dan kadang-kadang panik
kebingungan.

b) Data Obyektif

Data obyektif yaitu data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat. Tidak dapat
membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, pembicaraan kacau kadang tidak
masuk akal, sulit membuat keputusan, tidak perhatian terhadap perawatan
dirinya, sering manyangkal dirinya sakit atau kurang menyadari adanya
masalah, ekspresi wajah sedih, ketakutan atau gembira, klien tampak gelisah,
insight kurang, tidak ada minat untuk makan.

3) Pohon masalah
Pohon masalah adalah kerangka berpikir logis yang berdasarkan prinsip sebab dan
akibat yang terdiri dari masalah utama, penyebab dan akibat (Fitria, 2009, hal. 60)

Resiko Mencederai Diri


Akibat
Sendiri dan Orang Lain

Perubahan Sensori Persepsi:


Masalah Halusinasi

utama

Kerusakan Interaksi Sosial :


Menarik Diri
Penyebab

Harga Diri Rendah

28
Bagan 2. Pohon masalah Halusinasi

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan klien


mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stresor yang menunjang.
Rumusan diagnosa adalah problem/masalah (P) berhubungan dengan penyebab
(etiologi), dan keduanya ini saling berhubungan sebab akibat secara ilmiah. Diagnosis
ini bisa juga permasalahan (P), penyebab (E), dan simtom/gejala sebagai data
penunjang. Jika pada diagnosis tersebut sudah diberikan tindakan keperawatan, tetapi
permasalahan (P) belum teratasi, maka perlu dirumuskan diagnosa baru sampai
tindakan keperawatan tersebut dapat diberikan hingga masalah tuntas. (Farida, 2010,
hal.51)

Kemudian dapat dirumuskan masalah sehingga ditemukan diagnosa keperawatan, yaitu:

1) Risiko Mencederai Diri Sendiri dan Orang Lain.

2) Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi.

3) Kerusakan Interaksi Sosial : Menarik Diri.

4) Harga Diri Rendah.

c. Perencanaan
Rencana keperawatan mencakup perumusan diagnosis, tujuan serta rencana tindakan
yang telah distandarisasi (Keliat dan Akemat, 2009)

29
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

DIAGNOSA RENCANA KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN TUJUAN
Gangguan Persepsi TUM : Setelah dilakukan asuhan 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling
Sensori : Halusinasi Klien tidak keperawatan selama 2 percaya dengan percaya sebagai
mengalami kali pertemuan menggunakan prinsip dasar interaksi
TUK 1 Halusinasi diharapkan pasien komunikasi terapeutik. yang terapeutik
a. Sapa klien dengan
mampu : antara perawat
nama baik verbal
TUK 1 : 1. Menunjukkan dan klien.
maupun non verbal. 2. Ungkapan
Klien dapat membina ekspresi wajah
b. Perkenalkan diri
perasaan oleh
hubungan saling bersahabat.
dengan sopan.
2. Menunjukkan klien sebagai
percaya. c. Tanyakan nama
rasa senang bukti bahwa klien
lengkap klien dan
3. Mau
mempercayai
nama panggilan
menyebutkan
perawat.
yang disukaiklien.
namanya 3. Empati perawat
d. Jelaskan tujuan
4. Mau duduk
akan
pertemuan.
berdampingan
e. Jujur dan menepati meningkatkan
dengan perawat
janji. hubungan
5. Mau menjawab
f. Tunjukkan sikap
terapeutik
salam

30
6. Mau yang empati dan perawat-klien.
mengutarakan menerima klien apa
masalah yang adanya.
g. Berikan perhatian
dihadapi.
kepada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar.
2. Dorong klien dan
berikesempatan untuk
mengungkapkan
perasaanya.
3. Dengarkan ungkapan
klien dengan rasa
empati.
TUK 2 TUK 2 Setelah dilakukan asuhan 1. Adakan kontak secara 1. Mengurangi
Klien dapat mengenal keperawatan selama 1 sering dan singkat waktu kosong
2. Observasi tingkah laku
Halusinasinya. kali pertemuan bagi klien untuk
verbal dan non verbal
diharapkan pasien menyendiri.
klien yang terkait 2. Mengumpulkan
mampu :
dengan halusinasi data intervensi
1. Menyebutkan
(sikap seperti terkait dengan
waktu, isi,
mendengarkan halusinasi.
frekuensi dan
3. Memperkenalkan
sesuatu, bicara atau
timbulnya
hal yang
tertawa sendiri,
halusinasi.

31
2. Mengungkapkan terdiam di tengah- merupakan realita
perasaan terhadap tengah pembicaraan). pada klien.
3. Terima halusinasi 4. Melibatkan klien
hausinasinya.
sebagai hal yang nyata dalam
bagi klien dan tidak memperkenalkan
nyata bagi perawat. halusinasinya.
4. Identifikasi bersama 5. Mengetahui
klien tentang waktu koping klien
munculnya halusinasi, sebagai data
isi halusinasi dan intervensi
frekuensi timbulnya keperawatan
halusinasi. selanjutnya.
5. Dorong klien untuk 6. Membantu klien
mengungkapkan mengenali tingkah
perasaannya ketika lakunya saat
halusinasi muncul. hausinasi.
6. Diskusikan dengan
klien mengenai
perasaannya saat
terjadi halusinasi.
TUK 3 TUK 3 Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi tindakan 1. Mengetahui cara-
Kliendapatmengontro keperawatan selama 1 klien jika halusinasi cara klien
lhalusinasinya. kali pertemuan terjadi mengatasi
2. Bersama klien
diharapkan pasien halusinasi baik

32
mampu : rencanakan kegiatan yang positif
1. Menyebutkan untuk mencegah maupun yang
tindakan untuk terjadinya halusinasi. negative.
3. Diskusikan cara 2. Melibatkan klien
mengendalikan
mengatasi halusinasi. dalam
halusinasinya.
4. Dorong klien untuk
2. Menyebutkan menentukan
memilih cara yang
carabaru. rencana.
3. Memilih cara disukai untuk 3. Memberikan
mengatasi mengontrol halusinasi. informasi dan
5. Beripujian atas pilihan
halusinasi yang alternative cara
klien yang tepat.
telah di mengatasi
6. Dorong klien untuk
diskusikan halusinasi pada
melakukan tindakan
dengan klien. klien.
yang telahdipilih.
4. Melaksanakan 4. Memberi
7. Diskusikan dengan
cara yang telah kesempatan pada
klien hasil atau upaya
dipilih untuk klien untuk
yang telah dilakukan.
mengendalikan memilih cara
halusinasinya. sesuai kehendak
5. Mengikuti terapi
dan
aktifitas
kemampuannya.
kelompok. 5. Meningkatkan
rasa percaya diri
klien.
6. Motivasi respon

