Anda di halaman 1dari 11

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PENYEDIAAN

SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA PUBLIK


DI KABUPATEN KUDUS
(Studi Evaluasi tentang Perencanaan, Ketersediaan, Pemanfaatan, dan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Olahraga)
Imam Santosa, Sugiyanto, Agus Kristiyanto
Magister Ilmu Keolahragaan Program Pascasarjana UNS
imamsantosa22@yahoo.co.id

ABSTRAK
Kebijakan Pemerintah merupakan sebuah produk hasil usaha yang dilakukan oleh Pemerintah
untuk memenuhi kebutuhan rakyat salah satunya adalah ketersediaan sarana dan prasarana olahraga publik.
Implementasi Kebijakan setiap daerah berbeda-beda menyesuaikan kebutuhan daerah tersebut. Oleh
karenanya, diperlukan sebuah studi evaluasi mengenai kebijakan Pemerintah Kabupaten Kudus tentang
penyediaan sarana dan prasarana olahraga publik sehingga memungkinkan dilakukan evaluasi terhadap
kebijakan yang sudah ada dan membuat kebijakan baru yang lebih efektif dan tepat sasaran. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan kebijakan Pemerintah tentang perencanaan, ketersediaan, pemanfaatan
dan pengelolaan Sarana dan Prasarana olahraga publik di Kabupaten Kudus.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah. Metode yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif dengan subyek penelitian kebijakan Pemerintah tentang penyediaan Sarana dan
Prasarana olahraga publik. Sumber data berupa dokumen peraturan daerah tentang olahraga dan informan
dari Bupati Kudus, Ketua Komisi D, Kepala Disdikpora, Ketua KONI, dan para Camat se Kabupaten
Kudus dengan menggunakan teknik snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu mengkaji dokumen dan arsip (content evaluasion), wawancara mendalam (in-depth
interviewing) dan observasi (observation).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebijakan sarana dan prasarana, Perencanaan penyediaan Sarana
dan Prasarana olahraga publik di Kabupaten Kudus belum terprogram dengan baik. Peran pemerintah
belum terlihat dengan jelas dalam merencanakan Sarana dan Prasarana olahraga publik di Kabupaten
Kudus. Ketersediaan Sarana dan Prasarana olahraga publik di Kabupaten Kudus belum memadai baik
secara kualitas maupun kuantitas. Mekanisme penyediaan sarana prasarana, Ketersediaan Sarana dan
Prasarana olahraga publik belum merata pada semua cabang olahraga dan belum merata keseluruh
kecamatan yang ada di Kabupaten Kudus. Pemanfaatan Sarana dan Prasarana yang tersedia belum
maksimal dan seringkali dimanfaatkan untuk kepentingan di luar olahraga. Pengelolaan Sarana dan
Prasarana yang ada belum diperhatikan dengan baik sehingga ada Sarana dan Prasarana yang terbengkalai
dan rusak, karena tidak ada perawatan yang memadai, maka diperlukan sarana dan prasarana yang ideal
dan faktual penyediaan sarana dan prasaran olahraga publik di Kabupaten Kudus

Kata kunci : Kebijakan, perencanaan, mekanisme, ketersediaan, pemanfaatan, pengelolaan, ideal,


faktual sarana dan prasarana olahraga publik.
.
PENDAHULUAN olahraga secara menyeluruh. Harus menyeluruh
Olahraga merupakan suatu fenomena dunia, karena olahraga memiliki berbagai potensi yang
dan menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan berisikan suatu semangat dan kekuatan untuk
bagi manusia di muka bumi ini. Olahraga pada membangun, karena ia sebenarnya merupakan
dasarnya mempunyai peran sangat strategis bagi sense of spirit dari suatu proses panjang
upaya pembentukan dan peningkatan kualitas pembangunan itu sendiri. Olahraga harus
sumber daya manusia untuk pembangunan. Suatu dipandang sebagai tujuan sekaligus aset
kota/kabupaten/provinsi yang menghendaki pembangunan (Kristiyanto, 2012 : 2-3).
kemajuan pesat pada berbagai bidang, bahkan Untuk beraktifitas olahraga maka dibutuhkan
semestinya tidak boleh sekedar secara sloganistik Sarana dan Prasarana Olahraga Publik baik itu
menganggap olahraga sebagai sesuatu yang berupa sarana maupun prasarana olahraga. Sarana
penting. Kesadaran akan makna strategis olahraga dan Prasarana Olahraga Publik merupakan
harus mengejawantahkan melalui perencanaan kebutuhan dasar untuk melakukan aktivitas
pembangunan yang berpihak pada kemajuan olahraga. Tanpa adanya Sarana dan Prasarana

