A. Tujuan
Setelah Mengikuti Praktikum mahasiswa mampu melakukan pembuatan serbuk dari
simplisia
B. Tinjuan Pustaka
Menurut Kepmenkes No.261/MENKES/SK/IV/2009, ekstrak tumbuhan obat
adalah sedian berupa bahan kering, kental maupun cairan yang didapatkan dari
simplisia. Ekstrak tumbuhan obat ini dapat berupa bahan awal, bahan antara, atau
bahan produk jadi. Kandungan fitokimia yang terdapat didalam tanaman obat adalah
berbeda-beda, tergantung pada kondisi lingkungan dan varietas, oleh karena itu
standarisasi ekstrak tanaman obat menjadi penting
untuk dilakukan.
Menutut Badan Pengawas Obat dan Makanan (2014), menyatakan bahwa
Simplisia merupakan suartu bahan alam yang telah di keringkan yang dimana
berfungsi untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan
lain suhu pengeringan tidak lebih dari 60OC.
Jenis simplisia:
Serbuk simplisia memiliki beberapa persyaratan yaitu
1. Kadar air. Tidak lebih dari 10 %
2. Angka lempeng total. Tidak lebih dari 10
3. Angka Kapang dan khamir. Tidak lebih dari 10
4. Mikroba patogen. Negatif
5. Aflatoksin. Tidak lebih dari 30 bpj.
Hasil keterangan
Tujuan praktikum hari ini adalah mampu melakukan pembuatan serbuk dari simplisia. Pada
praktikum ini sudah ada hasil simplisia yang sudah di buat dari praktikum sebelunya sehingga
simplisia yang didapat sudah kering hal ini di lihat dari hasil ranjang yang mudah di remah dan
mudah patah. Dari hasil simplisia tersebut lalu di lakukan sortasi kering dengan tujuan memisahkan
kotoran, bahan organik asing, pengotor fisik dan simplisia yang rusak. Simplisia yang rusak ini bisa
terjadi oleh beberapa faktor, menurut kementrian pertanian direktorat jenderal hortikultura
direktorat budidaya dan pascapanen sayuran dan tanaman obat (2011) ada 4 faktor utama yang
mempengaruhi kerusakan simplisia yaitu :
1) Kandungan air bahan baku : tanaman yang sudah di panen dan di buat buat simplisia dan
sudah di potong-potong sesuai dan di keringkan di sinar matahari, hasil kadar airnya harus
kurang dari 10%, kadar air yang kecil ini sangat baik untuk tidak dapat menumbuhkan
mikroba dan jamur yang dapat merusak bahan baku secara fisik dan kandungan kimiawi.
2) Pengaruh sinar ultra violet : sinar ultra Violet (UV) yang terdapat pada cahaya matahari yang
dapat menimbulkan kerusakan kandungan bahan kimia. Sehingga di sarankan untuk
mengeringkan bahan-bahan tersebut dengan di tutupi kain hitam atau menggunakan tenda
pengering yang terbuat dari plastik berwarna hitam.
3) Faktor pemanasan : jenis kandungan kimia utama yang perlu di perhatikan terkait dengan
suhu yang relative tinggi adalah minyak atsiri. Pada pengeringan bahan terlalu tinggi dapat
menyebabkan kerugian antara lain seperti komponen minyak atsiri berupa terpenoid
hidrokarbon akan berkurang pada suhu di atas 700C.
