Anda di halaman 1dari 8

25 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 5 No.

PEMANFAATAN BLOTONG SEBAGAI AKTIVATOR


PUPUK ORGANIK
Rr. Fanny, Munawar Ali dan M. Mirwan
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jatim

ABSTRAK

Pengomposan adalah salah satu cara untuk mengolah limbah organik secara
biologis, menggunakan aktivitas mikroba untuk mengubah sampah organik menjadi
bahan dengan penyesuaian karakteristik tanah. Blotong dari pabrik gula memiliki
karbon, nitrogen, fosfat, kalium dan mineral lain yang dapat digunakan untuk
pemulihan tanah serta menahan kapasitas air. Tujuan dari penelitian ini adalah
pembuatan pupuk organik dengan pencampuran blotong dari pabrik gula.
Penelitian ini menggunakan sistem aerobik, dengan varian blotong sebesar 1 kg,
2 kg, 3 kg dan 4 kg. Menggunakan metode aerasi tanpa aerator dan dengan
menggunakan aerator dengan perbandingan 1,8; 2,7 dan 3,6 l / min / kgVs. Berat
Sampah 3 kg. dengan menambahkan blotong dan tanpa penambahan blotong sebagai
kontrol.
Hasil dari penelitian ini adalah penambahan 4 kg blotong dalam 3 kg
menghasilkan C / N ratio 19,2. Metode aerasi yang efektif untuk pengomposan dengan
menggunakan aerator. Pengaruh pertumbuhan mikroba dengan penurunan rasio C / N
selama pengomposan dengan penurunan 84%.
Kata Kunci : blotong, kompos, aerasi, sampah organik

ABSTRACT
Composting is a way of treating organic waste biologically, using microbial
activity to convert organic waste into material with soil characteristic. Filter cake from
sugar factory has carbon, nitrogen, phosphate, calium and the other minerals that can
be use for soil recovery for example high water holding capacity. The goal of research
is to use organic waste for green manure. The waste from sugar factory is filtercake
that mix with rubbish.
This research use aerobic system, with variant of filter cake add are 1 kg, 2 kg, 3
kg and 4 kg. Use aeration method without aerator and with aerator use variant of dosis
are 1,8; 2,7 and 3,6 l/min/kgVs. Rubbish with 3 kg weight without filter cake add as
control.
The result of the research is 4 kg filter cake add each 3 kg rubbish stimulation
decrease of C/N ratio 19,2. Aeration method that effective for composting is use
aerator. The microbial growth influence decrease of C/N ratio during composting with
84 % decrease.
Key word: filter cake, composting, aeration, rubbish.
Pemanfaatan Blotong Sebagai Aktivator (Rr. Fanny, Munawar Ali dan M.Mirwan) 26