33
kllien atas upaya
yang telah
dilakukan.
7. Melibatkan klien
dalam
menghadapi
masalah
halusinasi
lanjutan.
TUK 4 TUK 4 Setelah dilakukan asuhan 1. Bina hubungan 1. Sebagai upaya
Klien dapat keperawatan selama 1 saling percaya membina
dukungan dari kali pertemuan dengan klien. hubungan
2. Kaji pengetahuan
keluarga dalam diharapkan pasien terapeutik dengan
keluarga tentang
mengontrol mampu : keluarga.
halusinasi dan 2. Mencari data awal
halusinasinya. 1. Klien dapat
tindakan yang untuk menentukan
membina
dilakukan keluarga intervensi
hubungan saling
dalam merawat selanjutnya.
percaya dengan
3. Penguatan untuk
klien.
perawat.
3. Beri penguatan menghargai upaya
2. Keluarga dapat
positif atas upaya keluarga.
menyebutkan
4. Memberikan
yang baik dalam
pengertian, tanda
informasi dan
merawat klien.
dan tindakan
4. Diskusikan dan mengajarkan

34
untuk ajarkan dengan keluarga tentang
mengendalikan keluarga tentang halusinasi dan
halusinasi. :halusinasi, tanda- cara merawat
tanda dan cara klien.
5. Pujian untuk
merawat halusinasi.
5. Beripujian atas menghargai
upaya keluarga keluarga.
yang positif.

TUK 5 TUK 5 Setelah dilakukan asuhan 1. Diskusikan dengan 1. Memberikan


Klien dapat keperawatan selama 1 klien tentang obat informasi dan
memanfaatkan oba kali pertemuan untuk mengontrol meningkatkan
tdengan baik. diharapkan pasien halusinasinya. pengetahuan klien
2. Bantu klien untuk
mampu : tentang efek obat
memutuskan bahwa
1. Klien dan terhadap
klien minum obat
keluarga dapat halusinasinya.
sesuai program 2. Memastikan klien
menyebutkan
dokter. meminum obat
manfaat, dosis
3. Observasi tanda
secara teratur.
dan efek samping
dan gejala terkait 3. Mengobservasi
obat.
dan efek samping efektivitas
2. Klien dapat
4. Diskusikan dengan
program
mendemonstrasik
dokter tentang efek
pengobatan.
an penggunaan
dan efek samping 4. Memastikan efek
obat dengan
obat. obat-obatan yang

35
benar. tidak diharapkan
3. Klien dapatin
terhadap klien.
formasi tentang
penggunaan obat.

36
TABEL 2

STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN

DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

STRATEGI PELAKSANAAN

SP 1 PASIEN SP 1 KELUARGA

1) Mengidentifikasi jenis halusinasi klien. 1) Mendiskusikan masalah yang


2) Mengidentifikasi isi halusinasi klien.
dirasakan keluarga dalam merawat
3) Mengidentifikasi waktu halusinasi klien.
4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien.
2) Memberikan pendidikan kesehatan
klien.
5) Mengidentifikasi situasi yang dapat tentang pengertian halusinasi , jenis
menimbulkan halusinasi klien . halusinasi yang dialami klien , tanda
6) Mengidentifikasi respon klien terhadap
dan gejala halusinasi , serta proses
halusinasi klien.
terjadinya halusinasi.
7) Mengajarkan klien menghardik
3) Menjelaskan cara merawat klien
halusinasi.
dengan halusinasi.
8) Menganjurkan klien memasukkan cara
menghardik ke dalam kegiatan harian.

SP2P SP2K

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1) Melatih keluarga mempraktikkan


klien. cara merawat klien dengan
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi
halusinasi.
dengan cara bercakap-cakap dengan 2) Melatih keluarga melakukan cara
orang lain. merawat langsung kepada klien
3) Menganjurkan klien memasukkan
halusinasi.
kedalam jadwal kegiatan harian.

37
Lanjutan
Dilanjutkan SP3K
SP3P

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1) Membantu keluarga membuat


klien. jadwal aktivitas dirumah termasuk
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi
minum obat ( discharge planning).
dengan cara melakukan kegiatan. 2) Menjelaskan follow up setelah
3) Menganjurkan klien memasukkan
pulang.
kedalam jadwal kegiatan harian.

SP4P

1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian


klien .
2) Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara teratur
3) Menganjurkan klien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian .

d. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindak keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan


keperawatan, sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan
oleh klien saat ini (here and now) perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal yang diperlukan untuk
melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah tindakan aman bagi

38
klien. Setelah tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.
Pada saat akan melakukan tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak dengan
klien yang isinya menjelaskan apa yang akan dilakukan dan peran serta yang
diharapkan klien. Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta
respon klien. (Ade Herman, 2011, hal. 38)

e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau formatif yang dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah
ditentukan (Ade Herman, 2011, hal. 39)
Evaluaasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola
pikir :
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Dapat dilakukan dengan menanyakan langsung kepada klien tentang tindakan yang
telah dilakukan.
O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Dapat
diukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat tindakan dilakukan, atau
menanyakan kembali apa yang telah dilaksanakan atau memberi umpan balik sesuai
dengan hasil observasi.
A : Analisis ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data kontra indikasi dengan
masalah yang ada, dapat juga membandingkan hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien yang
terdiri dari tindak lanjut klien dan perawat.