1
Olahraga Publik yang memadai sulit untuk program pembinaan atlet terhenti di tengah jalan.
mengharapkan partisipasi masyarakat atau publik Keadaan ini membutuhkan pengadaan sarana dan
dalam aktivitas olahraga, seperti yang prasarana pembinaan atlet yang representative di
dikemukakan oleh Maksum (2004) bahwa : Kompleks Olahraga Kudus.
Semakin banyak Sarana dan Prasarana Olahraga Sejalan dengan dinamika keolahragaan
Publik yang tersedia, semakin mudah masyarakat terdapat peningkatan jumlah jenis olahraga yang
menggunakan dan memanfaatkannya untuk terdaftar dan menjadi anggota di KONI Cabang
kegiatan olahraga. Sebaliknya, semakin terbatas Kudus. Keadaan ini menyebabkan jenis olahraga
Sarana dan Prasarana Olahraga Publik yang yang baru dan belum mempunyai alokasi gedung
tersedia, semakin terbatas pula kesempatan olahraga, kegiatannya masih menumpang pada
masyarakat menggunakan dan memanfaatkan kegiatan lainnya. Aktivitas yang saling tumpang
untuk kegiatan olahraga. Dengan demikian, tindih jelas berakibat pada kekurangan
ketersediaan Sarana dan Prasarana Olahraga maksimalan kegiatan olahraga tersebut. Hal
Publik akan mempengaruhi tingkat dan pola pertama yang harus dilakukan untuk memajukan
partisipasi masyarakat dalam berolahraga. sesuatu jenis olahraga adalah memberi sarana dan
Kompleks olahraga Werguwetan di prasarana berupa sarana dan prasarana olahraga.
Kudus merupakan satu-satunya sarana dan Kegiatan even-even olahraga di Kudus
prasarana olahgara di bawah Pemda Kudus, seperti pecandu olahraga dan kompetisi olahraga
hal ini menimbulkan keadaan yang tertentu sering tak terdengar gaungnya, karena
memperihatinkan di bidang keolahragaan di pelaksaannya sebagian masih menumpang pada
Kabupaten Kudus. Seiring dengan waktu dan GOR milik klub swasta (even dengan berbagai
perkembangannya, Kompleks Olahraga jenis olahraga), bahkan untuk even satu olahraga
Werguwetan tidak mampu lagi mengakomodir tertentu seperti Kejuaraan Bulutangkis, Tenis
kebutuhan para pemakai sarana olahraga di Meja, Tenis Lapangan pelaksanaannya
Kudus, terutama dari sarana gedung olahraga diserahkan kepada klub swasta. Sebuah
(indoor) maupun arena olahraga (outdoor) dan Kompleks olahraga yang representative sangat
prasarana pendukungnya. Berdasarkan RUTRK dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan even-
Kota Kudus, pada tahun 1994 kebutuhan luas even keolahragaan di Kudus.
lahan Kompleks Olahraga di Kudus seluas Keadaan yang memperihatinkan dari
20.000 m dan mengalami peningkatan Kompleks Olahraga Wergu wetan puncak
kebutuhan pada tahun 2005 menjadi 30.000 m. akumulasinya terjadi dalam kurun waktu lima
Kalkulasi peningkatan kebutuhan luas lahan tahun terakhir. Hal ini membutuhkan keseriusan
Kompleks Olahraga melibatkan faktor dari Pemda Kudus untuk segera merealisasikan
pertumbuhan penduduk yang mempengaruhi program redesain Kompleks Olahraga di Kudus.
jumlah Sarana dan Prasarana Olahraga Publik.
Pemenuhan kebutuhan pemakai sarana olahraga Rumusan Masalah
dengan pengadaan sarana dan prasarana Berdasarkan latar belakang masalah yang
olahraga menjadi kebutuhan yang mendesak telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
bagi Pemda Kudus, sejalan dengan RUTRK masalah sebagai berikut:
Kota Kudus 1996/1997 2005/2006 yang 1. Bagaimana Kebijakan tentang penyediaan
menggarisbawahi pengadaan Sarana dan sarana dan prasarana Olahraga publik di
Prasarana Olahraga Publik yang seimbang Kabupaten Kudus?
dengan kebutuhan masyarakat (pemakai sarana 2. Bagaimana Perencanaan dalam penyediaan
olahraga). Sarana dan Prasarana Olahraga Publik di
Selama kurun waktu 1980-an sampai Kabupaten Kudus?
sekarang, pembinaan atlet- atlet daerah Kudus 3. Bagaimana Mekanisme dalam penyediaan
lebih banyak dilakukan klub-klub olahraga Sarana dan Prasarana Olahraga Publik di
perusahaan- perusahaan elit di Kabupaten Kabupaten Kudus?
Kudus. Olahraga bulu tangkis, tennis meja, 4. Bagaimana ketersediaan Sarana dan Prasarana
tennis lapangan, bola voli, sepak bola, bridge, Olahraga Publik di Kabupaten Kudus?
catur, dsb, dikelola dengan menejemen yang 5. Bagaimana Pemanfaatan Sarana dan Prasarana
rapi oleh klub-klub swasta. Pemda Kudus seakan Olahraga Publik di Kabupaten Kudus?
tidak punya andil dalam pengembangan 6. Bagaimana pengelolaan Sarana dan Prasarana
pembinaan atlet di Kudus. Warga Kudus yang Olahraga Publik di Kabupaten Kudus?
potensial dalam keolahragaan lebih memilih 7. Bagaimana Sarana dan Prasarana Olahraga
masuk klub yang lebih jelas perkembangannya. Publik ideal di Kabupaten Kudus?
Kurangnya sarana olahraga menyebabkan

2
8. Bagaimana Sarana dan Prasarana Olahraga Olahraga ( The International Charter Of Physical
Publik faktual di Kabupaten Kudus? Education and Sport ) yang dideklarasikan oleh
UNESCO tahun 1978, hasil pertemuan antara
Tujuan menteri menteri dan pejabat senior dalam
Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka pendidikan jasmani dan olahraga di Paris.
dilakukan penelitian dengan tujuan sebagai Butir ke-1 dan ke-3 dalam mukadimah
berikut: piagam tersebut menyatakan bahwa
1. Mengetahui kebijakan pemerintah tentang Satu kegiatan untuk mengaktualisasikan hak
penyediaan sarana dan prasarana Olahraga hak asasi manusia adalah kesempatan untuk
publik di Kabupaten Kudus mengembangkan dan mempertahankan
2. Mengetahui perencanaan dalam penyediaan kemampuan fisik, mental dan moral; dank arena
Sarana dan Prasarana Olahraga Publik di itu, setiap orang harus memiliki akses terhadap
Kabupaten Kudus pendidikan jasmani dan olahraga
3. Mengetahui mekanisme dalam penyediaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga dapat
Sarana dan Prasarana Olahraga Publik di memberikan sumbangan bagi penguasaan nilai
Kabupaten Kudus nilai kemanusiaan yang mendasar yang menjadi
4. Mengetahui ketersediaan Sarana dan Prasarana landasan bagi perkembangan sepenuhnya pada
Olahraga Publik di Kabupaten Kudus setiap makluk manusia
5. Mengetahui pemanfaatan Sarana dan Prasarana
Olahraga Publik di Kabupaten Kudus Kebijakan Pemerintah
6. Mengetahui pengelolaan Sarana dan Prasarana Kebijakan Pemerintah selalu dihadapkan
Olahraga Publik di Kabupaten Kudus pada berbagai macam masalah mulai dari yang
7. Mengetahui Sarana dan Prasarana Olahraga sederhana sampai permasalahan yang rumit.
Publik Ideal di Kabupaten Kudus Dibutuhkan sebuah kebijakan untuk mengatasi
8. Mengetahui Sarana dan Prasarana Olahraga setiap masalah yang ada. Syarat untuk
Publik faktual di Kabupaten Kudus memecahkan masalah yang rumit adalah tidak
sama dengan syarat untuk memecahkan masalah
TINJAUAN PUSTAKA yang sederhana. Masalah yang sederhana
Hakekat Olahraga memungkinkan analisis menggunakan metode-
Olahraga saat ini sudah menjadi sebuah trend metode konvensional, sementara masalah yang
atau gaya hidup bagi sebagian orang, bahkan untuk rumit menuntut analisis untuk mengambil bagian
sebagian orang yang lain olahraga menjadi sebuah aktif dalam mendefenisikan hakekat dari masalah
kebutuhan mendasar dalam hidupnya. Olahraga itu sendiri (Lasswell dalam Kartodiharjo, 2009).
yang sebelumnya dipandang sebelah mata dan
merupakan sebuah aktivitas rekreasi semata, Bentuk-Bentuk Kebijakan
seiring perkembangan jaman dan kemajuan ilmu Seorang pimpinan dalam hal ini Pemerintah
pengetahuan olahraga menjelma menjadi sesuatu haruslah mampu membuat sebuah kebijakan yang
yang memiliki nilai vital dalam kehidupan sehari- baik dan bermanfaat bagi semua. Pada prinsipnya
hari umat manusia. Olahraga menjadi sangat Pemerintah ialah perwujudan rakyat yang
penting karena tidak terlepas dari kebutuhan mempunyai tugas menjalankan pemerintahan atas
mendasar manusia itu sendiri yang pada prinsipnya dasar kehendak dan kebutuhan rakyat dalam
selalu bergerak. Olahraga itu sendiri merupakan sebuah negara. Oleh karena itu, semua tindakan
serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana dan keputusan harus dilatarbelakangi oleh
untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan kepentingan rakyat itu sendiri. Menurut Kamus
gerak yang bertujuan untuk mempertahankan Besar Bahasa Indonesia arti Kebijakan adalah
hidup serta meningkatkan kualitas hidup kepandaian dan kemahiran. Kebijakan sebagai
seseorang. rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis
besar dan dasar rencana pelaksanaan suatu
Olahraga Sebagai Hak dan Kewajiban Setiap pekerjaan, kepemimpian, dan cara bertindak
Orang (Pemerintah/Organisasi), pernyataan cita-cita,
Adalah sebuah keniscayaan apabila kita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis
Bangsa Indonesia, menaruh perhatian besar pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai
terhadap olahraga dan mengakui pentingnya nilai sasaran atau garis haluan. David Easton (dalam
nilai olahraga. Keyakinan tersebut pada dasarnya Pandji Santosa, 2008 : 27) menjelaskan bahwa
bersandar pada kesepakatan yang universal, seperti kebijakan adalah pengalokasian nilai-nilai kepada
tertuang dalam butir butir mukadimah Piagam seluruh masyarakat secara keseluruhan. Brian W.
Internasional tentang Pendidikan Jasmani dan Hogwood dan Lewis A. Gunn1986 (dalam Wahab