PENDAHULUAN penggunaan pupuk organik dari bahan


blotong (Widodo 2009).Sedangkan di
Dewasa ini masalah lingkungan daerah Medayu Utara terdapat banyak
sering diakibatkan adanya limbah yang timbunan sampah organik terutama
ditangani kurang baik.Selain itu sampah kebun (sisa daun). Hal ini akan
banyaknya volume limbah menurunkan mengurangi estetika lingkungan.
estetika lingkungan, mengganggu Selama ini warga melakukan
kehidupan masyarakat apabila tidak pembakaran terhadap sampah kebun
segera ditangani.Di Pabrik Gula Candi tersebut. Pembakaran dapat
Baru Sidoarjo menghasilkan limbah mengakibatkan pencemaran udara dan
padat berupa blotong sebesar 60 mengganggu pernafasan. Dari hal hal
ton/hari atau 3% tebu, abu kering 28,8 tersebut timbul gagasan untuk
ton/hari dan abu basah 27 ton/hari memanfaatkan limbah limbah tersebut
(laporan limbah PG Candi Baru menjadi sesuatu yang memiliki manfaat
Sidoarjo 2011). dan juga memiliki nilai ekonomis, yaitu
Blotong merupakan limbah yang dijadikan bahan pembuatan pupuk
paling tinggi tingkat pencemarannya organik.
dan menjadi masalah bagi pabrik gula Penelitian ini memanfaatkan
dan masyarakat. Limbah ini biasanya limbah padat PG Candi Baru Sidoarjo
dibuang ke sungai dan menimbulkan berupa blotong dan sampah kebun di
pencemaran, karena di dalam air bahan daerah Medayu Utara,dengan bertujuan
organik yang ada pada blotong akan melihat pengaruh pemberian blotong
mengalami penguraian secara alamiah, sebagai aktifator terhadap kecepatan
sehingga mengurangi kadar oksigen dekomposisi sampah kebunserta
dalam air dan menyebabkan air pengaruhnya terhadap kualitas kompos
berwarna gelap dan berbau busuk dan untuk mengetahui metode aerasi
(Purwaningsih 2011).Namun blotong yang paling efektif mempercepat proses
memiliki sifat yang mendukung dekomposisi.Manfaat penelitian ini
perbaikan sifat tanah antara lain daya untuk menambah wawasan tentang
menahan air tinggi, berat volume bagaimana teknik pengomposan dan
rendah, porous dan KTK tinggi. kontribusinya meminimisasi volume
Blotong menunjukkan potensi yang limbah yang ada serta hasil pupuk
besar untuk dimanfaatkan sebagai organik dari penelitian ini dapat
sumber bahan organik tanpa dimanfaatkan dalam menyuburkan
mengganggu pertumbuhan tanaman tanah.
(Rajiman 2008).
Sementara ini pemanfaatan TINJAUAN PUSTAKA
blotong sebagai pupuk organik masih Blotong
belum maksimal dan penggunanya pun Blotong ataufilter cake adalah
terbatas, hal ini disebabkan karena endapan dari nira kotor pada proses
pengolahan limbah blotong menjadi pemurnian nira yang di saring di rotary
pupuk organik masih bisa dikatakan vacuum filter. Rata-rata blotong
hanya asal-asalan, masih belum dihasilkan sebanyak 3.8 % tebu atau
ditangani dengan menggunakan satu sekitar 1.1 juta ton blotong per tahun
proses yang baik dan benar sehingga (produksi tebu tahun 2011 sekitar 28
pupuk organik yang dihasilkannya pun juta ton).Blotong dari stasiun sulfitasi
masih belum sempurna, dan minimnya rata-rata berkadar air 67 % dan kadar
pengetahuan petani akan manfaat pol 3 % , (Kuswurj 2012).Produksi
27 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 5 No. 2

blotong mencapai 3,5-7,5% dari berat Sampah Kebun (Sisa Daun)


