MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Mesin Konversi Energi
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Ir Djoko Kustono, M.Pd.
Oleh:
Abdul Qodir Al-Jailany 140511606550
Silas Prayoga Putra 140511603625
Wahyu Puspa Wijaya 140511602945
Assalamualaikum wr.wb
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
makalah Turbin Angin dapat disusun dengan baik. Makalah ini disusun demi
memenuhi tugas struktural dari mata kuliah Mesin Konversi Energi dengan dosen
pengampu yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. Djoko Kustono, M.Pd.
Makalah ini disusun guna memudahkan pembelajaran materi Mesin
Konversi Energi pada materi yang berkaitan dengan turbin angin. Diawali dengan
pembahasan tentang definisi dan sejarah tentang turbin angin. Kemudian
membahas tentang klasifikasi turbin angin. Beranjak pada prinsip kerja dan
konstruksinya serta instalasi pemasangannya. Teori dasar berdasarkan kaidah
Fisika juga dibahas disertai tentang unjuk kerja (efisiensi) pada turbin tersebut.
selain itu perawatan, modifiksi, aplikasi, kelebihan kekurangan tentang turbin angin
serta perkembangannya dari tahun ke tahun akan dibahas dalam makalah ini.
Makalah ini memang terlihat belum sempurna. Oleh karena itu penulis
sangat berharap akan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun serta
mampu mendorong penulis untuk menulis lebih baik lagi dalam penyusunan-
penyusunan makalah berikutnya. Sekian dari penulis semoga apa yang ada dalam
makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan. Akhir kata.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
\
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 5
2. Pembahasan
2.1 Definisi Turbin Angin 6
2.2 Sejarah Turbin Angin 8
2.3 Klasifikasi Turbin Angin 9
2.4 Prinsip Kerja dan Konstruksi Turbin Angin 18
2.5 Instalasi Pemasangan Turbin Angin 22
2.6 Teori Dasar Turbin Angin 34
2.7 Efisiensi Turbin Angin 45
2.8 Perawatan Turbin Angin 49
2.9 Perkembangan Turbin Angin dari Tahun Ke Tahun 49
2.10 Modifikasi Turbin Angin 53
2.11 Kelebihan dan Kekurangan Turbin Angin 55
2.12 Aplikasi Turbin Angin 58
3. Penutup
3.1 Simpulan 58
4. Daftar Rujukan 61
5. Soal-Soal Turbin Angin 62
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan salah satu kebutuhan yang menjadi prioritas utama dalam
kehidupan manusia. Begitu banyak jenis energi yang digunakan manusia seperti
energi listrik, energi panas, energi potensial, energi kinetik, dll. Namun, perlu
diketahui bahwa energi tersebut berasal dari sumber energi yang telah tersedia di
bumi. Secara umum sumber energi di bumi dibagai atas dua macam yakni sumber
energi yang dapat diperbarui dan sumber energi yang tidak dapat diperbarui. Seiring
perkembangan zaman termasuk juga perkembanagan teknologi, manusia lebih
sering memanfaatkan sumber energi yang tidak dapat diperbarui sebagi sumber
utama mereka. Alhasil jumlah dari sumber energi tersebut sudah berkurang dapat
diperkirakan akan segera habis. Menanggulangi hal tersebut, maka saat ini sangat
digalakkan adanya pembaharuan di dunia sumber energi dengan memanfaatkan
sumber energi terbarukan yang dapat dihasilkan terus-menerus (sumber energi
alternatif).
Berbicara mengenai sumber energi alternatif, dipernyataan sebelumnya juga
telah dijelaskan bahwa saat ini tren penggalakan penggunaan sumber energi
alternatif benar-benar sedang dilakukan. Mulai dari pengembangan sumber energi
tenaga surya, energi air, energi angin, energi panas bumi, bahkan hingga daur ulang
sampah. Hal ini dilakukan di seluruh belahan dunia dengan harapan manusia segera
beralih menggunakan energi alternatif dan energi fosil setidaknya mampu
diselamatkan sebelum benar-benar mengalami kepunahan total
Meninjau kembali tentang macam-macam sumber energi terbarukan, energi
angin merupakan salah satu energi yang berpotensi besar untuk dijadikan pasokan
kebutuhan energi bagi umat manusia. Menurut artikel dari Universitas Sumatra
Utara (2011) energi yang diberikan dari angin berupa energi gerak yang mampu
dimanfaatkan untuk penggerakan perahu layar, kincir angin, hingga pembangkit
tenaga listrik. Keberadaan angin pada lapisan bumi terletak pada lapisan atmosfer
yang memiliki kandungan partikel udara yang cukup tinggi. Lebih tepatnya pada
lapisan troposfer yang mana merupakan lapisan atmoser terendah di bumi dan
merupakan tempat terjadinya angin.
Energi gerak yang dihasilkan oleh angin diakibatkan oleh rotasi bumi dan
perbedaan tekanan udara disekitarnya. Pemanasan bumi oleh sinar matahari
menyebabkan perbedaan massa jenis udara. Menurut Putranto, dkk
(2011:19) matahari meradiasikan sekitar 1,74 x 1014 kW jam energi ke bumi setiap
jamnya dan bumi menerima daya 1,74 x 1017 watt. Kemudian energi tersebut
diubah menjadi bentuk energi angin kurang lebih antara 1-2%. Hal ini menunjukkan
bahwa energy angin berjumlah 50-100 kali lebih banyak daripada enerhi yang
diubah menjadi biomassa oleh sluruh tumbuhan yang ada dimuka bumi.
Sedangkan jika dilihat dari segi proses terbentuknya aliran angin
tersebutHal ini dikarenakan panas matahari membuat udara memuai. Udara yang
memuai akan memiliki massa jenis yang lebih ringan sehingga ia akan naik ke atas.
Ketika hal itu terjadi, maka sebenarnya udara mengalami penuruan tekanan dan
membuat udara di sekitarnya juga mengalir ke tempat yang bertekanan rendah.
Pada akhirnya udara akan menyusut dan menjadi lebih berat hingga turun ke atas
permukaan tanah. Di atas tanah tersebut udara akan menjadi panas kembali dan
berulanglah fenomena di atas. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara
dingin tersebut diakibatkan oleh perpindahan panas secara konveksi (Putranto, dkk
2011:18). Selain itu kondisi aliran angin seperti yang dijelaskan sebelumnya juga
dipengaruhi oleh dua faktor yakni medan atau permukaan bumi yang dialiri oleh
aliran angin tersebut dan temperatur bumi.
Gambar Aliran Angin
Terlihat pada data di atas dari seluruh wilayah Indonesia yang paling berpotensi
adalah pulau Sulawesi, pulau-pulau sunda kecil, pulau Jawa, dan area pantai selatan
Jawa. Data tersebut masih berguna dan juga tetap menjadi patokan pada penelitan-
penelitian di tahun-tahun selanjutnya. Terbukti pada penelitian dalam artikel jurnal
milik Isdiyarto, dkk (2014:17) menyatakan bahwa potensi energ angin di Indonesia
umumnya berkecapatan lebih dari 5 m/s. hasil pemetaan badan LAPAN pada 120
lokasi wilayah dengan jangkauan di atas 5 m/s adalah NTT, NTB, Sulsel, dan Pantai
Selatan Jawa. Adapun kecepatan 4 m/s hingga 5 m/s tergolong skla menengah
denga potesi kapasitas 10-100 kW
Mengetahui hal tersebut, maka tidak salah lagi jika Indonesia berpeluang
besar untuk memanfaatkan energi angin ini menjadi sumber sistem pembangkit
tenaga listrik. Dalam hal pengkonversian energi kinetik menjadi energi listrik, di
sinilah peran penting sebuah turbin angin dibutuhkan. Hal ini sama seperti yang
tertulis pada tempo.com pada tanggal 17 Februari 2016. Seorang dosen muda UMS
menyatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan turbin
angin guna memenuhi kebutuhan listrik Indonesia. Di samping karena Indonesia
sendiri memiliki letak yang mendukung yakni dekat dengan Samudra Hindia yang
notabene merupakan wilayah dengan hembusan angin yang kencang.
Menindaklanjuti hal tersebut, ternyata pemerintah pun sadar akan betapa
pentingnya memanfaatkan potensi besar ini. Pada tangga 7 April 2016 pemerintah
mengumumkan berita pada website Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
bahwa PLTB 70 MW di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan siap dan segera
dibangun. Melihat posisi wilayah yang dituju pemerintah sendiri dan dikaitkan
dengan tabel potensi angin di wilayah Indonesia ternyata memiliki kesamaan. Hal
ini menunjukkan memang benar adanya bahwa Indonesia memiliki peluang besar
untuk pengembangan turbin angin khususnya dalam urusan pembangkit listrik
tenaga angin (bayu).
Oleh karena itu, melihat peluang besar yang diberikan leh Indonesia, maka
sangat penting bagi generasi muda Indonesia khusunya pelajar dan mahasiswa
untuk mengembangkan dan meningkatkan terus pemahaman akan turbin angin itu
sendiri sebagai salah satu alat konversi energi angin. Hal itu dapat dimulai dari
pemahaman awal mula adanya turbin angin, makna dari turbin angin itu sendiri,
klasifikasi, prinsip kerja, siklus, cara perawatan, hingga tahapan perkembangan
turbin angin dari masa ke masa. Hal ini ditujukan agar ke depan mampu
memberikan insipirasi dan inovasi untuk terus mengembangkan turbin angin
sabagai salah satu mesin konversi energi yang efektif dan efisien. Melihat
keterangan-keterangan sebelumnya bahwa ke depan sudah dapat dipastikan energi
angin pun akan menjadi primadona energi terbarukan di dunia. Tidak hanya
ditingkat dunia, tetapi di wilayah Indonesia pun dengan dimulainya proyek-proyek
pembangunan tentang pemanfaatan turbin angin secara otomatis harapan
pemerintah ke depan hal ini dapat terus berkembang pula seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.3 Tujuan
1. Mendiskripsikan definisi turbin angin.
2. Mendiskripsikan sejarah turbin angin.
3. Mendiskripsikan klasifikasi turbin angin.
4. Mendiskripsikan prinsip kerja dan konstruksi turbin angin.
5. Mendiskripsikan instalasi pemasangan turbin angin.
6. Mendiskripsikan teori dasar turbin angin.
7. Mendiskripsikan efisiensi turbin angin.
8. Mendiskripsikan perawatan turbin angin.
9. Mendiskripsikan perkembangan turbin angina dari tahun ke tahun.
10. Mendiskripsikan modifikasi turbin angin.
11. Mendiskripsikan kelebihan dan kekurangan turbin angin sebagai PLTB.
12. Mendiskripsikan aplikasi turbin angina dalam kehidupan manusia
2. Pembahasan
2.1 Definisi Turbin Angin
Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan
tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi
kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll.
Turbin angin terdahulu banyak dibangun di Denmark, Belanda dan negara-negara
Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan Windmill. Kini turbin angin lebih banyak
digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat, dengan
menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan sumber daya alam yang
dapat diperbaharui yaitu angin. Saat ini pembangunan turbin angin masih belum
dapat menyaingi pembangkit listrik konvensional (Contoh: PLTD, PLTU, dll),
namun turbin masih lebih dikembangkan oleh para ilmuwan karena dalam waktu
dekat manusia akan dihadapkan dengan masalah kekurangan sumber daya alam
tak dapat diperbaharui (Contoh: batubara, minyak bumi) sebagai bahan dasar
untuk membangkitkan listrik (id.wikipedia.org).
Dalam konteks produksi listrik, turbin angin ini juga dikenal sebagai
generator angin. Sebuah turbin angin terdiri dari rotor, baling-baling yang melekat
pada rotor, generator dan struktur menara. Rotor adalah elemen dari turbin angin
yang mengumpulkan energi dari angin. Baling-baling dari turbin angin melekat
pada pusat rotor. Baling-baling ini diputar oleh aliran angin dengan menggunaan
desain aerodinamis yang rumit. Tingkat putaran baling-baling tergantung pada
kecepatan angin dan bentuk baling-balinganya. Agar menghasilkan listrik
diperlukan generator, yang mengubah energi kinetik menjadi listrik. Dalam turbin
angin komersial terdapat gearbox yang ditempatkan di antara rotor dan generator,
untuk mengubah kecepatan putaran rendah baling-baling ke rotasi kecepatan
tinggi yang diperlukan untuk memproduksi listrik. Kecepatan rotasi turbin angin
biasanya antara 40-400 rpm (rotasi per menit) sedangkan untuk menghasilkan
listrik kita membutuhkan 1200-1800 rpm.
Turbin angin dipasang di atas struktur menara tinggi (biasanya di atas 80
meter) untuk dapat beroperasi pada ketinggian yang diperlukan. Turbin angin
memanfaatkan aliran angin pada ketinggian yang lebih tinggi karena
kecepatannya yang lebih tinggi dan lebih konstan (karena pengaruh penurunan
drag). Listrik dihasilkan ketika baling-baling pada turbin angin diputar oleh aliran
angin, yang membuat rotor berputar. Rotor mentransfer kekuatan ke generator
(melalui gearbox) yang pada gilirannya mentransmisikan daya yang telah
dikonversi ke sebuah transformator dan akhirnya ke jaringan grid. Sebuah turbin
angin komersial dapat menghasilkan daya listrik berkisar antara 1,5-7 MW,
tergantung pada ukuran, desain, dan aliran angin di lokasinya dipasang.
Turbin angin biasa didirikan di darat (dikenal sebagai turbin angin darat)
maupun di laut (turbin angin lepas pantai). Turbin angin darat memiliki kelebihan
yakni biaya instalasi yang murah dibandingkan turbin angina lepas pantai.
Namun, turbin angin lepas pantai memiliki keuntungan dari segi hembusan angin
yang lebih konstan, karena banyak ditemukan di laut. Selain itu, juga
memungkinkan untuk dipasang dengan kapasitas yang lebih besar.
Pada skala produksi yang besar, turbin angin listrik diinstal dalam bentuk
ladang angin. Ladang angin besarnya dapat mencapai beberapa mil persegi dan
terdiri dari beberapa ratus turbin angin. Ladang angin yang terletak di darat
disebut ladang angin darat dan ladang angin yang diletakkan di laut disebut ladang
angin lepas pantai. Lokasi turbin angin yang terbaik adalah yang memiliki
hembusan konstan, kecepatan angin yang non-turbulen minimal 10m/h (16km/h),
dan terletak di dekat sebuah sistem transmisi.
Sebelum membangun ladang angin, biasanya dilakukan pemamtauan
angina kurang lebih selama satu tahun. Pengukuran dilakukan pada tempat dan
ketinggian yang berbeda. Data yang dikumpulkan akan menentukan desain,
ketinggian, lokasi turbin angin di ladang angin, dan jarak antar turbin angin.
Sebuah gardu juga diperlukan di lokasi tersebut, tempat semua listrik yang
dihasilkan dari turbin angin individu (tegangan menengah) dikumpulkan dan
ditransmisikan dalam sistem transmisi lokal (ditransformasikan ke tegangan
tinggi) (www.indoenergi.com).
Secara teori turbin angin poros vertikal (VAWT) memiliki effisiensi yang
sama dengan turbin angin poros horizontal (HAWT) jika turbin-turbin tersebut
bekerja pada kecepatan angin yang konstan. Namun, pada prakteknya turbin yang
masuk dalam kategori VAWT seringkali memiliki effisiensi yang lebih rendah
dari turbin-turbin tipe HAWT. Hal ini dikarenakan adanya variasi kecepatan angin
yang meningkat seiring dengan naiknya ketinggian. Namun, turbin jenis VAWT
ini akan lebih menunjukkan keunggulan jika dibuat dalam skala kecil karena
variasi angin terhadap ketinggian kecil.
a. HAWT (horizontal axis wind turbine)
HAWT atau dalam bahasa Indonesia adalah turbin angin sumbu horizontal.
Merupakan turbin angin yang memiliki poros rotor utama dan generator listrik
di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah baling-
baling angin (baling-baling cuaca) yang sederhana, sedangkan turbin
berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang
digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki sebuah
gearbox yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat
berputar. Karena sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya,
turbin biasanya diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin
dibuat kaku agar mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin
berkecepatan tinggi. Sebagai tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di depan
menara pada jarak tertentu dan sedikit dimiringkan. Dikarena turbulensi
menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas begitu penting,
sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (melawan arah angin).
Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut jurusan
angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka
tetap sejalan dengan angin, dan karena di saat angin berhembus sangat
kencang, bilah-bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan
mereka dan dengan demikian juga mengurangi resintensi angin dari bilah-
bilah itu. Berdasarkan prinsip aerodinamis, rotor turbin angin TASH terjadi
karena adanya gaya angkat (lift) dan gaya drag. Namun, gaya lift jauh lebih
besar daripada gaya drag, sehingga turbin ini pun disebut turbin tipe lift (
epirintis.undip.ac.id). Dilihat dari jumlah sudu, turbin angin sumbu horizontal
terbagi menjadi [4]:
Sedangkan bila ditinjau dari segi kelebihan dan kekurangannya, berikut akan
dijelaskan.
Kelebihan. Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang
lebih kuat di tempat-tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan
antara laju dan arah angin antara dua titik yang jaraknya relatif dekat di
dalam atmosfer bumi. Di sejumlah lokasi geseran angin, setiap sepuluh
meter ke atas, kecepatan angin meningkat sebesar 20%.
Kekurangan. Menara yang tinggi serta bilah yang panjangnya bisa
mencapai 90 meter sulit diangkut, TASH yang tinggi sulit dipasang,
membutuhkan derek yang yang sangat tinggi dan mahal serta para
operator yang tampil, konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk
menyangga bilah-bilah yang berat, gearbox, dan generator, TASH yang
tinggi bisa memengaruhi radar airport, ukurannya yang tinggi merintangi
jangkauan pandangan dan mengganggu penampilan lansekap, berbagai
varian downwind menderita kerusakan struktur yang disebabkan oleh
turbulensi, TASH membutuhkan mekanisme kontrol yaw tambahan untuk
membelokkan kincir ke arah angin.
b. VAWT (vertical axis wind turbine)
VAWT atau turbin angin sumbu vertikal memiliki memiliki poros/sumbu
rotor utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah
turbin tidak harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini
sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya sangat bervariasi.
VAWT mampu mendayagunakan angin dari berbagai arah. Dengan sumbu
yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat tanah, jadi
menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk keperluan
perawatan. Tapi ini menyebabkan sejumlah desain menghasilkan tenaga
putaran yang berdenyut. Drag (gaya yang menahan pergerakan sebuah benda
padat melalui fluida (zat cair atau gas) bisa saja tercipta saat kincir berputar.
Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering dipasang
lebih dekat ke dasar tempat ia diletakkan, seperti tanah atau puncak atap
sebuah bangunan. Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah,
sehingga yang tersedia adalah energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat
tanah dan obyek yang lain mampu menciptakan aliran yang bergolak, yang
bisa menyebabkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan getaran,
diantaranya kebisingan dan bearing wear yang akan meningkatkan biaya
pemeliharaan atau mempersingkat umur turbin angin. Jika tinggi puncak atap
yang dipasangi menara turbin kira-kira 50% dari tinggi bangunan, ini
merupakan titik optimal bagi energi angin yang maksimal dan turbulensi
angin yang minimal. Mengenai rotor turbin, ia bergerak tanpa dipengaruhi
arah datangnya angina sehingga TASV tidak membutuhkan mekanisme
pengatur arah seperti ekor pada TASH. Berdasarkan tiper rotor, TASV dibagi
atas tiga jenis yakni savonius, darrieus, dan H rotor. Ketiga tipe tersebut jika
dikelompokkan kembali berdasarkan prinsip aerodinamisnya maka savonius
memanfaatkan gaya drag sedangkan darrieus dan H rotor memanfaatkan
gaya lift (Dewi, 2010:26)
Savonius Rotor
Rotor savonius dikembangkan pertama kali oleh J. Savonius pada tahun
1920 an. Konsep awalnya dikembangkan oleh Flettner. Bentuk rotor
savonius dibuat dari sebuah silinder yang dipotong pada sumbu bidang
sentral menjadi dua bagian dan bagian tersebut disusun menyilang
menyerupai huruf S. (epirintis.undip.ac.id).
Desain Rotor Savonius
Turbin jenis ini secara umumnya bergerak lebih perlahan dibandingkan
jenis turbin angin sumbu horizontal, tetapi menghasilkan torsi yang
besar.
Darrieus Rotor
Turbin angin Darrieus pada umumnya dikenal sebagai turbin eggbeater.
Turbin angin Darrieus pertama kali ditemukan oleh Georges Darrieus
pada tahun 1931. Turbin angin Darrieus merupakan turbin angin yang
menggunakan prinsip aerodinamik dengan memanfaatkan gaya lift pada
penampang sudu rotornya dalam mengekstrak energi angin. Turbin
Darrieus memiliki torsi rotor yang rendah tetapi putarannya lebih tinggi
dibanding dengan turbin angin Savonius sehingga lebih diutamakan
untuk menghasilkan energi listrik. Namun turbin ini membutuhkan
energi awal untuk mulai berputar. Oleh karena itu, pada aplikasinya
dibutuhkan perangkat bantuan, biasanya digunakan motor listrik atau
gabungan dengan turbin angin savonius pada poros utama. Rotor turbin
angin Darrieus pada umumnya memiliki variasi sudu yaitu dua atau tiga
sudu. Selain itu rotor turbin angin ini mengaplikasikan blade dengan
bentuk dasar aerofil NACA. (repository.usu.ac.id, 2011). Oleh karena
itu, prinsip kerja pada darrieus dapat dijelaskan dan disederhanakan
sebagai berikut. Pertama, asumsikan arah angin datang dari depan rotor
baling-baling. Ketika pergerakan rotor lebih cepat menyamai dengan
kecepatan angin yang tak terganggu yaitu ratio kecepatan blade dengan
kecepatan angin bebas, tsr > 3. Gambar 4 menunjukan garis vektor
percepatan dari bentuk airfoil baling-baling pada posisi angular yang
berbeda-beda.
Dengan:
Jika dilihat berdasarkan tabel, maka angka yang berwarna merah merupakan
angka-angka kecepatan angin yang baik digunakan untuk instalasi turbin
angin. Selain berdasarkan tabel, cara penentuan lain juga dapat melalui
pemeriksaan peta secara daring. Kemudian menggunakan anemometer
untuk mengukur kecepatan angin di wilayah yang diinginkan. Pengukuran
tersebut dilakukan setiap hari untuk beberapa saat agar didapatkan hasil
yang optimal. Jika ternyata pada daerah pilihan tersebut kecepatan angin
yang diperoleh cukup konsisten, maka lakukan pengukuran selama sebulan
meskipun perubahan musin dapat mempengaruhinya. Kemudian, hitung
nilai rata-rata kecepatan untuk melihat apakah lokasi pilihat tersebut
merupakan lokasi yang tepat untuk pemasangan turbin angin.
b. Pelajari izin mendirikan bangunan yang berhubungan dengan turbin angin.
Izin pada setiap wilayah berbeda, oleh karena itu akan lebih baik jika
bertanya langsung pada pemerintahan setempat. Beberapa izin
mengharuskan jarak minimal di antara turbin dan juga seberapa jauh jarak
turbin dengan garis properti. Bahkan mungkin tinggi turbin juga dibatasi.
Selain itu, sebelum membangun alangkah baiknya jika berdiskusi terlebih
dahulu dengan warga setempat yang bertempat tinggal dekat dengan
wilayah yang dipilih. Hal ini dapat digunakan sebagai saran awal sebelum
membangun karena dapat mendengarkan kecemasan mereka tentang turbin
dan menyelesaikan semua salah paham yang mungkin muncul akibat
kebisingan, gangguan saluran radio, serta penerimaan saluran televisi.
c. Lakukan evaluasi ruang untuk turbin angin yang ingin dibangun
Meski tidak perlu menggunakan banyak ruang untu membangun, tetapi
setidaknya siapkan ruang sebesar 0,2 hektar untuk turbin yang
menghasilkan daya hingga 0,3 kW dan 0,4 hektar untuk turbin yang
menghasilkan 10 kW. Selain itu, ruang vertikal pun harus cukup memenuhi
agar ketika membangu turbin yang tinggi bangunan dan pepohonan
sekitarnybtidak menghaangi angin.
d. Pilih antara bilah turbin angin yang dibuat sendiri atau yang telah siap pakai.
Agar tidak terjadi benturan dan pengikisan antar hub dan poros, maka
letakkan bearing diantaranta. Tempelkan di ujung poros yang menonjol dari
piringannya, kemudian selpkan ke piringan tersebut hingga terjepit di
bagian poros yang lebih tebal. Setelahnya selipkan hub pada bearing agar
bagian-bagian tiangnya menghadap ke atas. Ketika memasang poros dan
bearing beri jarak sekitar 102 mm. Hal ini untuk mencegah ketika turbin
terletak pada daerah angin berkecapatan tinggi, karena dimungkinkan turbin
kan menekuk sehingga bilah-bilahnya dapat merusak poros.
h. Pasangkan flensa jari bawah ke hub
Flensa seharusnya memiliki lubang agar tiang hub bisa melewatinya, serta
bagian-bagian menonjol sebagai tempat memasng. Sejajarkan flensa dengan
tiang-tiang hub dan pasangkan keduanya. Setelah flensa terpasang secara
meratam kecangkan dengan mur. Pasang mur dengan tangan terlebih adhulu
kemudian kencangkan dengan kunci inggris.
i. Sambungkan semua jari-jarinya
Satu bilah turbin memilii dua jari-jari, sehingga jika memiliki tiga bilah
turbin maka jari-jarinya berjumlah enam. Gunakan baut untuk
menyambungkan jari-jari ke tab flense bawah dan alat pengatur jarak spacer
untuk memisahkannya dari atas. Kemudian selipkan baut melewati lubang
di salah satu tab flense, pasangkan jari-jari, gunakan spacer, pasang jari-jari
kedua pada baut, kemudian jepit semua jari-jari dan spacer denga flense
atas. Bentuk flense atas dan bawah harus sama, begitupun dengan jumlah
tab pemasangannya. Kencangkan baut pada flense atas dengan
menggunakan tangan, kemudian kencangkan baut lainnya. Ulangi proses
tersebut hingga seluruh bilah turbin terpasang. Setelah semua baut terpasang
pada flense atas, kencangkan menggunakan kunci inggris. Pastika flense
atas, bawah, dan jari-jari kokoh serta mudah diputar dengan hub pada
bearing-nya. Guakan senyawa pengikat, sebagai usaha untuk memperkuat
sambungan baut pada jari-jari bilah turbin.
j. Pasangkan empat tiang pada flense atas
Tiang-tiang tersebut harus berulir sepanjang 6 cm dan setebal 0,635 cm.
Pasang tiang-tiang tersebut dengan tangan pada bagian puncak flense atas,
sehingga setiap bautnya tersebar secara merata disekitar batang poros
turbin. Pemasangan tiang-tiang tersebut harus dalam jarak yang cukup jauh
agar semuanya tegak dan kokoh. Tiang harus menonjol keluar dari flense
pada jarak yang sama. Pastika semua tiang terpasaang kokoh dan gunakan
senyawa pengikat agar lebih kuat.
Memasang Magnet Sumbu Vertikal
k. Pasangkan rotor magnet bawah pada tiang-tiangnya
Pasang piringan bawah rotor magnet pada keempat tiang yang sudah
dikencangkan di flense. Pastikan magnet mengahdap ke atas. Berhati-
hatilah selama pemasangan karena daya magnetisnya yang sangat kuat dan
bisa menyebabkan cedera.
l. Pasang spacer pada tiang-tiang turbin
Stator merupakan sekumpulan kabel tembaga yang vital bagi semua jenis
generator. Tiang-tiang yang mengelilingi sumbu poros harus menonjol ke
atas melewati bagian tengah stator. Stator memerlukan tiga kelompok kabel
berukuran 24 denga masing-masing dibalut sebanyak 320 kali.
Pastikan harus berhati-hati, karena ini merupaka salh satu komponen yang
berbahaya dari turbin angin. Tumpukka emapt papan pada stator di kedua
sisi sumbu tengah. Papan dasar harus lebih tebal dari papan atasnya harus
lebih tipis. Gunakan papan ukuran 5 x 10 cm untuk papan atas. Pegang rotor
magnet atas sehingga jari-jari tangan berada pada celah diantara papan yang
ditumpuk. Turunkan perlahan kea rah rotot bawah. Cobalah menyejajarkan
rotor atas dengan tiang-tiang turbin saat melakukan hal ini. Bidang magnetis
akan menempel ke diska atas dan menariknya kea rah papan yang sudah
diletakkan. Kemudian, turunkan rotor magnet atas ke tiang dengan
menyelipkan papan satu per satu. Pertama-tama angkat satu papan atas
kemudian yang satunya. Ulangi proses pada papan bawah untuk melakukan
maneuver sehingga rotor magnet atas berada pada posisi yang benar. Lalu
gunakan mur pada tiang untuk mengecangkan posisi rotor. Setelah selesai
rotor atas harus bersandar pada spacer, dengan hanya sedikit bagian tiang
yang menonjol di puncaknya.
Menyelesaikan Turbin
o. Singkirkan kerangka dari porosnya
Pasangkan piringan metal ke atas pipa logam yang kokoh dan tebal.
Pastikan pipa bisa menahan daya angina yang dihasilkan turbin. Menara
harus dipasang pada lokasi yang kuat. Mungkin dapat dailakukan
penuangan beton pada bagian fondasi menara agar lebih stabil.
q. Pasang pembatas poros dan jari-jari
Pembatas harus mengelilingi poros seperti kerah baju. Kemudian gunakan
baut untuk memasangnya ke menara. Lalu potong tiang berulir dengan
diameter 0,375 cm menjadi emapat bagian sama panjang (11,25 cm).
gunakan senyawa pengikat, kemudian mur serta washer untuk
memasangkannya pada pembatas. Hadapkan ke atas. Letakkan mur pada
tiang berdiameter 0,375 cm, sekitar dari bagian puncaknya. Mur ini
digunakan untuk menyesuaikan posisi stator sementara tiang
mempertahankannya.
r. Letakkan roler pada poros
Pasang satu mur segi enam untuk setiap tiang agar stator kencang pada
rangka turbin. Lalu, dengan kunci inggris, sesuaikan posisi mur yang
mengapit stator hingga tepat berada diantara kedua rotor magnet. Setelah
posisi stator benar, tambahkan tutup berminyak di puncak hub. Turbin telah
selesai.
Memasang Komponen-Komponen Listrik pada Turbin
u. Hubungkan pengontrol arus ke baterai atau sirkuit.
Hal ini dilakukan untuk mencegah korslet pada turbin. Dengan demikian
rangka yang telah disiapkan tidak akan rusak.
v. Sambungkan kawat berlapis ke pengontrol arus
Kawat akan mentransfer daya dari generator ke pengontrol arus. Dari sinilah
listrik kemudian masuk ke baterai atau sirkuit. Kawat ini harus seperti kawat
yang berada di bagian dalam kabel daya, dengan keduanya terikat dalam
insulasi yang serupa. Gunakanlah sambungan tua dengan bagian colokan
yang dilepas.
Energi inilah yang nantinya akan ditangkap oleh turbin angin untuk memutar rotor.
Kemudian pada suatu luasan area rotor berupa penampang melintang A, dimana
angin dengan kecepat v mengalami pemindahan volume V untuk tiap satuan dapat
dirumuskan melalui persamaan berikut.
= (3 /) (1.2)
Sedangkan pada massa angin yang didasarkan pada kerapatan angin dapat
dirumuskan sebagai berikut.
= = () (1.3)
Berdasarkan persamaan-persamaan tersebut didapatkan persamaan energi kinetik
angin yang berhembus dalam satuan waktu (daya angin).
1 1
= 2 () 2 = 2 3 () (1.4)
(Dewi, 2010:19)
Jika v1 adalah kecepatan angin di depan rotor, v adalah kecepatan angin melewati
rotor, dan v2 adalah kecepatan angin di belakang rotor, maka daya mekanik turbin
diperoleh dari selisih energi kinetik angin sebelum dan setelah melewati turbin.
Berikut perubahan persamaan daya mekanik turbin.
1 1
= 2 1 1 3 2 2 2 3 (1.5)
1
= (1 1 3 2 2 3 )
2
Sedangkan persaman kontinuitas adalah sebagai berikut.
1 1 = 2 2 (1.6)
Sehingga,
1
= 2 1 1 (1 2 2 2 ) (1.7)
1
= 2 (1 2 2 2 ) (1.8)
Berdasarkan persamaan di atas maka disimpulkan bahwa untuk mendapat
daya mekanik maksimum, 2 harus bernilai nol tetapi pada kenyataan hal itu
tidaklah mungkin. Sehingga untuk mendapatkan daya maksimum, maka diperlukan
suatu nilai perbandingan rasio antara 1 dan 2 . Rasio tersebut didapatkan dari
sautu persamann yang menunjukkan daya mekanik turbin. Gaya yang bekerja pada
turbin menurut gambar sebelumnya adalah
= (1 2 ) (1.9)
Maka daya turbin adalah
= = (1 2 ) (1.10)
Jika persamaan 1.8 dan 1.10 digabungkan, maka akan menjadi
1
(1 2 2 2 ) = (1 2 )
2
1
(1 + 2 )(1 2 ) = (1 2 )
2
1
(1 + 2 )(1 2 )
=2
(1 2 )
1
= 2 (1 + 2 ) (1.11)
Kemudian perbandingan daya turbin dan daya angin disebut sebagai factor daya
(Cp), berikut persamaannya.
1
(1 2 2 2 )(1 +2 )
4
= = 1 (1.14)
3
2
1
Faktor daya dapat diperoleh maksimum jika 1 = 3 yang menghasilkan nilai
2
sebesar 0,593. Meski asumsi ideal tetap dipertahankan dalam arti aliran dianggap
tanpa gesekan dan daya keluaran dihitung tanpa mempertimbangkan jenis turbin,
maka daya maksimum yang dapat diperoleh dari energi angin hanya sebatas 0,593
yang artinya kurang lebih hanya sekitar 60% saja daya angin yang dapat dikonversi
menjadi daya mekanik. Angka ini kemudian dijadikan sebagai factor Betz. Selain
digunakan pada mesin turbin angina, fator Betz juga digunakan pada mesin carnot
untuk mesin-mesin termodinamika.
Mengingat kembali bahwa pada pembahasan sebelumnya juga menyatakan
bahwa faktor daya merupakan fungsi dari TSR, maka sangat perlu juga membahas
tentang TSR tersebut. TSR atau Tip Speed Ratio adalah perbandingan kecepatan
ujung rotor terhadap kecepatan angin bebas (Putranto, dkk, 2011:25). Pada
kecepatan angin nominal tertentu TSR akan berpengaruh pada kecepatan putar
rotor. Turbin pada tipe lift akan memiliki TSR yang relatif lebih besar dibandingkan
dengan turbin angin tipe drag. Berikut dalah persamaan TSR yang perlu diketahui.
= (1.15)
Dengan:
= TSR
= kecepatan sudut turbin (rad/s)
R = jari-jari turbin (m)
= kecepatan angin (m/s)
Selain persamaan tersebut TSR juga dapat dihitung dengan persamaan berikut.
= (1.16)
Blade tip speed adalah kecepatan ujung blade, yang memiliki persamaan berikut.
..
= (1.17)
60
Dimana adalah massa jenis angin, A adalah luas penampang sudu, dan U adalah
kecepatan angin. Menurut Dewi (2010:28) kecepatan angin yang dimaksud adalah
kecepatan efektir dengan = .
Hubungan antara dan terhadap sudut serang (a) diukur dan ditentukan
secara eksperien dan sudah ada dalam sebuah katalog (repository.usu.ac.id,
2011:12)
(epirintis.undip.ac.id,
2011:3)
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa aliran laminar adalah aliran
viscous. Sebenarnya terdapat jenis lain selain aliran laminar yakni aliran turbulen.
Aliran laminar merupakan aliran fluida yang pergerakannya membentuk lapisan-
lapisan bergaris alir dan tidak berpotongan satu sama lain. Kecepatan gerak aliran
ini relatif rendah dan sejajar serta memiliki batasan-batsan berisi aliran fluida.
Laminar juga merupakan ciri dari fluida yang alirannya berpindah dengan
menggelinding ataupun terangkat. Pada laju aliran rendah, aliran laminar tergambar
seperti filamen panjang yang mengalir dan juga memiliki bilangan Reynold lebih
kecil dari 2300 (epirintis.undip.ac.id, 2011:5). Sedangkan aliran turbulen merupaka
aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak acak dan tidak stabil dengan
keceptan berfluktuasi yang saling interaksi.akibatnya garis alir antar partikel fluida
saling berpotongan. Besarnya gerakan turbulen bervariasi dari mikro hingga makro.
Bilangan Reynold yang dimilikinya lebih besar dari 4000.
Dimana,
Re : bilangan Reynold
v : kecepatan aliran (m/s)
D : diameter pipa (m)
: massa jenis fluida (kg/m3)
: kekentalan mutlak (Pa.s)
v : kekentalan kinematic fluida (m2/s)
Namun, jika saluran tidak berbentuk pipa maka diameter pipa diganti dengan
diameter hidraulik (Dh)
4
= (1.21)
Dimana,
A : luas potongan melintang aliran (m2)
P : perimeter (keliling lingkaran) (m)
d. Airfoil
Airfoil merupakan salah satu bentuk bodi aerodinamika sederhana yang
berguna untuk memberikan gaya angkat terhadap bodi lainnya dengan bantuan
penyelesaian matematis dan sangat memungkinkan untuk memprediksi berapa
besarnya gaya angkat yang dihasilkan oleh suatu bodi airfoil. Geometri aerofil
sangat berpengaruh terhadap parameter gaya lift yakni CL.
Perkembangan aerofil ini telah ada sejak zaman perang dunia ke II. Namun,
aerofil dengan hasil riset yang terkemuka hanya milik NACA (National Advisory
Committee for Aeronautics). Hal ini dikarenakan pengujian yang dilakukan NACA
lebih sistematik dengan membagi pengaruj efek kelengkungan dan distribusi
ketebalan serta pengujian pada bilangan Reynold yang lebih tinggi daripada
lainnya. Semua pengujian tersebut dirngkum dalam beberapa parameter yakni:
Permukaan atas (upper surface)
Permukaan bawah (lower surface)
Mean camber line, tempat kedudukan titik-titik antara permukaan atas dan
bawah airfoil yang diukur tegak lurus terhadap mean camber line itu
sendiri.
Leading edge, titik paling depan pada mean camber line, berbentuk
lingkaran dengan jari-jari mendekati 0,02 c
Trailing edge, titik paling belakang mean camber line
Camber, jarak maks antara mean camber line dan garis chord yang diukur
tegak lurus terhadap garis chord
Thickness, jarak antara permukaan atas dan bawah yang diukur tegak
lurus terhadap garis chord (repository.usu.ac.id, 2011: 10)
Selain tinggi putaran poros faktor lain yang mempengaruhi daya adalah
besarnya torsi. Torsi merupakan ukuran kuantitatif dari kecenderungan sebuah
gaya yang dapat mengubah gerak rotasi dari suatu benda. Torsi memiliki
hubungan sebanding dengan momen inersia dan percepatan putar benda. Sehingga
dapat dihitung dengan persamaan berikut
= (1.22)
Jika torsi tersebut terdapat pada masing-masing partikel, maka hal itu disebabkan
oleh gaya total yang bekerja pada partikel tersebut, sehingga torsi juga dapat
dihitung berdasarkan persamaan berikut.
2 3
= (1.23)
2
Sedangkan pada turbin angin, besarnya torsi bergantung pada kecepatan angina
dan sudu turbin. Hal itu dapat dilihat pada persamaan berikut. (Anwar dalam
(Dewi, 2010:35))
= (1.24)
Mengetahui bahwa besarnya daya dipengaruhi oleh besar torsi dan tinggi
putaran, maka diperlukan beberapa parameter terkait untuk dapat
menganalisisnya. Sesuai pernyataan sebelumnya bahwa efisiensi turbin
ditunjukkan dalam kurva koefisien daya atau Cp. Namun, Cp itu sendiri
didapatkan dari perbandingan daya mekanik turbin dan daya angin (daya output).
Pada dasarnya Betz hanya membatasi koefisien daya tersebut hingga 59% saja
seperti pada HAWTs. Perhatikan gambar berikut.
Grafik Betz Limit
Dengan,
= daya beban
= daya mekanik turbin
Sesuai pernyataan tentang BHP yang merupakan daya hasil pembebanan,
ternyata faktor beban pun tidak hanya dipengaruhi dari generator, gearbox, atau
bahkan pompa. Artikel dalam digilib.its.ac.id menyatakan bahwa dalam
menentukan beban rotor turbin angin juga harus melihat efisiensi rotor. Efisiensi
rotor itu sendiri tidak akan menentukan efisiensi sistem energi angin
penggabungan rotor seperti pembebanan yang dilakukan oleh pompa dan
generator yang akan mengurangi keseluruhan efisiensi. Kurva output power untuk
suatu sistem yang terdiri dari generator dan rotor bukan tergantung pada efisiensi
individual melainkan kecocokan antara kedua komponen itu. Gambar di bawah ini
menunjukan torsi rotor pada kecepatan angin yang berbeda. Kurva yang berwarna
adalah beban/torsi yang diperlukan untuk memutar generator pada rpm yang
berbeda.
Beban Rotor Turbin Angin
Perhatikan kurva torsi rotor pada kecepatan angin 6/m dengan tipe
medium load. Ketika rotor diam untuk kecepatan angin 6 m/s, putaran rotor akan
bergerak dari nol ke rpm dari perpotongan antara dua kurva dan keseimbangan.
Rotor akan menghasilkan torsi mengikuti kurva 6m/s sampai torsi rotor seimbang
dengan torsi beban pada persimpangan. Jadi, dengan melihat kurva torsi
rotor untuk kecepatan bervariasi, perpotongan dari kurva ini akan membentuk
putaran operasi riil dari turbin angin pada kecepatan angin yang bervariasi.
Bagaimanapun, rotor/torsi beban pada perbedaan kecepatan angin bukanlah
output power yang nyata. Output riil akan menurun kaitannya dengan kerugian
dalam
konversi dan komponen mekanis generator. Gambar diatas juga menampilkan dua
beban yang lain, yaitu light dan heavy load. Light load akan menyebabkan rotor
beroperasi pada putaran yang tinggi (tsr tinggi) yang mengakibatkan tidak
maksimalnya efisiensi rotor sedangkan heavy load menyebabkan rotor berputar
pelan (tsr rendah) yang mana tidak maksimalnya efisiensi rotor.
Setelah mengetahu beberapa faktor pembebanan termasuk pula BHP dan
daya angin, hal lain yang terkait dengan unjuk kerja adalah perhitungan torsi.
Dengan memanfaatkan hasil perhitungan BHP maka torsi dapat diketahui dengan
membagi BHP dengan kecepatan sudut, seperti persamaan berikut.
= (1.30)
Dimana,
2
= / (1.31)
60
Kemudian, dari nilai BHP pun dapat diketahui efisiensi turbin angina dengan
persamaan berikut.
= (1.31)
Rotor ini memiliki kekuatan yang tinggi karena letak porosnya yang
Tepat berada di tengah kedua bucketnya. Rotor ini memiliki efisiensi
yang paling rendah.
b) Konfigurasi dengan overlap
Konfigurasi rotor seperti ini sering dijumpai . jenis ini memiliki ceah
antar bucket sehingga membuat arah angina yang dapat meningkatkan
putaran dan dapat mengurangi getaran. Efisiensi pada rotor ini memiliki
efisiensi yang lebih tinggi daripada jenis konfigurasi tanpa overlap.
c) Konfigurasi dengan bucket didefleksikan
Tipe ini pertama kali dikenalkan tahun 2006 oleh perusahaan Helix Wind.
Bentuk desain helix yang unik memiliki keuntungan antara lain memiliki
getaran yang halus karena variasi torsinya relative merata untuk setiap bucket
dan memiliki torsi yang baik. Namun rotor ini memiliki geometri yang relative
rumit, sehingga sulit dalam pembuatan (epirintis.undip.ac.id).
3. Penutup
3.1 Simpulan
Turbin angin adalah sebuah kincir angin yang digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik, turbin angin juga digunakan untuk mengakomodasi
kebutuhan listrik masyarakat dengan menggunakan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui yaitu angin. Sejarah turbin angin pertama kali digunakan untuk
pembangkit listrik, tetapi saat ini pembangkit listrik dari turbin angin dianggap
tidak ekonomis kecuali untuk negara berpenduduk jarang. Klasifikasi turbin angin
secara umum dibagi menjadi dua, yakni: turbin angina sumbu horizontal dan tubin
angina sumbu vertical. Sedangkan berdasarkan gaya aerodinamis pada rotor dibagi
dua, yakni: rotor lift dengan memanfaatkan gaya angkat atau gaya lift, dan rotor
drag yang memanfaatkan gaya tekan. Turbin TASH dibagi atas banyaknya sudu
memiliki empat jenis yaitu: satu sudu, dua sudu, tiga sudu, dan multi sudu.
Sedangkan konstruksi berdasarkan arah angina di bagi menjadi dua: turbin TASH
up win (melawan arah angina), dan turbin TASH down win (searah angina). Turbin
TASV dibagi menjadi 3 savonius, darieus, dan rotor H.
Prinsip kerja turbin angina pada intinya mengubah energi kinetik angina
menjadi energi mekanik pada poros turbin, ditransfer menjadi energi listrik oleh
generator. Instalasi pemasangan turbin angina ada 5, yakni: merencanakan turbin,
memasang poros dan jari-jari sumbu vertical, memasang magnet sumbu vertical,
menyelesaikan turbin, dan memasang komponen-komponen listrik pada turbin.
Ada beberapa teori dasar turbin angina yaitu sistem konversi energi, gaya aero
dinamis, mekanika fluida, desain aerofil. Efisiensi tubin di pengaruhi oleh kurva
koefisien daya (Cp). Besarnya (Cp) digunakan untuk menentukan daya angina.
Daya angina di pengaruhi oleh tinggi putaran poros dan besarnya torsi. Selain itu
dalam menentukan efisiensi juga menggitung BHP (Brake Hourse Power). BHP
merpakan daya hasil pembebanan yang dipengaruhi oleh beban generator,gear box,
bahkan pompa. Nilai BHP diperoleh dari nilai perbandingan daya generator dan
efisiensi generator. Kemudian nilai tersebut digunakan untuk menghitung torsi
turbin dan efisiensi turbin.
Perawatan turbin angin di perlukan pembaharuan di beberapa bagian, setiap
beberapa tahun kedepan. Pada perkembangan turbin saat ini, sistem pembangkit
listrik tenaga angina mendapat perhatian yang cukup besar sebagai sumber
alternatif yang bersih, aman, serta ramah lingkungan. Pada modifikasi turbin angina
ini ada beberapa modifikasi rotor atau sudu pada turbin angin tipe savonius, yakni:
rotor savonius dua bucket, rotor savonius multi bucket, dan rotor savonius rotor
helix. Kelebihan turbin angina yaitu emisi karbon dan ramah lingkungan,
kekurangan turbin angina yaitu: biaya terlalu mahal, lahan yang diperlukan harus
sangat luas, dan susah untuk mendapatkan hembusan angin yang diperlukan.
Aplikasi turbin angin yang paling umum untuk era sekarang adalah sebagai sistem
pembangkit tenaga listrik.
DAFTAR RUJUKAN
Dewi, Marizka Lustia. 2010. Analisis Kinerja Turbin Angin Poros Vertikal Dengan
Modifikasi Rotor Savonius L Untuk Optimasi Kinerja Turbin, (Online),
(http://eprints.uns.ac.id/8109/1/144401308201009461.pdf, diakses 1
November 2016).
Isdiyarto, dkk. 2014. Model Pembangkit Listrik Tenaga Angin Dan Surya Skala
Kecil Untuk Daerah Perbukitan, (Online), (journal.unnes.ac.id Home Vol
12, No 1 (2014), diakses pada 2 November 2016).
Putranto, Adityo dkk. 2011. Rancang Bangun Turbin Angin Vertikal Untuk
Penerangan Rumah Tangga, (Online),
(http://eprints.undip.ac.id/34839/1/Rancang_Bangun_Turbin_Angin_Vertikal
_unt_RT.pdf, diakses 1 November 2016).
Romadoni, Lugi. 2013. Pembangkit Listrik Tenaga Angin, (Online),
(http://lugiromadoni.blogspot.co.id/, diakses pada 2 November 2016).
Suseno, Michael. 2011. Turbin Angin, (Online), (http://michael-
suseno.blogspot.co.id/2011/09/turbin-angin.html, diakses pada 2 November
2016).
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39452/4/Chapter%20II.pdf.
http://eprints.undip.ac.id/41638/16/BAB_II.pdf.
https://tekno.tempo.co/read/news/2016/02/17/061745753/bagaimana-potensi-
pengembangan-turbin-angin-di-indonesia.
http://www2.esdm.go.id/berita/energi-baru-dan-terbarukan/323-energi-baru-dan-
terbarukan/8336-pltb-70-mw-akan-segera-dibangun-di-sidrap.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Turbin_angin.
http://www.indoenergi.com/2012/06/pengetahuan-dasar-mengenai-turbin-
angin.html.
http://whypgen-bppt.com/id/teknologi-whypgen/item/757-bagian-bagian-turbin-
angin.html.
http://centurionenergy.net/wind-turbine-history.
http://id.wikihow.com/Membangun-Turbin-Angin.
https://konversi.wordpress.com/category/green-energy/wind-energy/benergi.com.
http://benergi.com/manfaat-kincir-angin-dalam-kehidupan-sehari-hari.
LAMPIRAN
SOAL-SOAL
Essay
1. Menurut arah sumbu rotasinya, turbin angina dibedakan menjadi 2 bagian,
yaitu turbin angina sumbu vertikal (TASV) dan turbin angina sumbu
horizontal (TASH). Jelaskan!
Jawab:
Turbin angina sumbu vertikal (TASV) atau Vertical Axis Wind Turbine
(VAWT), memiliki poros atau sumbu rotor utama yang tegak lurus.
kelebihan utama poros tegak adalah turbin tidak harus diarahkan ke angina.
Kelebihan ini sangat berguna di tempat-tempat yang arah anginnya sangat
bervariasi. VAWT mampu memperdayagunakan angina dari berbagai arah.
Turbin angina sumbu horizontal (TASH) atau Horizontal Axis Wind Turbin
(HAWT), disebut juga tipe propeller (seperti baling-baling). Memiliki poros
rotor utama dan generator listrik di puncak menara. Turbin angina ini harus
di arahkan sesuai dengan arah angina yang paling tinggi kecepatannya,
sehingga pada umumnya menggunakan sebuah sensor angina yang di
gandengkan ke sebuah servo motor atau YAW.
2. Efisien turbin pada dasarnya ditunjukkan oleh kurva koefisien Cp yang
besarnya oleh Betz hanya dibatasi pada 59%. Jelaskan!
Jawab:
Efisiensi turbin juga didasarkan pada daya turbin. Daya turbin tidak mampu
berdiri sendiri dalam perhitungan dasarnya. Hal ini dikarenakan turbin
memiliki beberapa macam bentuk sudu. Oleh karena itu, Betz memberikan
kurva koefisien Cp yang sebenarnya merupakan faktor daya. Pada kurva
tersebut faktor daya pada setiap jenis turbin berbeda. Besarnya Cp
berdasarkan perbandingan daya turbin dan daya angin. Namun, Betz hanya
membatasi pada nilai 59%, dikarenakan meski asumsi ideal tetap
dipertahankan dalam arti aliran dianggap tanpa gesekan dan daya keluaran
dihitung tanpa mempertimbangkan jenis turbin, maka daya maksimum yang
dapat diperoleh dari energi angin hanya sebatas 0,593 (59,3%) saja.
3. Jika angin berhembus pada kecepatan 36 km/jam melewati sudu turbin yang
memiliki luas area 20 m2 daya angin yang dihasilkan sebesar 90 kW.
Tentukan kerapatan angin dan faktor daya jika diketahui daya turbin
sebesar 40,5 kW!
Diketahui : v = 36 km/ jam
= 36000 m/ 3600 s
= 10 m/s
A = 20 m2
Pw = 90 kW
PT = 40,5 kW
Ditanyakan : Besarnya dan Cp?
Jawab
1 2
a. = 2 3 ---- = 3
2
=
3
2.90000
=
20.103
=9 3
b. =
40,5
=
90
40,5
=
90
= 0,45 100% = 45 %