3
2011 : 16), mengelompokkan kebijakan ke dalam dan teknisi olahraga yang mengikuti pendidikan
sepuluh macam yaitu: dan pelatihan sesuai dengan standar kompetensi
1) Policy as a Label for a Feld of Activity serta meningkatnya jumlah dan mutu bibit
(Kebijakan sebagai Sebuah Label atau Merk olahragawan
bagi Suatu Bidang Kegiatan Pemerintah). Permasalahan dan tantangan program
2) Policy as an Expression of General Purpose pembangunan pemuda dan olahraga adalah
or Desired State of Affairs (Kebijakan lemahnya sumber daya manusia di bidang
sebagai Suatu Pernyataan Mengenai Tujuan pemanduan bakat, lemahnya manajemen olahraga,
Umum atau Keadaan Tertentu yang kurang intensifnya upaya-upaya pembibitan,
dDkehendaki). menurunnya pembinaan dan kurangnya penerapan
3) Policy as Spesific Proposals (Kebijakan dan pemanfaatan iptek secara tepat dan benar
sebagai Usulan-Usulan Khusus). dalam olahraga, minimnya sarana dan prasarana
4) Policy as Decision of Government (Kebijakan umum untuk berolahraga sehingga masyarakat
sebagai Keputusan-Keputusan Pemerintah ). enggan berolahraga, kurangnya kompetisi olahraga
5) Policy as Formal Authorization (Kebijakan baik dalam skala nasional maupun regional, masih
sebagai Bentuk Otorisasi atau Pengesahan rendahnya tingkat pendidikan di kalangan pemuda
Formal). dan minimnya ruang-ruang publik bagi kalangan
6) Policy as Programme (Kebijakan sebagai pemuda untuk mengekspresikan dirinya.
Program).
7) Policy as Output (Kebijakan sebagai Perencanaan Penyediaan Sarana dan rasarana
Keluaran). Olahraga
8) Policy as Outcome (Kebijakan sebagai Hasil Perencanaan merupakan proses awal untuk
Akhir). memutuskan tujuan dan cara pencapaiannya.
9) Policy as a Theory or Model (Kebijakan Perencanaan adalah hal yang sangat esensial
sebagai Teori atau Model). karena dalam kenyataanya perencanaan memegang
10) Policy as Process (Kebijakan sebagai Proses) peranan lebih bila dibanding dengan fungsi-fungsi
manajemen yang lainnya, yaitu pengorganisasian,
Kebijakan Pemerintah Bidang Olahraga pengarahan, dan pengawasan. Menurut Siagian
Kebijakan bidang keolahragaan diposisikan (1994:108) dalam (http://id.shvoong.com),
pada upaya-upaya memotivasi dan memfasilitasi perencanaan dapat didefinisikan sebagai
agar masyarakat dari berbagai lapisan usia gemar keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
berolahraga dan menjadikan olahraga sebagai gaya secara matang dari pada hal-hal yang akan
hidup. Dalam rangka meningkatkan budaya dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka
olahraga sebagai bagian dari proses dan pencapaian pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
tujuan pembangunan nasional, keberadaan dan Kompleksitas dan dinamika perencanaan
peran olahraga dalam kehidupan bermasyarakat, penyediaan Sarana dan Prasarana Olahraga
berbangsa, dan bernegara harus mendapatkan semakin mengemuka pada era Otonomi Daerah
kedudukan yang sejajar dengan sektor yang dewasa ini ditandai dengan pelimpahan
pembangunan lainnya terutama untuk kewenangan yang besar kepada Daerah
meningkatkan kesehatan, kebugaran, pergaulan Kabupaten/Kota.
sosial, dan kesejahteraan individu, kelompok, atau
masyarakat pada umumnya secara terencana dan Ketersediaan Sarana dan Prasarana Olahraga
sistemik. Masyarakat lebih mementingkan membangun
Dalam pembangunan olahraga, hasil utama prasarana perekonomian dari pada prasarana
yang telah dicapai adalah terumuskannya konsep umum untuk olahraga. Di sisi lain masyarakat juga
kebijakan yang mendukung perkembangan belum menjadikan kegiatan olahraga sebagai
olahraga nasional dan pedoman mekanisme kebutuhan hidup sehari-hari, apa lagi untuk
pembinaan olahraga dan kesegaran jasmani; dan berprestasi, sehingga partisipasi penduduk dalam
tersusunnya Rancangan Undang-Undang Olahraga keolahragaan masih kurang. Tidak tersedianya
untuk mendukung perkembangan olahraga prasarana umum untuk olahraga, belum
nasional, dan tersusunnya Sport Development membudayanya olahraga, dan pasifnya penduduk
Index (SDI). Selain itu, untuk meningkatkan upaya untuk berolahraga mengakibatkan kebugaran
pemanduan bakat dan pembibitan olahraga telah penduduk yang rendah.
dilaksanakan pembinaan olahraga di kalangan
pelajar termasuk pelajar penyandang cacat, Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Olahraga
organisasi olahraga dan masyarakat dan Berbagai kemajuan pembangunan di bidang
meningkatnya jumlah pelatih, peneliti, praktisi, keolahragaan bermuara pada meningkatnya