tebu giling. Menurut Triwahyuningsih Substansi sampah kebun berasal
dan Muhammad, sifat blotong yang dari unsur-unsur penyusun alam maka
mendukung perbaikan sifat tanah antara sampah ini mudah terurai oleh bakteri
lain daya menahan air tinggi, berat pengurai sehingga mudah hancur dan
volume rendah, porous dan KTK tinggi. menjadi unsur pembentuk tanah yang
Blotong menunjukkan potensi yang sangat subur dan berguna bagi
besar untuk dimanfaatkan sebagai kesuburan tanah.Contoh dari sampah ini
sumber bahan organik tanpa adalah daun-daun, sisa makanan, kulit
mengganggu pertumbuhan tanaman buah dll(Sanggilora 2012).
(Rajiman 2008). Pengomposan adalah terurainya
Berdasarkan hasil penelitian materi organik menjadi materi organik
Mudhoo et al (2011) yang yang lebih sederhana oleh
mencampurkan blotong dengan sampah mikroorganisme sehingga materi
sayuran dan ampas tebu untuk dijadikan organik yang lebih sederhana tersebut
pupuk, ternyata blotong menunjukkan dapat digunakan sebagai pupuk untuk
potensi untuk dijadikan bahan memperbaiki struktur tanah dan
pembuatan pupuk organik serta blotong menambah unsur hara dalam tanah.
dapat dikombinasikan dengan bahan
lain seperti ampas tebu, sampah sayuran METODE PENELITIAN
dan sampah lainnya yang mengandung Metode yang akan digunakan
selulosa dan lignin. pada penelitian ini yaitu dengan
Berdasarkan penelitian Bhosale menetapkan sampah kebun sebagai
(2012) yang mempelajari tentang kontrol seberat 3 kg. Variabel
karakter fisika kimia materi organik independent yaitu penambahan blotong
dalam blotong dan pengaruhnya yang divariasi menjadi 1, 2, 3 dan 4 kg,
terhadap kapasitas atau daya tanah serta metode aerasi yang dibagi menjadi
dalam menahan air, menunjukkan secara manual dan dengan
bahwa blotong segar tidak dapat menggunakan aerator, aerasi
langsung digunakan sebagai pupuk menggunakan aerator dibagi atas 3
karena akan membuat sifat fisik tanah dosis yaitu 1,8 l/min/kgVs atau setara
menjadi lebih buruk maka dengan 0,1 bar, 2,7 l/min/kgVs atau
diperlukannya proses ekstraksi atau setara dengan 0,15 bar dan 3,6
proses pengomposan. l/min/kgVs atau setara dengan 0,2 bar.
Hasil dari pembelajaran bahwa Sebagai variabel dependent adalah rasio
ekstraksi bahan organik dalam blotong C/N.
terlihat secara nyata terhadap struktur Tahapan yang dilakukan
fisik dan kualitas blotong serta penelitian ini adalah mempersiapkan
membantu menambah kapasitas tanah alat dan bahan penelitian, melakukan uji
dalam menahan air.Berdasarkan pendahuluan meliputi uji suhu, pH,
penelitian Nurawan (2008) blotong kadar air dan rasio C/N pada masing
yang diaplikasikan sebagai pupuk pada masing bahan, lalu menimbang berat
lahan tanam padi di lokasi prima tani masing masing bahan kemudian
kabupaten Cirebon menunjukkan mencampurkannya dalam reaktor bak.
dampak terhadap peningkatan produksi Setelah itu dilakukan uji pendahuluan
padi juga dapat memperlambat penuaan pada masing masing campuran.
daun padi. Selama proses pengomposan
dilakukan aerasi dan pembalikkan
Pemanfaatan Blotong Sebagai Aktivator (Rr. Fanny, Munawar Ali dan M.Mirwan) 28

timbunan setiap 3 hari sekali, hidup pada suhu 10 45oC dan bertugas
pengukuran suhu setiap hari, memperkecil ukuran partikel bahan
pengukuran pH 3 hari sekali, organik sehingga luas permukaan bahan
penghitungan koloni bakteri, bertambah dan mempercepat proses
pengukuran kadar air dan rasio C/N pengomposan. Pada tahap kedua yaitu
setiap seminggu sekali. Proses tahap termofilik, mikroorganisme
pengomposan dibatasi lebih kurang 3 termofilik hadir dalam tumpukan bahan
minggu, kemudian data rasio C/N kompos, mikroorganisme termofilik
diolah menggunakan statistik grafik hidup pada suhu 45 60oC dan bertugas
dengan rumus linier dan uji statistik mengkonsumsi karbohidrat dan protein
Anova menggunakan software minitab sehingga bahan kompos dapat
14. Kesimpulan diambil dari hasil uji terdegradasi dengan cepat (Cahaya
statistik. 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Suhu Selama Proses


