Turunan - Analisis Kesmas IKM Kelompok Pasca Banjir
Turunan - Analisis Kesmas IKM Kelompok Pasca Banjir
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisi materi uraian
tentang analisis situasi kesehatan pasca banjir di Kabupaten Bojonegoro dan
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat pada
program studi Profesi Apoteker.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
2. Ibu Dra. Rr. Sulistyaningsih, M.Kes., Apt. selaku dosen pengampu mata
kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.
3. Teman-teman profesi apoteker Universitas Padjadjaran Tahun 2016.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang Farmasi. Kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................2
1.3 Tujuan ........................................................................................ 2
1.4 Kegunaan ...................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................4
2.1 Kondisi Geografis .....................................................................4
2.1.1 Letak dan Luas .................................................................4
2.1.2 Topografi ..........................................................................5
2.1.3 Iklim .................................................................................5
2.2 Demografi Penduduk .................................................................5
2.3 Mata Pencaharian Penduduk .....................................................7
2.4 Fasilitas Kesehatan ....................................................................8
2.5 Analisis Kebiasaan Penduduk ...................................................9
BAB III PEMBAHASAN ..............................................................................10
3.1 Analisis Kesehatan sebagai Dampak Banjir ........................... 10
3.1.1 Mortalitas (Kematian).10
3.2 Analisis Aspek Kependudukan ..............................................23
3.2.1 Kepadatan Penduduk dibandingkan Wilayah ...............23
3.3 Analisis Pelayanan Kesehatan ................................................16
3.3.1 Sarana Pelayanan Kesehatan ..........................................16
3.3.2 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ...................17
3.3.3 Upaya Promotif, Preventif, dan Evaluasi ....................... 18
3.4 Analisis Perilaku Kesehatan....................................................18
3.4.1 Perilaku Masyarakat....................................................... 18
3.5 Analisis Lingkungan ............................................................... 21
3.5.1 Analisis lingkungan secara umum...21
3.5.2 Analisis lingkungan saat terjadi banjir22
3.6 Analisis Penyakit yang Muncul Pasca Banjir ......................... 23
3.7 Etnofarmasi yang Berkembang di Masyarakat ....................... 24
3.8 Rancangan Kegiatan untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
Pasca Banjir di Bojonegoro ....................................................... 27
3.9 Materi Penyuluhan dan Simulasi pada Masyarakat..................28
3.9.1 Langkah-langkah CTPS...28
3.9.2 Penyembuhan Penyakit Secara Mandiri..30
3.9.3 Penggunaan Air Bersih31
3.10 Organisasi Penggerak dan Sumber Daya yang Dimanfaatkan.32
3.11 Analisis Faktor Penunjang dan Faktor Penghambat.33
3.12 Pemantauan dan Evaluasi Penyuluhan Kesehatan34
BAB IV SIMPULAN ...................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................36
LAMPIRAN .................................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kondisi geografi dan demologi penduduk Kabupaten
Bojonegoro, Jawa Timur.
2. Mengetahui hubungan kebiasaan penduduk di Kabupaten Bojonegoro,
Jawa Timur terhadap penyakit yang timbul pasca bencana banjir.
3. Mengetahui etnofarmasi yang biasa digunakan oleh penduduk
Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur untuk mengobati penyakit yang
timbul pasca bencana banjir.
4. Mengetahui upaya dan solusi untuk meningkatkan kualitas hidup
penduduk Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur pasca bencana banjir.
1.4 Kegunaan
Kajian dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi
tambahan mengenai analisis kesehatan masyarakat pasca bencana banjir
khususnya di wilayah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur sehingga dapat
dijadikan sebagai data ataupun solusi tambahan dalam meningkatkan kualitas
hidup masyarakat di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Topografi
Keadaan topografi Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh
keadaan tanah yang berbukit yang berada di sebelah selatan (Pegunungan
Kapur Selatan) dan sebelah utara (Pegunungan Kapur Utara) yang
mengapit dataran rendah yang berada di sepanjang aliran Bengawan Solo
yang merupakan daerah pertanian yang subur. Wilayah Kabupaten
Bojonegoro didominasi oleh lahan dengan kemiringan yang relatif datar.