4
budaya dan prestasi olahraga. Hal ini antara lain Peraturan Daerah
ditunjukkan oleh tumbuhnya kesadaran Otonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga autos dan nomos. Autos artinya sendiri, sedangkan
terutama dalam lingkup satuan pendidikan nomos berarti hukum atau aturan. Sebagai istilah,
mengalami peningkatan sebagaimana ditunjukkan pengertian otonomi autos nomos atau autonomous
oleh data Susenas 2003 dan 2006 bahwa dalam bahasa Inggris kata sifat yang berarti: (1)
persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas keberadaan atau keberfungsian secara bebas atau
yang melakukan olahraga di sekolah meningkat independen (functioning or existing
dari 54,1% pada tahun 2003 menjadi 58,2% pada independently); dan (2) memiliki pemerintahan
tahun 2006. Partisipasi masyarakat dalam sendiri, sebagai negara atau kelompok dan
melakukan kegiatan olahraga semakin meningkat sebagainya (of or having self-government, as a
yang ditunjukkan dengan peningkatan partisipasi state, group, etc.). Sedangkan pengertian otonomi
masyarakat pada Indeks Pembangunan Olahraga (autonomy) sebagai kata benda (noun) adalah (1)
(SDI) dari 0,345 pada tahun 2005 menjadi 0,422 keadaan atau kualitas yang bersifat independen,
pada tahun 2006, dimana pengukuran SDI khususnya kekuasaan atau hak memiliki
sesungguhnya meliputi perkembangan banyaknya pemerintahan sendiri (the power or right of having
anggota masyarakat suatu wilayah yang self-government); dan atau (2) negara, masyarakat,
melakukan kegiatan olahraga, luasnya tempat atau kelompok yang memiliki pemerintahan
yang diperuntukkan untuk kegiatan berolahraga sendiri yang independen (a self-governing state,
bagi masyarakat dalam bentuk lahan, bangunan, community or group). Beranjak dari rumusan
atau ruang terbuka yang digunakan untuk kegiatan pengertian otonomi tersebut dapat disimpulkan
berolahraga dan dapat diakses oleh masyarakat bahwa otonomi daerah secara ringkas adalah
luas, kebugaran jasmani yang merujuk pada daerah yang menyelenggarakan pemerintahan
kesanggupan tubuh untuk melakukan aktivitas sendiri, atau daerah yang memiliki pemerintahan
tanpa mengalami kelelahan yang berarti, serta sendiri yang berdaulat atau independen.
jumlah pelatih olahraga, guru Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan (Penjaskes), dan instruktur olahraga Partisipasi Masyarakat dalam Berolahraga
dalam suatu wilayah tertentu. Secara umm partisipasi olahraga dapat
mencakup partisipasi langsung seperti melakukan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Olahraga olahraga dan tidak langsung seperti sebagai
Sarana dan Prasarana Olahraga merupakan sponsor penyelenggaraan event olahraga. Secara
modal utama dalam penyelenggaraan kegiatan khusus, partisipasi masyarakat dalam berolahraga
olahraga, melalui peningkatan ketersediaan Sarana merujuk pada keterlibatan langsung secara aktif
dan Prasarana Olahraga yang berkualitas baik dan sebagai pelaku olahraga. Olahraga tersebut dapat
memadai dalam artian harus di sesuaikan dengan berbentuk olahraga formal seperti sepak bola,
standart keutuhan ruang perorangan. Sarana dan maupun tidak formal seperti olahraga tradisional.
Prasarana Olahraga adalah daya pendukung yang Demikian juga sifat olahraga yang dilakukannya
terdiri dari segala bentuk jenis peralatan dan dapat bersifat rekreatif, kompetitif, dan olahraga
tempat berbentuk bangunan yang di gunakan kesehatan dan kebugaran. Tempatnya dapat di
dalam memenuhi prasyaratan yang di tetapkan lingkungan keluarga, masyarakat, atau sekolah
untuk pelaksanaan program olahraga. Pengelolaan yang ering disebut pendidikan jasmani. Angka
olahraga dapat menjadi lahan bisnis dan partisipasi masyarakat dalam olahraga yang
menghasilkan keuntungan akan tetapi keuntungan dihitung berdasarkan perbandingan jumlah
yang dapat diraih sangat tergantung pada mutu partisipasi olahraga dengan jumlah populasi.
fasilitas, produk, pertandingan atau jasa yang
dijual, memiliki daya tarik dan ditampilkan pada Sarana dan Prasarana Olahraga
saat yang tepat, di tempat strategis. Menurut Olahraga telah dijadikan sebagai gerakan
Harsoyo (1977:121) dalam (http://id.shvoong.com. nasional dan merupakan implementasi dari
pengertian-pengelolaan), pengelolaan adalah suatu pembangunan olahraga di Indonesia. Sejalan
istilah yang berasal dari kata kelola mengandung dengan itu, maka dicetuskanlah slogan Tiada Hari
arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk Tanpa Olahraga dengan harapan olahraga dapat
mengali dan memanfaatkan segala potensi yang tumbuh dan mengakar dalam kehidupan sehari-
dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai hari masyarakat disegala lapisan, mulai dari
tujuan tertentu yang telah direncanakan perkotaan sampai ke pedesaan. Ketika olahraga
sebelumnya telah menjadi sebuah kebutuhan setiap orang
dalam hidupnya maka timbulah sebuah
permasalahan yaitu kebutuhan akan Sarana dan

