Anda di halaman 1dari 5

Ekstraksi

Komponen Bioaktif Bekatul Beras Lokal

Research Article

EKSTRAKSI KOMPONEN BIOAKTIF BEKATUL BERAS LOKAL DENGAN BEBERAPA JENIS
PELARUT

I W. R. Widarta, K. A. Nocianitri, L. P. I. P. Sari

ABSTRAK: Bekatul mengandung komponen bioaktif dalam jumlah yang tinggi termasuk didalamnya
senyawa fenolik. Varietas bekatul dan jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi merupakan
faktor penting yang berperan dalam menentukan aktivitas antioksidan bekatul. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendapatkan jenis pelarut yang tepat dalam mengekstrak komponen bioaktif dan aktivitas
antioksidan dari bekatul beras lokal (bekatul beras putih, merah dan hitam). Jenis pelarut yang
digunakan adalah metanol, etanol, dan aqua DM. Ekstrak bekatul diperoleh dengan maserasi selama 24
jam pada masing-masing pelarut dan pelarut diuapkan dalam pengering vakum. Ekstrak yang diperoleh
dianalisis kadar total fenol, total antosianin dan aktivitas antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kadar total fenol, total antosianin dan aktivitas antioksidan berbeda-beda untuk setiap jenis
bekatul dan pelarut. Kadar total antosianin tertinggi diperoleh pada ekstrak etanol bekatul beras hitam
yaitu 33,19 mg/100g bekatul. Kadar total fenol dan aktivitas antioksidan tertinggi diperoleh pada ekstrak
metanol bekatul beras hitam yaitu sebesar 7,52 mg/100g bekatul dan 88,84%.

Kata kunci: ekstraksi, komponen bioaktif, aktivitas antioksidan, bekatul beras lokal, pelarut

PENDAHULUAN (Chanphrom, 2007), dan antosianin (bekatul beras hitam dan
Bali sebagai salah satu provinsi di Indonesia juga ikut ketan hitam) (Yawadio et al., 2007). Garcia et al. (2007)
berperan serta dalam meningkatkan swasembada beras di melaporkan bahwa setiap varietas padi memiliki kadar total
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka produksi polifenol yang berbeda-beda dan total polifenol lebih banyak
padi di Bali yang mencapai 869.160 ton pada tahun 2010 dan terdapat pada bekatulnya dibandingkan dengan tepung
Kabupaten Tabanan dikenal sebagai lumbung beras di Bali berasnya.
yang berkontribusi lebih dari 25 persen produksi gabah di Sompong et al., (2010) melaporkan bahwa perbedaan
Bali. Tabanan sebagai sentra produksi padi di Bali, memiliki varietas dan tempat tumbuh menghasilkan bekatul dengan
luas panen padi sawah dan padi ladang sekitar 41.643 ha kadar komponen bioaktif yang berbeda. Sampai saat ini
dari total 152.190 ha luas panen di Bali. Tabanan belum ada laporan mengenai komposisi komponen bioaktif
menghasilkan gabah 235 ribu ton per musim panen (BPS yang terkandung di dalam bekatul dari beberapa varietas,
Provinsi Bali, 2012). khususnya bekatul yang ada di Kabupaten Tabanan Bali
Tabanan memiliki beberapa varietas lokal yang begitu juga dengan aktivitas antioksidannya. Untuk
menjadi unggulan diantaranya beras merah (cendana), beras mengetahui komposisi komponen bioaktif yang terkandung
putih (mansur), beras hitam. Produksi beras di Kabupaten dalam bekatul, maka perlu dilakukan proses ekstraksi.
Tabanan ini dipasarkan diseluruh wilayah di Bali, baik itu Proses ekstraksi komponen bioaktif sangat dipengaruhi oleh
rumah tangga, rumah makan, maupun hotel. Namun, dibalik beberapa hal, salah satunya adalah jenis pelarut. Karena
tingginya nilai guna beras tersebut tidak diimbangi oleh nilai kelarutan suatu zat ke dalam suatu pelarut sangat
limbah yang dihasilkan dari proses penyosohan gabah. ditentukan oleh kecocokan sifat antara zat terlarut dengan
Bekatul merupakan limbah proses penggilingan padi pelarut, yaitu like disolves like (Sari et al., 2005), oleh karena
yang jarang dimanfaatkan sebagai produk makanan oleh itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis
masyarakat di Bali, padahal potensinya sangat besar apabila pelarut yang tepat untuk digunakan sebagai pelarut dalam
dapat dimanfaatkan secara optimal. Hasil penelitian proses ekstraksi komponen bioaktif yang terdapat dalam
menunjukkan bahwa bekatul mengandung komponen bekatul.
bioaktif atau senyawa fitokimia yang tinggi seperti tokoferol, Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan
tokotrienol, oryzanol (Chen dan Bergman, 2005), antioksidan pelarut yang paling tepat digunakan untuk mengekstrak
fenolik (Chanphrom 2007; Sompong et al., 2011), -karoten komponen bioaktif dan aktivitas antioksidan yang tertinggi
Dikirim tanggal 15/04/2013, diterima tanggal 28/05/2013. Para penulis
yang terdapat dalam bekatul beras merah, beras hitam, dan
adalah dari Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi beras putih.
Pertanian, Universitas Udayana, Badung, Bali. Kontak langsung dengan
penulis: ray_widarta@yahoo.com (I. W. R. Widarta) MATERI DAN METODE
2013 Indonesian Food Technologist Community Materi
Available online at www.journal.ift.or.id
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
75
Vol. 2 No. 2 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan
Ekstraksi Komponen Bioaktif Bekatul Beras Lokal