Permukaan tanah di Kabupaten Bojonegoro rata-rata berada pada
ketinggian dari permukaan laut yang relatif rendah, yaitu berada pada
ketinggian antara 25 - 500 m dari permukaan laut (PEMKAB Bojonegoro,
2014).
2.1.3 Iklim
Tipe iklim di wilayah Kabupaten Bojonegoro adalah beriklim
tropis, dengan suhu rata-rata 27,8 C suhu udara berkisar antara 24,2 C
31,4 C dan hanya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim
penghujan, curah hujan baik langsung maupun tak langsung akan
mempengaruhi jenis dan pola tanam serta pola identitas penggunaan tanah
dan tersedianya air pengairan (Suprapto, 2011).
Pertanian 2.778
Industri 15.635
Bangunan 756
Perdagangan 1.785
Jasa 1.134
Lainnya 1.476
(Skk Migas, 2012)
Gambar 3.1
Tren Angka Kematian Bayi
Di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008-2014
b. Angka Kematian Balita
Angka Kematian balita merupakan jumlah kematian yang terjadi pada
anak sebelum mencapai usia lima tahun yang dinyatakan sebagai angka per
1.000 Kelahiran Hidup. Dari data yang tercatat di Puskesmas tahun 2014,
angka kematian balita dilaporkan 232 kasus atau 12,71 per 1000 KH (Dinkes
Kab. Bojonegoro, 2014). Berikut ini merupakan gambar perkembangan Angka
Kematian Balita di Kabupaten Bojonegoro sejak tahun 2008 sampai tahun
2014.
Gambar 3.2
Tren Angka Kematian Balita
Di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008-2014
Gambar 3.2
Tren Angka Kematian Ibu (AKI)
Di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008-2014
Menurut beberapa penelitian lebih dari 90 % kematian ibu disebabkan oleh
penyebab langsung antara lain : Haemorage, Abortus complication,
Eklamsi dan Infeksi (Depkes RI, 1999). Sedangkan penyebab tidak
langsung meliputi tingkat pendidikan, sosial ekonomi, sosial budaya,
fasilitas transportasi, keadaan geografis, serta perilaku masyarakat
termasuk ada tidaknya kesenjangan gender. Di Kabupaten Bojonegoro,
Penyebab kematian ibu pada tahun 2014 sebagian besar disebabkan oleh
eklampsia yaitu sebesar 50%, disusul kemudian dengan lain-lain (33,3%)
dan perdarahan (16,7%).
3.1.2 Morbiditas
Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi
dalam kurun waktu tertentu. Morbiditas dapat berupa angka insiden
maupun angka prevalensi suatu penyakit. Berikut ini merupakan daftar
penyakit dengan tingkat kejadian dan prevalensi tertinggi di Kabupaten
Bojonegoro:
1. AFP (non polio)
2. TB paru
3. Pneumonia balita
4. HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS)
5. Diare
6. Kusta
7. PDG3I
8. DBD
9. Malaria
10. Filariasis (Dinkes Kab. Bojonegoro, 2014).
a. Status Gizi
Status gizi seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan
permasalahan kesehatan secara umum, disamping merupakan faktor
predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung juga
dapat menyebabkan gangguan kesehatan individu. Status gizi pada janin / bayi
sangat ditentukan oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui. Dalam
mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, keluarga dan
masyarakat mempunyai peran yang sangat penting. Salah satunya melalui
pemenuhan gizi sesuai kebutuhan. Gizi yang tidak terpenuhi dapat menggangu
pertumbuhan balita baik fisik, mental maupun kecerdasan. Jumlah Balita di
Kabupaten Bojonegoro yang ditimbang selama tahun 2014 mencapai 85.561
anak. Sebanyak 1.284 balita (1,5%) berstatus gizi lebih, sedangkan sebanyak
76.287 balita berstatus Gizi baik (89,16%) dan 4.884 balita (5,71%) berstatus
gizi kurang (Dinkes Kab. Bojonegoro, 2014).
Gambar 3.4
Proporsi Status Gizi Balita
di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2014
2) Puskesmas
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan. Puskesmas
diarahkan untuk memberikan pelayanan pada penduduk didasarkan pada
konsep kewilayahan. Jumlah Puskesmas di Kabupaten Bojonegoro
sebanyak 36 buah, terdiri dari 24 puskesmas perawatan dan 12 Puskesmas
non perawatan. Jumlah Puskesmas Pembantu sebanyak 68 buah dan
Puskesmas Keliling sebanyak 39 buah (Dinkes Kab. Bojonegoro, 2014).
3) Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM)
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan termasuk di diantaranya mengoptimalkan potensi dan
sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber daya
Masyarakat (UKBM) yang telah dikembangkan antara lain Posyandu,
Polindes dan Poskesdes. Berdasarkan strata posyandu terdiri dari pratama
7 (0,43%), madya 239 (14,81%), purnama 1.202 (74,47%) dan mandiri
166 (10,29%). Polindes merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat
untuk meningkatkan akses pelayanan kebidanan. Sedangkan Ponkesdes
(Pondok Kesehatan Desa) merupakan pengembangan dari polindes yakni
penambahan tenaga perawat sehingga tenaga di sarana Ponkesdes adalah
Bidan dan Perawat (Dinkes Kab. Bojonegoro, 2014).
Sumber :
Laporan Seksi JPK Dinas Kesehatan Kab. Bojonegoro th. 2002-2014
2) Kebiasaan CTPS
Dua indikator dari 10 indikator perilaku hidup sehat dalam keadaan
gawat darurat untuk mengurangi risiko terkena penyakit diare dan kulit
adalah CTPS dengan menggunakan air bersih (Kemenkes RI dan UNICEF
2012). CTPS dan penggunaan air bersih saling berkaitan untuk mencegah
penularan diare dan penyakit kulit. Angka perilaku CTPS di Bojonegoro
terbilang cukup tinggi yakni mencapai 73,51%, namun kebiasaan ini
belum dilakukan semua masyarakat pada saat maupun pasca banjir
sehingga insiden penyakit kulit dan diare saat banjir terus meningkat
(Harthana&Soedirham, 2014).
3) Perilaku Saat Banjir
Warga di daerah banjir pada umumnya merasa tidak takut banjir dan
beberapa cenderung merasa senang, hal ini karena anak-anak dan orang
dewasa dapat bermain air banjir dengan leluasa dan dianggap sebagai
hiburan tersendiri. Anak-anak sering berperahu menggunakan ban dalam
bekas, bahkan warga yang rumahnya tidak kebanjiran ikut serta bermain
air banjir. Warga tidak takut terseret arus karena warga hanya bermain air
saat banjir skala ringan dan sedang. Warga biasanya akan mengungsi ke
lokasi pengungsian apabila banjir yang masuk ke dalam rumah mencapai 1
meter, apabila kurang dari itu, warga memilih untuk tetap bertahan di
rumah. Bagi warga, mengungsi bukanlah keharusan dan dianggap bukan
merupakan tindakan preventif mengurangi resiko penyakit akibat banjir,
sehingga saat banjir warga cenderung kesulitan mendapat air bersih dan
tidak memiliki stok air yang memadai. Oleh karena itu, sebagian warga
terkadang menggunakan air banjir untuk mandi dan bahkan memasak,
warga beranggapan bahwa air banjir yang mengalir lebih bersih daripada
air yang menggenang dan tidak menimbulkan masalah kesehatan. Saat
banjir mulai surut, biasanya warga membersihkan bekas endapan lumpur
banjir menggunakan sisa-sisa air banjir, sehingga dapat dipastikan
aktivitas warga selalu berada di genangan air banjir
(Harthana&Soedirham,2014).
a. Diare
Obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat Bojonegoro untuk
pengobatan diare sangat umum atau banyak individu masyarakat Bojonegoro
mengetahui atau menggunakannya, diantaranya:
1) Tumbuhan Grunggung ( Potentilla argunta Pursh.) berasal dari famili
Rosaceae digunakan sebagai pengobatan penyakit diare oleh masyarakat
Bojonegoro. Bagian yang digunakan sebagai obat diare adalah buahnya yang
masih muda. Buah muda Grunggung ditandai dengan warna buah yang hijau
dan sedikit keunguan. Pengobatan untuk diare yaitu dengan cara buah
grunggung dipetik dari dahannya kemudian dicuci bersih dan langsung
dimakan.