5
Prasarana Olahragayang bisa menunjang aktivitas sedangkan policy impact adalah sejumlah
olahraga. Demi kenyamanan dan kelancaran dalam outcomes yang dihasilkan suatu program melalui
melakukan aktivitas olahraga tersebut maka proses jangka panjang. Dampak akhir baru dapat
diperlukan pula Sarana dan Prasarana dieliti dan diketahui hasilnya setelah suatu
Olahragayang baik dan memenuhi standar program sekian lama dilaksanakan (Bambang S,
keolahragaan. 1994 : 139). Dengan perencanaan dan mekanisme
Ruang Terbuka Olahraga yang sudah ditetapkan dan dijalankan maka
Ketika berbicara masalah Sarana dan Outcomes yang diharapkan dalam kebijakan ini
Prasarana Olahraga, maka yang ada di benak kita yaitu tersedianya Sarana dan Prasarana Olahraga
adalah Sarana dan Prasarana Olahraga yang di Kabupaten Kudus.
tersedia minim kualitas dan kuantitas. Hal
tersebut sangat memprihatinkan mengingat misi METODOLOGI PENELITIAN
yang selalu diusung oleh Pemerintah yaitu Untuk memperoleh berbagai keterangan yang
Pembangunan Olahraga di Indonesia. Namun dibutuhkan, maka penelitian ini dilaksanakan di
kemudian muncul pertanyaan, seberapa jauh Kabupaten Kudus, meliputi 9 Kantor Kecamatan,
keberhasilan pembangunan olahraga yang telah Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga,
dilaksanakan. Melihat kenyataan dilapangan, Kantor KONI, Kantor DPRD, Kantor Bupati
nampaknya sulit untuk mencapai tujuan tersebut Kabupaten Kudus. Waktu penelitian dilaksanakan
dimana kurangnya perhatian Pemerintah akan hal- pada bulan Agustus Oktober 2013.
hal yang mendukung terlaksananya program Metode penelitian yang digunakan, dalam
bahkan yang kita rasakan yaitu semakin penelitian ini adalah Penelitian deskriptif, yang
merosotnya dunia olahraga di Indonesia jika kita bertujuan untuk mengembangkan sebuah indikator
lihat dari sudut pandang perkembangan prestasi dalam rangka mengukur tingkat ketersediaan
olahraga dan pola management keolahragaan yang fasilitas olahraga yang ada dalam wilayah
ada saat ini. Menanggulangi hal tersebut, para Kabupaten Kudus. Hal ini sesuai dengan pendapat
pelaku olahraga dan ahli olahraga di Indonesia Nasir (1983) yang mengatakan bahwa penelitian
telah melakukan kajian mengenai Pembangunan deskriptif adalah mempelajari masalah-masalah
Olahraga versi Sport Development Index (SDI). dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku
Salah satu dimensi inti kajian dalam SDI yaitu dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
Ruang Terbuka yang dapat mengukur seberapa termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,
jauh keberhasilan pembangunan olahraga disuatu sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-
wilayah. proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-
pengaruh dari suatu fenomena.
Kerangka Berfikir Demi kelancaran penelitian serta memberikan
Kebijakan Pemerintah tentang Olahraga arti terhadap data dalam penelitian secara
diwujudkan dalam bentuk Perundang-Undangan sistematis, efisien, dan efektif, peneliti melakukan
atau Peraturan Daerah (PERDA) yang ditetapkan proses penelitian pendahuluan yang meliputi
oleh pemerintah daerah yang bersangkutan yang penelusuran literatur, dokumentasi, dan studi
mengatur salah satunya tentang penyediaan Sarana evaluasi situasi tempat penelitian yang akan
dan Prasarana Olahraga sebagaimana yang dilaksanakan. Dari hasil proses penelitian
tercantum dalam Undang-Undang Sistem pendahuluan tersebut, kemudian ditemukan
Keolahragaan nasional Nomor 3 tahun 2005. Di sejumlah informasi awal yang menyangkut objek
dalam Perda tersebut diantaranya memuat tentang penelitian sehingga dapat dikatagorikan pada
Perencanaan Sarana dan Prasarana Olahraga, kelompok penelitian kualitatif (Sugiyono, 2007).
Ketersediaan Sarana dan Prasarana Olahraga, Menurut HB. Sutopo (2006: 68); teknik
Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Olahraga dan pengumpulan data yang digunakan adalah :
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Olahraga. 1. Mengkaji Dokumen dan Arsip (content
Proses implementasi kebijakan pemerintah dimulai analysis).
dari adanya suatu kebijakan yang telah siap 2. Wawancara Mendalam (in-depth interviewing).
dilaksanakan. Outcomes yang dihasilkan melalui 3. Observasi (observation).
proses implementasi terdiri atas hasil segera
kebijakan (policy effect) dan hasil akhir (policy HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
impact). Hasil segera dan dampak yang Hasil penelitian pengembangan ini adalah
ditimbulkan suatu program sangat berguna untuk sebagai berikut:
menilai kinerja implementasi suatu program. Deskripsi Tentang Kabupaten Kudus
Policy effect merupakan pengaruh jangka pendek Kabupaten Kudus adalah sebuah kabupaten di
yang dihasilkan dari pelaksanaan kebijakan Provinsi Jawa Tengah. Ibukota kabupaten ini

6
adalah Kudus, terletak di jalur pantai timur laut Djarum di Kudus. Namun, pada tahun 1970,
Jawa Tengah antara Kota Semarang dan Kota akhirnya yang ikut berlatih bukan hanya
Surabaya. Kota ini bertempat 51 km dari timur karyawan, tetapi juga pemain dari luar. Ini adalah
Kota Semarang. awal dari pembinaan Djarum dalam menyumbang
pemain nasional dimulai.
Pembagian administratif
Secara administratif Kabupaten Hasil Penelitian Kebijakan Pemerintah tentang
Kudus terdiri atas 9 kecamatan, yang dibagi lagi Penyediaan Sarana dan Prasarana Olahraga
atas 123 desa dan 9 kelurahan. Pusat pemerintahan Publik di Kabupaten Kudus
berada di Kecamatan Kota Kudus. Kudus adalah Sebelum peneliti menguraikan hasil Evaluasi
kabupaten dengan wilayah terkecil dan jumlah Kebijakan tentang Penyediaan Sarana dan
kecamatan paling sedikit di Jawa Tengah. Prasarana Olahraga Publik di Kabupaten Kudus,
Kabupaten Kudus terbagi menjadi 3 wilayah peneliti akan menjelaskan mekanisme kerangka
pembantu bupati (kawedanan), yaitu: (1) berpikir dalam penyediaan sarana dan prasarana
Kawedanan Kota (Kec. Kota, Jati dan Undaan). (2) olahraga publik dengan melihat tabel di bawah ini:
Kawedanan Cendono (Kec. Bae, Dawe, Gebog
dan Kaliwungu). (3) Kawedanan Tenggeles (Kec. Pembahasan
Mejobo dan Jekulo). Luas wilayah Kabupaten Data yang sudah terkumpul kemudian
Kudus tercatat sebesar 42.516 hektar atau sekitar dilakukan pembahasan secara mendalam. Berikut
1,31 persen dari luas Provinsi Jawa Tengah. ini hasil pembahasan mengenai Kebijakan
Kecamatan yang terluas adalah kecamatan Dawe Pemerintah tentang Penyediaan Sarana dan
yaitu 8.584 hektar (20,19 persen), sedangkan yang Prasarana Olahraga Publik di Kabupaten Kudus
paling kecil adalah kecamatan kota seluas 1.047 tahun 2013.:
hektar (2,46 persen) dari luas Kabupaten Kudus.
Luas wilayah tersebut terdiri dari 20.629 hektar Kebijakan pemerintah tentang penyediaan
(48,52 persen) merupakan lahan pertanian sawah sarana prasarana olahraga publik di
dan 7.637 hektar (17,96 persen) adalah lahan Kabupaten Kudus.
pertanian bukan sawah sedangkan sisanya adalah Pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus
lahan bukan pertanian sebesar 14.250 hektar mampu memunculkan ide ide cemerlang dalam
(33,52 persen) kebijakannya. Pemerintah sebagai pembuat
kebijakan harus mampu mengakomodasikan setiap
Pendidikan di Kabupaten Kudus kepentingan dalam penyediaan sarana prasarana
Pada tahun pelajaran baru 2013/2014 olahraga. Dalam membuat kebijakan tidak hanya
tersedia jumlah, TK sebanyak 215 Unit, SD kepentingan pribadi saja tapi harus mengetahui
sebanyak 471 Unit, MI sebanyak 138 Unit, SLTP dampak atau akibat dari kebijakan yang
dan MTS masing masing sebanyak 51 dan 59 dikeluarkan,
Unit, SLTA dan MA masing-masing ada sebanyak
43 dan 29 Unit. Perencanaan dalam penyediaan sarana
prasarana olahraga publik di Kabupaten
Olahraga Kudus.
Kudus memiliki klub profesional dalam Perencanaan merupakan sebuah langkah
beberapa cabang olahraga, yaitu: awal dalam usaha penyediaan sarana prasarana
1. Cabang Bulu Tangkis : PB Djarum Kudus olahraga. Perencanaan idealnya melibatkan
2. Cabang Sepak Bola : Persiku Kudus seluruh komponen masyarakat olahraga yang ada
3. Cabang Futsal : Kemon Kudus agar semua aspirasi dan kebutuhan yang
4. Cabang Tenis Meja : Sukun Kudus diperlukan dapat terealisasi dengan baik dan sesuai
5. Cabang Tenis Lapangan : Sukun Kudus dengan tujuan utama, mamasyarakatkan olahraga
6. Cabang Catur : Sukun Kudus dan mengolahragakan masyarakat dengan hasil ,
Dari beberapa cabang olahraga diatas yang olahraga prestasi, olahraga pendidikan, dan
menjadi andalan Kabupaten Kudus adalah cabang olahraga rekreasi. Yang terpenting adalah langkah
Bulu Tangkis yang dikelola oleh PB Jarum Kudus, kongkrit dalam mengimplementasikan semua
akan kami paparkan sedikit tentang Persatuan perencanaan yang telah dibuat. Tanpa adanya
Bulu Tangkis Jarum Kudus : implementasi maka sebuah perencanaan yang baik
Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum (disingkat PB hanya sebuah wacana yang tidak ada realisasinya.
Djarum) berdiri pada tahun 1974. Awalnya Karena pentingnya sebuah perencanaan maka
perkumpulan ini didirikan hanya sebagai kegiatan perlu adanya perhatian khusus dalam hal
penyaluran hobi bagi karyawan pabrik rokok penyediaan anggaran untuk olahraga di Kabupaten