39
BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.AA

DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENGLIHATAN

DIRUANG NAKULA RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI BALI

TANGGAL 15-17 DESEMBER 2015

I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilaukan pada tanggal 15 Desember 2015 di ruang Nakula RSJ Propinsi
Bali, dengan sumber data yaitu klien, perawat ruangan, catatan medik, pemeriksaan
fisil dan observasi.
1. Identitas Klien
Ruang rawat : Nakula
Initial : Tn.AA
Umur : 41 tahun
Pekerjaan :-
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk : 3 oktober 2015
No. RM : 011616
Status : Belum menikah
Pendidikan : SLTA

2. Alasan Masuk
a. Keluhan utama masuk
Mengganggu lingkungan
b. Keluhan utama saat pengkajian
Klien mengatakan melihat bayangan wanita berwarna hijau dan melihat
bayangan ular
c. Riwayat penyakit
Pasien datang ke IGD RSJ Bangli diantar oleh ibunya dengan berpakaian kaos
berwarna putih dan celana abu, saat ditanya nama klien menjawab I Gede
Ana Astawa, dan mangatakan umurnya 24 tahun. Saat ditanya mengapa ia
datang ke RSJ klien menjawab sakit roh. Klien mengeluh dirinya sakit
kepala sambil menunjuk kepalanya bagian belakang. Klien sesekali tambap

40
tertawa sendiri, saat ditanya apa pernah mendengar suara-suara klien
mengatakan ia mendengar suara anak-anak. Klien juga mengatakan ia melihat
gambar manusia ditembok, kemudian robot-robot. Saat ditanya robot bicara
atau tidak , pasien menjawab ia bilang jauh. klien mengatakan sudah 3x
datang ke RSJ dan ia mengatakan bahwa dirinya datang diantar oleh polisi
(padahal polisi tidak ada) klien mengatakan belum makan hari ini, tapi
menyatakan sudah minum obat warna merah, putih dan hijau. Klien
mengkonsumsi kopi 1-2 gelas perhari dan 6 rokok batang perhari. Klien
mengatakan ia suka minum sprite, klien mengatakan bisa meditasi dan bisa
menyembuhkan orang sakit dengan membaca mantra. Klien juga mengatakan
pernah jatuh tapi sudah lama, dan mimpi diatas bukit. Pekerjaan sehari-hari
katanya mengurus kambing 6 ekor. Klien juga mengtakan sakit kepala karena
roh roh mati suri. Saat ditanya saudara pasien mengatakan memiiki seorang
adik.
3. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?
Klien mengatakan bahwa ia sudah 3 kali keluar masuk di RSJ
2. Pengobatan sebelumnya ?
Pengobatan sebelumnya kurang berhasil dilihat dari klien sudah 3x kluar
masuk RSJ. Ibu klien mengatakan klien baru dipulangkan saat bulan Juli 2015
namun selama 2 bulan setelah dipulangkan gejala pasien tetap ada . Pada
tanggal 28 September 2015 klien mulai kembali kambuh dan pada bulan
oktober 2015 klien kembali diantar oleh ibunya ke RSJ karena sering ngamuk
ngamuk.

3. Penolakan dari lingkungan ?


Klien mengalami penolakan dari lingkungan dari penjelasan klien mengatakan
bahwa ia tidak mempunyai teman dirumah, karena teman-temannya mulai
menghindar dan klien tetap dirumah bekerja membuka biji kakau.
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ?
Klien mengatakan tidak ada anggota keluargga yang memiliki riwayat
penyakit seperti dirinya.
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
Klien mengatakan tidak pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan.

41
4. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi belum dapat diketahui, karena setelah pulang dari RSJ ibu
pasien mengatakan bahwa pasien teratur minum obat.
5. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital
- Tensi : 110/80 mmHg
- Nadi : 74x/menit
- Respirasi : 22x/menit
- Suhu : 36,6 C
2. Ukuran
- BB : 68 kg
- TB : 178 cm
3. Keluhan Fisik
Saat diwawancara klien mengatakan tidak ada bagian tubuhnya yang terasa
sakit dan pada pemeriksaan fisik tidak ada keluhan.
4. Pemeriksaan kepala-kaki
Kepala : tidak ada lesi, luka, ketombe dan rambut pasien pendek.
Mulut : gigi pasien kotor, ada caries gigi dan gigi pasien tampak
berwarna kuning
Hidung : tidak ada polip, bentuk simetris tidak ada kelainan pada
hidung
Telinga : keadaan telinga normal pendengaran pasien baik
Leher : leher pasien tambah normal tidak ada pembendungan vena
jugularis.
Abdomen : keadaan abdomen normal, tidak terdapa ada luka dan nyeri
tekan pada abdomen pasien
Ektremitas : tidak ada kelainan di kedua tangan dan kedua kaki pasien,
pasien dapat beraktivitas dengan normal.
Genetalia : tidak terkaji

42
6. Psikososial
a. Genogram

Keterangan :

: LAKI-LAKI

: PEREMPUAN

: MENINGGAL

: KLIEN

: TINGGAL SERUMAH

: HUBUNGAN DEKAT

Jelaskan :

Keluarga klein adalah keluarga inti,klien mengatakan bahwa ia belum menikah


dan tinggal bersama orang tuanya, klien merupakan anak pertama dan memiliki
seorang adik.Tidak ada anggota keluarganya yg memiliki riwayat penyakit yang
sama dengan klien.

43
b. Konsep Diri
1) Citra Diri
Klien mengatakan sennag dengan keadaannya sekarang
2) Identitas Diri
Pasien mengatakan ia anak pertama
Umur : 24 tahun
Nama : I Gede Ana Astawa
Asal dari penyarngan negara
3) Peran Diri
Klien mengatakan kedudukannya di keluarga sebagai anak, dan belum
menikah
4) Ideal Diri
Klien mengatakan bahwa ia ingin sembuh
5) Harga Diri
Klein mengatakan sekarang ia sudah bisa menerima keadaan dirinya

c. Hubungan Sosial

1) Orang yang berarti


Klien mengatakan orang yang paling berarti adalah ibunya.
2) Peran serta kegiatan kelompok / masyarakaT
Klien mengatakan bahwa klien kurang aktif, namun tetap ikut dalam
kegiatan dibanjar
3) Hambatan
Klien tampak kurang bersosialisasi, karena klien tidak mau memulai
berbincang bincang dengan orang lain, dan mengalami isolasi social.
d. Spiritual
6) Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa ia beragama Hindu.
7) Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sebelum sakit ia rajin sembahyang dan setelah sakit
klien mengatakan sudah lama tidak sembahyang.

7. Status Mental

a. Penampilan
Penampilan umum klien tampak tidak rapi, klien mengatakan jarang gosok gigi dan
mencuci rambut, kuku klien tampak panjang dan kotor, pakaian klien tampak kotor dan
berlubang.
b. Pembicaraan
Klien berbicara dengan lambat, dan dengan suara yang kecil terkadang sambil menoleh
kearah lain serta senyum senyum sendiri.