Hasil analisa karakteristik awal Pengomposan.
untuk blotong dan sampah kebun dapat Selama proses pengomposan,
dilihat pada tabel.1 berikut : terjadi perubahan suhu. Masing
masing reaktor mencapai suhu puncak
Tabel 1 Karakteristik Awal Blotong dan pada hari kedua sampai hari keempat,
Sampah Kebun hal ini menunjukkan adanya energi
Parameter Blotong Sampah yang dilepaskan oleh mikroorganisme
Kebun berupa panas.Energi ini merupakan
Suhu (oC) 37 30 produk dari proses karbonisasi.
pH 6 6,4
Kadar Air 20,41 1,82 Kondisi pH Selama Proses
(%) Pengomposan.
C-organik 15,62 18,01 Dalam proses pengomposan
(%) derajat keasaman (pH) berperan penting
N-organik 0,26 0,31 dalam aktivitas mikroorganisme,
(%) mikroorganisme dapat hidup dan
Rasio 60,1 58,1 berkembang pada pH netral dengan
C/N rentang 6,5 8. Apabila pH dalam
Sumber : Hasil Analisa Laboratorium, 2013. timbunan bahan yang dikomposkan
tinggi atau suasana basa maka
Dinamika suhuadalah indikator mikroorganisme tidak dapat tumbuh
dari dinamika aktivitas mikrobiologi dan berkembang sehingga proses
dalam pengomposan.Oleh karena itu pengomposan berjalan lambat. Dan
profil perubahan suhu menggambarkan apabila pH rendah atau suasana asam
pula karakteristik proses pengomposan maka akan memicu tumbuhnya bakteri
yang sedang berjalan, bahkan menjadi patogen dan jamur yang justru akan
parameter kematangan kompos mengganggu pertumbuhan
(Wahyono 2008). mikroorganisme perombak dan
Pada tahap pertama yaitu tahap menyebabkan timbunan kompos
penghangatan (tahap mesofilik), menjadi berbau tidak enak.
mikroorganisme hadir dalam bahan
kompos secara cepat dan suhu
meningkat.mikroorganisme mesofilik
29 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 5 No. 2

Selama proses pengomposan pH Kondisi Rasio C/N Selama Proses


tiap reaktor kompos berada pada Pengomposan
kondisi netral yaitu antara rentang 6,5 Kematangan kompos dapat
8. Hal ini disebabkan karena adanya dilihat dari dua hal yaitu secara
pembalikkan timbunan dan aerasi secara kualitatif seperti warna, baudan tekstur
berkala. juga secara kuantitatif yaitu besar nilai
rasio C/N. Penurunan rasio C/N terjadi
Kondisi Kadar Air Selama Proses karena adanya proses karbonisasi dan
Pengomposan. denitrifikasi. Karbonisasi yaitu
Dalam proses pengomposan terlepasnya C-organik ke udara dalam
parameter yang diukur yaitu kadar air, bentuk karbondioksida, hal ini terjadi
karena kadar air merupakan salah satu karena C-organik digunakan
faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroorganisme untuk sumber energi
aktifitas mikroorganisme dalam sehingga kadar karbon berkurang.
menguraikan bahan bahan organik. Sedangkan denitrifikasi yaitu
Air merupakan faktor pelarut nutrient terlepasnya nitrogen oksida dari
dan sel protoplasma.Airdihasilkan pada ikatannya menjadi nitorgen bebas,
saat proses pembuatan kompos oleh sehingga meningkatkan kadar N-
mikroorganisme dalam bentuk lindi dan organik dalam timbunan kompos. N-
sebagian ada yang hilang karena proses organik digunakan oleh
evaporasi ke dalam aliran udara. mikroorganisme untuk pembentukan
Pada awal pencampuran bahan- struktur sel.
bahan yang akan dikomposkan kadar air Tiap reaktor pada minggu ketiga
sama yaitu sebesar 20,2 %, tetapi proses pengomposan menunjukkan
kemudian pada minggu pertama adanya penurunan, rasio C/N yang
cenderung turun. Kemudian pada sesuai dengan standart SNI 19 7030
minggu-minggu berikutnya terdapat 2004 yaitu sebesar 19,2 pada reaktor
peningkatan, menurut Polprasert (1996), dengan penambahan blotong 4 kg dan
kenaikan kadar air terjadi karena aerasi secara mekanik menggunakan
dihasilkannya lindi oleh aerator dengan dosis 1,8 l/min/kgVs
mikroorganisme pengurai bahan setara dengan 0,1 bar. Namun terkadang
organik, dimana saat mikroorganisme nilai rasio C/N pada kematangan
pengurai mendekomposisi bahan kompos secara relatif bisa diatas 20, hal
organik disertai dengan kenaikan suhu, ini dikarenakan terdapat sebagian
pelepasan CO2 dan uap air, serta bentuk dari C-organik yang sulit
terjadinya perubahan perubahan didegradasikan oleh
menurut Indriani (2002) : mikroorganisme.Penurunan rasio C/N
a. Karbohidrat, selulosa, dari masing masing reaktor dapat
hemiselulosa, dan lignin dilihat melalui grafik data rasio C/N
menjadi CO2 dan H2O ditunjukkan pada gambar gambar di
b. Zat putih telur (protein) menjadi bawah ini :
ammonia, CO2 dan H2O
(Pradana 2007).
Pada minggu ketiga persen
kadar air masing masing reaktor tidak
lebih dari 50 %, yang mana adalah batas
maksimal persen kadar air sesuai SNI
19 7030 2004.
Pemanfaatan Blotong Sebagai Aktivator (Rr. Fanny, Munawar Ali dan M.Mirwan) 30

