PERDARAHAN INTRASEREBELUM
Oleh :
BP. 1310311067
Preseptor :
PADANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
darah diparenkim otak atau ventrikel.2 Stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsi
neurologis (defisit neurologik fokal atau global) yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak atau menyebabkan kematian yang
berlangsung lebih dari 24 jam dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang
terganggu.2,3,4
setelah penyakit jantung dan kanker. 72 % pasien stroke berusia diatas 65 tahun, tetapi
seiring dengan perubahan gaya hidup, kecendrungan pasien mendapatkan stroke terjadi
pada usia lebih muda.5 Stroke hemoragik terjadi pada 15% sampai 20% dari semua kasus
stroke. Perdarahan intraserebellar terjadi 10% dari stroke hemoragik dan 10% dari semua
stroke serebellar. 5% kasus perdarahan serebelum berasal dari vermis. Penyebab umum
perdarahan serebelum adalah hipertensi. Perdarahan serebelum dapat juga disebabkan oleh
diagnosis. Stroke pada serebelum merupakan kondisi klinis yang sering salah terdiagnosis,
dimana kondisi klinisnya berpotensi untuk memburuk seperti edema dan kompresi batang
otak. Manifestasi utamanya adalah pusing, ketidakstabilan dalam berjalan, sakit kepala,
mual, dan muntah.6 Stroke hemoragik merupakan masalah kesehatan yang penting secara
global karna tingkat kecacatan dan kematian yang lebih tinggi dari stroke iskemik. Secara
global dalam beberapa dekade terakhir terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun 1990
sampai 2010 sebesar 47%.7 Oleh karena itu, makalah ini membahas lebih lanjut mengenai
perdarahan intraserebelum.
Case report session ini membahas tentang epidemiologi, faktor resiko, patofisiologi
Tujuan penulisan Case report session adalah untuk menambah wawasan tentang
perdarahan intraserebelum
Melalui Case report session ini diharapkan dapat memberi informasi dan
pengetahuan tentang perdarahan intraserebelum kepada pembaca dan tentu penulis juga
berbagai literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
rebelum terletak posterior terhadap pons dan medula oblongata. Serebelum terdiri dari dua
hemisfer yang dihubungkan oleh bagian tengah yang disebut vermis. Serebelum
pons oleh pedunculus cerebellaris medius, dan dengan medula oblongata oleh pedunculus
cerebellaris inferior.8
grisea. Kortek serebelum yang berlipat-lipat disebut folia. Kelompok substansia tertentu
didapatkan didalam serebelum, tertanam didalam substansia alba disebut dengan nukleus.
globosus, nukleus emboliformis, dan yang terbesar adalah nukleus dentatus. Serebelum
merupakan 10% dari berat otak keseluruhan tetapi mengandung lebih dari 50% seluruh
neuron otak. Neuron serebelum terletak disubstansia grisea korteks serebeli. 8,9
Otak disuplai oleh dua arteri karotis interna dibagian sirkulasi anterior dan dua
arteri vertebralis dibagian sirkulasi posterior. Arteri karotis interna bercabang menjadi
arteri serebri median, serebri anterior, arteri opthalmica, arteri communikans posterior, dan
arteri khoroidalis anterior. Arteri vertebralis kiri dan kanan bergabung menjadi arteri
basilaris yang menghantarkan darah kebatang otak, serebellum, telinga dalam dan sebagian
hemisfer serebri melalui cabang terminalnya arteri serebri posterior. Keempat arteri ini
Terdapat banyak hubungan anastomosis lain diantara arteri-arteri yang mendarahi otak,
dan antara sirkulasi intrakranial dan ekstrakranial sehingga oklusi pada pembuluh darah
besar tidak selalu menimbulkan stroke karena jaringan otak dibagian distal oklusi mungkin
Serebelum disuplai oleh ateri basilaris yang memberikan cabangnya yaitu arteri
inferior anterior cerebelli yang memperdarahi bagian anterior dan inferior cerebelli, arteri
Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam dindingnya yang sangat
tipis dan tidak mempunyai katup. Vena-vena muncul dari otak dan bermuara kedalam
sinus venosus cranialis. Terdapat vena-vena cerebri, cerebelli, dan batang otak. Vena
cerebri magna dibentuk oleh gabungan kedua vena cerebri interna dan bermuara kedalam
sinus rectus. 8
mengkoordinasikan gerak otot pada sisi tubuh yang sama. Secara fungsional serebelum
terdiri dari tiga bagian yang masing-masingnya mempunyai peran yang berbeda terutama
Gambar 2.1 Serebelum. (a) struktur makroskopik serebelum. (b) serebelum yang
diuraikan, memperlihatkan tiga bagian fungsioal yang berbeda (c) struktur internal
serebelum
spinoserebelaris dan mengontrol postur serta gaya berjalan. Bagian ini penting
dengan memberikan masukan kedaerah motorik korteks. Bagian ini juga berfungsi
hemoragik.1 Stroke hemoragik adalah suatu gangguan organik yang disebabkan adanya
neurologik fokal atau global) yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang
dapat timbul secara mendadak atau menyebabkan kematian yang berlangsung lebih dari 24
jam dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu. 2,3,4
2.3 Epidemiologi
setelah penyakit jantung dan kanker. 72 % pasien stroke berusia diatas 65 tahun, tetapi
seiring dengan perubahan gaya hidup, kecendrungan pasien mendapatkan stroke terjadi
pada usia lebih muda.5Stroke hemoragik terjadi pada 15% sampai 20% dari semua stroke.