44
c. Aktifitas Motorik
Motorik klien relative tenang
d. Alam Persaan
Klien mengatakan perasaannya biasa saja namun merasa takut saat melihat dokter karena
takut diobati.
e. Afek dan Emosi
Pasien terlihat tenang dan tidak emosi saat berbicara
f. Interaksi Selama Wawancara
Interaksi klien cukup kooperatif.
g. Persepsi
Isi : Klien mengatakan melihat ular dijalan, melihat pelangkiran diruang
perawatan, melihat kuburan di dekat RSJ, melihat ada bayangan manusia
berwarna hijau
Frekuensi : Kadang kadang
Waktu : Saat pagi hari
Situsi Pencetus : Melihat bayangan saat mandi dan saat bengong
Respon : Klien mengatakan biasa saja dan tidak takut
h. Arus Pikir
Sirkumtansial yaitu pembicaraan klien berputar putar namun tetap sampai pada tujuan.
i. Isi Pikir
Klien dapat mengutarakan apa yang diihatnya dengan baik dan tidak ditemukan adanya
isi piker waham
j. Bentuk Pikir
Non Realistik yaitu klien mengatakan hal yang tidak nyata seperti melihat ular, melihat
pelangkiran diruang perawatan, melihat kuburan di dekat RSJ, melihat ada bayangan
manusia berwarna hijau.
k. Tingkat Kesadaran
Klien masih tampak bingung dalam menjelaskan saudaranya khususnya tentang memiliki
kakak atau adik
l. Memori
Klien mengalmi gangguan daya ingat jangka pendek yaitu klien dapat mengingat masa
kecilnya namun tidak ingat dengan nama orang yang baru dikenal.
m. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Klien mampu berhitung 1 10 dan mampu menghitung mundur.
n. Kemampuan Penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sederhana seperti mencuci tangan terlebih dahulu
sebelum makan dan mencuci tangan setelah mencabut rumput.
o. Daya Tilik Diri
Klien mengatakan menyadari penyakitnya adalah gangguan jiwa dan menyadari perlu
mendapat perawatan dan pengobatan.

45
8. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Makan dan Minum


Klien mengatakan biasanya makan 3x sehari dengan menu yang disediakan. Masakan
yang disediakan dengan piring. Klien tampak sopan saat mkn dan duduk saat makan
b. BAB dan BAK
Klien mengatakan biasa BAB 1x sehari dan BAK 2 -3 kali sehari. Setelah BAB klien
mengatakan menyiram kotorannya dan membersihkan anus dan kelaminnya.
c. Mandi
Klien mengatakan biasa mandi hanya 1x sehari saat pagi hari tanpa sabun
d. Istirahat Tidur
Klien mengatkan biasa tidur 6 8 jam perhari tidur malam, dan tidur siang kadang
kadang.
e. Penggunaan Obat
Klien mengatakan teratur minum obat
f. Pemeliharaan Kesehatan
Saat pengkajian klien tampak mampu menjaga kesehatannya karena teratur minum obat.
g. Aktivitas dirumah
Klien mengatakan aktivitas dirumah adalah memetik dan membuka buah coklat
h. Aktifitas diluar
Klien mengatakan aktifitas diluar rumah adalah dikebun untuk memetik buah coklat

9. Meknisme Koping

Maladaptif yaitu minum alcohol. Klien mengatakan pernah minum aklohol sesekali.

!0. Masalah Psikososial dan Lingkungan

a. Masalah dengan dukungan kelompok :

Klien mengatakan kurang mendapatkan dukungan karena dijauhi oleh teman temannya
dan kurang bersosialisasi
b. Masalah berhubungan dengan linkungan :
Klien mengatakan kurang bersosialisasi dengan lingkungan
c. Masalah dengan pendidikan :
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pendidikannya. Pendidikn terakhir klien
adalah SLTA
d. Masalah dengan perumahan :
Klien mengatakan tinggal dengan orang tuanya.
e. Masalah dengan ekonomi :
Klien mengatakan tida ada masalah dengan ekonominya
f. Masalah dengan pelayanan kesehatan :
Klien mengatakan takut dengan dokter karena takut diobati
46
11. Pengetahuan

Klien mengatakan mengetahui bahwa dirinya mengalami penyakit jiwa

12. Aspek Medis

Diagnosa medis : Skizofrenia Hibefrenik

Terapi :

(m) CPZ 1 x 100 mg (per oral)


(n) Stelosi 2 x 5 mg (per oral)
(o) Hexymer 1 x 2 mg (per oral)

13. Analisa Data

No Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan


1. - Klien mengatakan melihat ular - Ekspresi klien biasa Gangguan Persepsi
dijalan, saja karena klien Sensori (Halusinasi
- Klien mengatakan melihat
mengaku tidak takut Pendengaran)
pelangkiran di ruang - Klien tampak
perawatan, sesekali melihat
- klien mengatakan melihat
kelain arah sanbil
bayangan manusia berwarna
senyum senyum
hijau,
sendiri.
- klien mengatakan melihat
melihat kuburan didekat RSJ
2. - Klien mengatakan mandi 1x - Penampilan umum Defisit Perawatan Diri
sehari pada pagi hari, tidak klien tampak tidak
menggunakan sabun, rapi,
- Klien mengatakan jarang - kuku klien tampak
gosok gigi dan mencuci panjang dan kotor,
- pakaian klien
rambut
tampak kotor dan
berlubang.

47
3. - Klien mengatakan sudah - Klien sudah masuk Regimen Terapeutik
keluar masuk ke RSJ sebanyak ke RSJ sebanyak 3 Tidak Efektif
3 kali kali
- Ibu klien mengatakan klien
baru dipulangkan saat bulan
Juli 2015 namun selama 2
bulan setelah dipulangkan
gejala pasien tetap ada . Pada
tanggal 28 September 2015
klien mulai kembali kambuh
dan pada bulan oktober 2015
klien kembali diantar oleh
ibunya ke RSJ karena sering
ngamuk ngamuk.
4. - Klien mengatakan tidak - Klien tampk kurng Isolasi Sosial
mempunyai teman dirumah bersosialisasi karena
karena teman temannya pasien tidak mau
mulai menghindar memulai berbincang
bincang dengan
orang lain.