2) Buah pisang (Musa paradisiaca L. ) termasuk famili Musaceae yang masih
mentah dibakar sampai hangus kemudian dimakan. Pisang mempunyai
kandungan kimia serotanin, norepinefrin, noreadrenalin, hidroksi-triptamin,
dopamin, tannin, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C dengan kegunaan
pisang sebagai penawar racun.
3) Daun jambu biji ( Psidium guajava L.) sudah sangat lazim digunakan oleh
berbagai Suku di Indonesia sebagai obat antidiare. Penggunaan daun muda
jambu biji ( Psidium guajava L.) di masyarakat Bojonegoro dengan cara
direbus kemudian air rebusan diminum sehari tiga kali satu gelas. Kandungan
aktif yang ada pada jambu biji antara lain tannin 9-12%, minyak atsiri, minyak
lemak, dan asam malat, dari kandungan tersebut digunakan sebagai
pengobatan diare (Susanti, 2007).
4) Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) oleh masyarakat Bojonegoro
tidak dibuang, tetapi dimanfaatkansebagai pengobatan diare. Cara
pengobatannya relatif mudah yaitu dengan cara kulit buah dibakar pada
perapian sampai hangus kemudian setelah dingin dimakanlangsung. Manggis
(Garcinia mangostana L.) berasal dari famili Clusiaceae dengan kandungan
aktif didalamnya triterpenoid, tannin, resin, mangostin (Susanti, 2007).
b. ISPA
Kasus ISPA pada masyarakat Bojonegoro sering terjadi. Bisa dilihat dari
banyaknya jenis resep tradisional yang digunakan untuk pengobatan.
1) Jahe ( Zingiber officinale Roscoe) dari famili Zingiberaceae sudah sangat
lazim digunakan untuk pengobatan tradisional di Indonesia. Penggunaan
Jahe oleh masyarakat Bojonegoro digunakan untuk menyembuhkan batuk.
Peramuannya yaitu dengan cara rimpang dari jahe dibersihkan kemudian
ditumbuk, jahe yang ditumbuk tidak sampai halus kemudian disedu dengan
air panas. Selain untuk pengobatan batuk, jahe digunakan sebagai minuman
penghangat badan oleh masyarakat Bojonegoro. Kandungan bahan aktif
Jahe ( Zingiber officinale Roscoe) antara lain minyak atsiri 2-3%
mengandung zingiberen, felandren, kamfen, limonen, borneol, sineol, sitral,
dan zingiberol, minyak dammar yang mengandung zingeron, dengan
kegunaan dari Jahe sebagai karminatif (Susanti, 2007).
2) Akar adas ( Foeniculum vulgare Mill.) dari famili Apiaceae direbus
kemudian diambil airnya. Air rebusan akar adas digunakan untuk
pengobatan batuk denganaturan pemakaian sebanyak tiga kali sehari satu
gelas. Kandungan Adas sudah diterangkan sebelumnya dan dapat digunakan
sebagai ekspektoran (Susanti, 2007).
3) Daun asam tengger (Radicula armoracia Robinson) famili Brassicaceae
digunakan sebagai obat batuk. Daun dipotong-potong dan cuci dengan air,
kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dibakar di perapian sampai
layu. Sesudah layudaun Asam Tengger dimakan langsung. Asam Tengger
tidak sama dengan Asam Jawa (Tamarindus indica L. ). Asem Tengger
hampir sama dengan Lobak Tengger (Raphanus raphanistrum L.) yang
berasal dari famili Brassicaceae perbedaanya pada bentuk dan struktur
bunganya. Asam Tengger dapat digunakan sebagai antiseptik, stimulan,
diuretik, dan infeksi saluran pernafasan dengan kandungan aktif dalam herba
Asem Tengger antara lain: fenol, minyak atsiri, asam askorbat, asparagin,
enzim peroksidase, resin, dan gula (Susanti, 2007).
c. Myalgia
Obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat Bojonegoro untuk
myalgia antara lain:
1) Tepung otot tumbuh liar menjalar ditanah seperti rerumputan yang lain.
Penggunaan Tepung otot sudah familiar pada masyarakat Bojonegoro, hal
ini disebabkan karena tumbuhan tepung otot digunakan oleh sebagian besar
masyarakat Bojonegoro yang mayoritas pekerjaannya sebagai petani dan
rentan terkena pegal linu. Penggunaan tepung otot sangat mudah yaitu
tumbuhan tepung ototyang menjalar dikumpulkan satu genggam kemudian
dibasahi dengan air secukupnya. Setelah terbasahi, tepung otot diremas-
remas dan kemudian digosokkan pada bagian tubuh yang terserang pegal
linu (Susanti, 2007).
