PENDAHULUAN
1
interpretasi. Tujuannya adalah dapat menginterpretasi hasil dari processing
yang berupa profil, yang kemudian diinterpretasikan berdasarkan sebaran
nilai resistivitas yang disimbolkan dengan warna sehingga dapat
mengidentifikasi system panasbumi daerah tersebut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
resistivitas. Model dalam bentuk penampang resistivitas dapatmenggambarkan
sebaran zona konduktif dan zona resistif di bawah permukaan yangmencerminkan
struktur komponen sistem panas bumi. Pemodelan resistivitas MT memerlukan
datapendukung untuk menghasilkan model konseptual sistem panas bumi. Data
pendukung ini dapatberupa informasi geologi seperti stratigrafi, alterasi
hidrotermal, struktur geologi dan manifestasipanas bumi. Pada penelitian ini
penulis menyajikan hasil pemodelan MT dalam bentuk petaresistivitas, visualisasi
2D dan visualisasi 3D yang dikombinasikan dengan data geologipermukaan.
Gambar 2.1. Struktur resistivitas sistem panas bumi di daerah volkanik. Batuan
permukaanyang tidak mengalami alterasi hidrotermal memiliki nilai resistivitas yang
lebih tinggi dari batuan penudung. Batuan penudung memiliki nilai resistivitas <10 Ohm-
m dan zona reservoar memiliki nilai resistivitas 10-60 Ohm-m. (dimodifikasi dari:
Cumming andMackie, 2010; Johnston et al, 1992; Anderson et al, 2000)
4
Gambar 2.2. Perubahan gradual nilai resistivitas pada tiap komponen sistem panas bumi
(dimodifikasi dari Flovenz et al, 2005)
Perbedaan nilai resistivitas tiap bagian komponen sistem panas bumi dapat
digambarkansebagai suatu struktur resistivitas bawah permukaan yang membantu
pembuatan modelkonseptual sistem panas bumi. Komponen sistem panas bumi
umumnya memiliki tatanangeologi yang khas, aktivitas hidrotermal yang terjadi
sangat mempengaruhi nilairesistivitas batuan di daerah panas bumi. Menurut
Flovenz et al (2005) struktur resistivitassistem panas bumi akan bergantung pada
parameter fisik seperti temperatur, porositasbatuan, salinitas fluida hidrotermal,
saturasi fluida dalam pori batuan dan nilaikonduktivitas antarmuka batuan
(interface conductivity).
Struktur resistivitas sistem panas bumi umumnya terdiri dari beberapa
bagian yang memiliki karakter nilai resistivitas tersendiri. Gambar 2.1
menunjukan ilustrasi strukturresistivitas umum sistem panas bumi di daerah
volkanik, sementara Gambar 2.2 menunjukanhasil penelitian Flovenz et al (2005)
yang menggambarkan perubahan nilai resistivitassecara gradual dari bagian atas
sistem panas bumi hingga bagian reservoar yangberkorelasi dengan perubahan
vertikal jenis-jenis mineral lempung dan temperatur. Bagianpaling atas terdiri dari
batuan yang tidak mengalami alterasi, batuan ini umumnya memilikinilai
resistivitas yang tinggi dari batuan penudung. Ussher et al (2000) menyatakan
5
bahwabatuan nonalterasi dengan nilai resistivitas tinggi di atas batuan penudung
memilikisaturasi fluida yang sangat minim untuk bertindak sebagai jalur
konduktif. Sementaramenurut Flovenz et al (2005), tingginya nilai resistivitas ini
disebabkan oleh ketidakhadiran mineral lempung yang mampu menyediakan jalur
konduktivitas antarmukabatuan.
Gambar 2.3. Skema pengukuran MT dan pergeseran statik yang terjadi pada kurva
resistivitas. (dimodifikasi dari Cumming and Mackie, 2010)
Prinsip akusisi data MT di lapangan adalah dengan merekam nilai Ex, Ey,
Hx, Hy dan Hzdengan menggunakan satu set alat ukur MT (Unsworth, 2008).
Alat ukur ini terdiri dari 1 buah MT Unit, 2 set elektrode, Ex, Ey dan 3 buah koil
magnetometer, Hx, Hy dan Hz (Gambar 2.3). Hasil perekaman ini selanjutnya
dapat diolah untuk mendapatkan nilai resistivitas seperti pada persamaan di atas.
Penentuan lokasi titik ukur MT dalam penyelidikan panas bumi
membutuhkanpertimbangan tersendiri untuk mengurangi resiko kegagalan
pengukuran. Kondisi geologiberupa geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi dan
manifestasi panas bumi menjadiparameter dalam penentuan lokasi pengukuran.