14. Rumusan Masalah


a. Gangguan persepsi sensori (Halusinasi)
b. Defisit Perawatan Diri
c. Regimen terapeutik tidak efektif
d. Isolasi social

Pohon Masalah

ISOLASI SOSIAL

akibat

DEFISIT PERAWATAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : DIRI
HALUSINASI PENGLIHATAN
48
masalah
utama

penyebab REGIMEN TERAPEUTIK TIDAK


EFEKTIF
II. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (Halusinasi)
2. Defisit perawatan diri
3. Regimen terapeutik tidak efektif
4. Isolasi Sosial

III. Perencanaan
A. Prioritas Diagnosa
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan

B. Rencana Keperawatan

49
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

DIAGNOSA RENCANA KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN TUJUAN
Gangguan Persepsi TUM : Setelah dilakukan asuhan 4. Bina hubungan saling 4. Hubungan saling
Sensori : Halusinasi Klien tidak keperawatan selama 2 percaya dengan percaya sebagai
mengalami kali pertemuan menggunakan prinsip dasar interaksi
TUK 1 Halusinasi diharapkan pasien komunikasi terapeutik. yang terapeutik
h. Sapa klien dengan
mampu : antara perawat
nama baik verbal
TUK 1 : 7. Menunjukkan dan klien.
maupun non verbal. 5. Ungkapan
Klien dapat membina ekspresi wajah
i. Perkenalkan diri
perasaan oleh
hubungan saling bersahabat.
dengan sopan.
8. Menunjukkan klien sebagai
percaya. j. Tanyakan nama
rasa senang bukti bahwa klien
lengkap klien dan
9. Mau
mempercayai
nama panggilan
menyebutkan
perawat.
yang disukaiklien.
namanya 6. Empati perawat
k. Jelaskan tujuan
10. Mau duduk
akan
pertemuan.
berdampingan
l. Jujur dan menepati meningkatkan
dengan perawat
janji. hubungan
11. Mau menjawab
m. Tunjukkan sikap
terapeutik
salam
50
12. Mau yang empati dan perawat-klien.
mengutarakan menerima klien apa
masalah yang adanya.
n. Berikan perhatian
dihadapi.
kepada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar.
5. Dorong klien dan
berikesempatan untuk
mengungkapkan
perasaanya.
6. Dengarkan ungkapan
klien dengan rasa
empati.
TUK 2 TUK 2 Setelah dilakukan asuhan 7. Adakan kontak secara 7. Mengurangi
Klien dapat mengenal keperawatan selama 1 sering dan singkat waktu kosong
8. Observasi tingkah laku
Halusinasinya. kali pertemuan bagi klien untuk
verbal dan non verbal
diharapkan pasien menyendiri.
klien yang terkait 8. Mengumpulkan
mampu :
dengan halusinasi data intervensi
3. Menyebutkan
(sikap seperti terkait dengan
waktu, isi,
mendengarkan halusinasi.
frekuensi dan
9. Memperkenalkan
sesuatu, bicara atau
timbulnya
hal yang
tertawa sendiri,
halusinasi.

51
4. Mengungkapkan terdiam di tengah- merupakan realita
perasaan terhadap tengah pembicaraan). pada klien.
9. Terima halusinasi 10. Melibatkan klien
hausinasinya.
sebagai hal yang nyata dalam
bagi klien dan tidak memperkenalkan
nyata bagi perawat. halusinasinya.
10. Identifikasi bersama 11. Mengetahui
klien tentang waktu koping klien
munculnya halusinasi, sebagai data
isi halusinasi dan intervensi
frekuensi timbulnya keperawatan
halusinasi. selanjutnya.
11. Dorong klien untuk 12. Membantu klien
mengungkapkan mengenali tingkah
perasaannya ketika lakunya saat
halusinasi muncul. hausinasi.
12. Diskusikan dengan
klien mengenai
perasaannya saat
terjadi halusinasi.
TUK 3 TUK 3 Setelah dilakukan asuhan 8. Identifikasi tindakan 8. Mengetahui cara-
Kliendapatmengontro keperawatan selama 1 klien jika halusinasi cara klien
lhalusinasinya. kali pertemuan terjadi mengatasi
9. Bersama klien
diharapkan pasien halusinasi baik

52
mampu : rencanakan kegiatan yang positif
6. Menyebutkan untuk mencegah maupun yang
tindakan untuk terjadinya halusinasi. negative.
10. Diskusikan cara 9. Melibatkan klien
mengendalikan
mengatasi halusinasi. dalam
halusinasinya.
11. Dorong klien untuk
7. Menyebutkan menentukan
memilih cara yang
carabaru. rencana.
8. Memilih cara disukai untuk 10. Memberikan
mengatasi mengontrol halusinasi. informasi dan
12. Beripujian atas pilihan
halusinasi yang alternative cara
klien yang tepat.
telah di mengatasi
13. Dorong klien untuk
diskusikan halusinasi pada
melakukan tindakan
dengan klien. klien.
yang telahdipilih.
9. Melaksanakan 11. Memberi
14. Diskusikan dengan
cara yang telah kesempatan pada
klien hasil atau upaya
dipilih untuk klien untuk
yang telah dilakukan.
mengendalikan memilih cara
halusinasinya. sesuai kehendak
10. Mengikuti terapi
dan
aktifitas
kemampuannya.
kelompok. 12. Meningkatkan
rasa percaya diri
klien.
13. Motivasi respon

53
kllien atas upaya
yang telah
dilakukan.
14. Melibatkan klien
dalam
menghadapi
masalah
halusinasi
lanjutan.
TUK 4 TUK 4 Setelah dilakukan asuhan 6. Bina hubungan 6. Sebagai upaya
Klien dapat keperawatan selama 1 saling percaya membina
dukungan dari kali pertemuan dengan klien. hubungan
7. Kaji pengetahuan
keluarga dalam diharapkan pasien terapeutik dengan
keluarga tentang
mengontrol mampu : keluarga.
halusinasi dan 7. Mencari data awal
halusinasinya. 3. Klien dapat
tindakan yang untuk menentukan
membina
dilakukan keluarga intervensi
hubungan saling
dalam merawat selanjutnya.
percaya dengan
8. Penguatan untuk
klien.
perawat.
8. Beri penguatan menghargai upaya
4. Keluarga dapat
positif atas upaya keluarga.
menyebutkan
9. Memberikan
yang baik dalam
pengertian, tanda
informasi dan
merawat klien.
dan tindakan
9. Diskusikan dan mengajarkan

54
untuk ajarkan dengan keluarga tentang
mengendalikan keluarga tentang halusinasi dan
halusinasi. :halusinasi, tanda- cara merawat
tanda dan cara klien.
10. Pujian untuk
merawat halusinasi.
10. Beripujian atas menghargai
upaya keluarga keluarga.
yang positif.