bekatul diperoleh dari pabrik penyosohan gabah P4S Somya 6,26%. Hal ini disebabkan karena aqua DM tergolong pelarut
Pratiwi, Dusun Wongaya Betan, Desa Mengesta, Kecamatan polar dan berdasarkan tingkat kepolarannya aqua DM
Penebel, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Varietas yang memiliki tingkat kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan
digunakan adalah bekatul dari beras Mansur (putih), beras dengan metanol dan etanol. Senyawa dalam bekatul beras
merah, dan beras hitam yang dibudidayakan di wilayah lokal yang terekstrak dengan pelarut aqua DM memiliki
setempat. Bekatul yang akan digunakan diayak terlebih kepolaran yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan
dahulu dengan ayakan 60 mesh untuk mendapatkan rendemen paling tinggi.
keseragaman ukuran. Senyawa kimia dan reagen yang Menurut Lestiani dan Lanny (2008), tingkat
digunakan adalah reagen FolinCiocalteu, 2,2`-diphenyl-1- kepolaran pelarut menentukan jenis dan jumlah senyawa
picrylhydrazyl (DPPH), standar asam galat, etanol 96%, yang dapat diekstrak dari bahan. Pelarut akan mengekstrak
NaOH, Aqua DM (aquademineralized), metanol pa (99,9%), senyawa-senyawa yang mempunyai kepolaran yang sama
buffer potasium klorida 0,025 M untuk pH 1, dan buffer atau mirip dengan kepolaran pelarut yang digunakan. Jenis
sodium asetat 0.4 M untuk pH 4.5. Alat-alat yang senyawa dalam bekatul yang diduga ikut terekstrak yaitu
dipergunakan adalah ayakan 60 mesh, spektrofotometer vitamin B1 (thiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3
merk Genesys 20, timbangan analitik, kertas whatman no 1, (niasin), karbohidrat, serat dan mineral yang larut air. Sifat
shaker merk Eyela dan alat-alat gelas. dari senyawa tersebut larut dalam air, sehingga rendemen
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak yang dihasilkan pada pelarut aqua DM lebih tinggi
Kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor pertama adalah jenis dibandingkan dengan pelarut metanol dan etanol.
pelarut (P) dan yang kedua adalah Jenis bekatul (B): Faktor Penggunaan asam kuat untuk mengasamkan pelarut
pertama terdiri dari tiga taraf yaitu P1 = Metanol, P2 = Etanol, yang digunakan dalam ekstraksi juga sangat berpengaruh
P3 = Aqua DM. Faktor kedua terdiri dari tiga taraf yaitu: B1 = terhadap rendemen yang dihasilkan. Menurut Adzkiya
Bekatul beras putih, B2 = Bekatul beras merah, B3 = Bekatul (2011), pelarut yang diasamkan dengan asam kuat seperti
beras hitam. HCl dapat menghasilkan rendemen ekstrak yang lebih tinggi
Seluruh perlakuan diulang sebanyak dua kali sehingga dibandingkan dengan pelarut yang diasamkan dengan asam
diperoleh 18 unit percobaan. Data yang diperoleh dianalisis asetat dan tanpa pengasaman. Hal ini dimungkinkan karena
dengan sidik ragam, dan apabila terdapat pengaruh adanya co-ekstraksi dari senyawa non fenol seperti gula,
perlakuan terhadap parameter yang diamati, maka akan asam organik dan protein.
dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993). Hasil pengujian aktivitas antioksidan berkorelasi