Daerah penelitian berada pada zona sesar Sumatera yang memanjang barat
laut tenggara, zona sesar ini tercermin sebagai suatu kelurusan morfologi lembah
yang diapitoleh tiga kerucut gunung api. Manifestasi panas bumi berupa fumarol
dan mata air panasjuga muncul di sepanjang lembah. Berdasarkan kondisi geologi
tersebut, daerah zona sesaryang disertai dengan kemunculan manifestasi panas
bumi menjadi prioritas lokasipengukuran MT.
6
BAB III
DASAR TEORI
Gambar 3.1. Susunan Instrumen CSAMT di Lapangan untuk Survei Skalar dengan
menggunakan banyak komponen E dan satu komponen H.
7
3.2. Perambatan Medan Elektromagnetik
Medan elektromagnetik primer akan dipancarkan ke seluruh arah oleh di- pol
listrik yang digroundkan. Pada saat medan elektromagnetik primer men-capai
permukaan bumi di daerah lain, maka medan elektromagnetik akanmenginduksi
arus pada lapisan-lapisan bumi yang dianggap konduktor. Arus tersebut disebut
sebagai arus telluric atau arus eddy. Adanya arus telluric padalapisan-lapisan
bumi ini akan menyebabkan timbulnya medan elektromagnetik sekunder yang
kemudian akan dipancarkan kembali ke seluruh arah sampai di permukaan bumi.
Dalam pengukuran medan sekunder inilah yang akan dicatat oleh
receiveruntuk memperoleh informasi tentang pengukuran lapisan di bawah
permu-kaan bumi yang diukur. Informasi yang diperoleh adalah berupa impedansi
gelombang elektromagnetik sekunder yang dihasilkan rapat arus telluric pada
masing-masing lapisan. Setiap lapisan mempunyai harga konduktivitas yang
berbeda beda, sehingga medan elektromagnetik sekunder yang dihasilkan juga
akan berbeda beda bergantung pada jenis lapisannya. Kedalaman penetrasi dari
metode CSAMT pada lingkungan yang konduktif kurang dari skin depth.
sehingga:
8
2/ = 2/2 (3.3)
Dari persamaan (3.4) terlihat bahwa gelombang dengan periode yang lebih
besar (T2) akan mengalami pelemahan yang lebih lambat (mempunyai daya
tembus yang lebih dalam) dibandingkan yang periodanya kecil (T1); lihat
Gambar 3.2. Kedalaman kulit ini biasanya dipakai sebagai acuan untuk
memperkirakan kedalaman penembusan di dalam metode MT pada khususnya
dan metode EM yang lain pada umunya.
9
(Hz) vertikal ke dalam tanah yang homogen dengan hambatan = akan terdiri
dari komponen medan magnetik (By) dan medan listrik (Ex) yang tegak lurus satu
sama lain pada bidang horisontal (Gambar 3.3.). Hubungan antara amplitudo
medan magnetik dan medan listrik (|By| dan |Ex|) diberikan oleh:
| | 2
= (3.5)
||
Gambar 3.3. Sketsa gelombang EM tunggal yang menembus tanah dengan hambat jenis
sebesar
10
0.1 Hz. Untuk metode CSAMT, digunakan sumber berupa kutub dipole elektrik
yang ditanam dengan frekuensi mencapai 8kHz.
11
BAB IV
METODOLOGI
Mulai
Curve matching
Korelasi Penampang
Penampang
Interpretasi
Selesai
12
4.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
Pada poin ini, akan dibahas mengenai alur dari pembuatan profil bawah
permukaan yang dihasilkan dari pengolahan data CSAMT dengan
menggunakan Software interpex.
1. Langkah pertama adalah dilakukan pembuatan Project Baru dengan
menggunakan software Interpex. Caranya dengan membuka aplikasi
Interpex kemudian klik file>new>sounding>MT sounding. Kemudian
akan tampil jendela pengaturan data sounding.
2. Dilanjutkan dengan dilakukannya input data sounding yang meliputi nilai
koordinat, fasa dan resistivitas beserta nilai errornya dan besar frekuensi.
3. Kemudian, dilakukan pembuatan model 1D dengan memperhatikan nilai
inversi occam yang telah dihimpitkan dengan data. Setelah nilai inversi
occam berhimpitan dengan data, dilakukan curve matching untuk
penentuan nilai resistivity-nya. Pembuatan model dilakukan hingga
seluruh data sounding telah dibuat model 1D.