TUK 5 TUK 5 Setelah dilakukan asuhan 5. Diskusikan dengan 5. Memberikan


Klien dapat keperawatan selama 1 klien tentang obat informasi dan
memanfaatkan oba kali pertemuan untuk mengontrol meningkatkan
tdengan baik. diharapkan pasien halusinasinya. pengetahuan klien
6. Bantu klien untuk
mampu : tentang efek obat
memutuskan bahwa
4. Klien dan terhadap
klien minum obat
keluarga dapat halusinasinya.
sesuai program 6. Memastikan klien
menyebutkan
dokter. meminum obat
manfaat, dosis
7. Observasi tanda
secara teratur.
dan efek samping
dan gejala terkait 7. Mengobservasi
obat.
dan efek samping efektivitas
5. Klien dapat
8. Diskusikan dengan
program
mendemonstrasik
dokter tentang efek
pengobatan.
an penggunaan
dan efek samping 8. Memastikan efek
obat dengan
obat. obat-obatan yang

55
benar. tidak diharapkan
6. Klien dapatin
terhadap klien.
formasi tentang
penggunaan obat.

56
PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN Tn. AA
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENGLIHATAN
DI RUANG NAKULA RSJ PROPINSI BALI
TANGGAL 15 17 DESEMBER 2015

Tindakan Keperawatan Evaluasi

Tanggal/hari : 15 Desember 2015/ Selasa S:


Data - Klien dapat mengatakan nama, alamat, dan umurnya.
DS : - Klien dapat mengatakan melihat ular, pelangkiran di ruang
- Klien mengatakan bahwa melihat ular di jalan,
rawat, kuburan di dekat RSJ dan melihat bayangan manusia
,melihat pelangkiran di ruang perawatan, melihat
berwarna hijau.
kuburan di dekat RSJ, melihat bayangan manusia
berwarna hijau.
O:
DO :
- Klien tampak sesekali melihat ke arah lain dan sambil senyum
- Klien tampak sesekali melihat kearah lain sambil
senyum sendiri.
senyum senyum sendiri. - Klien mau berkenalan.
- Klien mampu menyebutkan nama, alamat dan umurnya.

Diagnosa : Gangguan persepsi sensori halusinasi


A : SP1 dan SP2 Teratasi
penglihatan.

P : Lanjutkan SP3 dan SP4. Pertahankan SP1 dan SP2.


Tindakan
- Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutik
- Klien dapat mengenal halusinasinya.

57
Rencana Tindak Lanjut
- Pertahankan hubungan saling percaya
- Pertahankan kondisi klien agar dapat mengenal
Tanda Tangan dan Nama Terang
halusinasinya.
- Lanjutkan SP3 dan SP4
- Klien dapat mengontrol halusinasinya
- Klien dapat dukungan dari keluarga dalam
mengontrol halusinasinya.
.................................................................
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Tanggal/Hari : 16 Desember 2015/ Rabu S:
Data - Klien mengatakan jangan ganggui saya bayangan bayangan.
DS : - Klien mengatakan ikut mencabut rumput di depan ruangan
- Klien mengatakan bahwa melihat ular di jalan,
untuk mengurangi datangnya bayangan halusinasinya.
melihat pelangkiran di ruang perawatan, melihat - Klien mengantakan diantar oleh keluarganya ke RSJ namun
kuburan di dekat RSJ melihat bayangan manusia belum dijenguk oleh keluarganya.
berwarna hijau.
DO : O:
- Klien tampak sesekali melihat ke arah lain, sambil - Klien tampak bisa mengerti tentang cara mengatasi datangnya
senyum senyum sendiri. bayangan halusinasinya.
- Klien tampak menyibukkan diri dengan mengikuti krgiatan
gotong royong mencabut rumput.
Diagnosa : Gangguan persepsi sensori halusinasi
- Klien tampak belum dijenguk oleh keluarganya.
penglihatan.

A : SP3 teratasi, SP4 teratasi sebagian.


Tindakan

58
- Klien dapat mengontrol halusinasinya P : Pertahankan SP3. Ulangi SP4 dan lanjutkan SP5.
- Klien dapat dukungan dari keluarga dalam
mengontrol halusinasinya.

Rencana Tindak Lanjut


Tanda Tangan dan Nama Terang
- Pertahankan SP3
- Ulangi SP4
- Lanjutkan SP5
- Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
........................................................................

Tindakan Keperawatan Evaluasi


Tanggal/Hari : 17 Desember 2015/ Kamis S:
Data - Klian mengatakan belum pernah dijenguk oleh
DS :
keluarganya
- Klien mengatakan bahwa melihat ular di jalan, melihat
- Klien mengatakan taat untuk meminum obatnya dengan
pelangkiran di ruang perawatan, melihat kuburan di
teratur.
dekat RSJ, melihat bayangan manusia berwarna hijau,

59
namun melihatnya sudah mulai berkurang. O:
- Klien tampak belum dijenguk oleh keluarganya
- klien tampak taat dan teratur untuk meminum obatnya
DO :
- Klien tampak tenang.
- Klien tampak sesekali melihat ke arah lain, sambil
senyum senyum sendiri.
A : SP4 teratasi sebagian, SP5 teratasi.

Diagnosa : Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan


P : Ulangi SP4.

Tindakan
- Klien dapat dukungan dari keluarga dengan mengontrol
halusinasinya.
- Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

Renca Tindak Lanjut


Tanda Tangan dan Nama Terang
- Pertahankan SP5
- Ulangi SP4
- Klian dapat dukungan dari keluarga dalam
mengontrol halusinasinya.
.................................................................

60
61
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN I

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan melihat ular, pelangkiran, bayangan manusia berwarna hijau.
DO : klien tampak senyum senyum sendiri dan melihat kea rah lain.