negatif terhadap hasil rendemen ekstrak dan membuktikan
Metode adanya co-ekstraksi dari senyawa lain yang tidak
Ekstraksi komponen bioaktif pada bekatul. Sebanyak memberikan aktivitas antioksidan. Hasil rata-rata rendemen
20 g bekatul dilarutkan dengan pelarut (sesuai perlakuan) dan aktivitas antioksidan ekstrak bekatul pada berbagai jenis
yang sudah diasamkan sebelumnya dengan HCl 37% sampai pelarut dapat dilihat pada Tabel 1.
pH 1. Perbandingan bahan dengan pelarut adalah 1 : 6 b/v Dilihat dari jenis bekatulnya pada pelarut yang sama,
kemudian di-shaker selama 24 jam pada suhu kamar. rendemen ekstrak tertinggi diperoleh dari bekatul beras
Selanjutnya disaring dengan kertas saring whatman no 1. merah dan beras putih sedangkan rendemen ekstrak
Filtrat yang diperoleh dikeringkan dengan oven vakum. terendah diperoleh dari bekatul beras hitam (Gambar 3). Hal
ini dapat disebabkan oleh bekatul beras merah dan beras
Parameter yang diamati putih memiliki lebih banyak kandungan senyawa non fenol
Adapun parameter yang diamati adalah rendemen dengan polaritas yang mirip dengan pelarut yang digunakan.
ekstrak, kadar total antosianin dengan metode pH Menurut Adzkiya (2011) senyawa non fenol yang dapat larut
differential (Giusti dan Wrolstad, 2001), total fenol dianalisis dalam pelarut organik seperti metanol, etanol, dan air
dengan metode FolinCiocalteau (Garcia et al., 2007) dan adalah gula, asam organik dan protein.
penentuan kemampuan menangkap senyawa radikal dengan
2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) (Sompong et al. 2011) Total Antosianin
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan
HASIL DAN PEMBAHASAN jenis pelarut dan bekatul serta interaksinya berpengaruh
Rendemen ekstrak sangat nyata (P<0,01) terhadap total antosianin ekstrak
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan bekatul beras lokal. Nilai rata-rata total antosianin ekstrak
jenis pelarut dan jenis bekatul berpengaruh sangat nyata bekatul beras lokal pada perlakuan jenis pelarut dapat
(P<0,01) terhadap rendemen ekstrak bekatul beras lokal, dilihat pada Gambar 4.
sedangkan interaksinya berpengaruh tidak nyata (P>0,05). Gambar 4 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan
Nilai rata-rata rendemen ekstrak bekatul beras lokal (%) bekatul beras hitam yang diekstraksi dengan pelarut etanol
dari berbagai jenis pelarut berkisar antara 6,10% sampai memiliki nilai total antosianin tertinggi sebesar 33,19
dengan 13,54%, hal ini dapat dilihat pada Gambar 1. mg/100g bekatul, sedangkan kombinasi perlakuan bekatul
Gambar 2 menunjukkan bahwa rendemen yang beras putih yang diekstraksi dengan pelarut aqua DM
dihasilkan pelarut aqua DM sebesar 6,26%, etanol sebesar memiliki nilai total antosianin terendah yaitu 1,65 mg/100g
4,61%, sedangkan metanol sebesar 4,01 %. Nilai rata-rata bekatul dan tidak berbeda nyata dengan kombinasi
rendemen tertinggi diperoleh pelarut aqua DM sebesar perlakuan bekatul beras putih yang diekstraksi dengan

