PENDAHULUAN
BAB III
Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan
bahasa dan bicara.Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis
media yang berulang, sindrom William (fasies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung,
langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain. Gangguan oromotor dapat
diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan
mengulang suku kata pa, ta, pata, pataka.
Pemeriksaan klinis fungsi bahasa meliputi:
1. Kelancaran berbicara apakah pasien dapat mengeluarkan frase atau kalimat dengan
panjang dan normal secara spontan? Jika bicaranya tidak lancar, maka tata bahasa (sintaks)
umumnya juga abnormal.
2. Pengertian/komprehensif sejumlah benda dijajarkan didepan pasien, dan pasien
diperintah menunjuk benda yang disebutkan oleh pemeriksa, misalnya pulpen, jam tangan,
kunci, apakah pasien mampu melakukannya? Apakah pasien dapat mengerjakan perintah
yang lebih kompleks?
3. Repetisi apakah pasien dapat mengulangi kata-kata tunggal atau seluruh kalimat seperti
jika tidak, dan, atau tetapi?
4. Menyebutkan nama misalnya nama benda sehari-hari, seperti jam tangan, pulpen, dan
benda-benda yang kurang familiar pena, gesper, kumparan (kegagalan dalam menyebutkan
nama suatu benda/anomia terjadi pada pasien-pasien disfasia pada tingkat keparahan yang
berbeda).
5. Apakah klien sering menghilangkan bunyi dari suatu kata
6. Perhatikan riwayat penyakit yang berhubungan dengan gangguan fungsi SSP seperti
infeksi antenatal ( Rubella Syndrome ), perinatal ( Trauma persalinan ), post natal (infeksi
otak, trauma kepala, tumor intra cranial, konduksi elektrik otak).
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak yang mengalami gangguan bicara
meliputi :
1. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kerusakan fungsi alat-alat artikulasi.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran.
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak berkomunikasi
4. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kecemasan.
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan pada otak hemisfer kiri.
2.3 Rencana Keperawatan
1. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kerusakan fungsi alat-alat artikulasi.
a) Intervensi : Stimulasi bahasa dan latihan bicara tetap dilakukan sesuai dengan
perkembangan mentak anak.
Rasional : Untuk menghindari keterlambatan perkembangan mental, bahasa maupun bicara
ketika alat artikulasi sudah bisa diperbaiki.
b) Intervensi : Kolaborasi dengan ahli bedah untuk perbaikan alat-alatartikulasi.
Rasional : Perbaiki alat-alat artikulasi hanya bisa dilakukan secara optimal dengan
pembedahan.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran.
a) Intervensi : Lakukan latihan komunikasi, dan stimulasi dini dengan benda- benda atau
dengan menggunakan bahasa isyarat serta biasakan anak melihat artukulasi orang tua dalam
berbicara.
Rasional : Agar stimulasi tetap diterima anak sesuai dengan perkembangan mental anak
yang didasarkan atas kemampuan penerimaan anak terhadap informasi yang diberikan.
b) Intervensi : Perhatikan kebersihan telinga anak
Rasional : Gangguan pendengaran sering disebabkan oleh adanya hambatan pendengaran
akibat adanya kotoran telinga.
c) Intervensi : Kolaborasi dengan rehabilitasi untuk penggunaan alat bantu dengar.
Rasional : Alat bantu dengar diharapkan mampu mengatasi hambatan pendengaran pada
telinga anak.
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak berkomunikasi
a) Intervensi : Gali Kebiasaan komunikasi dan stimulasi orang tua terhadap anak.
Rasional : Menggali efektifitas dan kemampuan serta usaha yang telah dilakukan oleh
orang tua. Menghindari overlapping tindakan yang berakibat orang tua menjadi bosan.
b) Intervensi : Berikan penjelasan tentang kondisi anaknya secara jelas, serta kemungkinan
penanganan lanjutan, prognosa serta lamanya tindakan.
Rasional : Pengikutsertaan keluarga dalam perawatan anak secara langsung akan mampu
mengurangi tingkat kecemasan orang tua terhadap anaknya.
4. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kecemasan
a) Intervensi : Hindari bicara pada saat kondisi bising
Rasional : Komunikasi tidak efektif sehingga anak menjadi irritable
b) Intervensi : Lakukan komunikasi dengan posisi lawan bicara setinggi badan anak
Rasional : Meningkatkan pandangan mata dan efektifitas komunikasi sehingga anak merasa
lebih nyaman
c) Intervensi : Lakukan latihan bicara sambil bermain dengan mainan kesukaan anak
Rasional : Anak lebih tertarik dan tidak lekas bosan
Gangguan bahasa
(eksprektif, reseptik )
Gangguan bicara :
Gangguan komunikasi
2. DS : Gangguan komunikasi
Lingkungan , kerusakan
Ibu klien mengatakan otak , emosi verbal : gangguan
klien sulit mendengar pendengaran
DO:
Masalah pendengaran :
Klien tampak sulit
- kongenital ; - di dapat
mengerti ktika orang
berbicara
Gangguan bahasa
Ketika berbicara harus
(eksprektif, reseptik )
dgn suara keras
Gangguan bicara :
- Gangguan komunikasi
verbal
- Gangguan interaksi sosial
Stresstor meningkat
Ansietas
4. DS : - Gangguan peredaran
Trombus, emboli
DO : darah otak : hemiferisis
cerebral
-klien kehilangan kiri
kemampuan bicara (pelo)
Sumbatan dan aliran O2
Gangguan perfusi
jaringan
Disartria
Gangguan komunikasi
verbal
DIAGNOSA PERENCANAAN
NO KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
BERDASARKAN
PRIORITAS
MASALAH
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
Menurut kelompok kami distartria merupakan gangguan bicara pada anak sampai
dewasa . di karenakan faktor lingkungan keluarga, kerusakan kongenital dan emosi yang
dapat meneybabkan penyakit ini hadir . selain dapat berbicara terpenggal-penggal atau pelo
juga bisa terjadi kehilangan pendengaran akibat nervus 8 gangguan pendengaran akibat
hemifarisis kiri .
DAFTAR PUSTAKA