7
Kudus . Pemerintah Daerah sebagai penyedia kemudahan dan kenyamanan dan keselamatan bagi
anggaran harus dapat menyediakan anggaran yang masyarakat dalam hal menggunakan sarana
dibutuhkan dalam perencanaan olahraga prasarana olahraga tersebut harus diutamakan.
Kebijakan Pemerintah Daerah yang selama ini
Mekanisme dalam penyediaan sarana yang memfungsikan sarana prasarana olahraga
prasarana olahraga publik di Kabupaten diluar kepentingan olahraga harus ditinjau ulang
Kudus. atau dihapus sesuai dengan Perda yang memang
Mekanisme dalam penyediaan sarana harus diadakan kalau ingin baik kedepanya.
prasarana olahraga masih belum maksimal, karena Contoh, di depan GOR Wergu Wetan ada tanah
terkendala anggaran yang tersedia. Ini yang lapang yang biasanya digunakan untuk senam
menjadi kendala dilapangan, baik yang berkenaan aerobik untuk masyarakat, tapi kenyataannya lebih
sarana prasaran olahraga prestasi, olahraga banyak disewakan untuk kegiatan pameran atau
pendidikan, maupun olahraga rekreasi. arena untuk pasar, sehingga untuk kegiatan
olahraga untuk masyarakat yang mengalah, hanya
Ketersediaan sarana prasarana olahraga publik dilakukan di gang-gang sempit dalam pelaksanaan
di Kabupaten Kudus senam aerobiknya.atau ada event tertentu,kegiatan
Sebagai komponen utama dalam aktifitas olahraganya yang harus pindah, belum lagi
olahraga, ketersediaan saran prasarana olahraga digunakan untuk kegiatan hiburan masyarakat
merupakan hal yang penting mendapatkan yang menggunakan arena olahraga tersebut,
perhatian dari pemerintah. Pembinaan olahraga bahkan kadang kadang digunakan untuk partai
masyarakat dalam arti luas tentu bukan hanya politik untuk berkampanye, dan lain lain yang
menyediakan tempat atau ruang publik yang tidak bisa kita sebutkan satu persatu yang
memadai. Seharusnya penyediaan sarana prasarana mengganggu pemanfaatan sarana prasarana
olahraga di seluruh kecamatan di kabupaten Kudus olahraga publik. Hal ini tentu menimbulkan
harus merata, tidak hanya diKecamatan Kota saja keprihatinan para pengguna lapangan olahraga
yang ada sarana prasara olahraga publik karena tersebut, karena dikorbankan oleh kebijakan yang
letaknya di pusat Ibukota Kabupaten. Pemerataan tidak sesuai dengan pemanfaatan sarana prasarana
merupakan langkah awal dari sebuah gagasan yang tersebut. Sarana prasarana olahraga publik yang
lebih besar dalam usaha pembangunan sarana baik sangat menunjang dalam melakukan aktifitas
prasarana olahraga serta pembinaan olahraga.dalm olahraga dan pembinaan olahraga prestasi, maupun
mebangun insfrastruktur tidak cukup hanya satu untuk kepentingan olahraga pendidikan maupun
Kecamatan saja tapi seluruh kecamatan sehingga rekreasi. Namun ketika sarana prasarana olahraga
tidak ada kesenjangan dalam pembangunan sarana tidak dalam kondisi yang cukup baik, maka akan
prasarana olahraga tersebut.tapi harus diingat tidak berpengaruh kwantitas maupun kualitas olahraga
setiap Kecamatan harus sama pembangunannya, di suatu daerah.
bisa beragam sesuai dengan kondisi masyarakat,
adat, geografis dan sebagainya. Harapanya disetiap Pengelolaan sarana prasarana olahraga publik
Kecamatan mempunyai penonjolan cabang cabang di Kabupaten Kudus
olahraga yang dibina. Pedoman yang digunakan Belum adanya Peraturan Daerah tentang
memang sudah benar berpijak pada Undang- pengelolaan sarana prasarana olahraga menjadikan
Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 tidak adanya aturan main yang jelas dalam
Tahun2005, tapi kalau tidak dijabarkan ke dalam mengikat tentang pelaksanaan pengelolaan sarpras.
Peraturan Daerah tidak akan bisa fokus dalam Disamping tidak ada penganggaran dana secara
pelaksanaannya, yang terkait dengan program, isi khusus untuk mengelola sarpras. Pola pengelolan
kegiatan, serta pada tataran pelaksanaan, yang yang selama ini masih jauh dari harapan, contoh
diarahkan untuk terus menerus melakukan praktek arena olahraga publik, tapi masih bayar meskipun
langsung,pelayanan, pembinaan dan edukasi tidak semahal sarpras yang dikelola swasta.
kepada masyarakat melalui kegiatan olahraga Struktur pengelolaan yang baik haruslah
seperti yang diamanatkan Undang-Undang Sistem mengedepankan kepentingan olahraga itu sendiri.
Keolahragaan. Bukan barang yang tidak boleh diungkap bahwa
pemerintah daerah ada keterbatasan dalam
Pemanfaatan sarana prasarana olahraga publik pengelolaan sarpras tersebut, ini menjadi
di Kabupaten Kudus penghambat dalam pengelolaan saran prasarana
olahraga itu. Di daerah-daerah yang
Sarana prasarana olahraga publik yang pengelolaannya sudah baik, pemerintah dapat
tersedia harusnya dimanfaatkan sebagaimana bekerjasama dengan fihak swasta dalam
mestinya sesuai fungsinya dan tujuannya. Faktor pengelolaannya. Secara tidak langsung