76
Vol. 2 No. 2 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan
Ekstraksi Komponen Bioaktif Bekatul Beras Lokal

pelarut metanol yaitu 3,10 mg/100g bekatul. Kadar total dibandingkan dengan bekatul beras putih dan beras merah.
antosianin tertinggi yang dihasilkan sama dengan kadar Menurut Muntana dan Prasong (2010), umumnya semua
antosianin beras ketan hitam yang diekstrak dalam suasana senyawa fitokimia terakumulasi pada perikarp dan testa
asam berkisar antara 31,3 mg/100g 34,2 mg/100 g bahan atau bekatul beras. Senyawa ini mengandung pigmen yang
(Tananuwong dan Tewaruth 2010). Sementara itu, berhubungan dengan warna merah, ungu, dan hitam. Hal
Chanphrom (2007) melaporkan bahwa kadar total serupa juga dilaporkan oleh Sompong et al. (2011) yang
antosianin pada bekatul beras berpigmen adalah 28,61 menyatakan bahwa beras hitam memiliki kandungan
10,22 mg/100 g. antosianin yang lebih tinggi dibandingkan beras merah
Kombinasi perlakuan bekatul beras hitam yang sedangkan beras putih memiliki kandungan flavonoid yang
diekstraksi dengan pelarut etanol menghasilkan kandungan lebih rendah dibandingkan beras merah (Adzkiya 2011).
total antosianin tertinggi dapat disebabkan oleh kandungan Etanol merupakan pelarut polar yang dapat melarutkan
antosianin yang tinggi pada beras hitam dan antosianin antosianin dengan baik berdasarkan prinsip like dissolve
tersebut memiliki polaritas yang sangat mirip dengan pelarut like (Amelia et al. 2013). Abou-Arab et al. (2011)
etanol. Bekatul beras hitam memiliki warna yang lebih pekat melaporkan bahwa etanol lebih efektif dibandingkan air
sehingga kandungan antosianinnya lebih banyak yang digunakan untuk ekstraksi antosianin dari bunga


Gambar 1. Nilai rata-rata rendemen ekstrak bekatul beras Gambar 2. Hubungan antara jenis pelarut dengan rendemen
lokal (%) dari berbagai jenis pelarut ekstrak (%). Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata (P>0,05)


Gambar 3. Hubungan antara jenis bekatul dengan rendemen Gambar 4. Hubungan antara jenis pelarut dan bekatul terhadap
ekstrak (%).Notasi yang sama menunjukkan tidak berbeda kadar total antosianin (mg/100 g bekatul). Notasi yang sama
nyata (P>0,05) menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)


Gambar 5. Hubungan antara jenis pelarut dan bekatul Gambar 6. Hubungan antara jenis pelarut dan bekatul terhadap
terhadap kadar total fenol (mg/100 g bekatul). Notasi yang aktivitas antioksidannya (%).Notasi yang sama menunjukkan
sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) tidak berbeda nyata (P>0,05)

77
Vol. 2 No. 2 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan
Ekstraksi Komponen Bioaktif Bekatul Beras Lokal

Tabel 1. Hasil rata-rata rendemen dan aktivitas antioksidan ekstrak bekatul pada berbagai jenis pelarut
Pelarut
Jenis bekatul Metanol Etanol Aqua DM
Rendemen Aktivitas Rendemen Aktivitas Rendemen Aktivitas
(%) antioksidan (%) (%) antioksidan (%) (%) antiokidan (%)
Bekatul putih 3,91 78,61 5,00 49,14 6,42 53,11
Bekatul merah 5,08 80,36 4,67 62,41 6,77 54,58
Bekatul hitam 3,05 88,84 4,18 85,62 5,59 57,94