2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan

3. Tujuan Khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya

4. Tindakan Keperawatan :
a. Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengakap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap yang empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Orientasi


1. Salam Terapeutik
Selamat pagi pak, perkenalkan kami perawat Stikes Bali. Nama bapak siapa ? Nama
panggilan bapak siapa ?
2. Evaluasi/ Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ?
3. Kontrak Topik, Waktu, dan Tempat
a. Topik
Pak kami diruangan ini praktek selama 1 minggu untuk merawat bapak. Bagaimana
jika sekarang kita mengobrol tentang keadaan bapak hari ini ?
b. Waktu
Pak berapa lama sebaiknya kita mengobrol ? Bagaimana jika 10 menit ?
c. Tempat
Dimana kita akan mengobrol pak ?

C. Kerja. Langkah Langkah Tindakan Keperawatan


1. Selamat pagi pak, apa bapak bersedia mengebrol hari ini ?
2. Nama bapak siapa ? Bapak biasa dipanggil siapa ?
3. Bapak berasal dari mana ?
4. Berapa umur bapak sekarang ?

62
5. Sekarang bapak sudah tau nama kami, nanti jikabapak bertemu dengan kami, bapak bisa
menyapa dan memanggiil kami.

D. Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Subyektif
- Bagaimana perasaan bapak hari ini setelah berkenalan dengan kami ?
- Klien mengatakan nama, alamat dan umur.

Obyektif

- Klien mampu menyebutkan nama, alamat dan umurnya.


2. Tindak lanjut klien (Apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang telah
dilakukan)
- Sekarang kita sudah mengobrol selama 10 menit, kami rasa pembicaraan kita sudah
cukup karena kita sudah berkenalan, saya harap nanti bapak bisa menyebutkan nama
kami. Jika kita bertemu, bapak bisa menyapa kita.

3. Kontrak yang akan dating (Topik, waktu, tempat)


- Topik
Nanti kita mengobrol lagi ya pak, tentang mengenal halusinasi bapak.
- Waktu
Bapak bagaimana jika kita mengobrol 10 menit lagi untuk nanti ?
- Tempat
Bagaimana jika di tempat ini saja pak ?

63
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN II

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan melihat ular, pelangkiran, bayangan manusia berwarna hijau.
DO : klien tampak senyum senyum sendiri dan melihat kea rah lain.

2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan

3. Tujuan Khusus :
Klien dapat mengenal halusinasinya

4. Tindakan Keperawatan :
a. Adakan kontak secara sering dan singkat
b. Observasi tingkah laku verbal dan non verbal klien yang terikat dengan halusinasi
melihat
c. Terima halusinasi sebagai suatu yang nyata, dan tidak nyata bagi perawat.
d. Identifikasi bersama tentang waktu muncul halusinasinya, isi halusinasi dan frekuensi
timbulnya halusinasi.
e. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul.
f. Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya saat terjadi halusinasi.

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Orientasi


4. Salam Terapeutik
Selamat pagi pak, perkenalkan kami perawat Stikes Bali.
5. Evaluasi/ Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Bapak siap untuk berbincang bincang atau
mengobrol pak ?

64
6. Kontrak Topik, Waktu, dan Tempat
a. Topik
Bagaimana jika kita mengobrol tentang bayangan bayangan yang bapak lihat ?
b. Waktu
Kira kira berapa lama pak ? Bagaimana jika 10 menit ? apakah cukup pak ?
c. Tempat
Dimana kita akan mengobrol pak ?

C. Kerja. Langkah Langkah Tindakan Keperawatan


1. Coba ceritakan bayangan bayangan yang bapak lihat.
2. Apakah bapak mengenali bayangan tersebut.
3. Jika kenal. Bayangan apa itu pak ?
4. Kapan bayangan itu terlihat pak ?
5. Bayangan apa pak ?
6. Apakah bapak mengerti bayangan itu ?
7. Bagaimana perasaan bapak ketika melihat bayangan itu ?

D. Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Subyektif
- Klien mengatakan melihat ular, pelangkiran, bayangan manusia berwarna hijau.

Obyektif

- Klien mampu menyebutkan halusinasinya.


2. Tindak lanjut klien (Apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang telah
dilakukan)
- Jika bapak melihat bayangan itu lagi, tolong panggil perawat agar dibantu.

3. Kontrak yang akan dating (Topik, waktu, tempat)


- Topik
Bagaimana bayangan bayangan itu bisa dikendalikan ?

- Waktu
Kira kira waktunya kapan pak ?
- Tempat
- Dimana kita mengobrol pak ? Di tempat ini lagi ?

65
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN III

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :klien mengatakan melihat ular, pelangkiran, bayangan manusia berwarna hijau
Do : klien tampak melihat kearah lain dan senyum-senyum sendiri.
2. Diagnose keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
3. Tujuan khusus
Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan keperawatan
Klien dapat mengontrol halusinasinya.
- Identifikasi tindakan klien jikaterjadi halusinasi.
- Bersama klien rencanakan kegiatan untuk mencegah halusinasi.
- Diskusikan cara mengatasi halusinasi.
- Dorong klien untuk memilih cara yang disukai untuk mengontrol halusinasi.
- Beri pujian atas pilihan klien yang tepat.
- Dorong klien untuk melakukan tindakan yang telah dipilih.
- Diskusikan dengan klien hasil atau upaya yang telah dilakukan

66
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.
1. Salam Terapeutik
Selamat pagi pak
2. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ?
Sudah siap kita untuk mengobrol ?
Masih ingat dengan kesepakatan kita ?
Apakah bapak masih melihat bayangan-bayangan ?
3. Kontrak
Topik : bagaimana kalau kita sekarang berbincang-bincang atau mengobrol tentang
bayangan yang bapak lihat, agar bisa dikendalikan.
Waktu : kira-kira berapa lama? Bagaimana jika 10 menit ?
Tempat : kita mengobrol dimana pak ? didepan?

C. Kerja (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan


- Bagaimana perasaannya itu ?
- Jika melihat bayangan seperti kemarin apa yang bapak lakukan ?
- Apakah dengan cara-cara itu, bayangan bapak dapat berkurang ?

D. Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Subjektif : klien mengatakan jangan ganggu saya bayangan-bayangan ketika
melihat bayangan itu.
Objektif : klien tampak mengerti cara mengatasi halusinasinya.
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang
telah dilakukan).
Jika bapak melihat bayangan itu lagi, bapak bisa pilih cara terbaik menurut bapak.
3. Kontrak yang akan dating
Bagaimana kalau besok kita mengobrol lagi pak , kita akan bicarakan tentang :
Topik : bagaimana keluarga bapak dalam mengatasi halusinasi.
Waktu : kira-kira waktunya kapan ? dan berapa lama ?
Tempat : dimana kita akan menggobrol pak ? apa ditempat ini lagi ?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN IV

67
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :klien mengatakan melihat ular, pelangkiran, bayangan manusia berwarna hijau
Do : klien tampak melihat kearah lain dan senyum-senyum sendiri.
2. Diagnose keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
3. Tujuan khusus
Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
4. Tindakan keperawatan
- Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi, dan tindakan yang dilakukan
keluarga dalam merawat klien.
- Beri penguat positif atas upaya yang baik dalam merawat klien.
- Diskusikan dan ajarkan dengan keluarga tentang : halusinasi, tanda-tanda dan cara
melawan halusinasi.
- Beri pujian atas upaya keluarga yang positif

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.


1. Salam Terapeutik
Selamat pagi pak
2. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ? apa bapak masih ingat dengan saya ? jadwal
kegiatan bagaimana pak ? apakah masih berjalan ?
3. Kontrak
Topik : bagaimana kalau kita sekarang berbincang-bincang atau mengobrol dengan
keluarga bapak untuk membantu mengatasi masalah halusinasi.
Waktu : kira-kira berapa lama? Bagaimana jika 10 menit ?
Tempat : kita mengobrol dimana pak ?

C. Kerja (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)


- Apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi halusinasinya ?
- Pihak keluarga dan pihak serta teman yang ada dilingkungan rumah harus
membantu mengatasi halusinasinya.
- Siapa orang terdekat menurut bapak ?
- Kalau ada masalah ceritakan pada orang lain paling dekat dengan bapak, itu akan
sangat membantu.
- Bagus : jadi keluarga harus ikut membantu demi kesembuhan bapak.

D. Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Subjektif : klien mengatakan belum dijenguk oleh keluarganya.
Objektif : klien tampak belum dijenguk oleh keluarganya.

68
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang
telah dilakukan).
Keluarga telah memahami gtentang halusinasi dan cara penyelesaiannya pak, ini di
laksanakan jangan sampai lupa.
3. Kontrak yang akan dating
Sekarang keluarga bapak dan bapak sudah tau cara mengatasi halusinasi, nah
besokkita akan ketemu lagi untuk membahas tengang :
Topik : pemanfaatan obat secara benar.
Waktu : kita akan mengobrol setelah bapak sarapan , apak bapak setuju ?
Tempat : dimana kita akan menggobrol pak ? apa ditempat ini lagi ?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN V

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :klien mengatakan melihat ular, pelangkiran, bayangan manusia berwarna hijau
Do : klien tampak melihat kearah lain dan senyum-senyum sendiri.
2. Diagnose keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
3. Tujuan khusus
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
4. Tindakan keperawatan
- Diskusikan dengan klien tentang obat yang mengontrol halusinasinya.
- Bantu klien untuk memutuskan bahwa klien minum obat sesuai program dokter.
- Observasi tanda dan gejala terkait dengan efek samping.
- Diskusikan dengan dokter tentang efek dan efek samping obat.

B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.


1. Salam Terapeutik
Selamat pagi pak
2. Evaluasi/validasi
Bapak tambak segar hari ini , apa bapak masih ingat dengan saya ? bagus. Kita sudah
buat janji hari ini akan mengobrol lagi seperti kemarin.
3. Kontrak

69
Topik : kali ini kita akan membicarakan tentang obat yang harus bapak minum guba
kesembuhan bapak dari halusinasinya.
Waktu : kira-kira berapa lama? Bagaimana jika 10 menit ?
Tempat : kita mengobrol dimana pak ? didepan?

C. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)


- Apakah bapak sudah tahu obat yang harus diminum setiap hari ?
- Biasanya bapak minum berapa obat setip kali minum ?
- Bagus pak, ingat obat yang diminum ?
- Apa bapak tau kegunaan obat tersebut ?

D. Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Subjektif : klien mengatakan rutin meminum obatnya.
Objektif : klien tampak teratur minum obat.
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang
telah dilakukan).
Sekarang bapak sudah paham tentang obat-obat yang harus diminum, untuk itu bapak
tidak boleh berhenti minum obat tanpa konsultasi terlebih dahulu.
3. Kontrak yang akan dating
Cukup sampai disini dulu ya pak, semoga bapak cepat sembuh dan jangan lupa untuk
selalu mengingat jadwal kegiatan yang telah kita buat harus terus dijalankan,
petahankan kondisi yang baik ini.

BAB 4

70
PENUTUP

KESIMPULAN

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan


rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunialuar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan nyata pada objek atau rangsang yang nyata.
Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang
berbicara (Direja, 2011, hal 109).
Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi ditemukan
adanya isolasi sosial defisit perawatan diri, regimen terapeutik yang tidak efektif
sehingga perlu dilakukan pendekatan secara terus menerus, membina hubungan saling
percaya yang dapat menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan yang diberikan.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan
halusinasi, pasien sangat mebutuhkan kehadiran keluarga dari sistem pendukung yang
mengerti keadaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu perawat atau petugas
kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam menghadirkan data yang di
perlukan dan membina kerjasama dalam memberi perawatan pada pasien. Dalam hal
ini dapat disimpulkan peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses
penyembuhan klien.

71
SARAN

Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat mengikuti langkah-


langkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistematis dan tertulis agar
tindakan berhasil dengan optimal. Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat
melakukan pendekatan secara bertahap dan terus-menerus untuk membina hubungan
saling percaya anatara perawat- klien sehingga tercipta suasana terapeutik dalam
pelaksanaan asuha keperawatan yang yang di berikan .

Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien di rumah sakit, sehingga
keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi kien dan dpat membantu perawat
berkerja sama dalam pemberian asuha keperawatan bagi klien.

72
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Mukhripah. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT: Refika Aditama.

Azizah, L.M. 2011.Keperawatan Jiwa. Jakarta : Graha Ilmu.

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT : Refika Aditama.

Direja . 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.

Marawis. 2011. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

73

Anda mungkin juga menyukai