Perdarahan intraserebelum terjadi 10% dari semua kasus stroke hemoragik dan 10% dari
semua stroke serebellar. Umumnya terjadi hanya pada satu hemisper yang melibatkan
nukleus dentatus yang divaskularisasi oleh cabang arteri cerebellar anterior dan posterior.
serebelum adalah hipertensi. Perdarahan serebelum dapat juga disebabkan oleh pemakaian
trauma. 6
2.4 Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya stroke dibagi menjadi faktor yang dapat dimodifikasi dan
faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi mayor
adalah usia> 65 tahun, adanya riwayat stroke, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah
perifer dalam keluarga dan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi minor adalah jenis
kelamin dan ras. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi mayor adalah hipertensi, diabetes
melitus, merokok dan atrial fibrilasi. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi minor adalah
TIA (transient ischemik attack), penyakit jantung, paska stroke, displipidemia, konsumsi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama bagi terjadinya gangguan pada aliran
pembuluh darah otak.3 Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak
jantung rematik, penyakit jantung koroner, gannguan irama jantung dapat menimbulkan
menyempitnya lumen pembuluh darah yang menganggu kelancaran aliran darah ke otak.
Hiperkolesterolemia atau meningkatnya kadar kolesterol dalam darah terutama low density
resiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung koroner ini
Obesitas atau berat badan berlebih, masih menjadi perdebatan faktor resiko stroke
atau bukan. Obesitas merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung sehingga
obesitas mungkin menjadi faktor resiko sekunder bagi terjadinya stroke. Infeksiyang
berperan pada stroke adalah tuberkulosis, malaria, lues, leptospirosis, dan infestasi cacing.
2.5 Patofisiologi
Masalah utama pada stroke merupakan gangguan peredaran darah serebral regional.
Dalam keadaan fisiologik jumlah darah yang mengalir keotak sekitar 50-60 ml per 100
gram jaringan otak per menit, dimana berat otak manusia sekitar 1200-1400 gram sehingga
darah yang mengalir sekitar 700-800 ml per menit. Otak yang berkedudukan didalam
ruang tengkorak yang merupakan kotak tertutup mempunyai susunan sirkulasi yang sesuai
dengan lokalisasinya. Konsekuensinya ialah bahwa volume otak ditambah dengan volume
liquor dan volume darah harus merupakan angka tetap yang disebut dengan hukum
Monroe-kellie. 12
Ketika terjadi perdarahan yaitu masuknya darah kedalam jaringan otak atau
keruang ekstravaskular dapat menyebabkan kerusakan pada otak dengan memotong jalur
penghubung dan menyebabkan cedera pada otak baik generalisata atau terlokalisir.