Rosela. Hasil penelitian serupa juga dilaporkan oleh Vanini bekatul beras hitam yang diekstraksi dengan metanol
et al. (2009) yang melaporkan bahwa etanol menunjukkan memiliki aktivitas antioksidan tertinggi sebesar 88,84%,
kemampuan mengekstrak antosianin yang lebih besar sedangkan kombinasi bekatul beras putih yang diekstraksi
dibandingkan metanol, selain itu penggunaan etanol dapat dengan etanol memiliki aktivitas antioksidan terendah
menghindari toksisitas metanol. sebesar 49,14%. Hal ini dapat disebabkan oleh kombinasi
bekatul beras hitam yang diekstraksi dengan metanol
Total Fenol memiliki total fenol tertinggi seperti terlihat pada Gambar 5.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa Total fenol yang diperoleh memiliki korelasi positif dengan
interaksi antara jenis pelarut dan jenis bekatul berpengaruh dengan aktivitas antioksidan. Hal serupa telah dilaporkan
sangat nyata (P<0,01) terhadap total fenol ekstrak bekatul oleh Walter dan Marchesan (2011) bahwa semakin tinggi
beras lokal. Ratarata total fenol ekstrak bekatul beras lokal total fenol, maka aktivitas antioksidannya akan semakin
pada perlakuan jenis pelarut dapat dilihat pada Gambar 5. tinggi pula. Muntana dan Prasong (2010) juga melaporkan
Gambar 5 menunjukkan bahwa kombinasi bahwa aktivitas antioksidan bekatul beras merah dan beras
perlakuan bekatul beras hitam yang diekstraksi dengan hitam lebih tinggi dibandingkan bekatul beras putih.
pelarut metanol memiliki kandungan total fenol tertinggi Menurut Itani et al. (2002); Goffman dan Bergman
yaitu 7,52 mg/100g bekatul yang tidak berbeda nyata (2004); Zhang et al. (2006) dalam Walter dan Marchesan
dengan perlakuan bekatul beras hitam yang diekstraksi (2011) menyatakan bahwa konsentrasi total fenol dalam biji
dengan pelarut etanol yaitu sebesar 7,48 mg/100g bekatul, beras memiliki korelasi positif dengan aktivitas antioksidan
sedangkan kombinasi bekatul beras putih yang diekstraksi dan berperan penting dalam aktivitas antioksidan pada biji
dengan pelarut etanol memiliki kandungan total fenol bijian padi. Selain itu aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh
terendah yaitu 2,00 mg/100g bekatul. Hal ini menunjukkan jumlah senyawa antosianin yang terkandung dalam bahan,
bahwa etanol memiliki kemampuan yang relatif sama semakin banyak senyawa antosianin yang terdapat dalam
dengan metanol dalam mengekstrak kandungan senyawa bahan maka aktivitas antioksidannya akan semakin
fenolik yang terdapat pada bekatul beras hitam. Menurut meningkat. Hal serupa juga dilaporkan oleh Poumorad et al.
Amelia et al. (2013) etanol merupakan pelarut yang baik (2006) bahwa ekstrak dengan kandungan senyawa fenolik
untuk ekstraksi senyawa polifenol. yang tertinggi menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi
Hasil penelitian juga menunjukkan kadar total fenol pula. Aktivitas antioksidan ini disebabkan oleh keberadaan
pada bekatul beras putih lebih rendah dibandingkan bekatul gugus hidroksil pada senyawa fenolik yang berperan sebagai
beras hitam dan bekatul beras merah. Hasil penelitian penangkap radikal bebas.
serupa juga diperoleh oleh Adzkiya et al. (2011) yang
melaporkan bahwa kadar total fenol beras putih (IR 64) KESIMPULAN
sangat kecil bila dibandingkan kadar total fenol pada beras Jenis pelarut berpengaruh sangat nyata terhadap
merah. Hal ini sesuai juga dengan yang dilaporkan oleh terhadap rendemen ekstrak bekatul beras lokal, interaksi
Sompong et al. (2011) yang menyatakan bahwa total fenol antara jenis pelarut dan jenis bekatul berpengaruh nyata
pada beras hitam yang diperoleh dari cina memiliki terhadap total antosianin, total fenol, dan aktivitas
kandungan total fenol yang lebih besar dibandingkan beras antioksidan ekstrak bekatul beras lokal. Kombinasi yang
merah yang diperoleh dari daerah yang sama. Menurut Tian terbaik yaitu bekatul beras hitam yang diekstraksi dengan
et al. (2004); Zhou et al. (2004) dalam Walter dan pelarut metanol yang menghasilkan total antosianin sebesar
Marchesan (2011) biji bijian dengan warna perikarp yang 30,63 mg/100g bekatul, total fenol sebesar 7,52 mg/100g
lebih gelap seperti beras hitam dan beras merah bekatul, dan aktivitas antioksidan sebesar 88,84%.
mengandung polifenol yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Bekatul Beras Lokal Abou-Arab AA, Abu-Salem FM and Abou-Arab EA. 2011.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi Physico-chemical properties of natural pigments
antara jenis pelarut dan jenis bekatul berpengaruh sangat (anthocyanin) extracted from Roselle calyces
nyata (P<0,01), terhadap aktivitas antioksidan ekstrak (Hibiscus subdariffa). J. of American Science 7(7):445-
bekatul beras lokal. Nilai rata-rata aktivitas antioksidan 456
ekstrak bekatul beras lokal pada perlakuan jenis pelarut Adzkiya MAZ. 2011. Kajian Potensi Antioksidan Beras Merah
dapat dilihat pada Gambar 6. dan Pemanfaatannya pada Minuman Beras Kencur
Gambar 6 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan [Tesis]. Bogor : PS. Pascasarjana, Institut Pertanian