Gambar 1 Rasio C/N selama pengomposan Gambar 4 Rasio C/N selama pengomposan
secara manual (aerator 3,6 l/min/kgVs)

Ket. : M : Perlakuan tanpa


menggunakan aerator I, II, III, IV : berat Ket : A:Perlakuan dengan
blotong (kg) menggunakan aerator I, II, III, IV :
berat blotong (kg) 3,6 : dosis aerator
Gambar 2 Rasio C/N selama pengomposan (l/min/kgVs) setara dengan 0,2 bar
(aerator 1,8 l/min/kgVs)
Dari grafik grafik di atas tiap
reaktor mengalami penurunan rasio C/N
pada hari ke7 proses pengomposan. Hal
ini disebabkan berkurangnya kadar C-
organik dari dalam tumpukan dan lepas
ke udara dalam bentuk karbondioksida,
serta bertambahnya kadar N-organik
akibat terlepasnya ikatan nitrogen
Ket : A:Perlakuan dengan oksida menjadi nitrogen bebas sehingga
menggunakan aerator I, II, III, IV : berat menambah kandungan N-organik dalam
blotong (kg) 1,8 : dosis aerator timbunan kompos.Data penurunan rasio
(l/min/kgVs) setara dengan 0,1 bar C/N diuji statistik untuk mengetahui
pengaruh perbedaan dari dua perlakuan
Gambar 3 Kondisi rasio C/N selama yang diterapkan. Uji statistik yang
pengomposan (aerator 2,7 l/min/kgVs) digunakan yaitu metode Anova two
way, karena terdapat lebih dari satu
variabel yang diharapkan berpengaruh
terhadap penurunan rasio C/N. Melalui
uji statistik berat penambahan blotong
p-value 0,977 jika p-value lebih dari
0,05 maka berat penambahan blotong
tidak mempengaruhi penurunan rasio
C/N, dilihat dari perlakuan dosis aerator
menunjukkan besar p-value 0,022, jika
Ket : A:Perlakuan dengan p-value kurang dari 0,05 maka dosis
menggunakan aerator I, II, III, IV : aerator berpengaruh terhadap penurunan
berat blotong (kg) 2,7 : dosis aerator rasio C/N.
(l/min/kgVs) setara dengan 0,15 bar
Bakteri Perombak
Dalam mendekomposisikan
bahan bahan organik, peran bakteri
perombak atau mikroorganisme sangat
31 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 5 No. 2