8
pengelolaan sarana olahraga akan baik, karena Sarana dan prasaran olahraga publik faktual
dalam hal ini pengelolaan yang dipegang swasta di Kabupaten Kudus
dapat terjaga dampaknya harga karcis akan naik Sarana prasarana olahraga publik faktual di
dibandingkan kalau dikelola Pemda. Meskipun Kabupaten Kudus, kalau peneliti melihat
fihak swasta mengedepan bisnis, tapi ini dimasyarakat sebetulnya sudah cukup, hanya
digunakan untuk kepentingan olahraga, pengelolaan masih jauh dari realita yang ada.
masyarakat akan memahami,meskipun agak mahal Memang tidak mudah untuk bisa mewujudkan
sedikit tapi pelayanan, kenyamanan, dan sarpras tersebut. Pemerintah Daerah harus
keselamatan itu merupakan dambaan masyarakat melibatkan semua komponen yang ada, tidak bisa
maju. Dari sistem seperti itu maka dapat menjadi tanggung jawab tunggal pemerintah saja.
meringankan pemerintah dalam hal Tapi harus bersama sama dengan
pengelolaannya.sarana prasarana olahraga menjadi Pemerintah,Pemerintah Daerah dan Masyarakat
baik dan terawat dengan baik dan masyarakat akan yang peduli olahraga untuk mengembangkan
senang karena pelayanan ke masyarakat juga baik. olahraga secara bersama-sama. Kalau kita
Kalau pengelolaan sarana prasarana olahraga baik berbicara sarana dan prasarana olahraga sekarang
akan berdampak positip bagi perkembangan baik di bidang olahraga prestasi, pendidikan dan
olahraga sehingga bisa berprestasi yang lebih baik rekreasi masih kurang, hanya diwilayah perkotaan
lagi, semoga.ini merupakan harapan yang baik yang lebih baik dibandingkan dengan wilayah non
untuk insan olahraga untuk semuanya. perkotaan. Ini merupakan tugas pengambil
kebijakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Sarana dan prasarana olahraga publik ideal di dalam penyediaan sarana dan prasarana olahraga
kabupaten Kudus untuk bidang prestasi, pendidikan, dan rekreasi
Sarana prasarana olahraga publik ideal terpenuhi meskipun secara bertahap dianggarkan
merupakan dambaan masyarakat . mungkinkah di APBD Kabupaten Kudus.
akan terwujud cita cita tersebut? Saya kira semua
bisa menjawab pertanyaan itu, bisa ya, bisa tidak. Kesimpulan
Tapi itu semua tergantung pada niat kesungguhan Berdasarkan pembahasan yang telah
masyarakat untuk mewujudkanya. Pemerintah dan diuraikan mengenai kebijakan pemerintah
pemerintah Daerah mempunyai tanggung jawab kabupaten Kudus tentang penyediaan sarana dan
untuk menyediakan sarana dan prasarana olahraga prasarana olahraga publik maka dapat ditarik
publik meskipun tidak sepenuhnya menjadi kesimpulan bahwa:
tanggungjawabnya, tapi peran masyarakat juga 1. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kudus
dibutuhkan untuk berperan aktif didalamnya bisa tentang penyediaan sarana dan prasarana
dalam penyediaan maupun untuk menjaga sarpras olahraga publik mengacu pada Undang-
tersebut. Idealnya disetiap Desa mempunyai area Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
publik yang cukup. Untuk kegiatan masyarakat. 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional,
Sebetulnya sudah punya ruang terbuka hanya belum ada PERDA sebagai payung
pengelolaan yang tidak maksimal, tidak ada hukumnya,hanya ada program kerjanya yang
rencana, pengelolaan dan evaluasi. Tidak hanya dibuat setiap tahunnya oleh Dinas Pendidikan
membangun sarana dan prasarana di pusat kota Pemuda dan Olahraga lewat Kepala Bidang
saja. Untuk bisa mewujudkan mempunyai sarana Olahraga, karena tidak terlalu kuat dalam
dan prasarana olahraga publik, perlu adanya kebijakannya maka banyak program kerja yang
perjuangan yang panjang, mulai adanya usulan dipangkas dalam penganggaranya atau dihapus
dari masyarakat yang ditampung di Dinas keberadaan program kerja tersebut.
Pendidikan Pemuda dan Olahraga dalam hal ini 2. Perencanaan penyediaan sarana dan prasarana
yang mengurusi Kepala Bidang Olahraga sesuai olahraga publik di Kabupaten Kudus belum
dengan tugas pokok dan fungsi dari bidang terprogram dengan baik. Peran pemerintah
prestasi, pendidikan, dan rekreasi, diprogram dan belum terlihat dengan jelas dalam
direncanakan lalu disusun anggaran yang merencanakan sarana dan prasarana olahraga
dibutuhkan sesuai kebutuhan bidang tersebut lalu publik di Kabupaten Kudus, ini dibuktikan
diusulkan kepada Bupati lewat bagian kesra lalu dengan minimnya sarana prasarana yang
diplenokan di DPRD Kabupaten Kudus untuk dimiliki cabang olahraga.
disahkan menjadi APBD Kabupaten Kudus, ini 3. Mekanisme dalam penyediaan sarana dan
perlu pengawalan untuk menyakinkan kepada prasarana olahraga publik sebetulnya sudah
Dewan bahwa sarana dan prasarana olahraga jelas hanya karena keterbatasan anggaran,
publik sangat dibutuhkan oleh masyarakat sarana dan prasarana yang seharusnya tiap