Biokimia yang dilepas selama dan sesudah perdarahan akan mempengaruhi vaskular dan
Perdarahan serebelum biasanya berasal dari regio nukleus dentatus, yang timbul
dari cabang distal arteri cerebellar inferior dan arteri cerebellar superior. Hematoma
disekitar nukleus dentatus dapat menyebar ke hemisfer dan dapat terus kedalam ventrikel
IV. Ketika darah masuk ke ventrikel atau ke permukaan otak, darah akan berkenalan
sehingga menyebabkan edema dari jaringan otak disekitarnya. Darah akan diabsorpsi dan
difagositosis oleh makrofag. Karna sistem intrakranial merupakan suatu sistem yang
tertutup, sehingga perdarahan dan pembengkakan dapat terbentuknya herniasi jaringan ke
kompartemen lainnya. 13
Perdarahan didalam jaringan otak perlu dibedakan apakah ini merupakan stroke
hemoragik primer (hemoragik transformasi yaitu terjadinya perdarahan diotak tidak lama
setelah terjadinya stroke iskemik akibat gangguan dari sawar darah otak/reperfusi). 13
akibat cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan ruptur salah satu dari banyak arteri
kecil yang menembus jauh ke dalam jaringan otak. Stroke yang disebabkan oleh
pendarahan intraserebral paling sering terjadi saat pasien terjaga dan aktif. Perdarahan
dengan cepat menimbulkan gejala neorologik karena tekanan pada struktur-struktur saraf
didalam tengkorak. Iskemia merupakan konsekuensi sekunder dari perdarahan baik yang
spontan atau traumatik karena ada tekanan pada pembuluh darah akibat ekstravasasi darah
kedalam tengkorak yang volumenya tetap. Tingkat kerusakan tergantung pada lokasi,
2.4 Patogenesis
berasal dari pecahnya arteriol, kapiler, atau vena. Dimana pembuluh darah yang pecah tadi
juga dapat disebabkan oleh tumor yang merembet atau penyakit sistemik misalnya
diskrasia darah. Pada hipertensi kronis dapat terjadi aneurisma-aneurisma mikro, diameter
Urutan patogenesis yang paling umum adalah terjadinya lipohialinosis dan nekrosis
akan mendesak dinding arteriol yang lemah tadi, membuat herniasi atau pecahnya tunika
intima yang kemudian menjadi aneurisma atau terjadi robekan-robekan kecil. Bagian otak
yang sering mengalami pendarahan adalah putamen, thalamus, substansia alba bagian
a. Spasme arteriolar sebagai akibat hipertensi dapat menyebabkan hipoksia dan nekrosis
bagian distal, thrombosis, pendarahan kecil-kecil, dan edema otak. Wilayah yang
terkena akan melunak dan terjadilah pendarahan. Contoh untuk hal ini adalah
kulit, bersifat tanpa gejala sampai pada saatnya degenerasi (termasuk hipertensi)
c. Poliarteritis nodosa, juga infeksi viral dan riketsia, dapat menyebabkan inflamasi
d. Toksin (arsen), defisiensi vitamin B1 dan vitamin C dapat menimbulkan kematian sel
pecah, atau pembuluh darah baru yang terdapat dalam tumor pecah. Komplikasi
demikian ini terjadi pada 3-5% kasus-kasus glioblastoma, melanoma maligna, tumor
serta payudara.
menimbulkan sefalgia, konvulsi, dan GDPO. Dapat terjadi nekrosis fibrinoid di tunika
intima dan media dengan infiltrasi inflamatoar dan oklusi atau pendarahan.
Perdarahan pada serebelum sering terjadi pada cabang arteri superior serebeli.
Arteri ini menyuplai nukleus dentatus dan arteri ini rentan mengalami ruptur. Pada pasien
hipertensi, perdarahan dari pembuluh darah ini lebih sering terjadi daripda iskemik.
Perdarahan diregio ini sering menyebabkan efek massa akut difossa posterior yang dapat
mengakibatkan herniasi batang otak dan serebelum keatas melalui insisura tentorii dan
Gejala klinis pada gangguan serebelum berkaitan pada hilangnya fungsi motorik
serebelum berupa gangguan keseimbangan, nistagmus, penurunan tonus otot tetapi bukan
menghentikan dan memulai kontraksi otot secara cepat.10 Kelemahan anggota gerak jarang
Sindroma hemoragik serebeli adalah berupa awalnya timbul sakit kepala di oksiput,
vertigo dan muntah yang kemudian disusul dengan kesadaran yang menurun sampai koma.
Namun sebagian tidak pingsan. Jika kesadaran masih baik gejala disartria merupakan
gejala yang paling pertama diketahui. Pada penderita yang sudah tidak sadar deviation
conjugee atau kebalikaannya yaitu sama sekali tidak dapat melirik ke kedua samping
Manifestasi klinis dari perdarahan intraserebelum adalah sakit kepala oksipital yang
berat dan tiba-tiba, mual muntah, dan vertigo, umumnya disertai gaya berjalan tidak stabil
(ataxia), disastria, muncul respon plantar ekstensor, nistagmus, gaze palsy (ipsilateral
kearah lesi) akibat gangguan N. VI, kelemahan otot wajah dan kepala menoleh serta
deviasi bola mata kearah kontralateral lesi. Perdarahan besar segera menimbulkan
penurunan kesadaran. Pada fase lanjut, pasien menunjukkan spasme ekstensor, instabilitas
hemodinamik, dan akhirnya gagal napas. Perdarahan yang lebih kecil, terutama di hemisfer
serebeli, manifestasi fokal yang meliputi ataksia ekstremitas, kecendrungan untuk terjatuh
kesisi lesi, dan deviasi gaya jalan kearah lesi, juga terjadinya gangguan koordinasi berupa
gangguan pada jari-jari, hidung-jari, pronasi-supinasi, tes tumit lutut dan tremor
Manifestasi ini tidak pulih sempurna jika nukleus serebeli profunda mengalami kerusakan.
9, 13
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
dengan waktu (pagi, siang, malam, sedang tidur, sedang beraktivitas,dll), keluhan lain yang
menyertai seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar, kejang, cegukan (hiccup),
keluhan dan faktor risiko stroke (hipertensi, diabetes, dan lain-lain) serta riwayat
keluarga.14,15
a. Pemeriksaan tanda vital: pernapasan, nadi, suhu, tekanan darah harus diukur kanan
dan kiri
d. Pemeriksaan abdomen
e. Pemeriksaan ekstremitas
f. Pemeriksaan neurologis
1) Kesadaran: menggunakan Glassgow Coma Scale (GCS)
Brudzinski
3) Saraf kranialis
5) Sensorik
apneustik, ataksik
c) Refleks kornea
d) Refleks muntah
a. Pemeriksaan standar:
2) EKG (elektrokardiografi)
3) Kadar gula darah, elektrolit serum, tes faal ginjal , darah lengkap , faal
hemostasis
Foto toraks, tes faal hati, saturasi oksigen, analisis gas darah, toksikologi, kadar
ensefalografi.
2.8 Diagnosis Banding
2.9 Tatalaksana
Stroke merupakan suatu keadaan gawat darurat. Tujuan tatalaksana pada stroke
a. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan. Oksigen diberikan apabila saturasi <95%.
Intubasi endotrakeal diberikan pada pasien yang mengalami hipoksia, syok, dan
1) Cairan kristaloid dan koloid intravena (infus kristaloid 500 ml/12 jam). Hindari
cairan hipotonik
3) Optimalisasi tekanan darah. Target tekanan darah sistol berkisar 140 mmHg
4) Jaga normovolemia
a) Manitol 0,25-0,5 g/kgBB diberikan selama >20 menit, diulangi setiap 4-6
intravena diikuti oleh fenitoin dengan dosis 15-20 mg/kg bolus dengan
a. Menjaga euvolemi dengan pemberian cairan isotonis seperti 0.9% salin. Kebutuhan
produksi urin sehari ditambah dengan pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (500
ml) dan ditambah lagi 300 ml per derajat celcius pada penderita panas
b. Jaga keseimbangan elektrolit (Na, K, Ca, Mg) usahakan nilai normal tercapai
d. Nutrisi enteral paling lambat diberikan dalam 48 jam. Apabila terdapat gangguan
3) Protein 20-30% (pada keadaan stress kebutuhan protein 1.4-2.0 g/kgBB/hari (pada
g. Perhatikan diit pasien yang tidak bertentangan dengan obat-obatan yang diberikan.
vena dalam, emboli paru, dekubitus, komplikasi ortopedi, dan kontraktur). Pada
pasien yang beresiko trombosis vena dalam berikan heparin subkutan 2x5000 IU/hari
kemih
mempengaruhi TIK
m. Menenangkan penderita
karena antikoagulan)
blocker, Diuretik)
e. Neuroprotektor
g. Neurorestorasi / Neurorehabilitasi
Neurorestorasi paska stroke adalah proses belajar untuk meningkatkan fungsi kontrol
d. Melakukan aktivitas fisik sedang pada pasien stroke iskemik atau TIA. Intensitas
sedang dapat didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang cukup berarti hingga
2. Mengontrol faktor risiko seperti tekanan darah , gula darah pada pasien diabetes melitus,
a. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya agar tidak terjadi kekambuhan
b. Jika terjadi serangan stroke ulang, harus segera mendapat pertolongan segera
2.10. Komplikasi
Kompresi batang otak terjadi jika perdarahan intracerebellar lebih dari 3 cm yang
menyebabkan perburukan klinis seperti koma dan stupor dengan angka kematian yang
tinggi, selain kompresi batang otak juga dapat terjadi obstruktive hidrosefalus. 13
2.11 Prognosis
Prognosis adalah dubia, tergantung luas dan letak lesi. Untuk stroke hemoragik
sebagian besar dubia ad malam. Penanganan yang lambat berakibat angka kecacatan dan
kematian tinggi.
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
No RM : 56.03.79
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku : Minang
ANAMNESIS
Keluhan utama:
Pusing sempoyongan
- Pusing sempoyongan rasa seperti diatas kapal sejak 1 hari yang lalu, pusing ketika
pasien beraktivitas, pusing tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi, sehingga pasien
- Keluhan disertai dengan nyeri kepala yang dirasakan terus menerus sejak 1 hari yang
kepala disangkal
- Riwayat perdarahan dihidung 5 tahun yang lalu, pasien dirawat dibagian THT dengan
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama. Tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi, diabetes melitus dan penyakit jantung
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
Kooperatif : Kooperatif
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 36,8C
Thorak
- Paru
Perkusi : Sonor
- Jantung
Abdomen
Inspeksi : Distensi(-)
Perkusi : Timpani
Korpus Vertebrae
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)
Pupil isokor, diameter 3 mm/3 mm, Refleks cahaya +/+, Refleks Kornea +/+
N.I Olfaktorius
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif + +
Objektif
N. II Optikus
Penglihatan Kanan Kiri
TajamPenglihatan + +
Lapanganpandangan Normal Normal
Melihatwarna + +
Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N. III Okulomotorius
Kanan Kiri
Bola mata Bulat bulat
Ptosis - -
GerakanBulbus ortho Ortho
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso/endophtalmus - -
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Reflekcahaya + +
N. IV Troklearis
Kanan Kiri
Gerakanmatakebawah + +
Sikapbulbus ortho Ortho
Diplopia - -
N. V Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
Membukamulut + +
Menggerakkanrahan + +
g
Menggigit + +
Mengunyah + +
Sensorik
Divisiopthalmika
Reflekkornea + +
Sensibilitas + +
DivisiMaksila
Reflek masseter + +
Sensibilitas + +
DivisiMandibula
Sensibilitas + +
N. VI Abdusens
Kanan Kiri
Gerakanmatake lateral + +
Sikapbulbus Ortho Ortho
Diplopia - -
N. VII Fasialis
Kanan Kiri
Rautwajah Simetris Simetris
Sekresi air mata + +
Menggerakkandahi + +
Menutupmata + +
Mencibir/bersiul + +
Memperlihatkangigi + +
Sensasilidah 2/3 depan + +
N.VIII Vestibularis
Kanan Kiri
Suara berisik + +
Detik arloji + +
Rinne test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Schwabach test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Memanjang
Memendek
Pengaruh posisi kepala - -
N. IX Glossopharingeus
Kanan Kiri
Sensasilidah 1/3 belakang + +
Refleksmuntah/Gag reflek Tidakdilakukan Tidakdilakukan
N. X Vagus
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris Simetris
Uvula Di tengah Di tengah
Menelan + +
Artikulasi Jelas Jelas
Suara + +
Nadi Regular Regular
N. XI Asesorius
Kanan Kiri
Menolehkekanan + +
Menolehkekiri + +
Mengangkatbahukekanan + +
Mengangkatbahukekiri + +
N.XII Hipoglossus
Kanan Kiri
Kedudukanlidahdalam Simetris
Kedudukanlidahdijulurkan Simetris
Tremor Tidakada Tidakada
Fasikulasi Tidakada Tidakada
Atrofi Tidakada Tidakada
B. Berdiridanberj Gerakanspon - -
alan tan
Tremor - -
Atetosis - -
Mioklonik - -
Khorea - -
C. Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Kekuatan 555 555 555 555
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
F. Pemeriksaan sensibilitas
Sensibilitastaktil +
Sensibilitasnyeri +
Sensibilitastermis +
Sensibilitassendidanposisi +
Sensibilitasgetar +
Stereognosis +
Pengenalanrabaan +
G. Sistem Reflex
1. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea + + Biseps + +
Berbamkis Triseps + +
Laring APR + +
Maseter KPR + +
Dindingperut Bulbokavernosus Tidakdilak Tidakdila
ukan kukan
Atas Cremaster Tidakdilak Tidakdila
ukan kukan
Tengah Sfingter Tidakdilak Tidakdila
ukan kukan
Bawah
2. Patologis
Lengan Tungkai
Hoffman - - Babinski + -
Tromner
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Klonuspaha
Klonus kaki
3. Fungsi Otonom
Miksi :+
Defekasi :+
Sekresi keringat :+
4. Fungsi Luhur
Kesadaran TandaDemensi
Reaksibicara + Reflekglabella -
Reaksiintelek + Reflek Snout -
Reaksiemosi + Reflekmenghisap -
Reflekmemegang -
Reflekpalmomental -
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah
- Hb : 12,4 g/dL
- Leukosit : 8480/mm3
- Trombosit : 138.000/mm3
- Hematokrit : 38%
Kesan : Trombositopenia
1. Brain CT scan : tampak lesi hiperdens di serebelum dextra disertai perifokal udem,
midline shift (-), sistem ventrikel baik, sulci dan girus baik, pons, CPA baik
Kesan: LVH
3. ASGM
Babinsky (+)
=+3
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
AKI Riffle
PENATALAKSANAAN
Umum:
- Elevasi kepala 30
- O2 3 liter/menit
- MC RG 1800 kkal
- Balance cairan
Khusus:
KOMPLIKASI: Infeksi
PROGNOSIS: dubia
Muntah (-)
Kesadaran : komposmentris
Nadi : 85
Nafas : 28
Temperatur : 37c
TRM (-)
N Cranialis : pupil isokor, diameter pupil 3 mm kiri dan 3 mm kanan, reflek cahaya
Hipertensi emergensi
AKI riffle
P/ Umum:
- Elevasi kepala 30
- O2 3 liter/menit
- MC RG 1800 kkal
- Balance cairan
Khusus:
- N. Asetil sistein 3 x 1
Muntah (-)
Kesadaran : komposmentris
Nadi : 70
Nafas : 26
Temperatur : 36c
TRM (-)
N Cranialis : pupil isokor, diameter pupil 3 mm kiri dan 3 mm kanan, reflek cahaya
Hipertensi
AKI riffle 2
P/ Umum:
- Elevasi kepala 30
- O2 3 liter/menit
- MC RG 1800 kkal
- Balance cairan
Khusus:
S/ Sadar (+)
Demam (+)
Batuk (+)
muntah (-)
kesadaran : komposmentris
Nadi : 108
Nafas : 28
Temperatur : 38,4c
TRM (-)
N Cranialis : pupil isokor, diameter pupil 3 mm kiri dan 3 mm kanan, reflek cahaya
Hipertensi stage II
AKI riffle
Bronkopneumonia
P/ Umum:
- Elevasi kepala 30
- O2 3 liter/menit
- MC RG 1800 kkal
- Balance cairan
Khusus:
- Ceftriakson 2 x 1 gr (iv)
- Amplodipin 1 x 10 mg (po)
- Combivent nebu 4 x 1
- Micordis 2 x 80 g (po)
- Betahistin 3 x 6 gr (po)
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki, umur 71 tahun dengan diagnosis klinis:
Onset keluhan 1 hari sebelum masuk rumah sakit, ketika pasien sedang beraktivitas, pusing
tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi, sehingga pasien lebih banyak tidur dan menutup
mata. Keluhan pasien disertai dengan nyeri kepala yang dirasakan terus-menerus dengan
karakteristik yang tidak diketahui. Pasien muntah 2x sebelum masuk rumah sakit dan
bicara pelo. Telinga berdenging, mulut mencong, kebas sekitar mulut, riwayat trauma
kepala disangkal. Pasien mempunyai riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan
kontrol tidak teratur. Pasien pernah dirawat dibagian THT 5 tahun yang lalu karena
mengalami perdarahan pada hidung. Pasien merupakan seorang perokok dari usia muda,
rokok dihabiskan 2 bungkus perhari. Riwayat diabetes melitus, penyakit jantung, dan
stroke sebelummnya disangkal. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit
yang sama dan tidak ada anggota keluarga yang menderita hiertensi, diabetes melitus dan
stroke.