penting.Menurut Djuarnani (2004) SARAN


karena mikroorganisme ini merombak 1. Perlu dilakukan percobaan
senyawa organik menjadi senyawa pengomposan lebih lanjut di atas
senyawa yang lebih sederhana untuk 21 hari untuk mengetahui
menghasilkan energi.Energi yang pengaruh pemberian variasi
dihasilkan sebagian besar digunakan berat blotong dan dosis aerator.
untuk sintesa mikromolekul seperti 2. Dalam penelitian ini faktor
asam nukleat, lipida, dan kematangan kompos yang
polisakarida.Sintesa asam nukleat dilihat hanya suhu, pH, kadar
penting untuk pertumbuhan dan air, kadar karbon, kadar nitrogen
perkembangan sel (Fitri 2012). dan rasio C/N, maka disarankan
Dari data yang didapat diuji untuk meninjau faktor lainnya
dengan uji statistik metode Correlation seperti kadar phospat, kadar
untuk mengetahui terdapat atau kalium, dan tinggi tumpukan.
tidaknya hubungan dari pertumbuhan
bakteri dengan penurunan rasio DAFTAR PUSTAKA
C/N.Dari hasil uji statistik Correlation Anonym.2011. Limbah Tahun 2011
nilai korelasi bernilai negatif berarti Baru.25 hal.
hubungan antara 2 variabel jika satu Bhosale P.R., Chonde S.G., Nakade
variabel menurun maka variabel yang D.B., dan Raut P.D. 2012. Study
lain akan meningkat. Besar nilai p-value on Physico Chemical
0,024 maka ada korelasi atau hubungan Characteristics of Waxed and
antara dua variabel.Dengan kata lain Dewaxed Pressmud and its
perkembangan bakteri ada hubungan effect on Water Holding
atau mempengaruhi kecepatan Capacity of Soil. Kolhapur.
dekomposisi. India. ISCA Journal of
Biological Sciences (1) 1: 35
KESIMPULAN 41.
1. Ada pengaruh pemberian Cahaya, A., Dody Adi Nugroho. 2009.
blotong terhadap kualitas Pembuatan Kompos Dengan
kompos dengan rasio C/N 19,2. Menggunakan Limbah Padat
Dosis blotong yang paling Organik (Sampah Sayuran Dan
mempercepat proses Ampas Tebu). Jurusan Teknik
dekomposisi yaitu 4 kg tiap 3 kg Kimia FT Universitas
berat sampah kebun. Diponegoro. Semarang. 1 7
2. Metode aerasi yang paling hal.
efektif mempercepat proses Fitri, Rahayu Fadillah. 2012. Isolasi
pengomposan adalah secara Dan Identifikasi Bakteri
mekanik menggunakan aerator. Selulotik Pengurai Sampah
3. Ada pengaruh pemberian Organik Dari Berbagai
blotong sebagai aktifator Tempat.Universitas Pendidikan
terhadap kecepatan dekomposisi Indonesia.
ditandai denganpertumbuhan Kuswurj, R. 2009. Blotong (filter
bakteri pada blotong yang cake).www.risvank.com diakses
mempengaruhi penurunan rasio pada tanggal 15 Oktober 2012.
C/N selama proses
dekomposisi.Besar penurunan
rasio C/N 84%.
Pemanfaatan Blotong Sebagai Aktivator (Rr. Fanny, Munawar Ali dan M.Mirwan) 32

Mudhoo, A., A. Bhawoo dan R. Mohee. Wahyono, S., Firman L. Sahwan.2008.


2011. Process Parameter Dinamika Perubahan
Variations During The Co- Temperatur Dan Reduksi
composting of Mixed Filtercake, Volume Limbah Dalam Proses
Bagasse and Vegetable Waste. Pengomposan.Pusat Pengkajian
1st International Conference on dan Penerapan Teknologi
Waste Management in Lingkungan.BPPT. Jakarta. J.
Developing Countries and Tek. Ling. (9) 3: 255 262.
Transient Economies. Mauritus.
Africa.
Nurawan, A., Yati Haryati. 2008.
Pengkajian Penggunaan Pupuk
Organik Blotong Pada Padi Di
Lokasi Prima Tani Kabupaten
Cirebon. Bandung. Seminar
Hasil Padi : 1053 1060.
Pradana, Andreas. 2007. Pengaruh
Penambahan Ragi Tape Dalam
Pengomposan Sampah Organik
Dengan Penambahan Ampas
Tahu.Skripsi Teknik
Lingkungan FTSP UPN
Veteran Jatim. Surabaya.
Purwaningsih, E. 2011.Pengaruh
Pemberian Kompos Blotong,
Legin dan Mikoriza Terhadap
Serapan Hara N dan P
Tanaman Kacang Tanah. Widya
Warta. Madiun. 2: 55 68.
Rajiman, Prapto Y., Endang S., Eko
Hanudin. 2008. Pengaruh
Pembenah Tanah Terhadap
Sifat Fisika Tanah dan Hasil
Bawang Merah Pada Lahan
Pasir Pantai Bugel Kabupaten
Kulon Progo.Agrin.Yogyakarta.
(12) 1: 67 77.
Sanggilora, Ayik. 2012. Pengolahan
Daur Ulang Sampah Organik.
http://ayiekzz.blogspot.com/201
2/01/pengolahan-daur-ulang-
sampah-organik_22.html
diakses tgl 18 November 2012.

Anda mungkin juga menyukai