9
tahun bertambah, tapi kenyataanya sama, tidak 1. Pemerintah Kabupaten Kudus hendaknya
bertambah. menyediakan sarana dan prasarana olahraga
4. Ketersediaan sarana dan prasarana olahraga publik yang standar pada semua cabang
publik di Kabupaten Kudus belum memadai olahraga agar bisa dimanfaatkan oleh
baik secara kualitas maupun kuantitas. masyarakat.
Ketersediaan sarana dan prasarana belum 2. Pemerintah Kabupaten Kudus harus membuat
merata pada semua cabang olahraga dan belum Peraturan Daerah (PERDA) yang mengatur
merata keseluruh kecamatan yang ada di tentang keolahragaan di Kabupaten Kudus
Kabupaten Kudus. yang mana salah satunya mengatur tentang
5. Pemanfaatan sarana dan prasarana olahraga penyediaan sarana dan prasarana olahraga
yang tersedia belum maksimal dan seringkali publik..
dimanfaatkan untuk kepentingan diluar 3. Sebuah mekanisme kerja mengenai
olahraga. perencanaan sarana dan prasarana, penyediaan
6. Pengelolaan sarana dan prasarana olahraga sarana dan prasarana, pemanfaatan sarana dan
yang ada belum diperhatikan dengan baik prasarana dan pengelolaan sarana dan
sehingga banyak sarana dan prasarana olahraga prasarana perlu disusun dengan baik dan jelas
yang terbengkalai dan rusak. agar arah pembangunan olahraga di Kabupaten
7. Sarana dan prasarana olahraga publik ideal Kudus dapat berjalan sesuai harapan.
masih jauh dari yang diharapkan, Pemerintah 4. Koordinasi dan kerjasama antara
Daerah hanya membangun di pusat perkotaan organisasi/lembaga yang berperan dalam
itupun sangat minim. olahraga dengan masyarakat harus di jalankan
8. Sarana dan prasarana olahraga publik yang dengan baik sehingga kebijakan yang sudah
diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan di dibuat bisa didukung oleh semua pihak.
lapangan
DAFTAR PUSTAKA
Implikasi Agustino, Leo. 2011. Sisi Gelap Otonomi Daerah:
Dari kesimpulan diatas maka implikasinya Sisi Gelap Desentralisasi di Indonesia
sebagai berikut: Berbanding Era Sentralisasi. Widya
1. Beberapa cabang olahraga yang populer Padjadjaran. Bandung
dimasyarakat sudah tersedia fasilitasnya namun Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian.
sebagian besar fasilitas tersebut adalah milik PT.Asdi Mahasatya : Jakarta
pihak swasta. Hal tersebut mengakibatkan Bambang S. 1994. Hukum Dan Kebijaksanaan
hanya beberapa cabang olahraga tertentu saja Publik. Sinar Grafika : Jakarta.
yang berkembang di Kabupaten Kudus. Untuk BPS, Dirjen Olahraga. Depdiknas. 2002. Indikator
itu diperlukan perencanaan untuk menyediakan Olahraga Indonesia, BPS-Dirjen Olahraga
sarana dan prasarana olahraga publik, pada Depdiknas : Jakarta.
cabang-cabang olahraga yang belum populer BNSP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
dimasyarakat. Pendidikan. Jakarta
2. Olahraga merupakan kebutuhan setiap orang, Clerici, M. 1976. Sport Facilities Problems and
dan untuk melakukan aktivitas olahraga maka Plainning, Olimpics Solidarity : Tousame.
yang sangat diperlukan adalah tersedianya Depdiknas. 2001. Kamus besar bahasa indonesia.
fasilitas olahraga yang memenuhi standar baik Balai pustaka : Jakarta
secara kualitas maupun kuantitas yang bisa Dirjen Olahraga. Depdiknas. 2004. Pengkajian
diakses secara mudah oleh masyarakat umum Sport Development Index (SDI), Proyek
dan juga untuk kepentingan pembinaan prestasi Pengembangan dan Keserasian Kebijakan
olahraga di sebuah daerah. Olahraga. Pusat Studi Olahraga lembaga
3. Perkembangan olahraga di suatu daerah tidak Penelitian Universitas Surabaya : Jakarta
terlepas dari peran pemerintah pusat dan Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis
pemerintah daerah itu sendiri. Dalam Kebijakan Publik. Gadjah Mada University
menentukan kebijakan, perlu adanya suatu arah Press: Yogyakarta.
yang jelas dan mengikat berupa perundang- Giriwijoyo Santosa dan Sidik D. Zafar. 2012.
undangan yang disusun sedemikian rupa Ilmu Kesehatan olahraga. PT. Remaja
sehingga kebijakan tersebut mampu mencapai Rosdakarya : Bandung
tujuan yang diharapkan. Handoko Hani T. 1999. Manajemen Olahraga
Edisi 2. BPFE: Yogyakarta

Saran

10
Harrow, Anita J. 1977. A Taxonomy of The Mutohir, Toho Cholik 2005. Olahraga Dan
Psychomotor Domain: A Guide for Pembangunan Meraih Kembali Kejayaan.
Developing Behavioral Objectives. New Ikatan Sarjana Olahraga Indonesia : Jakarta
York: David McKay Company, Inc. Mutohir, Toho Cholik., dan Maksum, Ali. 2007.
Harsoyo. 1977. (http://id.shvoong.com. Sport Development Index (SDI): Konsep,
pengertian-pengelolaan). Diakses pada Metodologi dan Aplikasi. PT. Indeks :
tanggal diakses pada tanggal 14-09-2012 Jakarta
(15.21) Nasir, Muhammad. 1983. Metodologi Penelitian.
Harsuki. 2012. Pengantar Manajemen Olahraga. Angkasa : Bandung.
PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta Neilson, N.P. 1978. Concepts and Objectives In
Hoessein, Bhenyamin. 2009. Perubahan Model, The Movement Arts and Sciences. New
Pola, dan Bentuk Pemerintah Daerah: Dari York: Vantage Press, Inc.
Era Orde Baru ke Era Reformasi. Nugroho, Riant. (2008). Public Policy. Alex
Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI: Media Komputindo : Jakarta
Depok. Santosa, Pandji. 2008. Administrasi Publik, Teori
IAI DKI Jakarta. 1986. Standar Hasil Karya dan Aplikasi Good Governance. Refika
Perancangan Ikatan Arsitek Indonesia. IAI Aditama : Bandung
: Jakarta Soepartono. 1999/2000. Sarana dan prasarana
Islamy, Irfan M. 2002. Prinsip-Prinsp Perumusan olahraga. Departemen pendidikan dan
Kebijaksanaan Negara. PT.Bumi Aksara : kebudayaan : Jakarta
Jakarta. Sugiyanto. 2012. Menjadi Guru Pendidikan
Kartodiharjo, Hariadi. 2009. Bahan Kuliah Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Yang
Analisis Kebijakan dan Kelembagaan Profesional Dan Kompeten. Naskah Materi
Lingkungan. Disampaikan Pada Pelatihan Metode
Kemenegpora. 2007. Undang-Undang Republik Pembelajaran Inovatif Guru Pendidikan
Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan Sekolah
Sistem keolahragaan Nasional. Biro Humas Dasar Di Kota Surakarta Tanggal 25-27
Dan Hukum : Jakarta Juni 2012
KONI. 1998. Proyek Garuda Emas Rencana Induk Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Penelitian.
Pengembangan Olahraga Prestasi di Cetakan Keduabelas, Alfabeta : Bandung.
Indonesia 1997-2007. KONI Pusat : Jakarta. Sutopo, H.B. 2006. Metode Penelitian kualitatif.
Kosasih, Engkos, 1980. Olahraga Teknik dan Universitas Sebelas Maret : Surakarta.
Program Latihan. CV. Akademika Syaifuddin, Aip. 1990. Belajar aktif Pendidikan
Pressindo : Bandung Jasmani dan Kesehatan SMP. Grasindo:
Kristiyanto, Agus. 2012. Pembangunan Olahraga Jakarta
Untuk Kesejahteraan Rakyat Dan Kejayaan Wahab, Solichin Abdul. 2001. Analisis
Bangsa. Yuma Pustaka : Surakarta Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke
Lexy, J Moloeng. 1990. Metode Penelitian Implementasi Kebijaksanaan Negara.
Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya : PT.Bumi Aksara : Jakarta
Bandung. 2011. Pengantar Analisis
Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Kebijakan Publik. UMM Press : Malang
Pengantar Teori Dan Metode. Dekdikbud. Wirjasantosa, Ratal. 1984. Supervisi Pendidikan
Ditjendikti : Jakarta Olahraga, Universitas Indonesia
1992. Manusia dan Olahraga.
FPOK IKIP Bandung : Bandung
2001. Pengukuran Dan Evaluasi
Pendidikan Jasmani Kesehatan.
DEPDIKBUD: Bandung
Maksum, Ali. dkk. 2004. Pengkajian Sport
Development Index (SDI), Proyek
Pengembangan dan Keserasian Kebijakan
Olahraga Dirjen Olahraga Depdiknas dan
Pusat Studi Olahraga lembaga Penelitian
Universitas Surabaya : Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai