Anda di halaman 1dari 69

TURBIN ANGIN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Mesin Konversi Energi
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Ir Djoko Kustono, M.Pd.

Oleh:
Abdul Qodir Al-Jailany 140511606550
Silas Prayoga Putra 140511603625
Wahyu Puspa Wijaya 140511602945

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
November 2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
makalah Turbin Angin dapat disusun dengan baik. Makalah ini disusun demi
memenuhi tugas struktural dari mata kuliah Mesin Konversi Energi dengan dosen
pengampu yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. Djoko Kustono, M.Pd.
Makalah ini disusun guna memudahkan pembelajaran materi Mesin
Konversi Energi pada materi yang berkaitan dengan turbin angin. Diawali dengan
pembahasan tentang definisi dan sejarah tentang turbin angin. Kemudian
membahas tentang klasifikasi turbin angin. Beranjak pada prinsip kerja dan
konstruksinya serta instalasi pemasangannya. Teori dasar berdasarkan kaidah
Fisika juga dibahas disertai tentang unjuk kerja (efisiensi) pada turbin tersebut.
selain itu perawatan, modifiksi, aplikasi, kelebihan kekurangan tentang turbin angin
serta perkembangannya dari tahun ke tahun akan dibahas dalam makalah ini.
Makalah ini memang terlihat belum sempurna. Oleh karena itu penulis
sangat berharap akan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun serta
mampu mendorong penulis untuk menulis lebih baik lagi dalam penyusunan-
penyusunan makalah berikutnya. Sekian dari penulis semoga apa yang ada dalam
makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan. Akhir kata.
Wassalamualaikum wr.wb

Malang, 11 November 2016

Penulis
\
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 5
2. Pembahasan
2.1 Definisi Turbin Angin 6
2.2 Sejarah Turbin Angin 8
2.3 Klasifikasi Turbin Angin 9
2.4 Prinsip Kerja dan Konstruksi Turbin Angin 18
2.5 Instalasi Pemasangan Turbin Angin 22
2.6 Teori Dasar Turbin Angin 34
2.7 Efisiensi Turbin Angin 45
2.8 Perawatan Turbin Angin 49
2.9 Perkembangan Turbin Angin dari Tahun Ke Tahun 49
2.10 Modifikasi Turbin Angin 53
2.11 Kelebihan dan Kekurangan Turbin Angin 55
2.12 Aplikasi Turbin Angin 58
3. Penutup
3.1 Simpulan 58
4. Daftar Rujukan 61
5. Soal-Soal Turbin Angin 62
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan salah satu kebutuhan yang menjadi prioritas utama dalam
kehidupan manusia. Begitu banyak jenis energi yang digunakan manusia seperti
energi listrik, energi panas, energi potensial, energi kinetik, dll. Namun, perlu
diketahui bahwa energi tersebut berasal dari sumber energi yang telah tersedia di
bumi. Secara umum sumber energi di bumi dibagai atas dua macam yakni sumber
energi yang dapat diperbarui dan sumber energi yang tidak dapat diperbarui. Seiring
perkembangan zaman termasuk juga perkembanagan teknologi, manusia lebih
sering memanfaatkan sumber energi yang tidak dapat diperbarui sebagi sumber
utama mereka. Alhasil jumlah dari sumber energi tersebut sudah berkurang dapat
diperkirakan akan segera habis. Menanggulangi hal tersebut, maka saat ini sangat
digalakkan adanya pembaharuan di dunia sumber energi dengan memanfaatkan
sumber energi terbarukan yang dapat dihasilkan terus-menerus (sumber energi
alternatif).
Berbicara mengenai sumber energi alternatif, dipernyataan sebelumnya juga
telah dijelaskan bahwa saat ini tren penggalakan penggunaan sumber energi
alternatif benar-benar sedang dilakukan. Mulai dari pengembangan sumber energi
tenaga surya, energi air, energi angin, energi panas bumi, bahkan hingga daur ulang
sampah. Hal ini dilakukan di seluruh belahan dunia dengan harapan manusia segera
beralih menggunakan energi alternatif dan energi fosil setidaknya mampu
diselamatkan sebelum benar-benar mengalami kepunahan total
Meninjau kembali tentang macam-macam sumber energi terbarukan, energi
angin merupakan salah satu energi yang berpotensi besar untuk dijadikan pasokan
kebutuhan energi bagi umat manusia. Menurut artikel dari Universitas Sumatra
Utara (2011) energi yang diberikan dari angin berupa energi gerak yang mampu
dimanfaatkan untuk penggerakan perahu layar, kincir angin, hingga pembangkit
tenaga listrik. Keberadaan angin pada lapisan bumi terletak pada lapisan atmosfer
yang memiliki kandungan partikel udara yang cukup tinggi. Lebih tepatnya pada
lapisan troposfer yang mana merupakan lapisan atmoser terendah di bumi dan
merupakan tempat terjadinya angin.
Energi gerak yang dihasilkan oleh angin diakibatkan oleh rotasi bumi dan
perbedaan tekanan udara disekitarnya. Pemanasan bumi oleh sinar matahari
menyebabkan perbedaan massa jenis udara. Menurut Putranto, dkk
(2011:19) matahari meradiasikan sekitar 1,74 x 1014 kW jam energi ke bumi setiap
jamnya dan bumi menerima daya 1,74 x 1017 watt. Kemudian energi tersebut
diubah menjadi bentuk energi angin kurang lebih antara 1-2%. Hal ini menunjukkan
bahwa energy angin berjumlah 50-100 kali lebih banyak daripada enerhi yang
diubah menjadi biomassa oleh sluruh tumbuhan yang ada dimuka bumi.
Sedangkan jika dilihat dari segi proses terbentuknya aliran angin
tersebutHal ini dikarenakan panas matahari membuat udara memuai. Udara yang
memuai akan memiliki massa jenis yang lebih ringan sehingga ia akan naik ke atas.
Ketika hal itu terjadi, maka sebenarnya udara mengalami penuruan tekanan dan
membuat udara di sekitarnya juga mengalir ke tempat yang bertekanan rendah.
Pada akhirnya udara akan menyusut dan menjadi lebih berat hingga turun ke atas
permukaan tanah. Di atas tanah tersebut udara akan menjadi panas kembali dan
berulanglah fenomena di atas. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara
dingin tersebut diakibatkan oleh perpindahan panas secara konveksi (Putranto, dkk
2011:18). Selain itu kondisi aliran angin seperti yang dijelaskan sebelumnya juga
dipengaruhi oleh dua faktor yakni medan atau permukaan bumi yang dialiri oleh
aliran angin tersebut dan temperatur bumi.
Gambar Aliran Angin

Berdasarkan penjelasan tersebut sudah dapat dipastikan bahwa energi angin


akan terus berdaur ulang dan tidak akan pernah habis. Hal inilah yang menjadikan
energi angin menjadi salah satu rujukan energi terbarukan terutama di Indonesia.
Bagi Indonesia sendiri potensi energi angin yang paling banyak digunakan adalah
untuk pembangkit tenaga listrik. Hal ini mengingat Indonesia masih sangat
kekurangan pasokan listrik. Selain itu pemilihan pemanfaatan energi angin sebagai
sumber pembangkit tenaga listrik juga dikarenakan potensi wilayah Indonesia yang
dikatakan cukup baik untuk pembangunan pembagkit tenaga listrik. Seperti yang
tercatat pada data potensi energi angin di wilayah Indonesia berdasarkan hasil
pemetaan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tahun 2005
(dalam Putranto,dkk 2011:13) sebagai berikut.

Terlihat pada data di atas dari seluruh wilayah Indonesia yang paling berpotensi
adalah pulau Sulawesi, pulau-pulau sunda kecil, pulau Jawa, dan area pantai selatan
Jawa. Data tersebut masih berguna dan juga tetap menjadi patokan pada penelitan-
penelitian di tahun-tahun selanjutnya. Terbukti pada penelitian dalam artikel jurnal
milik Isdiyarto, dkk (2014:17) menyatakan bahwa potensi energ angin di Indonesia
umumnya berkecapatan lebih dari 5 m/s. hasil pemetaan badan LAPAN pada 120
lokasi wilayah dengan jangkauan di atas 5 m/s adalah NTT, NTB, Sulsel, dan Pantai
Selatan Jawa. Adapun kecepatan 4 m/s hingga 5 m/s tergolong skla menengah
denga potesi kapasitas 10-100 kW
Mengetahui hal tersebut, maka tidak salah lagi jika Indonesia berpeluang
besar untuk memanfaatkan energi angin ini menjadi sumber sistem pembangkit
tenaga listrik. Dalam hal pengkonversian energi kinetik menjadi energi listrik, di
sinilah peran penting sebuah turbin angin dibutuhkan. Hal ini sama seperti yang
tertulis pada tempo.com pada tanggal 17 Februari 2016. Seorang dosen muda UMS
menyatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan turbin
angin guna memenuhi kebutuhan listrik Indonesia. Di samping karena Indonesia
sendiri memiliki letak yang mendukung yakni dekat dengan Samudra Hindia yang
notabene merupakan wilayah dengan hembusan angin yang kencang.
Menindaklanjuti hal tersebut, ternyata pemerintah pun sadar akan betapa
pentingnya memanfaatkan potensi besar ini. Pada tangga 7 April 2016 pemerintah
mengumumkan berita pada website Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
bahwa PLTB 70 MW di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan siap dan segera
dibangun. Melihat posisi wilayah yang dituju pemerintah sendiri dan dikaitkan
dengan tabel potensi angin di wilayah Indonesia ternyata memiliki kesamaan. Hal
ini menunjukkan memang benar adanya bahwa Indonesia memiliki peluang besar
untuk pengembangan turbin angin khususnya dalam urusan pembangkit listrik
tenaga angin (bayu).
Oleh karena itu, melihat peluang besar yang diberikan leh Indonesia, maka
sangat penting bagi generasi muda Indonesia khusunya pelajar dan mahasiswa
untuk mengembangkan dan meningkatkan terus pemahaman akan turbin angin itu
sendiri sebagai salah satu alat konversi energi angin. Hal itu dapat dimulai dari
pemahaman awal mula adanya turbin angin, makna dari turbin angin itu sendiri,
klasifikasi, prinsip kerja, siklus, cara perawatan, hingga tahapan perkembangan
turbin angin dari masa ke masa. Hal ini ditujukan agar ke depan mampu
memberikan insipirasi dan inovasi untuk terus mengembangkan turbin angin
sabagai salah satu mesin konversi energi yang efektif dan efisien. Melihat
keterangan-keterangan sebelumnya bahwa ke depan sudah dapat dipastikan energi
angin pun akan menjadi primadona energi terbarukan di dunia. Tidak hanya
ditingkat dunia, tetapi di wilayah Indonesia pun dengan dimulainya proyek-proyek
pembangunan tentang pemanfaatan turbin angin secara otomatis harapan
pemerintah ke depan hal ini dapat terus berkembang pula seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana dikripsi tentang definisi turbin angin?
2. Bagaimana sejarah turbin angin?
3. Bagaimana klasifikasi turbin angin?
4. Bagaimana prinsip kerja dan konstruksi turbin angin?
5. Bagaimana instalasi pemasangan turbin angin?
6. Bagaimana diskripsi teori dasar turbin angin?
7. Bagaimana efisiensi turbin angin?
8. Bagaimana perawatan turbin angin?
9. Bagaimana perkembangan turbin angin dari tahun ke tahun?
10. Bagaimana modifikasi turbin angin?
11. Bagamana deskripsi kelebihan dan kekurangan turbin angin sebagai
PLTB?
12. Bagaimana aplikasi turbin angin dalam kehidupan manusia?

1.3 Tujuan
1. Mendiskripsikan definisi turbin angin.
2. Mendiskripsikan sejarah turbin angin.
3. Mendiskripsikan klasifikasi turbin angin.
4. Mendiskripsikan prinsip kerja dan konstruksi turbin angin.
5. Mendiskripsikan instalasi pemasangan turbin angin.
6. Mendiskripsikan teori dasar turbin angin.
7. Mendiskripsikan efisiensi turbin angin.
8. Mendiskripsikan perawatan turbin angin.
9. Mendiskripsikan perkembangan turbin angina dari tahun ke tahun.
10. Mendiskripsikan modifikasi turbin angin.
11. Mendiskripsikan kelebihan dan kekurangan turbin angin sebagai PLTB.
12. Mendiskripsikan aplikasi turbin angina dalam kehidupan manusia
2. Pembahasan
2.1 Definisi Turbin Angin
Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan
tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi
kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll.
Turbin angin terdahulu banyak dibangun di Denmark, Belanda dan negara-negara
Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan Windmill. Kini turbin angin lebih banyak
digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat, dengan
menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan sumber daya alam yang
dapat diperbaharui yaitu angin. Saat ini pembangunan turbin angin masih belum
dapat menyaingi pembangkit listrik konvensional (Contoh: PLTD, PLTU, dll),
namun turbin masih lebih dikembangkan oleh para ilmuwan karena dalam waktu
dekat manusia akan dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber daya alam
tak dapat diperbaharui (Contoh: batubara, minyak bumi) sebagai bahan dasar
untuk membangkitkan listrik (id.wikipedia.org).
Dalam konteks produksi listrik, turbin angin ini juga dikenal sebagai
generator angin. Sebuah turbin angin terdiri dari rotor, baling-baling yang melekat
pada rotor, generator dan struktur menara. Rotor adalah elemen dari turbin angin
yang mengumpulkan energi dari angin. Baling-baling dari turbin angin melekat
pada pusat rotor. Baling-baling ini diputar oleh aliran angin dengan menggunaan
desain aerodinamis yang rumit. Tingkat putaran baling-baling tergantung pada
kecepatan angin dan bentuk baling-balinganya. Agar menghasilkan listrik
diperlukan generator, yang mengubah energi kinetik menjadi listrik. Dalam turbin
angin komersial terdapat gearbox yang ditempatkan di antara rotor dan generator,
untuk mengubah kecepatan putaran rendah baling-baling ke rotasi kecepatan
tinggi yang diperlukan untuk memproduksi listrik. Kecepatan rotasi turbin angin
biasanya antara 40-400 rpm (rotasi per menit) sedangkan untuk menghasilkan
listrik kita membutuhkan 1200-1800 rpm.
Turbin angin dipasang di atas struktur menara tinggi (biasanya di atas 80
meter) untuk dapat beroperasi pada ketinggian yang diperlukan. Turbin angin
memanfaatkan aliran angin pada ketinggian yang lebih tinggi karena
kecepatannya yang lebih tinggi dan lebih konstan (karena pengaruh penurunan
drag). Listrik dihasilkan ketika baling-baling pada turbin angin diputar oleh aliran
angin, yang membuat rotor berputar. Rotor mentransfer kekuatan ke generator
(melalui gearbox) yang pada gilirannya mentransmisikan daya yang telah
dikonversi ke sebuah transformator dan akhirnya ke jaringan grid. Sebuah turbin
angin komersial dapat menghasilkan daya listrik berkisar antara 1,5-7 MW,
tergantung pada ukuran, desain, dan aliran angin di lokasinya dipasang.
Turbin angin biasa didirikan di darat (dikenal sebagai turbin angin darat)
maupun di laut (turbin angin lepas pantai). Turbin angin darat memiliki kelebihan
yakni biaya instalasi yang murah dibandingkan turbin angina lepas pantai.
Namun, turbin angin lepas pantai memiliki keuntungan dari segi hembusan angin
yang lebih konstan, karena banyak ditemukan di laut. Selain itu, juga
memungkinkan untuk dipasang dengan kapasitas yang lebih besar.
Pada skala produksi yang besar, turbin angin listrik diinstal dalam bentuk
ladang angin. Ladang angin besarnya dapat mencapai beberapa mil persegi dan
terdiri dari beberapa ratus turbin angin. Ladang angin yang terletak di darat
disebut ladang angin darat dan ladang angin yang diletakkan di laut disebut ladang
angin lepas pantai. Lokasi turbin angin yang terbaik adalah yang memiliki
hembusan konstan, kecepatan angin yang non-turbulen minimal 10m/h (16km/h),
dan terletak di dekat sebuah sistem transmisi.
Sebelum membangun ladang angin, biasanya dilakukan pemamtauan
angina kurang lebih selama satu tahun. Pengukuran dilakukan pada tempat dan
ketinggian yang berbeda. Data yang dikumpulkan akan menentukan desain,
ketinggian, lokasi turbin angin di ladang angin, dan jarak antar turbin angin.
Sebuah gardu juga diperlukan di lokasi tersebut, tempat semua listrik yang
dihasilkan dari turbin angin individu (tegangan menengah) dikumpulkan dan
ditransmisikan dalam sistem transmisi lokal (ditransformasikan ke tegangan
tinggi) (www.indoenergi.com).

2.2 Sejarah Turbin Angin


Pada awal 3500 SM, orang Mesir adalah orang-orang pertama yang
diketahui menggunakan kekuatan angin. Mereka menciptakan layar untuk kapal
mereka untuk mendorong mereka menyusuri Sungai Nil. Konsep memanfaatkan
angin untuk kerja mekanik perlahan berevolusi. Walaupun, masih diperdebatkan
dimana tempat kelahiran kincir angin tetapi perkembangan dan inovasi terus
berlanjut. Babel menggunakan tenaga angin untuk irigasi selama abad ke-17 SM,
abad ke-4 SM karya klasik Sanskirt membuat referensi alat yang digunakan angin
untuk mengangkat air. Kincir angin didokumentasikan pertama tahun 200 SM
yang dibuat oleh Persia untuk melilitkan gandum. Kincir angin awal ini memiliki
desain akses vertikal dengan layar yang terbuat dari alang-alang atau kayu dan
biasanya memiliki tinggi 5-9 meter. Kincir angin diperkenalkan di Kekaisaran
Romawi sekitar 250 AD. Kincir angin menjadi umum di Eropa sekitar abad ke-11.
Kincir angin Belanda yang digunakan di Delta Sungai Rhine untuk menyediakan
drainase pada abad ke-14.
Pada tahun 1300 Masehi, turbin angin sumbu horisontal pertama merintis
jalan pengembangan turbin angin, pertama hanya untuk menggiling biji-bijian
sebelum kemudian digunakan untuk keperluan irigasi.Kincir angin membantu
mereka dalam irigasi dimana air akan di pompa dari Belanda untuk dikirimkan ke
Perancis. Turbin angin pertama kali digunakan untuk pembangkit listrik di Juli
1887 di Skotlandia di mana turbin digunakan untuk mengisi baterai untuk
penerangan rumah James Blyth, seorang sarjana Skotlandia. Hal tersebut memberi
jalan pengembangan turbin angin otomatis untuk menghasilkan listrik pertama
yang dikembangkan oleh ilmuwan Amerika Charles F Brush di Cleveland, Ohio,
USA hanya beberapa bulan kemudian. Pada saat ini, pembangkit listrik dari turbin
angin dianggap tidak ekonomis kecuali untuk negara berpenduduk jarang.
Pengembangan turbin angin terus berlanjut, dan pada tahun 1900,
Denmark sendiri memiliki sekitar 2500 kincir angin untuk berbagai keperluan
seperti penggilingan, memompa, dan pembangkit listrik dengan sekitar 30 MW
hasil. Pada saat itu, turbin angin terbesar didirikan dengan tinggi menara 24 meter
dan diameter rotor 23 meter dan memiliki 4 pisau. Pada tahun 1908, AS memiliki
72 kincir angin dengan kapasitas total 25 MW. Dengan timbulnya perang dunia 1,
AS memproduksi 100.000 kincir angin untuk digunakan pertanian tujuan
misalnya memompa air.
Uni Soviet pada tahun 1931 mengembangkan turbin angin di Yalta, yang
kemudian memberi jalan untuk turbin angin modern. Turbin angin dengan
generator 100 KW yang ditempatkan di menara 30 meter dan terhubung ke sistem
distribusi 6,3 kV lokal. Turbin angin ini memiliki faktor kapasitas tahunan 32%
yang dekat dengan turbin angin modern. Pertama turbin angin berkapasitas
megawatt dipasang awal 1941 di Vermont. Namun, setelah 1100 jam operasi
turbin angin ini gagal tapi tidak diperbaiki karena sumber daya yang terbatas
selama Perang Dunia II. Pertama turbin angin modern yang terhubung ke jaringan
utilitas di Inggris dikembangkan oleh John Brown & perusahaan pada tahun 1952
di Orkney Islands. (centurionenergy.net/wind-turbine-history )

2.3 Klasifikasi Turbin Angin


Berdasarkan sumbu putaran rotor, turbin angin dapat digolongkan menjadi
dua klasifikasi utama yaitu vertical axis wind turbine (VAWT) dan horizontal axis
wind turbine (HAWT). Sedangkan apabila dilihat dari fungsi aerodinamisnya, maka
rotor turbin dibagi menjadi dua tipe. Pertama adalah tipe drag yang mana
memanfaatkan gaya hambat sebagai penggerak rotor. Kedua adalah tipe lift yang
memanfaatkan gaya angkat sebagai gaya penggerak rotor. Gaya ini terjadi akibat
angin yang melewati profil rotor (Dewi, 2010:25).
Turbin tipe HAWT memiliki sirip pengarah pada bagian belakang yang
berguna untuk mengarahkan rotor agar senantiasa tegak lurus dengan arah angin.
Berbeda dengan konstruksi HAWT, VAWT didesain agar tidak terpengaruh arah
angin, dalam artian VAWT mampu untuk menangkap angin dari arah manapun.
Selain itu, tipe VAWT ini juga dikenal memiliki tingkat kebisingan rendah serta
memiliki keunggulan dalam hal perawatan karena generator dapat diletakkan di
bagian bawah. Akan tetapi, untuk skala besar, konstruksi poros VAWT ini sangat
sulit dibuat karena harus mampu menahan beban yang besar hanya dengan satu
poros vertikal saja.

Secara teori turbin angin poros vertikal (VAWT) memiliki effisiensi yang
sama dengan turbin angin poros horizontal (HAWT) jika turbin-turbin tersebut
bekerja pada kecepatan angin yang konstan. Namun, pada prakteknya turbin yang
masuk dalam kategori VAWT seringkali memiliki effisiensi yang lebih rendah
dari turbin-turbin tipe HAWT. Hal ini dikarenakan adanya variasi kecepatan angin
yang meningkat seiring dengan naiknya ketinggian. Namun, turbin jenis VAWT
ini akan lebih menunjukkan keunggulan jika dibuat dalam skala kecil karena
variasi angin terhadap ketinggian kecil.
a. HAWT (horizontal axis wind turbine)
HAWT atau dalam bahasa Indonesia adalah turbin angin sumbu horizontal.
Merupakan turbin angin yang memiliki poros rotor utama dan generator listrik
di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah baling-
baling angin (baling-baling cuaca) yang sederhana, sedangkan turbin
berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang
digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki sebuah
gearbox yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat
berputar. Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya,
turbin biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin
dibuat kaku agar mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin
berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di depan
menara pada jarak tertentu dan sedikit dimiringkan. Dikarena turbulensi
menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas begitu penting,
sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (melawan arah angin).
Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut jurusan
angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka
tetap sejalan dengan angin, dan karena di saat angin berhembus sangat
kencang, bilah-bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan
mereka dan dengan demikian juga mengurangi resintensi angin dari bilah-
bilah itu. Berdasarkan prinsip aerodinamis, rotor turbin angin TASH terjadi
karena adanya gaya angkat (lift) dan gaya drag. Namun, gaya lift jauh lebih
besar daripada gaya drag, sehingga turbin ini pun disebut turbin tipe lift (
epirintis.undip.ac.id). Dilihat dari jumlah sudu, turbin angin sumbu horizontal
terbagi menjadi [4]:

Turbin angin satu sudu (single blade)


Turbin angin dua sudu (double blade)
Turbin angin tiga sudu (three blade)
Turbin angin banyak sudu (multi blade)
Up Wind Down Wind

Sedangkan bila ditinjau dari segi kelebihan dan kekurangannya, berikut akan
dijelaskan.
Kelebihan. Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang
lebih kuat di tempat-tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan
antara laju dan arah angin antara dua titik yang jaraknya relatif dekat di
dalam atmosfer bumi. Di sejumlah lokasi geseran angin, setiap sepuluh
meter ke atas, kecepatan angin meningkat sebesar 20%.
Kekurangan. Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya bisa
mencapai 90 meter sulit diangkut, TASH yang tinggi sulit dipasang,
membutuhkan derek yang yang sangat tinggi dan mahal serta para
operator yang tampil, konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk
menyangga bilah-bilah yang berat, gearbox, dan generator, TASH yang
tinggi bisa memengaruhi radar airport, ukurannya yang tinggi merintangi
jangkauan pandangan dan mengganggu penampilan lansekap, berbagai
varian downwind menderita kerusakan struktur yang disebabkan oleh
turbulensi, TASH membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan untuk
membelokkan kincir ke arah angin.
b. VAWT (vertical axis wind turbine)
VAWT atau turbin angin sumbu vertikal memiliki memiliki poros/sumbu
rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah
turbin tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini
sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya sangat bervariasi.
VAWT mampu mendayagunakan angin dari berbagai arah. Dengan sumbu
yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi
menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk keperluan
perawatan. Tapi ini menyebabkan sejumlah desain menghasilkan tenaga
putaran yang berdenyut. Drag (gaya yang menahan pergerakan sebuah benda
padat melalui fluida (zat cair atau gas) bisa saja tercipta saat kincir berputar.
Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering dipasang
lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak atap
sebuah bangunan. Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah,
sehingga yang tersedia adalah energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat
tanah dan obyek yang lain mampu menciptakan aliran yang bergolak, yang
bisa menyebabkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan getaran,
diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan meningkatkan biaya
pemeliharaan atau mempersingkat umur turbin angin. Jika tinggi puncak atap
yang dipasangi menara turbin kira-kira 50% dari tinggi bangunan, ini
merupakan titik optimal bagi energi angin yang maksimal dan turbulensi
angin yang minimal. Mengenai rotor turbin, ia bergerak tanpa dipengaruhi
arah datangnya angina sehingga TASV tidak membutuhkan mekanisme
pengatur arah seperti ekor pada TASH. Berdasarkan tiper rotor, TASV dibagi
atas tiga jenis yakni savonius, darrieus, dan H rotor. Ketiga tipe tersebut jika
dikelompokkan kembali berdasarkan prinsip aerodinamisnya maka savonius
memanfaatkan gaya drag sedangkan darrieus dan H rotor memanfaatkan
gaya lift (Dewi, 2010:26)

Savonius Rotor
Rotor savonius dikembangkan pertama kali oleh J. Savonius pada tahun
1920 an. Konsep awalnya dikembangkan oleh Flettner. Bentuk rotor
savonius dibuat dari sebuah silinder yang dipotong pada sumbu bidang
sentral menjadi dua bagian dan bagian tersebut disusun menyilang
menyerupai huruf S. (epirintis.undip.ac.id).
Desain Rotor Savonius
Turbin jenis ini secara umumnya bergerak lebih perlahan dibandingkan
jenis turbin angin sumbu horizontal, tetapi menghasilkan torsi yang
besar.

Rotor Savonius dengan Dua Sudut


Perhatikan gambar di atas, rotor tersebut memungkinkan aliran fluida
mengalir tegak lurus terhadap bidang sudu bagian cembung dan bagian
cekung. Koefisien drag untuk aliran tegak lurus dengan bidang cembung
sebesar 1.2, sementara koefisien drag untuk sisi cekung hampir sebesar
dua kalinya yaitu 2.1. Dikarenakan gaya drag yang dihasilkan pada
bagian cekung lebih besar, hal ini akan mempengaruhi torsi putaran
Savonius. Rotor yang bekerja dibawah pengaruh gaya drag umumnya
mempunyai torsi awal yang besar tetapi memiliki efisiensi yang lebih
kecil bila dibandingkan dengan rotor yang bekerja dengan gaya lift.
Karena keuntungan inilah banyak orang memanfaatkan sebagai
penggerak awal dari turbin poros vertikal tipe lift seperti yang dilakukan
oleh R.gupta, R.Das dan K.K. Sharma dalam penelitiannya
menggabungkan turbin Savonius-Darius. Selain itu perkembangan
lainnya juga terlihat pada variasi sudu savonius yang berbentuk U dan
L (Dewi, 2012:27). Pada desain savonius U aliran kedua sisi bilah sama
besar, sementara pada desai L aliran udara pada sisi bilah yang lurus
lebih besar dibandingkan pada sisi bilah lengkung seperempat
lingkaran.

Darrieus Rotor
Turbin angin Darrieus pada umumnya dikenal sebagai turbin eggbeater.
Turbin angin Darrieus pertama kali ditemukan oleh Georges Darrieus
pada tahun 1931. Turbin angin Darrieus merupakan turbin angin yang
menggunakan prinsip aerodinamik dengan memanfaatkan gaya lift pada
penampang sudu rotornya dalam mengekstrak energi angin. Turbin
Darrieus memiliki torsi rotor yang rendah tetapi putarannya lebih tinggi
dibanding dengan turbin angin Savonius sehingga lebih diutamakan
untuk menghasilkan energi listrik. Namun turbin ini membutuhkan
energi awal untuk mulai berputar. Oleh karena itu, pada aplikasinya
dibutuhkan perangkat bantuan, biasanya digunakan motor listrik atau
gabungan dengan turbin angin savonius pada poros utama. Rotor turbin
angin Darrieus pada umumnya memiliki variasi sudu yaitu dua atau tiga
sudu. Selain itu rotor turbin angin ini mengaplikasikan blade dengan
bentuk dasar aerofil NACA. (repository.usu.ac.id, 2011). Oleh karena
itu, prinsip kerja pada darrieus dapat dijelaskan dan disederhanakan
sebagai berikut. Pertama, asumsikan arah angin datang dari depan rotor
baling-baling. Ketika pergerakan rotor lebih cepat menyamai dengan
kecepatan angin yang tak terganggu yaitu ratio kecepatan blade dengan
kecepatan angin bebas, tsr > 3. Gambar 4 menunjukan garis vektor
percepatan dari bentuk airfoil baling-baling pada posisi angular yang
berbeda-beda.

Dengan:

o Panah biru kecepatan angin relatif.


o Panah merah kecepatan relatif ke baling-baling.
o Panah hitam resultan kecepatan udara relatif ke baling-baling.
o Panah hijau gaya angkat (lift force).
o Panah abu-abu gaya seret (drag force).
Dengan nilai tsr yang tinggi, baling-baling akan memotong melalui
angin dengan sudut serang (angle of attack) yang kecil. Resultan gaya
angkat (lift) akan membantu perputaran baling-baling, sedangkan gaya
seret (drag) akan melawan perputaran dari baling-baling itu. Ketika gaya
angkat nol pada sisi kiri (0) dan sisi kanan (180) dengan baling-baling
simetris bergerak pararel menuju arah angin, torsi berubah menjadi
negatif disekitar posisi ini. Mendekati posisi depan (90) dan posisi
dibelakang (270), komponen dari gaya 15 angkat (lift) lebih besar
dibandingkan gaya seret (drag) sehingga menghasilkan torsi. Torsi total
per satu putaran akan bernilai positif jika baling-baling diposisikan pada
tempat yang tepat sehingga rotor akan berputar pada arah yang benar
(Suseno. 2011).
H-rotor
Tipe H- rotor merupakan variasi dari tipe darrieus. Keduanya sama-sama
menggunkan prinsip gaya angkat untuk menggerakkan sudu. Tipe ini
jauh lebih simpel, billa tipe darrieus menggunakan bilah yang ditekuk,
maka tipe H menggunkan bilah lurus. Bilah ini dihubungkan ke poros
menggunakan batang atau lengan, kemudian poros langsung
dihubungkan dengan generator.
Sedangkan bila ditinjau dari segi kelebihan dan kekurangannya, berikut akan
dijelaskan.
Kelebihan. Tidak membutuhkan struktur menara yang besar, karena
bilah-bilah rotornya vertikal, tidak dibutuhkan mekanisme yaw,
perawatan lebih mudah karena letaknya lebih dekat dengan tanah,
memiliki sudut airfoil yang lebih tinggi memberikan keaerodinamisan
yang tinggi sembari mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan
tinggi, desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang
berbentuk kotak atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan
yang lebih besar, biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara
kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya angin)
yang lebih rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di saat
angin berhembus sangat kencang, tidak harus diubah posisinya jika arah
angin berubah,
Kekurangan. Kebanyakan TASV memproduksi energi hanya 50% dari
efisiensi TASH karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir
berputar, TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju
lebih kencang di elevasi yang lebih tinggi, memiliki torsi awal yang
rendah, Sebuah TASV yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya
memberi tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor
dibebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak bantalan
meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin bertiup.

2.4 Prinsip Kerja dan Konstruksi Turbin Angin


Sistem pembangkit listrik tenaga angin ini merupakan pembangkit listrik
yang menggunakan turbin angin (wind turbine) sebagai peralatan utamanya. Dalam
skala utility memiliki berbagai ukuran, dari 100 kilowatt sampa dengan beberapa
megawatt.Turbin besar dikelompokkan bersama-sama ke arah angin, yang
memberikan kekuatan massal ke jaringan listrik. turbin kecil tunggal, di bawah 100
kilowatt dan digunakan pada rumah, telekomunikasi, atau pemompaan air. Turbin
kecil kadang-kadang digunakan dalam kaitannya dengan generator diesel, baterai
dan sistem fotovoltaik. Sistem ini disebut sistem angin hibrid dan sering digunakan
di lokasi terpencil di luar jaringan, di mana tidak tersedia koneksi ke jaringan
utilitas.
Adapun prinsip dasar kerja dari pemanfaatan energi angin ini adalah
mengubah energi dari angin menjadi energi putar pada kincir angin, lalu kincir
angin digunakan untuk memutar generator yang akhirnya akan menghasilkan
listrik. Sebenernya prosesnya tidak semudah itu, karena terdapat berbagai macam
sub-sisterm (konstruksi/bagian-bagian utama) yang dapat meningkatkan safety dan
efesiensi dari turbin angin itu sendiri. Menurut whypgen-bppt.com (2013) bagian-
bagian tersebut terdiri dari:
a. Blade (Baling-baling/sudu)
Rotor turbin angin terdiri atas baling-baling berfungsi untuk menerima energi
kinetik dari angin dan merubanya menjadi energi mekanik putar pada poros
penggerak. Pada setiap turbin memiliki jumlah sudu yang bermacam-macam.
Ada yang berjumlah satu, dua, tiga, bahkan lebih dari itu.
b. Rotor Hub
Merupakan bagian dari rotor yang berfungsi untuk menghubungkan sudu atau
baling-baling dengan poros utama.
c. Pitch (Kontrol Pitch Sudu)
Bagian yang dapat dikatakan sebagi pengontrol kecepatan rotor dan menjaga
rotor berputar dalam angin baik angin yang terlalu tinggi ataupun rendah. Lebih
tepatnya mengatur posisi sudut serang pada sudu turbin angin ketika angina
bertiup pada turbin tersebut.
d. Brake
Fungsi utama brake adalah menjaga putara poros setelah gearbox agar bekerja
pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu dipasanga karena
sebuah generator memiliki titik kerja aman dalam operasinya. Generator juga
akan menghasilkan energy listrik maksimal pada saat bekerja di titik kerja yang
telah ditentukan. Namun, jika angin berhembus kencang dan diluar dugaan,
maka hal tersebut akan membuat poros berputar kencang. Apabila hal tersebut
tidak diatasi maka akan merusak generator. Dampak dari kerusakan tersebut
adalah, overheat, rotor breakdown, kawat pada generator putus (Romadoni,
2013)
e. Low speed shaft
Merupakan poros rotor yang berfungsi memindahkan daya dari rotor ke
generator. Pemindahan daya dapat secara langsung ataupun melalui mekanisme
transmisi gearbox. Selain itu juga berfungsi mengubah poros rotor kecepatan
rendah sekitar 30-60 rpm.
f. Gear Box
Gear menghubungkan antara poros berkecapatan tinggi dengan poros
berkecepatan rendah. Hal ini dikarenkan rotor hanya mampu bergerak dengan
kecepatan rendah sedangkan generator membutuhkan kecepatan yang tinggi
untuk menghasilkan listrik. Seperti yang diketahui sebelumnya rotor
berkecepatan rendah hanya berputar sekita 30-60 rpm, sedangkan kebutuhan
putaran pada generator adalah 1000-1800 rpm.
g. Generator
Komponen utama dan terpenting dalam turbin angin. Hal ini dikarenkan
fungsinya sebagai pengubah energi mekanik hasil putaran poros menjadi energi
listrik. Alat ini bekerja pada induksi elektromagnetik untuk menghasilkan
tegangan listrik atau arus listrik. Generator yang sederhana biasa teridiri atas
konduktor dan magnet. Konduktor tersebut biasanya terlilit kawat melingkar.
Dalam poros generator terhubung pada sekumpulan magnet permanen yang
dikelilingi oleh magnet dan salah satu bagiannya berputar relative terhadap
yang lain dan menginduksi konduktor.
h. Controller
Alat pengontrol seluruh kinerja turbin. Alat ini mengontrol turbin dimulai dari
angina dengan kecepatan 8-16 mph dan menutup mesin pada keceptan angina
sekitar 55 mph. alasan penutupan mesin tersebut karena dengan kecepatan yang
melebih 55 mph dapat merusak turbin angin.
i. Anemometer
Bagian yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur kecepatan angina,
sebagai inputan kepada system control untuk mengendalikan opersional pada
kondisi optimum.

j. Wind Vane (Wind Direction Sensor)


Merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi peruabahan arah angin.
Biasanya juga terhubung dengan yaw drive untuk menggerakkan turbin sesuai
dengan kondisi arah angin yang telah terdeteksi.
k. Nacelle
Bagian yang berbentuk kotak besar yang duduk di menara turbin angina.
Berfungsi sebagai rumah tempat seluruh komponen turbin angin seperti
generator, gear box, controller, kabel, yaw drive, poros, dll.
l. High speed shaft
Poros rortor putaran tinggi yang berfungsi untuk memindahkan daya dari gear
box ke generator.
m. Yaw drive
Rotor sistem geleng berfungsi untuk menempatkan komponen turbin angin
yang berada di atas menara menghadap optimal terhadap arah angin mengkuti
perubahan arah angin.
n. Yaw motor
Fungsi utamanya hanya sebagai penggerak yaw drive.
o. Tower
Menara berfungsi sebagai tiang penyangga yang fungsinya untuk menopang
rotor, nasel, dan semua komponen turbin angin. Menara dapat bertipekan latis
atau pipa turbular, baik yang dibantu penopang tali pancang atau yang berdiri
sendiri.
Menurut Romadoni (2013) terdapat komponen lain yakni penyimpan
energi. Alat ini digunakan untuk menyimpan energi sebagai back up energi listrik.
Hal ini dikarenakan keterbatasan atas ketersediaan energi angin (tidak sepanjang
hari angin akan selalu tersedia). Selain itu, juga dapat digunakan sebagi usaha
preventif jika kebutuhan listrik masayarakat meningkat. Sebab jika kecepatan
angina sauatu daerah tersebut tiba-tiba menurun, maka back up energi ini dapat
digunakan sebagai pemasok energi listrik bagi masyarakat.
Selain itu, turbin angin juga memiliki rectifier-inverter. Rectifier berarti
penyearah. Hal ini dikarenakan fungsinya yaitu dapat menyearahkan gelombang
AC yang dihasilkan oleh generator menjadi gelombang DC. Sedangkan inverter
berarti pembalik. Ketika dyaa dari penyimpanan baterai atau aki menghasilkan
gelombang DC, maka gelombang itu harus diubah menjadi gelombang AC karena
kebanyakan kebutuhan rumah tangga menggunakan catu daya AC
(id.wikipedia.org).

2.5 Instalasi Pemasangan Turbin Angin

Pembahasan sebelumnya telah mengupas rinci mengenai konstruksi turbin


angin baik tipe horizontal maupun vertikal. Namun, pada pembahasan kali ini akan
lebih ditekankan pada instalasi pemasangan turbin horizontal. Walaupun pada tahap
persiapan, misalnya pada tahap persiapan medan dan penentuan kecepatan angin
hal ini tetap berlaku pada instalasi pemasangan turbin tipe vertikal. Berikut
penjelasannya menurut id.wikihow.com:
Merencanakan Turbin
a. Tentukan kecepatan rata-rata angin pada lokasi yang ingin dibangun.
Agar dapat menghasilkan daya listrik yang ekonomis, turbin yang efisien
setidaknya membutuhkan antara 11 hingga 16 km/jam. Secara umum turbin
angin akan bekerja secara maksimal pada kecepatan antara 29 hingga 32
km/jam. Lebih jelasnya berikut terdapat tabel kondisi angin menurut
Putranto, dkk (2011:20).

Jika dilihat berdasarkan tabel, maka angka yang berwarna merah merupakan
angka-angka kecepatan angin yang baik digunakan untuk instalasi turbin
angin. Selain berdasarkan tabel, cara penentuan lain juga dapat melalui
pemeriksaan peta secara daring. Kemudian menggunakan anemometer
untuk mengukur kecepatan angin di wilayah yang diinginkan. Pengukuran
tersebut dilakukan setiap hari untuk beberapa saat agar didapatkan hasil
yang optimal. Jika ternyata pada daerah pilihan tersebut kecepatan angin
yang diperoleh cukup konsisten, maka lakukan pengukuran selama sebulan
meskipun perubahan musin dapat mempengaruhinya. Kemudian, hitung
nilai rata-rata kecepatan untuk melihat apakah lokasi pilihat tersebut
merupakan lokasi yang tepat untuk pemasangan turbin angin.
b. Pelajari izin mendirikan bangunan yang berhubungan dengan turbin angin.

Izin pada setiap wilayah berbeda, oleh karena itu akan lebih baik jika
bertanya langsung pada pemerintahan setempat. Beberapa izin
mengharuskan jarak minimal di antara turbin dan juga seberapa jauh jarak
turbin dengan garis properti. Bahkan mungkin tinggi turbin juga dibatasi.
Selain itu, sebelum membangun alangkah baiknya jika berdiskusi terlebih
dahulu dengan warga setempat yang bertempat tinggal dekat dengan
wilayah yang dipilih. Hal ini dapat digunakan sebagai saran awal sebelum
membangun karena dapat mendengarkan kecemasan mereka tentang turbin
dan menyelesaikan semua salah paham yang mungkin muncul akibat
kebisingan, gangguan saluran radio, serta penerimaan saluran televisi.
c. Lakukan evaluasi ruang untuk turbin angin yang ingin dibangun
Meski tidak perlu menggunakan banyak ruang untu membangun, tetapi
setidaknya siapkan ruang sebesar 0,2 hektar untuk turbin yang
menghasilkan daya hingga 0,3 kW dan 0,4 hektar untuk turbin yang
menghasilkan 10 kW. Selain itu, ruang vertikal pun harus cukup memenuhi
agar ketika membangu turbin yang tinggi bangunan dan pepohonan
sekitarnybtidak menghaangi angin.
d. Pilih antara bilah turbin angin yang dibuat sendiri atau yang telah siap pakai.

Bilah yang digunakan dan pengaturannya akan mempengaruhi desain


turbin. Bilah-bilah ini harus diukur dan dipasang dengan benar agar turbin
bisa bekerja secara efisien. Jika ternyata bilah yang dipilih adalah bilah
rakitan pribadi, maka dapat digunakan kayu atau bagian bersilang dari pipa
PVC. Instruksinya dapat ditemukan dari pencarian internet atau buku.
Kemudian, jika membangun atau membeli bilah pastikan terdapat 3 buah
bilah pada turbin tersebut. menggunakan jumlah genap seperti 2 atau 4 dapat
membuat turbin lebih mungkin bergetar ketika berputar. Menambahkan
lebih banyak bilah juga dapat meningkatkan daya tetapi turbin juga akan
berputar lebih pelan.
e. Pilih generator
Turbin angin harus disambungkan ke generator untuk menghasilkan listrik.
Sebagian generatr mengandung arus DC, sehingga harus disambungkan ke
pemicu daya agar generator tersebut mampu menghasilkan arus bolak-balik
AC dan dapat digunakan untuk menyalakan peralatan rumah. Namun, jika
memilih opsi untuk menggunakan generator AC tidaklah bermasalah, meski
mungkin motor ini tidak mengandung daya mangnetis yang cukup untuk
menghasilkan arus listrik yang kuat. Pada dasarnya generator sangat
bergantung pada gerakan bilah dan daya magnetis untuk menghasilkan
listrik. Namun, sebagian para pemula langsung menggunkan generator siap
pakai sebagai salah satu opsi termudah. Jika keputusan pemilihan generator
jath pada generator DC, maka cari generator yang bertegangan tinggi dan
kecepatan putarannya rendah. Setidaknya mampu menghasilkan sekurang-
kurangkanya 12 volt secara konsisten. Generator juga harus dihubungkan
dengan tangki baterai yang berusia pajang dan pengontrol daya serta
inverter. Hal ini penting agar inverter dan baterai terlindung dari korslet.
Selain itu cara ini juga mampu memberikan daya bagi inverter ketika angina
tidak banyak bertiup.
Memasang Poros dan Jari-Jari Sumbu Vertikal
f. Pasang poros yang tersedia

Cara pemasangan dapat dilakukan dengan teknik pengelasan, tetapi


kebanyakan peralatan turbin angin dijual dengan keadaan poros yang telah
terpasang. Pastikan menggunakan perlengkapan K3 yang lengkap ketika
melakukan pengelasan. Proses penyatuan komponen- komponen pada poros
ini dapat membantu mempermudah pembangunan turbin per bagian karena
lebih efisien.
g. Selipkan hub ke tempatnya pada poros

Agar tidak terjadi benturan dan pengikisan antar hub dan poros, maka
letakkan bearing diantaranta. Tempelkan di ujung poros yang menonjol dari
piringannya, kemudian selpkan ke piringan tersebut hingga terjepit di
bagian poros yang lebih tebal. Setelahnya selipkan hub pada bearing agar
bagian-bagian tiangnya menghadap ke atas. Ketika memasang poros dan
bearing beri jarak sekitar 102 mm. Hal ini untuk mencegah ketika turbin
terletak pada daerah angin berkecapatan tinggi, karena dimungkinkan turbin
kan menekuk sehingga bilah-bilahnya dapat merusak poros.
h. Pasangkan flensa jari bawah ke hub

Flensa seharusnya memiliki lubang agar tiang hub bisa melewatinya, serta
bagian-bagian menonjol sebagai tempat memasng. Sejajarkan flensa dengan
tiang-tiang hub dan pasangkan keduanya. Setelah flensa terpasang secara
meratam kecangkan dengan mur. Pasang mur dengan tangan terlebih adhulu
kemudian kencangkan dengan kunci inggris.
i. Sambungkan semua jari-jarinya
Satu bilah turbin memilii dua jari-jari, sehingga jika memiliki tiga bilah
turbin maka jari-jarinya berjumlah enam. Gunakan baut untuk
menyambungkan jari-jari ke tab flense bawah dan alat pengatur jarak spacer
untuk memisahkannya dari atas. Kemudian selipkan baut melewati lubang
di salah satu tab flense, pasangkan jari-jari, gunakan spacer, pasang jari-jari
kedua pada baut, kemudian jepit semua jari-jari dan spacer denga flense
atas. Bentuk flense atas dan bawah harus sama, begitupun dengan jumlah
tab pemasangannya. Kencangkan baut pada flense atas dengan
menggunakan tangan, kemudian kencangkan baut lainnya. Ulangi proses
tersebut hingga seluruh bilah turbin terpasang. Setelah semua baut terpasang
pada flense atas, kencangkan menggunakan kunci inggris. Pastika flense
atas, bawah, dan jari-jari kokoh serta mudah diputar dengan hub pada
bearing-nya. Guakan senyawa pengikat, sebagai usaha untuk memperkuat
sambungan baut pada jari-jari bilah turbin.
j. Pasangkan empat tiang pada flense atas
Tiang-tiang tersebut harus berulir sepanjang 6 cm dan setebal 0,635 cm.
Pasang tiang-tiang tersebut dengan tangan pada bagian puncak flense atas,
sehingga setiap bautnya tersebar secara merata disekitar batang poros
turbin. Pemasangan tiang-tiang tersebut harus dalam jarak yang cukup jauh
agar semuanya tegak dan kokoh. Tiang harus menonjol keluar dari flense
pada jarak yang sama. Pastika semua tiang terpasaang kokoh dan gunakan
senyawa pengikat agar lebih kuat.
Memasang Magnet Sumbu Vertikal
k. Pasangkan rotor magnet bawah pada tiang-tiangnya

Pasang piringan bawah rotor magnet pada keempat tiang yang sudah
dikencangkan di flense. Pastikan magnet mengahdap ke atas. Berhati-
hatilah selama pemasangan karena daya magnetisnya yang sangat kuat dan
bisa menyebabkan cedera.
l. Pasang spacer pada tiang-tiang turbin

Spacer dapt menggunakan potongan tuba meta berdiameter 0,375 cm


sepanjang 3,175 cm untuk menciptakan ruang. Selipkan di atas tiang yang
menonjol dari rotor magnet. Spacer harus memiliki pnjang yang seimbang,
jika tidak dapat membengkokkan diska magnet ata dan hal ini sangat
mempengaruhi efisiensi turbin secara negatif. Harus ada ruang yang tersisa
lebih dari 2,5 cm di atas spacer pada tang. Dengan begitu, mur bisa
dikencangkan pada rotor magnet dan semua bagian diantaranya.
m. Letakkan stator di atas rotor magnet bawah

Stator merupakan sekumpulan kabel tembaga yang vital bagi semua jenis
generator. Tiang-tiang yang mengelilingi sumbu poros harus menonjol ke
atas melewati bagian tengah stator. Stator memerlukan tiga kelompok kabel
berukuran 24 denga masing-masing dibalut sebanyak 320 kali.

n. Pasang rotor magnet atas

Pastikan harus berhati-hati, karena ini merupaka salh satu komponen yang
berbahaya dari turbin angin. Tumpukka emapt papan pada stator di kedua
sisi sumbu tengah. Papan dasar harus lebih tebal dari papan atasnya harus
lebih tipis. Gunakan papan ukuran 5 x 10 cm untuk papan atas. Pegang rotor
magnet atas sehingga jari-jari tangan berada pada celah diantara papan yang
ditumpuk. Turunkan perlahan kea rah rotot bawah. Cobalah menyejajarkan
rotor atas dengan tiang-tiang turbin saat melakukan hal ini. Bidang magnetis
akan menempel ke diska atas dan menariknya kea rah papan yang sudah
diletakkan. Kemudian, turunkan rotor magnet atas ke tiang dengan
menyelipkan papan satu per satu. Pertama-tama angkat satu papan atas
kemudian yang satunya. Ulangi proses pada papan bawah untuk melakukan
maneuver sehingga rotor magnet atas berada pada posisi yang benar. Lalu
gunakan mur pada tiang untuk mengecangkan posisi rotor. Setelah selesai
rotor atas harus bersandar pada spacer, dengan hanya sedikit bagian tiang
yang menonjol di puncaknya.
Menyelesaikan Turbin
o. Singkirkan kerangka dari porosnya

Selanjutnya poros harus disambungkan ke menara. Tarik semua bagian


rangka dari poros dalam gerakan yang mengarah ke atas. Kemudian
letakkan rangka di area kerja dengan sisi hub menghadap ke atas.
p. Sambungkan flense poros ke menara dengan las

Pasangkan piringan metal ke atas pipa logam yang kokoh dan tebal.
Pastikan pipa bisa menahan daya angina yang dihasilkan turbin. Menara
harus dipasang pada lokasi yang kuat. Mungkin dapat dailakukan
penuangan beton pada bagian fondasi menara agar lebih stabil.
q. Pasang pembatas poros dan jari-jari
Pembatas harus mengelilingi poros seperti kerah baju. Kemudian gunakan
baut untuk memasangnya ke menara. Lalu potong tiang berulir dengan
diameter 0,375 cm menjadi emapat bagian sama panjang (11,25 cm).
gunakan senyawa pengikat, kemudian mur serta washer untuk
memasangkannya pada pembatas. Hadapkan ke atas. Letakkan mur pada
tiang berdiameter 0,375 cm, sekitar dari bagian puncaknya. Mur ini
digunakan untuk menyesuaikan posisi stator sementara tiang
mempertahankannya.
r. Letakkan roler pada poros

Oleskan sedikit minyak pada bearing sebelum melakukannya. Selipkan


bearing berulir ke poros agar bersandar pada bagian dasarnya.
s. Pasangkan rangka utama turbin

Angkat rangka utama agar hub menghadap ke depan dan pasangkan ke


poros dengan posisi bearing berulir di bawahnya. Lubang pemasang pada
stator harus sejajar dengan tiang-tiang berulir yang dikencangkan pada
pembatas. Ketika rangka telah berada posisi yang benar pasang bearing
berulir lain ke bagian atas hub dan beri minyak. Di atasnya pasangkan mur
segi enam dan kencangkan dengan jari. Namun jika mur susah diputar,
lepaskan hingga ruangnya sejajar dengan lubang pada batang poros.
Selipkan pin tani di lubang dan gunakan tang untuk membengkokkannya
agar mur dapat dikencangkan.
t. Kencangkan pula stator dan selesaikan turbin menggunakan tutup
berminyak

Pasang satu mur segi enam untuk setiap tiang agar stator kencang pada
rangka turbin. Lalu, dengan kunci inggris, sesuaikan posisi mur yang
mengapit stator hingga tepat berada diantara kedua rotor magnet. Setelah
posisi stator benar, tambahkan tutup berminyak di puncak hub. Turbin telah
selesai.
Memasang Komponen-Komponen Listrik pada Turbin
u. Hubungkan pengontrol arus ke baterai atau sirkuit.

Hal ini dilakukan untuk mencegah korslet pada turbin. Dengan demikian
rangka yang telah disiapkan tidak akan rusak.
v. Sambungkan kawat berlapis ke pengontrol arus
Kawat akan mentransfer daya dari generator ke pengontrol arus. Dari sinilah
listrik kemudian masuk ke baterai atau sirkuit. Kawat ini harus seperti kawat
yang berada di bagian dalam kabel daya, dengan keduanya terikat dalam
insulasi yang serupa. Gunakanlah sambungan tua dengan bagian colokan
yang dilepas.

w. Pasang kawat lapis melewati tiang menara dan bagian dasarnya.

Masukkan ke dalam menara hingga mencapai rangka turbin di atas.


Gunakan benang atau selotip untuk membantu memosisikan kawat dalam
menara. Kemudian, sambungkan kawat ini generator.
x. Sambungkan baterai atau sirkuit

Setelah generator terhubung dengan pegontrol daya dan melewati bagian


dasar menara, menandakan instalasi turbin telah selesai. Berkonsultasilah
dengan ahli listrik professional kapanpun ketka mengikat sumber listrik
eksternal dengan sirkuit rumah utama.

2.6 Teori Dasar Turbin Angin


a. Sistem Konversi Energi
Angin merupakan udara yang bergerak yang disebabkan oleh perbedaan
tekanan. Perbedaan tekanan tersebut dipengaruhi oleh sinar matahari. Hal ini
menandakan bahwa perbedaan tekanan diakibatkan oleh suhu. Menurut hukum
termodinamika, suhu atau temperatur berbanding terbalik dengan tekanan yang
mana temperatur yang lebih tinggi akan memiliki tekanan yang rendah dan
sebaliknya. Berkaitan dengan pernyataan bahwa angin adalah udara yang bergerak,
maka hal ini menandakan bahwa angin menghasilkan energi kinetik. Energi kinetik
tersebut akan diubah menjadi energi mekanik oleh rotor pada turbin untuk
kemudian diubah lagi menjadi energi listrik oleh altenator (generator) (Putranto,
dkk 2011: 24).
Energi kinetik pada suatu massa angin m yang bergerak dengan kecepatan
v dapat dirumuskan pada persamaan berikut:
1
= 2 2 () (1.1)

Energi inilah yang nantinya akan ditangkap oleh turbin angin untuk memutar rotor.
Kemudian pada suatu luasan area rotor berupa penampang melintang A, dimana
angin dengan kecepat v mengalami pemindahan volume V untuk tiap satuan dapat
dirumuskan melalui persamaan berikut.
= (3 /) (1.2)
Sedangkan pada massa angin yang didasarkan pada kerapatan angin dapat
dirumuskan sebagai berikut.
= = () (1.3)
Berdasarkan persamaan-persamaan tersebut didapatkan persamaan energi kinetik
angin yang berhembus dalam satuan waktu (daya angin).
1 1
= 2 () 2 = 2 3 () (1.4)

Namun, perlu diketahui bahwa turbin memiliki beberapa jenis dengan


karakter yang berbeda-beda, oleh karena itu faktor daya sebagai fungsi TSR untuk
setiap jenis turbin juga berbeda-beda. Menurut Dewi (2010:19) hal ini berhubungan
dengan teori momentum Elementer Betz. Albert Betz merupakan aerodinamikawan
asal Jerman yang telah memperkenalkan teori tentang turbin angina. Menurut Betz
dalam buku karangannya yang berjudul Die Windmuhlen im Lichte neurer
Forschung. Die Naturwissenschaft. (1927), ia berasumsi bahwa suatu turbin
mampu memiliki sudu-sudu yang tak terhingga jumlahnya dan tanpa hambatan.
Selain itu, ia juga mengasumsikan bahwa aliran udara di depan dan di belakang
rotor memiliki kecepatan yang seragam (aliran laminar).
Menurut sistem konversi energi angin, energi mekanik turbin hanya dapat
diperoleh dari energi kinetik yang tersimpan dalam aliran angin. Hal menandakan
bahwa tanpa adanya perubahan aliran masssa udara, kecepatan angin di belakang
turbin hasrus mengalami penurunan. Kemudian pada saat yang bersamaan luas
penampang yang dilewati angin haruslah lebih besar, sesuai dengan persamaan
kontinuitas. Perhatikan gambar berikut.

(Dewi, 2010:19)
Jika v1 adalah kecepatan angin di depan rotor, v adalah kecepatan angin melewati
rotor, dan v2 adalah kecepatan angin di belakang rotor, maka daya mekanik turbin
diperoleh dari selisih energi kinetik angin sebelum dan setelah melewati turbin.
Berikut perubahan persamaan daya mekanik turbin.
1 1
= 2 1 1 3 2 2 2 3 (1.5)
1
= (1 1 3 2 2 3 )
2
Sedangkan persaman kontinuitas adalah sebagai berikut.
1 1 = 2 2 (1.6)
Sehingga,
1
= 2 1 1 (1 2 2 2 ) (1.7)
1
= 2 (1 2 2 2 ) (1.8)
Berdasarkan persamaan di atas maka disimpulkan bahwa untuk mendapat
daya mekanik maksimum, 2 harus bernilai nol tetapi pada kenyataan hal itu
tidaklah mungkin. Sehingga untuk mendapatkan daya maksimum, maka diperlukan
suatu nilai perbandingan rasio antara 1 dan 2 . Rasio tersebut didapatkan dari
sautu persamann yang menunjukkan daya mekanik turbin. Gaya yang bekerja pada
turbin menurut gambar sebelumnya adalah
= (1 2 ) (1.9)
Maka daya turbin adalah
= = (1 2 ) (1.10)
Jika persamaan 1.8 dan 1.10 digabungkan, maka akan menjadi
1
(1 2 2 2 ) = (1 2 )
2
1
(1 + 2 )(1 2 ) = (1 2 )
2
1
(1 + 2 )(1 2 )
=2
(1 2 )
1
= 2 (1 + 2 ) (1.11)

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa aliran pada turbin sebanding dengan 1


dan 2 . Sehingga persamaan aliran massa angin pun berubah menjadi:
1
= = 2 (1 + 2 ) (1.12)

Daya mekanik turbin menjadi:


1
= (1 2 2 2 )
2
1 1
= ( (1 + 2 ))(1 2 2 2 )
2 2
1
= 4 (1 2 2 2 )(1 + 2 ) (1.13)

Kemudian perbandingan daya turbin dan daya angin disebut sebagai factor daya
(Cp), berikut persamaannya.
1
(1 2 2 2 )(1 +2 )
4
= = 1 (1.14)
3
2

1
Faktor daya dapat diperoleh maksimum jika 1 = 3 yang menghasilkan nilai
2

sebesar 0,593. Meski asumsi ideal tetap dipertahankan dalam arti aliran dianggap
tanpa gesekan dan daya keluaran dihitung tanpa mempertimbangkan jenis turbin,
maka daya maksimum yang dapat diperoleh dari energi angin hanya sebatas 0,593
yang artinya kurang lebih hanya sekitar 60% saja daya angin yang dapat dikonversi
menjadi daya mekanik. Angka ini kemudian dijadikan sebagai factor Betz. Selain
digunakan pada mesin turbin angina, fator Betz juga digunakan pada mesin carnot
untuk mesin-mesin termodinamika.
Mengingat kembali bahwa pada pembahasan sebelumnya juga menyatakan
bahwa faktor daya merupakan fungsi dari TSR, maka sangat perlu juga membahas
tentang TSR tersebut. TSR atau Tip Speed Ratio adalah perbandingan kecepatan
ujung rotor terhadap kecepatan angin bebas (Putranto, dkk, 2011:25). Pada
kecepatan angin nominal tertentu TSR akan berpengaruh pada kecepatan putar
rotor. Turbin pada tipe lift akan memiliki TSR yang relatif lebih besar dibandingkan
dengan turbin angin tipe drag. Berikut dalah persamaan TSR yang perlu diketahui.

= (1.15)

Dengan:
= TSR
= kecepatan sudut turbin (rad/s)
R = jari-jari turbin (m)
= kecepatan angin (m/s)
Selain persamaan tersebut TSR juga dapat dihitung dengan persamaan berikut.

= (1.16)

Blade tip speed adalah kecepatan ujung blade, yang memiliki persamaan berikut.
..
= (1.17)
60

Dengan D adalah diameter turbin.


Faktor daya sebgai fungsi TSR pastilah memiliki perbedaan antara satu turbin
dengan lainnya. Hal ini karena begitu banyak macam turbin angin denga tipe dan
karakteristik yang berbeda. Berikut gambar garafik factor daya dan TSR.
Kurva/ Grafik hubungan TSR dan Cp

b. Gaya Aerodinamik pada Turbin


Sudu atau rotor pada turbin angin berfungsi untuk menghasilkan putaran
akibat gaya angin yang nantinya akan menggerakkan poros turbin dan poros
generator. Akibat pergerakan poros-poros tersebut maka energi angin akan
dikonversikan menjadi energi listrik. Permukaan sudu turbin diusahakan memiliki
tingkat kekerasan yang cukup baik sehingga gaya lift yang dihasilkan tinggi. Bagian
pangkal sudu dicengkeram oleh hub dan diperkuat dengan baut. Sedangkan untuk
jari-jari sudu merupakan jarak dari sudu dari permukaan poros rotor hingga ujung
dari sudu.
Pada turbin angin, daya yang dihasilkan berasal dari distribusi tegangan
geser pada permukaan sudu yang dipresentas dengan adanya gaya tekan (drag) yang
arahnya sejajar dengan arah aliran fluida dan gaya angkat (lift) yang arahnya tegak
lurus dengan arah aliran fluida (repository.usu.ac.id, 2011:10). Kedua gaya tersebut
membuat rotor berputar dan juga memiliki beberapa fakto yang mempengaruhinya
yakni seperti bentuk sudu, luas permukaan bidang sentuh, sudut serang, serta
kecepatan angin. Kedua gaya tersebut diperjelas dengan rumus matematis sebagai
berikut.
= = +
= = + (1.18)
Dimana P merupakan tekanan yang terjadi pada permukaan sudu akibat gaya aliran
udara dan merupakan sudut yang terbentuk dari arah aliran udara terhadap sumbu
normal sudu. Perhatikan penampang sudu berikut.

Penampang Sudu (repository.usu.ac.id)


Gaya tekan drag merupakan gaya yang berasal dari energi angin yang
mendorong lurus sudu searah dengan angin. Pada dasarnya gaya ini digunakan pada
turbin jenis savonius, sehingga sudu-sudunya dapat bergerak. Namun, gerakan sudu
tersebut sangat rendah dan sebenarnya pergerakannya pun melawan aran angin.
Selain terdapat pula gaya lift yang bekerja pada sudu airfoil dan mengarahkan sudu
terangkat akibat gerakan angin. Pada jenis turbin horizontal gaya yang bekerja
adalah gaya lift dan gaya drag, meskipun gaya lift jauh lebih besar daripada gaya
drag. Perhatikan gambar fenomena drag dan lift berikut.

Fenomena drag dan lift (repository.usu.ac.id)


Pembahasan sebelumnya telah menyinggung persamaan untuk gaya tekan
dan gaya lift. Namun, untuk mempermudah perhitungannya maka digunakanlah
metode numeric Gerhart yang memperkenalkan koefisien gaya drag dan lift.
Koefisien tersebut dilambangkan dengan CL dan CD. Besar keduanya tegantung
pada sudu yang digunakan dan sudut serang (a). berikut persamaannya.
1
= 2 2
1
= 2 2 (1.19)

Dimana adalah massa jenis angin, A adalah luas penampang sudu, dan U adalah
kecepatan angin. Menurut Dewi (2010:28) kecepatan angin yang dimaksud adalah
kecepatan efektir dengan = .
Hubungan antara dan terhadap sudut serang (a) diukur dan ditentukan
secara eksperien dan sudah ada dalam sebuah katalog (repository.usu.ac.id,
2011:12)

Skematik gaya drag dan lift (repository.usu.ac.id)


Keterangan:
L : gaya lift (N)
D : gaya drag (N)
: kecepatan sudut pada rotor (rad/s)
R : radius turbin (m)
a : sudut serang rotor
c : kecepatan absolute elemen rotor (reultan antar vdan u)
c = v{( + cos)2 + (sin)2}1/2
v : kecepatan angina (m/s)
u : kecepatan tangensial elemen sudu (u = r )
c. Mekanika Fluida
Angin merupakan salah satu jenis dari fluida selain air, oleh karena itu
prinsip-prinsip pada turbin angin pun juga memuat unsur mekanika fluida di
dalamnya. Mekanika fluida adalah salah satu cabang dari ilmu mekanika terapan
yang berhubungan dengan tingkah laku fluida baik yang bertipe statis maupun
dinamis. Pada dasarnya fluida merupakan zat yang mudah mengalir dan
menyesuaikan diri dengan bentuk wadahnya. Namun, antara wujud cair dan gas
masih memiliki perbedaan walaupun keduanya merupakan fluida. Pertama gas
merupakan fluida yang kompresibel, sedangkan zat cair bersifat inkrompresibel.
Kedua zat cair mengisi volume tertentu, sedangkan gas dengan massa tertentu akan
mengembang dan mengisi seluruh bagian wadahnya (Dewi, 2010:29).
Pada pembahasan sistem konversi energi terutama pada pembahasan faktor
daya yang berhubungan dengan elementer Betz, Albert Betz mengasumsikan
bahwa aliran udara di depan dan di belakang rotor memiliki kecepatan yang
seragam (aliran laminar). Aliran laminar merupakan salah satu jenis aliran viscous.
Pembahasan aliran tersebut masuk dalam ranah fluida dinamik. Pada dasarnya
aliran dibedakan atas dua jenis. Pertama adalah aliran inviscid. Aliran inviscid
diasumsikan nol walaupun sebenarnya fluida dengan viskositas nol tidak akan
pernah dijumpai. Kedua adalah aliran viscous. Aliran tersebut memiliki viskositas
yang ditandai dengan munculnya efek gesekan yang signifikan dan biasanya terjadi
dekat dengan permukaan yang padat. Sedangkan viskositas itu sendiri merupakan
kemampuan menahan suatu fluida terhadap deformasi, baik itu tegangan geser atau
tegangan tarik.

Daerah aliran invicid


dan viscous

(epirintis.undip.ac.id,
2011:3)
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa aliran laminar adalah aliran
viscous. Sebenarnya terdapat jenis lain selain aliran laminar yakni aliran turbulen.
Aliran laminar merupakan aliran fluida yang pergerakannya membentuk lapisan-
lapisan bergaris alir dan tidak berpotongan satu sama lain. Kecepatan gerak aliran
ini relatif rendah dan sejajar serta memiliki batasan-batsan berisi aliran fluida.
Laminar juga merupakan ciri dari fluida yang alirannya berpindah dengan
menggelinding ataupun terangkat. Pada laju aliran rendah, aliran laminar tergambar
seperti filamen panjang yang mengalir dan juga memiliki bilangan Reynold lebih
kecil dari 2300 (epirintis.undip.ac.id, 2011:5). Sedangkan aliran turbulen merupaka
aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak acak dan tidak stabil dengan
keceptan berfluktuasi yang saling interaksi.akibatnya garis alir antar partikel fluida
saling berpotongan. Besarnya gerakan turbulen bervariasi dari mikro hingga makro.
Bilangan Reynold yang dimilikinya lebih besar dari 4000.

Bilangan Reynold merupakan koefsisen yang menyatakan perbandingan


gaya-gaya inersia terhadapt gaya kekentalan atau viskos. Bialangi ini merupakan
bilangan yang tidak berdimensi. Kategori bilangan Reynold terdiri dari tiga hal
yakni Re<2300 maka aliran tersebut adalah laminar, Re antara 2300 hingga 400
merupakan aliran transisi, dan Re>4000 adalah aliran turbulen. Namun terdapat
pula persamaan bilangan Re untuk pipa-pipa bundar yang mengalir penuh yakni.

= = (1.20)

Dimana,
Re : bilangan Reynold
v : kecepatan aliran (m/s)
D : diameter pipa (m)
: massa jenis fluida (kg/m3)
: kekentalan mutlak (Pa.s)

v : kekentalan kinematic fluida (m2/s)

Namun, jika saluran tidak berbentuk pipa maka diameter pipa diganti dengan
diameter hidraulik (Dh)
4
= (1.21)

Dimana,
A : luas potongan melintang aliran (m2)
P : perimeter (keliling lingkaran) (m)
d. Airfoil
Airfoil merupakan salah satu bentuk bodi aerodinamika sederhana yang
berguna untuk memberikan gaya angkat terhadap bodi lainnya dengan bantuan
penyelesaian matematis dan sangat memungkinkan untuk memprediksi berapa
besarnya gaya angkat yang dihasilkan oleh suatu bodi airfoil. Geometri aerofil
sangat berpengaruh terhadap parameter gaya lift yakni CL.
Perkembangan aerofil ini telah ada sejak zaman perang dunia ke II. Namun,
aerofil dengan hasil riset yang terkemuka hanya milik NACA (National Advisory
Committee for Aeronautics). Hal ini dikarenakan pengujian yang dilakukan NACA
lebih sistematik dengan membagi pengaruj efek kelengkungan dan distribusi
ketebalan serta pengujian pada bilangan Reynold yang lebih tinggi daripada
lainnya. Semua pengujian tersebut dirngkum dalam beberapa parameter yakni:
Permukaan atas (upper surface)
Permukaan bawah (lower surface)
Mean camber line, tempat kedudukan titik-titik antara permukaan atas dan
bawah airfoil yang diukur tegak lurus terhadap mean camber line itu
sendiri.
Leading edge, titik paling depan pada mean camber line, berbentuk
lingkaran dengan jari-jari mendekati 0,02 c
Trailing edge, titik paling belakang mean camber line
Camber, jarak maks antara mean camber line dan garis chord yang diukur
tegak lurus terhadap garis chord
Thickness, jarak antara permukaan atas dan bawah yang diukur tegak
lurus terhadap garis chord (repository.usu.ac.id, 2011: 10)

2.7 Efisiensi Turbin


Efisiensi turbin angin atau biasa disebut juga unjuk kerja turbin angin
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada artikel yang tertulis dalam digilib.its.ac.id
efisiensi turbin angin pada dasarnya ditunjukkan oleh kurva keofisien daya (Cp).
Namun, sebelum memabahas tentang koefisien Betz tersebut Farid (2014:19)
menyatakan bahwa besarnya daya turbin angin dipengaruhi oleh besarnya torsi
dan tinggi putaran poros. Tinggi putaran poros sangat terkait dengan rotasi benda
tegar. Sebuah benda dikatakan mengalami gerak rotasi apabila semua titik pada
benda bergerak mengitari poros benda tersebut, seperti kipas angin. Benda
tersebut juga dianggap sebagai benda tegar. Benda tegar (rigid body) dapat
didefinisikan sebagai benda yang mempunyai bentuk dan ukuran yang definit dan
tidak berubah.
Pada gerak rotasi, benda mengalami pergeseran, kecepatan, dan percepatan
sudut. Hal ini juga merupakan analogi dengan pergeseran, kecepatan, dan
percepatan linear pada gerak translasi. Titik-titik yang berbeda pada suatu benda
tegar yang berotasi bergerak dengan jarak yang berbeda selama selang waktu
tertentu akan bergantung pada seberapa jauh titik tersebut terhadap sumbu rotasi.
Namun, karena benda tersebut tegar, maka semua titik berotasi melalui sudut yang
sama dalam waktu yang sama pula. Kecepatan sudut akan bernilai positif jika
benda berotasi ke arah penambahan sudut, begitupun sebaliknya. Kecepatan sudut
itu sendiri () merupakan limit dari kecepatan sudut rata-rata saat
mendekati nol. Kecepatan sudut juga didefinisikan sebagai perbandingan antara
= 2 1 terhadap . Kemudian, ketika kecepatan benda tegar tersebut
mengalami perubahan maka benda tersebut mengalami percepatan sudut (a). jika
sudut dlam radian, maka satuan kecepatan sudut adalh radian per sekon (rad/s)
atau putaran per menit (rpm). Jika ingin mengkonversi rpm menjadi rad/s maka
2
dapat dihitung dengan persamaan ini 1 rpm = 2 60 / (Dewi, 2010:33)

Selain tinggi putaran poros faktor lain yang mempengaruhi daya adalah
besarnya torsi. Torsi merupakan ukuran kuantitatif dari kecenderungan sebuah
gaya yang dapat mengubah gerak rotasi dari suatu benda. Torsi memiliki
hubungan sebanding dengan momen inersia dan percepatan putar benda. Sehingga
dapat dihitung dengan persamaan berikut
= (1.22)
Jika torsi tersebut terdapat pada masing-masing partikel, maka hal itu disebabkan
oleh gaya total yang bekerja pada partikel tersebut, sehingga torsi juga dapat
dihitung berdasarkan persamaan berikut.
2 3
= (1.23)
2

Sedangkan pada turbin angin, besarnya torsi bergantung pada kecepatan angina
dan sudu turbin. Hal itu dapat dilihat pada persamaan berikut. (Anwar dalam
(Dewi, 2010:35))
= (1.24)
Mengetahui bahwa besarnya daya dipengaruhi oleh besar torsi dan tinggi
putaran, maka diperlukan beberapa parameter terkait untuk dapat
menganalisisnya. Sesuai pernyataan sebelumnya bahwa efisiensi turbin
ditunjukkan dalam kurva koefisien daya atau Cp. Namun, Cp itu sendiri
didapatkan dari perbandingan daya mekanik turbin dan daya angin (daya output).
Pada dasarnya Betz hanya membatasi koefisien daya tersebut hingga 59% saja
seperti pada HAWTs. Perhatikan gambar berikut.
Grafik Betz Limit

Baling-baling yang menggunakan gaya seret (drag), seperti Savonius dan


American multi-blade mempunyai ratio kecepatan yang rendah dan koefisien
power dari baling-baling yang menggunakan gaya angkat (lift) yaitu HAWT dan
Darrieus. Kurva yang datar dari rotor baling-baling menunjukan bahwa rotor bisa
menjaga efisiensi tinggi di suatu jangka panjang dari putaran rotor selagi kurva
tajam dari rotor darrieus mengalami penurunan efisiensi yang drastis ketika
putaran rotor bergerak dari jarak optimum yang sempit. Rotor Darrieus dengan
koefisien power rendah pada interval tsr rendah mengindikasikan kemampuan
self-starting lemah.
Setelah mengetahui nilai Cp tersebut maka perhitungan daya energi angin
tidak lagi menggunkan persamaan
P = Av (1.25)
Melainkan menggunakan persamaan berikut.
P = Cp Av (1.26)
Hal ini dikarenakan pada kondisi nyata untuk mendapatkan daya angina yang
sesungguhnya faktor efisiensi dari mekanik turbin dan juga dari generator masih
diperhitungkan, sehingga dipergunakalah koefisien Cp.
Selain daya angin, unjuk kerja turbin angin juga dapat diketahui dari nilai
BHP nya. BHP atau Brake Horse Power merupakan daya dari turbin yang diukur
setelah mengalami pembebanan oleh generator, gearbox, pompa (Farid, 2014:3).
Brake yang dimaksud adalah suatu peralatan yang digunakan untuk memberika
beban pada turbin sehingga putarannya dapat terjaga konstan. Jika hal ini
dilakukan dalam percobaan maka pembebanan dapat digunakan generator listri
dengan mengukur besar tegangan yang dihasilkan melalui persamaan berikut.
Pgenerator = V.I (1.27)
Dimana:
Pgenerator = daya generator listrik
V = Tegangan listrik
I = Arus listrik
Sedangkan untuk BHP dapat dihitung dengan rumus berikut.

= (1.28)

Untuk didapatkan dari persamaan



= (1.29)

Dengan,
= daya beban
= daya mekanik turbin
Sesuai pernyataan tentang BHP yang merupakan daya hasil pembebanan,
ternyata faktor beban pun tidak hanya dipengaruhi dari generator, gearbox, atau
bahkan pompa. Artikel dalam digilib.its.ac.id menyatakan bahwa dalam
menentukan beban rotor turbin angin juga harus melihat efisiensi rotor. Efisiensi
rotor itu sendiri tidak akan menentukan efisiensi sistem energi angin
penggabungan rotor seperti pembebanan yang dilakukan oleh pompa dan
generator yang akan mengurangi keseluruhan efisiensi. Kurva output power untuk
suatu sistem yang terdiri dari generator dan rotor bukan tergantung pada efisiensi
individual melainkan kecocokan antara kedua komponen itu. Gambar di bawah ini
menunjukan torsi rotor pada kecepatan angin yang berbeda. Kurva yang berwarna
adalah beban/torsi yang diperlukan untuk memutar generator pada rpm yang
berbeda.
Beban Rotor Turbin Angin

Perhatikan kurva torsi rotor pada kecepatan angin 6/m dengan tipe
medium load. Ketika rotor diam untuk kecepatan angin 6 m/s, putaran rotor akan
bergerak dari nol ke rpm dari perpotongan antara dua kurva dan keseimbangan.
Rotor akan menghasilkan torsi mengikuti kurva 6m/s sampai torsi rotor seimbang
dengan torsi beban pada persimpangan. Jadi, dengan melihat kurva torsi
rotor untuk kecepatan bervariasi, perpotongan dari kurva ini akan membentuk
putaran operasi riil dari turbin angin pada kecepatan angin yang bervariasi.
Bagaimanapun, rotor/torsi beban pada perbedaan kecepatan angin bukanlah
output power yang nyata. Output riil akan menurun kaitannya dengan kerugian
dalam
konversi dan komponen mekanis generator. Gambar diatas juga menampilkan dua
beban yang lain, yaitu light dan heavy load. Light load akan menyebabkan rotor
beroperasi pada putaran yang tinggi (tsr tinggi) yang mengakibatkan tidak
maksimalnya efisiensi rotor sedangkan heavy load menyebabkan rotor berputar
pelan (tsr rendah) yang mana tidak maksimalnya efisiensi rotor.
Setelah mengetahu beberapa faktor pembebanan termasuk pula BHP dan
daya angin, hal lain yang terkait dengan unjuk kerja adalah perhitungan torsi.
Dengan memanfaatkan hasil perhitungan BHP maka torsi dapat diketahui dengan
membagi BHP dengan kecepatan sudut, seperti persamaan berikut.

= (1.30)

Dimana,
2
= / (1.31)
60

Kemudian, dari nilai BHP pun dapat diketahui efisiensi turbin angina dengan
persamaan berikut.

= (1.31)

2.8 Perawatan Turbin Angin


Perawatan dan pembaharuan dilakukan di beberapa bagian, seperti di
bagian kincir, atau atap. Bagian kincir perlu diperbaharui setiap 30 tahun, bagian
atap setiap 60 tahun dan bagian yang berbahan dasar kayu harus diganti setiap
10-20 tahun. Maka dari itu perawatan pada kincir angin terbilang cukup mahal
karena harga setiap komponen sangat mahal. Walaupun begitu kita juga bisa
mengontrol secara periodik komponen penting yang lainnya seperti generator,
controller, gear box dll.

2.9 Perkembangan Turbin Angin dari Tahun ke Tahun


Pada saat ini, sistem pembangkit listrik tenaga angin mendapat perhatian
yang cukup besar sebagai sumber energi alternatif yang bersih, aman, serta ramah
lingkungan serta kelebihan-kelebihan lain yang telah disebutkan sebelumnya di
atas.Turbin angin skala kecil mempunyai peranan penting terutama bagi daerah-
daerah yang belum terjangkau oleh jaringan listrik .Pemanfaatan energi angin
merupakan pemanfaatan energi terbaru yang paling berkembang saat ini.
Berdasarkan data dari WWEA (World Wind Energi Association), sampai dengan
tahun 2007 perkiraan energi listrik yang dihasilkan oleh turbin angin mencapai
93,85 GW dan menghasilkan lebih dari 1% dari total kelistrikan secara global.
Amerika, Spanyol dan China merupakan negara terdepan dalam pemanfaatan
energi angin.Diharapkan pada tahun 2010, total kapasitas pembangkit listrik tenaga
angin secara global mencapai 170 GigaWatt.
sawing machine windmills technology
Perkembangan turbin angin di Belanda
Pada awalnya, kincir angin digunakan untuk mengeringkan daerah tanggul
(Polder Mill).Hal ini dikarenakan Belanda adalah negara yang sering mengalami
banjir karena tanah mereka lebih rendah dari laut sehingga mereka
mengembangkan teknologi kincir angin untuk mengalirkannya lagi ke laut. Dalam
beberapa abad, negara ini menjadi sangat bergantung kepada kincir angin. Hingga
pada abad ke-14, mereka mengembangkan teknologi kincir angin untuk membantu
penggilingan jagung, mengolah marmer,pembuatan minyak, pembuatan kertas, dan
pemotongan kayu dari Jerman dan Norwegia.
Bentuk-bentuk dari kincir angin pun beragam.Ada yang berbentuk
menara (Stellingmolen), menempel ke tanah (Grondzeiler), ada yang tertancap di
bangunan lain (Wipmolen), dan masih banyak yang lainnya. Hingga saat ini tercatat
masih ada 1.195 kincir angin yang masih aktif bekerja di Belanda dan bahkan kincir
angin ini pernah membuat kota di Belanda, Zaansteerk, menjadi daerah
perindustrian pertama di dunia.
Perkembangan turbin angin di Indonesia
Indonesia, negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya adalah lautan dan
mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu 80.791,42 Km merupakan
wilayah potensial untuk pengembangan pembanglit listrik tenaga angin, namun
sayang potensi ini nampaknya belum dilirik oleh pemerintah. Sungguh ironis, disaat
Indonesia menjadi tuan rumah konfrensi dunia mengenai pemanasan global di Nusa
Dua, Bali pada akhir tahun 2007, pemerintah justru akan membangun pembangkit
listrik berbahan bakar batubara yang merupakan penyebab nomor 1 pemanasan
global.
Namun, pada akhir tahun 2007 telah dibangun kincir angin pembangkit
dengan kapasitas kurang dari 800 watt dibangun di empat lokasi, masing-masing di
Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua unit, dan Nusa Penida, Bali, serta
Bangka Belitung, masing-masing satu unit. Kemudian, di seluruh Indonesia, lima
unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80 kilowatt (kW) mulai
dibangun. Mengacu pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik tenaga
bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025.
PLTB (pembangkit listrik tenaga bayu) saat ini cukup menjadi primadona
di dunia barat dikarenakan potensi angin yang mereka miliki (daerah sub tropis)
sangat besar.Berangsur-angsur tapi pasti, PLTN mulai diganti dengan penggunaan
PLTB ataupun pembangkit renewable lainnya.Perlu diingat di lokasi-lokasi
tersebut size kapasitas PLTB mereka sudah besar besar (Min 1 MW).PLTB
ukuran kecil seperti di Nusa penida dengan kapasitas 80 kW sangat teramat jarang
sekarang ini. Untuk di Indonesia, dengan iklim tropisnya mungkin akan cukup sulit
untuk menemukan daerah dengan potensi angin (distribusi anginnya)yang
konstan/baik. Ada beberapa daerah di Indonesia yang katanya memiliki kecepatan
angin cukup tinggi (gust wind) berdasarkan survei yang dilakukan selama 3 bulan,
tapi hal ini tidak berguna bagi PLTB bila kecepatan angin itu hanya cuma bertahan
beberapa menit/detik saja dan kemudian hilang. Perlu adanya survei/studi
berkesinambungan yang memerlukan data selama minimal satu tahun untuk
mevalidasi potensi angin didaerah tersebut. Rata-rata PLTB yang dijual di pasaran
untuk kapasitas kecil (kurang dari 100 kW), cut in dan cut out mereka adalah 3 dan
25 m/s dengan kecepatan optimumnya adalah 12 m/s.
Didunia saat ini banyak ditemukan PLTB stand alone yang beredar
dipasaran (utk ukuran 10 kW). Penggunanya adalah daerah-daerah terpencil yang
tidak tersentuh oleh ataupun terlalu mahal untuk dihubungkan oleh
grid.Kebanyakan dari mereka tidak pure hanya menggunakan PLTB tapi juga
menggunakan PV.Selain karena disebabkan kebutuhan listrik yang cukup besar
juga disertai dengan diversikasi energi apabila tiba-tiba tidak terdapat angin yang
cukup.Untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia saat ini untuk daerah-daerah
terpecil seperti di kepulauan-kepulauan, diperlukan hybrid system antara potensi
renewable energy yang ada dilokasi (seperti PLTB-PV-baterai, PV-PLTMH-Fuel
Cell, dll).Akan tetapi perlu menjadi catatan, semua teknologi untuk penggunaan
energi-energi tersebut masih cukup mahal bila dilihat dari kelayakan ekonominya
terutama FC dan PV.

2.10 Modifikasi Turbin Angin


Seiring perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta penelitian
para ilmuan maka begitu banyak inovasi dan modifikasi yang telah dibuat trutama
pada rotor turbin angina. Seperti beberapa contoh modifikasi rotor atau sudu pada
turbin angin tipe savonius. Berikut penjelasannya menurut epirintis.undip.ac.id.
Rotor Savonius dua bucket
Berdasarkan prinsip aerodinamis, rotor turbin ini memanfaatkan gaya hambat
(drag) saat mengekstrak energi angin dari aliran angin yang melalui sudu
turbin. Koefisien hambat permukaan cekung lebih besar dari pada permukaan
cembung. Oleh sebab itu, sisi permukaan cekung setengah silinder yang
dilalui angin akan memberikan gaya hambat yang lebih besar daripada sisi
lain sehingga rotor berputar. Setiap turbin angin yang memanfaatkan potensi
angin dengan gaya hambat memiliki efisiensi yang terbatasi karena kecepatan
sudu tidak dapat melebihi kecepatan angin yang melaluinya. Pada dasarnya
savonius dua bucket memiliki tiga variasi lagi yakni.
a) Konfigurasi tanpa overlap

Rotor ini memiliki kekuatan yang tinggi karena letak porosnya yang
Tepat berada di tengah kedua bucketnya. Rotor ini memiliki efisiensi
yang paling rendah.
b) Konfigurasi dengan overlap
Konfigurasi rotor seperti ini sering dijumpai . jenis ini memiliki ceah
antar bucket sehingga membuat arah angina yang dapat meningkatkan
putaran dan dapat mengurangi getaran. Efisiensi pada rotor ini memiliki
efisiensi yang lebih tinggi daripada jenis konfigurasi tanpa overlap.
c) Konfigurasi dengan bucket didefleksikan

Konfigurasi ini berbentuk L.keunggulannya dapat membelokkan fluida


dan memiliki efisiensi yang lebih baik dari jenis-jenis sebelumnya.
bucket seperti diatas mampu bertindak seperti airfoil ketika fluida
menabrak tepi rotor dan menimbulkan sedikit gaya lift. Dengan
demikian mampu meningkatkan efisiensi. Tetapi tipe diatas relatif sulit
untuk dibuat karena membutuhkan lembaran logam yang di rol, bukan
dari potongan drum atau pipa.

Rotor Savonius Multi bucket


Rotor Savonius dengan tiga bucket atau lebih, cenderung memiliki torsi awal
yang baik daripada rotor savonius dengan dua bucket. Semakin banyak
bucket yang digunakan, maka torsi awal yang dihasilkan akan semakin besar
Rotor Savonius Rotor Helix

Tipe ini pertama kali dikenalkan tahun 2006 oleh perusahaan Helix Wind.
Bentuk desain helix yang unik memiliki keuntungan antara lain memiliki
getaran yang halus karena variasi torsinya relative merata untuk setiap bucket
dan memiliki torsi yang baik. Namun rotor ini memiliki geometri yang relative
rumit, sehingga sulit dalam pembuatan (epirintis.undip.ac.id).

2.11 Kelebihan dan Kekurangan Turbin Angin sebagai PLTB


Keuntungan utama dari penggunaan pembangkit listrik tenaga angin secara
prinsipnya adalah disebabkan karena sifatnya yang terbarukan. Hal ini berarti
eksploitasi sumber energi ini tidak akan membuat sumber daya angin yang
berkurang seperti halnya penggunaan bahan bakar fosil. Oleh karenanya tenaga
angin dapat berkontribusi dalam ketahanan energi dunia di masa depan. Tenaga
angin juga merupakan sumber energi yang ramah lingkungan, dimana
penggunaannya tidak mengakibatkan emisi gas buang atau polusi yang berarti ke
lingkungan. Namun dalam penetapan ladang angina membutuhkan waktu yang
cukup lama yakni satu hingga empat tahun, termasuk izin proyek pembangunannya.
Emisi karbon ke lingkungan dalam sumber listrik tenaga angin diperoleh
dari proses manufaktur pembangunan pembangkit tenaga listrik, tetapi dalam
operasinya membangkitkan listrik, secara praktis tidak menghasilkan emisi yang
berarti. Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan batubara, emisi karbon
dioksida pembangkit listrik tenaga angin ini hanya seperseratusnya saja. Namun
begitu, pembangkit listrik tenaga angin ini tidak sepenuhnya ramah lingkungan,
terdapat beberapa masalah yang terjadi akibat penggunaan sumber energi angin
sebagai pembangkit listrik, diantaranya adalah dampak visual , derau suara,
beberapa masalah ekologi, dan keindahan.
Dampak visual biasanya merupakan hal yang paling serius dikritik.
Penggunaan ladang angin sebagai pembangkit listrik membutuhkan luas lahan yang
tidak sedikit dan tidak mungkin untuk disembunyikan. Penempatan ladang angin
pada lahan yang masih dapat digunakan untuk keperluan yang lain dapat menjadi
persoalan tersendiri bagi penduduk setempat. Selain mengganggu pandangan akibat
pemasangan barisan pembangkit angin, penggunaan lahan untuk pembangkit angin
dapat mengurangi lahan pertanian serta pemukiman. Hal ini yang membuat
pembangkitan tenaga angin di daratan menjadi terbatas.
Efek lain akibat penggunaan turbin angin adalah terjadinya derau frekuensi
rendah. Putaran dari sudu-sudu turbin angin dengan frekuensi konstan lebih
mengganggu daripada suara angin pada ranting pohon. Selain derau dari sudu-sudu
turbin, penggunaan gearbox serta generator dapat menyebabkan derau suara
mekanis dan juga derau suara listrik. Derau mekanik yang terjadi disebabkan oleh
operasi mekanis elemen-elemen yang berada dalam nacelle atau rumah pembangkit
listrik tenaga angin. Dalam keadaan tertentu turbin angin dapat juga menyebabkan
interferensi elektromagnetik, mengganggu penerimaan sinyal televisi atau transmisi
gelombang mikro untuk perkomunikasian.

Penentuan ketinggian dari turbin angin dilakukan dengan menganalisa data


turbulensi angin dan kekuatan angin. Derau aerodinamis merupakan fungsi dari
banyak faktor seperti desain sudu, kecepatan perputaran, kecepatan angin,
turbulensi aliran masuk. Derau aerodinamis merupakan masalah lingkungan, oleh
karena itu kecepatan perputaran rotor perlu dibatasi di bawah 70m/s. Beberapa
ilmuwan berpendapat bahwa penggunaan skala besar dari pembangkit listrik tenaga
angin dapat merubah iklim lokal maupun global karena menggunakan energi
kinetik angin dan mengubah turbulensi udara pada daerah atmosfir.
Pengaruh ekologi yang terjadi dari penggunaan pembangkit tenaga angin
adalah terhadap populasi burung dan kelelawar. Burung dan kelelawar dapat terluka
atau bahkan mati akibat terbang melewati sudu-sudu yang sedang berputar. Namun
dampak ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan kematian burung-burung
akibat kendaraan, saluran transmisi listrik dan aktivitas manusia lainnya yang
melibatkan pembakaran bahan bakar fosil. Selain itu, ladang angin lepas pantai
memiliki masalah tersendiri yang dapat mengganggu pelaut dan kapal-kapal yang
berlayar. Konstruksi tiang pembangkit listrik tenaga angin dapat mengganggu
permukaan dasar laut. Hal lain yang terjadi dengan konstruksi di lepas pantai adalah
terganggunya kehidupan bawah laut. Efek negatifnya dapat terjadi seperti di
Irlandia, dimana terjadinya polusi yang bertanggung jawab atas berkurangnya stok
ikan di daerah pemasangan turbin angin. Studi baru-baru ini menemukan bahwa
ladang pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai menambah 80 110 dB kepada
noise frekuensi rendah yang dapat mengganggu komunikasi ikan paus dan
kemungkinan distribusi predator laut.
Dalam operasinya, pembangkit listrik tenaga angin bukan tanpa kegagalan
dan kecelakaan. Kegagalan operasi sudu-sudu dan juga jatuhnya es akibat
perputaran telah menyebabkan beberapa kecalakaan dan kematian. Kematian juga
terjadi kepada beberapa penerjun dan pesawat terbang kecil yang melewati turbin
angin. Reruntuhan puing-puing berat yang dapat terjadi merupakan bahaya yang
perlu diwaspadai, terutama di daerah padat penduduk dan jalan raya. Kebakaran
pada turbin angin dapat terjadi dan akan sangat sulit untuk dipadamkan akibat
tingginya posisi api sehingga dibiarkan begitu saja hingga terbakar habis. Hal ini
dapat menyebarkan asap beracun dan juga dapat menyebabkan kebakaran berantai
yang membakar habis ratusan acre lahan pertanian. Hal ini pernah terjadi pada
Taman Nasional Australia dimana 800 km2 tanah terbakar. Kebocoran minyak
pelumas juga dapat teradi dan dapat menyebabkan terjadinya polusi daerah
setempat, dalam beberapa kasus dapat mengkontaminasi air minum.
Meskipun dampak-dampak lingkungan ini menjadi ancaman dalam
pembangunan pembangkit listrik tenaga angin, namun jika dibandingkan dengan
penggunaan energi fosil, dampaknya masih jauh lebih kecil. Selain itu penggunaan
energi angin dalam kelistrikan telah turut serta dalam mengurangi emisi gas buang
(konversi.wordpress.com).

2.12 Aplikasi Turbin Angin


Aplikasi turbin angin yang paling umum untuk era sekarang adalah sebagai
sistem pembangkit tenaga listrik. Sebagai contoh di Belanda, turbin angin
digunakan untuk pembangkit tenaga listrik yang dapat menyalakan generator listrik
di kota-kota. Selain itu, turbin angin dapat diaplikasikan untuk proses pemotongan
kayu. Dengan menggunakan turbin, maka generator yang digunakan untuk
menyalakan mesin gergaji.
Pada bidang pertanian, turbin angin digunakan sebagai penyaluran air dalam
irigasi. Turbin angin dibuat untuk dapat mengalihkan aliran air dari satu parit atau
saluran irigasi menuju ke saluran lainnya. Selain itu, turbin angin juga membantu
dalam proses penggilingan padi. Generator turbin angin digunakan untuk
menyuplai listrik dan menyalakan alat penggiling padi. Sehubungan dengan itu
turbin angina pun mampu mengeringkan hasil panen yaitu dengan cara meletakkan
hasil panen pada bilah-bilah turbin dan dibiarkan berputar. Hal ini mampu
membantu meniriskan air yang masih tersisa pada hasil panen tersebut
(benergi.com).

3. Penutup
3.1 Simpulan
Turbin angin adalah sebuah kincir angin yang digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik, turbin angin juga digunakan untuk mengakomodasi
kebutuhan listrik masyarakat dengan menggunakan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui yaitu angin. Sejarah turbin angin pertama kali digunakan untuk
pembangkit listrik, tetapi saat ini pembangkit listrik dari turbin angin dianggap
tidak ekonomis kecuali untuk negara berpenduduk jarang. Klasifikasi turbin angin
secara umum dibagi menjadi dua, yakni: turbin angina sumbu horizontal dan tubin
angina sumbu vertical. Sedangkan berdasarkan gaya aerodinamis pada rotor dibagi
dua, yakni: rotor lift dengan memanfaatkan gaya angkat atau gaya lift, dan rotor
drag yang memanfaatkan gaya tekan. Turbin TASH dibagi atas banyaknya sudu
memiliki empat jenis yaitu: satu sudu, dua sudu, tiga sudu, dan multi sudu.
Sedangkan konstruksi berdasarkan arah angina di bagi menjadi dua: turbin TASH
up win (melawan arah angina), dan turbin TASH down win (searah angina). Turbin
TASV dibagi menjadi 3 savonius, darieus, dan rotor H.
Prinsip kerja turbin angina pada intinya mengubah energi kinetik angina
menjadi energi mekanik pada poros turbin, ditransfer menjadi energi listrik oleh
generator. Instalasi pemasangan turbin angina ada 5, yakni: merencanakan turbin,
memasang poros dan jari-jari sumbu vertical, memasang magnet sumbu vertical,
menyelesaikan turbin, dan memasang komponen-komponen listrik pada turbin.
Ada beberapa teori dasar turbin angina yaitu sistem konversi energi, gaya aero
dinamis, mekanika fluida, desain aerofil. Efisiensi tubin di pengaruhi oleh kurva
koefisien daya (Cp). Besarnya (Cp) digunakan untuk menentukan daya angina.
Daya angina di pengaruhi oleh tinggi putaran poros dan besarnya torsi. Selain itu
dalam menentukan efisiensi juga menggitung BHP (Brake Hourse Power). BHP
merpakan daya hasil pembebanan yang dipengaruhi oleh beban generator,gear box,
bahkan pompa. Nilai BHP diperoleh dari nilai perbandingan daya generator dan
efisiensi generator. Kemudian nilai tersebut digunakan untuk menghitung torsi
turbin dan efisiensi turbin.
Perawatan turbin angin di perlukan pembaharuan di beberapa bagian, setiap
beberapa tahun kedepan. Pada perkembangan turbin saat ini, sistem pembangkit
listrik tenaga angina mendapat perhatian yang cukup besar sebagai sumber
alternatif yang bersih, aman, serta ramah lingkungan. Pada modifikasi turbin angina
ini ada beberapa modifikasi rotor atau sudu pada turbin angin tipe savonius, yakni:
rotor savonius dua bucket, rotor savonius multi bucket, dan rotor savonius rotor
helix. Kelebihan turbin angina yaitu emisi karbon dan ramah lingkungan,
kekurangan turbin angina yaitu: biaya terlalu mahal, lahan yang diperlukan harus
sangat luas, dan susah untuk mendapatkan hembusan angin yang diperlukan.
Aplikasi turbin angin yang paling umum untuk era sekarang adalah sebagai sistem
pembangkit tenaga listrik.
DAFTAR RUJUKAN
Dewi, Marizka Lustia. 2010. Analisis Kinerja Turbin Angin Poros Vertikal Dengan
Modifikasi Rotor Savonius L Untuk Optimasi Kinerja Turbin, (Online),
(http://eprints.uns.ac.id/8109/1/144401308201009461.pdf, diakses 1
November 2016).
Isdiyarto, dkk. 2014. Model Pembangkit Listrik Tenaga Angin Dan Surya Skala
Kecil Untuk Daerah Perbukitan, (Online), (journal.unnes.ac.id Home Vol
12, No 1 (2014), diakses pada 2 November 2016).
Putranto, Adityo dkk. 2011. Rancang Bangun Turbin Angin Vertikal Untuk
Penerangan Rumah Tangga, (Online),
(http://eprints.undip.ac.id/34839/1/Rancang_Bangun_Turbin_Angin_Vertikal
_unt_RT.pdf, diakses 1 November 2016).
Romadoni, Lugi. 2013. Pembangkit Listrik Tenaga Angin, (Online),
(http://lugiromadoni.blogspot.co.id/, diakses pada 2 November 2016).
Suseno, Michael. 2011. Turbin Angin, (Online), (http://michael-
suseno.blogspot.co.id/2011/09/turbin-angin.html, diakses pada 2 November
2016).
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39452/4/Chapter%20II.pdf.
http://eprints.undip.ac.id/41638/16/BAB_II.pdf.
https://tekno.tempo.co/read/news/2016/02/17/061745753/bagaimana-potensi-
pengembangan-turbin-angin-di-indonesia.
http://www2.esdm.go.id/berita/energi-baru-dan-terbarukan/323-energi-baru-dan-
terbarukan/8336-pltb-70-mw-akan-segera-dibangun-di-sidrap.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Turbin_angin.
http://www.indoenergi.com/2012/06/pengetahuan-dasar-mengenai-turbin-
angin.html.
http://whypgen-bppt.com/id/teknologi-whypgen/item/757-bagian-bagian-turbin-
angin.html.
http://centurionenergy.net/wind-turbine-history.
http://id.wikihow.com/Membangun-Turbin-Angin.
https://konversi.wordpress.com/category/green-energy/wind-energy/benergi.com.
http://benergi.com/manfaat-kincir-angin-dalam-kehidupan-sehari-hari.
LAMPIRAN
SOAL-SOAL

Soal-soal turbin angin


1. Komponen turbin angin yang berfungsi sebagai pengaman pada saat putaran
angin terjadi sangat tinggi..?
a. Gearbox
b. Brake system
c. Inverter
d. Ekor turbin
e. Anemometer
2.

Pada gambar diatas adalah termasuk modifikasi jenis turbin?


a. Savonius tanpa overlap
b. Savonius dengan overlap
c. Darrieus tipe H
d. Savonius Standar
e. Savonius Helix
3. Dalam prinsip kerja turbin angin terdapat tiga urutan konversi energi yang
perlu diketahui yakni
a. Energi potensial- energi energi mekanik- energi listrik
b. Energi mekanik - energi kinetik - energi listrik
c. Energi kinetik energi mekanik- energi listrik
d. Energi kinetik energi potensial energi listrik
e. Energi mekanik energi potensial energi listrik

4. Turbin Darrius menggunakan prinsip aerodinamik yang memanfaatkan


gaya
a. Drag
b. Lift
c. Dorong
d. Gravitasi
e. Fluktuai
5. Gaya yang berasal dari energi angin yang mendorong lurus sudu searah
dengan angin adalah
a. Drag
b. Lift
c. Tekan
d. Fluktuasi
e. Gravitasi

Essay
1. Menurut arah sumbu rotasinya, turbin angina dibedakan menjadi 2 bagian,
yaitu turbin angina sumbu vertikal (TASV) dan turbin angina sumbu
horizontal (TASH). Jelaskan!
Jawab:
Turbin angina sumbu vertikal (TASV) atau Vertical Axis Wind Turbine
(VAWT), memiliki poros atau sumbu rotor utama yang tegak lurus.
kelebihan utama poros tegak adalah turbin tidak harus diarahkan ke angina.
Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya sangat
bervariasi. VAWT mampu memperdayagunakan angina dari berbagai arah.
Turbin angina sumbu horizontal (TASH) atau Horizontal Axis Wind Turbin
(HAWT), disebut juga tipe propeller (seperti baling-baling). Memiliki poros
rotor utama dan generator listrik di puncak menara. Turbin angina ini harus
di arahkan sesuai dengan arah angina yang paling tinggi kecepatannya,
sehingga pada umumnya menggunakan sebuah sensor angina yang di
gandengkan ke sebuah servo motor atau YAW.
2. Efisien turbin pada dasarnya ditunjukkan oleh kurva koefisien Cp yang
besarnya oleh Betz hanya dibatasi pada 59%. Jelaskan!
Jawab:
Efisiensi turbin juga didasarkan pada daya turbin. Daya turbin tidak mampu
berdiri sendiri dalam perhitungan dasarnya. Hal ini dikarenakan turbin
memiliki beberapa macam bentuk sudu. Oleh karena itu, Betz memberikan
kurva koefisien Cp yang sebenarnya merupakan faktor daya. Pada kurva
tersebut faktor daya pada setiap jenis turbin berbeda. Besarnya Cp
berdasarkan perbandingan daya turbin dan daya angin. Namun, Betz hanya
membatasi pada nilai 59%, dikarenakan meski asumsi ideal tetap
dipertahankan dalam arti aliran dianggap tanpa gesekan dan daya keluaran
dihitung tanpa mempertimbangkan jenis turbin, maka daya maksimum yang
dapat diperoleh dari energi angin hanya sebatas 0,593 (59,3%) saja.
3. Jika angin berhembus pada kecepatan 36 km/jam melewati sudu turbin yang
memiliki luas area 20 m2 daya angin yang dihasilkan sebesar 90 kW.
Tentukan kerapatan angin dan faktor daya jika diketahui daya turbin
sebesar 40,5 kW!
Diketahui : v = 36 km/ jam
= 36000 m/ 3600 s
= 10 m/s
A = 20 m2
Pw = 90 kW
PT = 40,5 kW
Ditanyakan : Besarnya dan Cp?
Jawab
1 2
a. = 2 3 ---- = 3
2
=
3
2.90000
=
20.103

=9 3


b. =

40,5
=
90
40,5
=
90
= 0,45 100% = 45 %

Anda mungkin juga menyukai