4. Langkah selanjutnya adalah dilakukannya pembuatan profil dengan cara
klik tombol create profile>line projection. Kemudian ditarik garis dari
titik sounding pertama menuju titik sounding yang terakhir.
5. Setelah dilakukan line projection maka akan muncul jendela baru yang
menampilakan data titik sounding dan model 2D nya atau profil yang
berada dibawah data titik sounding
6. Selesai.
13
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
merupakan lapisan yang berada diatas clay cap atau dapat disebut
overburden. Lapisan ini memiliki nilai resistivitas yang lebih besar dari 10
Ohm.m. Respon nilai resistivitas yang besar ini menandakan bahwa pada
lapisan tersebut tidak terjadi alterasi maupun mineralisasi. Sehingga akan
memiliki nilai resistivitas yang besar dikarenakan memiliki rongga atau pori
yang tidak berisi mineal konduktif.
Kemudian, pada lapisan dibawahnya yang menunjukkan nilai
resistivitas yang rendah apabila dibandingkan dengan nilai resistivitas dari
lapisan diatasnya. Pada lapisan kesembilan hingga lapisan 16 ini memiliki
rentang nilai resistivitas yang berkisar dari 0.1 hingga 4 Ohm.m yang tentu
lebih kecil daripada 10 Ohm.m. Sehingga, apabila mengacu pada model di
gambar 2.1. lapisan ini merupakan bagian dari system geothermal yang
berperan sebagai clay cap atau tudung dari reservoir. Lapisan tudung ini
terletak pada kedalaman 174 meter hingga 711. Tudung dalam geothermal
system memiliki peranan penting, yaitu untuk mencegah fluida hidrotermal
maupun uap panas untuk meloloskan diri kepermukaan. Sehingga energi
panasbumi dapat tersimpan dengan baik pada lapisan reservoir dibawahnya.
Apabila dianalisa kandungan mineralnya, maka menurut Flovenz et al (2005)
seperti yang terlihat pada gambar 2.2, lapisan ini merupakan zona
terbentuknya mineral lempung berupa smectite hingga zeolite. Sehingga,
kedua mineral tersebut dapat dijadikan sebagai parameter tambahan untuk
membantu interpretasi keberadaan clay cap.
15
5.1.2. Titik Sounding Titik 8
16
memiliki nilai resistivitas yang besar dikarenakan memiliki rongga atau pori
yang tidak berisi mineal konduktif.
Kemudian, pada lapisan dibawahnya yang menunjukkan nilai
resistivitas yang rendah apabila dibandingkan dengan nilai resistivitas dari
lapisan diatasnya. Pada lapisan kesepuluh hingga lapisan terakhir ini memiliki
rentang nilai resistivitas yang berkisar dari 0.1 hingga 2 Ohm.m yang tentu
lebih kecil daripada 10 Ohm.m. Sehingga, apabila mengacu pada model di
gambar 2.1. lapisan ini merupakan bagian dari system geothermal yang
berperan sebagai clay cap atau tudung dari reservoir. Lapisan tudung ini
terletak pada kedalaman 151 meter hingga 500 meter. Tudung dalam
geothermal system memiliki peranan penting, yaitu untuk mencegah fluida
hidrotermal maupun uap panas untuk meloloskan diri kepermukaan. Sehingga
energi panasbumi dapat tersimpan dengan baik pada lapisan reservoir
dibawahnya. Apabila dianalisa kandungan mineralnya, maka menurut
Flovenz et al (2005) seperti yang terlihat pada gambar 2.2, lapisan ini
merupakan zona terbentuknya mineral lempung berupa smectite hingga
zeolite. Sehingga, kedua mineral tersebut dapat dijadikan sebagai parameter
tambahan untuk membantu interpretasi keberadaan clay cap.
17
5.1.3. Titik Sounding Titik 9
18
memiliki nilai resistivitas yang besar dikarenakan memiliki rongga atau pori
yang tidak berisi mineal konduktif.
Kemudian, pada lapisan dibawahnya yang menunjukkan nilai
resistivitas yang rendah apabila dibandingkan dengan nilai resistivitas dari
lapisan diatasnya. Pada lapisan kelima hingga lapisan terakhir ini memiliki
rentang nilai resistivitas yang berkisar dari 0.1 hingga 6 Ohm.m yang tentu
lebih kecil daripada 10 Ohm.m. Sehingga, apabila mengacu pada model di
gambar 2.1. lapisan ini merupakan bagian dari system geothermal yang
berperan sebagai clay cap atau tudung dari reservoir. Lapisan tudung ini
terletak pada kedalaman 15 meter hingga 400. Tudung dalam geothermal
system memiliki peranan penting, yaitu untuk mencegah fluida hidrotermal
maupun uap panas untuk meloloskan diri kepermukaan. Sehingga energi
panasbumi dapat tersimpan dengan baik pada lapisan reservoir dibawahnya.
Apabila dianalisa kandungan mineralnya, maka menurut Flovenz et al (2005)
seperti yang terlihat pada gambar 2.2, lapisan ini merupakan zona
terbentuknya mineral lempung berupa smectite hingga zeolite. Sehingga,
kedua mineral tersebut dapat dijadikan sebagai parameter tambahan untuk
membantu interpretasi keberadaan clay cap.
19
5.2. Korelasi Titik Sounding
Pada gambar 5.4 diatas, diperlihatkan hasil korelasi dari ke-24 titik
sounding sehingga dihasilkan sebuah profil kedalaman. Profil ini berisikan
innformasi berupa sebaran nilai resistivitas terhadap kedalaman. Nilai
resistivitas ini kemudian di kelompokkan berdasarkan skala warna dan dapat
dibedakan menjadi tiga kategori. Kategori pertama dengan warna biru dapat
disebut resistivitas rendah, warna hijau hingga kuning resistivitas sedang dan
jingga hingga merah resistivitas tinggi.
Berdasarkan profil kedalaman pada gambar 5.4 diatas, diketahui bahwa
kedalaman yang diperoleh dari hasil pemodelan ini sedalam 3000 meter. Dari
profil tersebut, dapat diketahui letak dari clay cap yang berada pada meter ke-
130 hingga meter ke-500. Hal ini diketahui dengan melihat pola warna yang
bewarna biru muda hingga biru tua yang mencirikan nilai resistivitas yang
rendah dengan kisaran nilai 0,1 hingga 7 Ohm.m. Nilai ini dapat
menunjukkan bahwa pada daerah tersebut terjadi alterasi dan mineralisasi
yang menghasilkan mineral konduktif. Sehingga akan memiliki nilai
resistivitas yang rendah. Kemudian, dibawahnya dijumpai lapisan dengan
golongan warna hijau yang memiliki nilai resistivitas yang tergolong sedang
di daerah tersebut. Lapisan dibawah clay cap tersebut, diduga merupakan
letak dari reservoir panasbumi di daerah tersebut. Sehingga akan
menunjukkan nilai resistivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan clay
cap dikarenakan mulai dekat dengan heat source. Pada profil ini, tidak
20
didapati keberadaan dari heat source yang kemungkinan terletak pada
kedalaman diatas 3000 meter.
21
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan, diperoleh kurva matching
dan profil kedalaman. Sehingga, berdasarkan kedua output tersebut, diperoleh
kesimpulan berupa:
Lapisan yang terletak pada kedalaman 0 meter hingga 130 meter
merupakan lapisan overburden yang ditandai dengan nilai resistivitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan dibawhanya. Respon
nilai resistivitas yang tinggi ini diakibatkan dari batuan yang
cenderung kurang kompak dan memiliki rongga atau pori yang
kosong (berisi udara) dan tidak terjadi alterasi maupun mineralisasi.
Sehingga, akan memiliki respon yang tinggi.
Berdasarkan informasi nilai resistivitas yang tinggi pada lapisan
overburden, dapat disimpulkan bahwa daerah resapan air hujan untuk
infiltrasi ke bawah permukaan berada jauh dari lokasi titik
pengukuran.
Kedalaman total dari hasil korelasi antara titik sounding sedalam 3000
meter.
Clay cap dijumpai pada kedalaman 130 meter hingga 500 meter
dengan ditunjukkannya nilai resistivitas yang rendah. Nilai resistivitas
rendah ini menunjukkan bahwa terdapat mineralisasi atau alterasi
yang aktif terjadi pada daerah tersebut, sehingga menghasilkan
resistiivitas yang rendah.
Kemudian, daerah lapisan reservoir terletak dibawah dari lapisan clay
cap yang ditunjukkan dengan nilai resistivtas yang tergolong sedang.
6.2. Saran
Untuk penelitian kedepannya, dapat dikombinasikan dengan pengukuran
metode MT sehingga akan mendapatkan hasil kedalaman yang lebih
dalam lagi dan data akan semakin lengkap. Dengan data yang lengkap,
maka interpretasi akan jauh lebih baik dan lebih valid.
22