Pada pemeriksaan fisik umum ditemukan keadaan umum pasien tampak sakit berat,
kesadaran komposmentris, nadi kuat angkat, reguler 62 x/menit, tekanan darah 210/110
mmHg, suhu 36,8C. Pada pemeriksaan status internus didapatkan iktus kordis teraba 1 jari
lateral LMCS RIC VI, batas jantung melebar, murmur positif. Pada status neurologis,
didapatkan kesadaran GCS 15 (E4M6V5), tanda rangsangan meningeal tidak ada, dan tanda
peningkatan tekanan intrakranial tidak ada. Dari pemeriksaan nervus kranialis, juga
ditemukan pupil isokor, diameter 3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+, dan reflek kornea +/+.
otot eutonus, eutrofi, Berdasarkan pemeriksaan sensorik, diketahui respon (+) terhadap
ragsangan nyeri. Refleks fisiologis normal dan ditemukan adanya refleks Babinski pada
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini sesuai dengan gangguan pada
serebelum berupa pusing sempoyongan, muntah, gangguan koordinasi bagian tubuh kanan
(jari-jari-jari, hidung- jari, pronasi-supinasi, tes tumit lutut, rebound phenomen), dan
Menurut skor stroke Gadjah Mada dan skor stroke Siriraj, didapatkan kesan stroke
LVH
Pada pasien ini memiliki faktor resiko hipertensi dan merokok. Pasien sudah
menderita hipertensi yang tidak terkontrol sejak 10 tahun yang lalu. Hipertensi merupakan
penyebab umum dan faktor resiko utama dari perdarahan serebelum dan gangguan pada
menyempitnya pembuluh darah otak.11 Perdarahan diduga berasal dari pecahnya arteriol,
kapiler, atau vena. Dimana pembuluh darah yang pecah tadi terlebih dahulu mengalami
perlunakan karena hipertensi atau arteriosklerosis. Pada hipertensi kronis dapat terjadi
terbentuk karna hipertensi yang terus berlangsung akan mendesak dinding arteriol yang
lemah tadi, membuat herniasi atau pecahnya tunika intima yang kemudian menjadi
aneurisma atau terjadi robekan-robekan kecil dan aneurisma dapat pecah.11Merokok dapat
kkal, dan dipasangkan kateter untuk memonitor balance cairan. Terapi khusus yang
diberikan adalah drip nicardipin 1 amp dalam Nacl 0,3% dengan kecepatan 9 cc/jam untuk
menurunkan tekanan darah pasien, drip manitol 20% tapp off untuk pengendalian
sebagai gastroprotector dan paracetamol 3 x 750 g (po) untuk pengendalian suhu tubuh. 15
BAB IV
KESIMPULAN
dengan gangguan pembuluh darah otak, atau yang lebih dikenal sebagai stroke. Pasien
pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan kematian sel dan peningkatan tekanan
intrakranial. Pada pasien ini mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak 10 tahun yang
lalu dan pasien merupakan seorang perokok yang berat. Tatalaksana pada pasien ini adalah
1. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
PerhimpunanDokterSpesialisSaraf Indonesia.2011
3. Basjiruddin A, Darwin A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Sarat (Neurologi): untuk mahasiswa
4. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
2012
2012
10. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta: 2012
11. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.2008
13. Caplan LR. Caplans Strke a Clinical Approach. Cambridge University Press: 2016
14. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: pemeriksaan fisik dan mental. Fakultas
PERDOSSI.2011.
16. Arifputera A, Tanto C, Anindhita T. Stroke dalam Kapita Selekta Kedokteran vol II.
EGC. Jakarta:2014
A. Anamnesis
RPS
dengan waktu (pagi, siang, malam, sedang tidur, sedang beraktivitas,dll), keluhan
lain yang menyertai seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar, kejang,
RPD
B. Pemeriksaan fisik
Gaya berjalan tidak stabil (ataxia), disastria, muncul respon plantar ekstensor,
nistagmus, gaze palsy (ipsilateral kearah lesi) akibat gangguan N. VI, kelemahan otot
wajah dan kepala menoleh serta deviasi bola mata kearah kontralateral lesi, gangguan
koordinasi berupa gangguan pada jari-jari, hidung-jari, pronasi-supinasi, tes tumit lutut
dan tremor
C. Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum :
Manajemen nutrisi
b. Tatalaksana Spesifik
Neuroprotektor
Neurorestorasi / Neurorehabilitasi