78
Vol. 2 No. 2 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan
Ekstraksi Komponen Bioaktif Bekatul Beras Lokal

Bogor Muntana N dan Prasong S. 2010. Study on total phenolic


Amelia F, Afnani GN, Musfiroh A, Fikriyani AN, Ucche S and contents and their antioxidant activities of Thai white,
Murrukmihadi M. 2013 Extraction and Stability Test red and black rice bran extracts. Pakistan J. Of
of Anthocyanin from Buni Fruits (Antidesma Bunius L) Biologycal Sciences 13(4):170-174
as an Alternative Natural and Safe Food Colorants. Nugraha, C. S. 2010. Pengaruh Jenis dan pH Pelarut terhadap
J.Food Pharm.Sci. 1 (2013) 49-53 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daging Buah Naga Super
Awika JM., Rooney LW, Waniska RD. 2004. Anthocyanins Merah (Hylocereus costaricensis). [Skripsi]. Badung:
from black sorghum and their antioxidant properties. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana
Food Chem. 90 (2004):293301. doi:10.1016 Pourmorad F, Hosseinimehr SJ, Shahabimajd N. 2006.
Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Bali. 2012. Luas Panen, Antioxidant activity, phenol and flavonoid contents of
Rata-Rata Produksi, dan Produksi Padi Sawah dan some selected Iranian medicinal plants. African
Padi Ladang Menurut Kabupaten/Kota di Bali Tahun Journal of Biotechnology 5 (11): 1142-1145
2010. http://bali.bps.go.id [26 juli 2012] Sari P, Fitriyah A, Mukhamad K, Unus, Mukhamad F, Triana L.
Chanphrom P. 2007. Antioxidants and Antioxidant Activities 2005. Ekstraksi dan stabilitas antosianin dari kulit
of Pigmented Rice Varieties and Rice Bran. [Thesis]. buah duwet (Syzigium cumini). Jurnal Teknologi dan
Thailand : Faculty of Graduated Studies, Mahidol Industri Pangan XVI No. 2 Th 2005.
University Sompong R, Siebenhandl-Ehn S, Linsberger-Martin G,
Chen MH and Bergman CJ. 2005. A rapid procedure for Berghofer E. 2011. Physicochemical and antioxidative
analysing rice bran tocopherol, tokotrienol and g- properties of red and black rice varieties from
oryzanol contents. J. of Food Composition and Anal 18 Thailand, China and Sri Lanka. J. Food Chem. 124
: 139151. (2011) 132140. Doi:10.1016.
Garcia CA, Gavino G, Mosqueda MB, Hevia P, Gavino VC. Steel, RGD dan Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik
2007. Correlation of tocopherol, tokotrienol, - Suatu Pendekatan Biometric. Penerjemah Bambang
oryzanol and total polyphenol content in rice bran Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
with different antioxidant capacity assays. J. Food Vanini LS, Hirata TA, Kwiatkowski A, Clemente E. 2009.
Chem. 102: 12281232. Doi:10.1016. Extraction and stability of anthocyanins from the
Giusti, MM. and Wrolstad RE. 2001. Unit F1.2: Anthocynins. Benitaka grape cultivar (Vitis vinifera L.). Braz. J. Food
Characterization and measurement with UV-visible Technol.12 (3): 213-219 DOI: 10.4260.
spectroscopy. In Current Protocols in Food Analytical Walter M and Marchesan E. 2011. Phenolic Compounds and
Chemistry. pp. 1-13. Wrolstad, R.E., ed. John Wiley Antioxidant Activity of Rice. Brazilian archives of
and Sons. New York, USA. Biology and technology. An international Journal. 54
Lestiani, Lanny. 2008. Vitamin Larut Air. Universitas (1): pp. 371-377
Indonesia Yawadio R, Tanimori S, Morita N. 2007. Identification of
phenolic compounds isolated from pigmented rices
and their aldose reductase inhibitory activities. J. Of
Food Chem. 101: 16161625. Doi 10.1021


79
Vol. 2 No. 2 Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan

Anda mungkin juga menyukai