4) Derajad keasaman (pH) : salah satu usaha untuk memperbaiki warna temulawak kering
dapat dilakukan dengan tindakan Blanching yaitu pendidihan irisan rimpang temulawak
segar selama beberapa jam untuk mematikan enzim dan menghilangkan udara, sehingga
tidak terjadi perubahan kimia dan fitokimia. (Pertanian et al., 2011)
Setelah di lakukan sortasi kering maka simplisia yang sudah di pisahkan yang bagus maka
akan di jadikan serbuk dengan dengan alat penyerbuk. Menurut (Rivai, A. H. Wahyuni, & H. Fadhilah,
2013) serbuk simplisia yang di buat dari simplisia utuh atau potongan-potongan yang sudah kering
melalui proses pembuatan serbuk dengan suatu alat tampa menyebabkan kerusakan atau kehilangan
kandungan kimia yang di butuhkan dan diayak hingga di peroleh serbuk. Menurut Depkes Ri (2008),
Derajat kehalusan serbuk simplisia untuk pembuatan ekstrak merupakan simplisia halus dengan
nomor pengayak 60 dengan lebar nominal lobang 0,105 mm, garis tengahnya 0,064, dan ukuran
ukuranya 250 m.
Hasil serbuk yang sudah di dapat maka di lakukan penyortiran akhir, menurut (Pertanian et
al., 2011) penyortiran akhir merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum di
lakukan pengemasan. Tujuannya adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan kotoran lainnya yang masih tertinggal pada simplisia (pasir, batu
kerikil, dan bahan asing lainnya). Simplisia rimpang yang baik memiliki kandungan benda asing tidak
lebih dari 2 %. Warna dan aroma tidak menyimpang jau dari aslinya, tidak mengandung bahan yang
beracun dan berbahaya serta tidak tercemar oleh jamur.
Sebelum melakukan penyimpanan pada simplisia terlebih dahulu di lakukan pengkelasan
(grading) dan penimbangan, menurut proses pengkelasan merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia rimpang sebelum dilakukan pengemasan, pelabelan, penjualan, dan penyimpanan.
Pengkelasan bertujuan menyeragamkan hasil akhir pengeringan untuk endapakan simplisia rimpang
yang seragam, kemudian simplisia rimpang di timbang untuk mengukur berat kering simplisia
sehingga dapat di ketahui rendemen hasil dari proses pengeringan dan proses pascapanen yang
dilakukan. (Pertanian et al., 2011)
Untuk menjaga hasil serbuk simplisia rimpang maka segerah dilakukan pengemasan, untuk
menghindari penyerapan kembali uap air. Tujuan utama dari pengemasan adalah :
Penyimpanan dapat dilakukan di ruang biasa (suhu kamar) atau Gudang harus terpisah dari
tempat penyimpanan bahan, lainnya (benih, pupuk) atau penyimpanan alat. Salah satu yang perlu di
perhatikan adalah Ventilasi udara baik dan bebas dari kebocoran atau kemungkinan masuknya air
hujan. Suhu gudang tidak lebih dari 30C dengan kelembaban udara seminimal mungkin (+ 65%)
untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu
pertumbuhan mikroorganisme sehingga menurunkan mutu produk, baik dalam bentuk segar
maupun kering dan sinar matahari tidak boleh langsung menyinari simplisia. (Pertanian et al., 2011)
Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat di simpulkan ada beberapa langka dalam bebuat simplisisa rimpang
temulawak menjadi serbuk adalah sebagai berikut :
1. Sudah di pastikan rimpang yang akan di buat serbuk harus kering hal ini bisa di lihat ketika
mudah di patahkan dan bisa di remahkan.
2. Di lakukan Sortasi kering
3. Penyerbukan di lakukan dengan menggunakan alat penyerbuk.
Hasil simplisia berupa partikel-partikel halus serbuk Simplisia yang berbauh aromatis.
Daftar Pustaka
BPOM, 2014, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12
tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional, BPOM,: Jakarta, hal 3, 11
Depkes RI, 2008, Farmakope Herbal Indonesia , (Edisi 1), Jakarta Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Pertanian, K., Hortikultura, D. J., Budidaya, D., Pascapanen, D. A. N., Dan, S., & Obat, T. (2011).
Pedoman teknologi penanganan pascapanen tanaman obat. hlm.29- 34.
Rivai, H., A. H. Wahyuni, & H. Fadhilah. (2013). PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI EKSTRAK KERING
SIMPLISIA JATI BELANDA ( Guazuma ulmifolia Lamk .). Jurnal Farmasi Higea, hlm. (1), 18.