2) Pangotan dan Pakis Sayur (Microsorium buergerianum Miq.) Ching atau
yang biasa disebut oleh masyarakat Bojonegoro tumbuhan Pangotan berasal
dari satu famili dengan Pakis Sayur, yaitu famili Polypodiaceae. Campuran
dari kedua tumbuhan tersebut pada masyarakat Bojonegoro digunakan
sebagai pengobatan pegal linu atau yang biasa disebut linu-linu.
Penggunaannya yaitu dengan mencampurkan akar dari pangotan dan herba
pakis sayur yang kemudian direbus dengan air secukupnya (Susanti, 2007).
(Sulistya, 2016).
BNPB. 2013. Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI): Jenis Bencana di
Indonesia; Jumlah Korban Bencana di Indonesia. Tersedia di:
http://www.bnpb.go.id/. (Diakses 8 September 2016).
BPBD Bojonegoro. 2013. Rencana Kontinjensi Bencana Banjir Bojonegoro 2013.
Bojonegoro: Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.
BNPB. 2013. Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI): Jenis Bencana di
Indonesia; Jumlah Korabn Bencana di Indonesia. Tersedia di
http://www.bnpb.go.id/ (Diakses 6 September 2016).
Depkes RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat
2010. Jakarta.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro. 2010. Tersedia di
https://bojonegorokab.bps.go.id/Subjek/view/id/153#subjekViewTab3|accor
dion-daftar-subjek1 (Diakses 6 September 2016).
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2014. Bojonegoro: Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro. 2013. Jumlah Fasilitas Kesehatan di
Kabupaten Bojonegoro. Tersedia di: http://data.go.id/dataset/jumlah-
fasilitas-kesehatan-di-kabupaten-bojonegoro (Diakses 6 September 2016).
Harthana, T. dan Soedirham, O. 2014. Faktor Determinan Perilaku Cuci Tangan
Pakai Sabun saat Banjir Bengawan Solo di Bojonegoro. Jurnal Promkes:
Vol 2, No 2 Desember 2014: 160-172.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Kesehatan Indonesia
2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. 2013. Profil Kabupaten Bojonegoro. Tersedia
di: http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/potensi-
kab-kota-2013/kab-bojonegoro-2013.pdf (Diakses 6 September 2016).
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. 2014. Kondisi Geografis Kabupaten
Bojonegoro. Tersedia di: http://www.bojonegorokab.go.id/geografi (Diakses
6 September 2016).
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. 2015. Kondisi Demografi Kabupaten
Bojonegoro. Tersedia di: http://www.bojonegorokab.go.id/demografi
(Diakses 6 September 2016).
Pusat Penanggulangan Krisis Kemenkes. 2012. Pusat Penanggulangan Krisis.
Tersedia di http://www.penanggulangankrisis.depkes.go.id/category/data-
bencana-dan-sumber-daya-pkk (Diakses 6 September 2016).
Pusat Promkes Kemenkes RI dan UNICEF. 2012. 10 Pesan Hidup Sehat dalam
Kedaruratan. Jakarta: Kemenkes RI.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Satuan Kerja Sementara Kegiatan Hulu Migas. 2012. Penyerapan Tenaga Kerja
berdasarkan Mata Pencaharian. Tersedia di:
http://migas.bisbak.com/3522.html#tenaga-kerja (Diakses 8 September
2016).
Sulistya Murda. 2016. 7 Langkah Mencuci Tangan Yang Baik dan Benar.
Tersedia di http://www.kompasiana.com/ dasulistya/7-langkah-mencuci-
tangan-yang-baik-dan-benar_55dc80a9f77e612110f05eb3 (Diakses 7
September 2016).
Suprapto. 2011. Statistik Pemodelan Bencana Banjir di Indonesia.
Susanti. 2007. Studi Etnobotani Tanaman Obat pada masyarakat Suku Samin di
Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten
Bojonegoro. Malang: Departemen Biologi Universitas Muhamadiyah.
LAMPIRAN