Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang masalah


Disartria adalah gangguan bicara yang diakibatkan cidera neuromuscular, gangguan
bicara ini diakibatkan luka pada system saraf, yang pada gilirannya mempengaruhi bekerja
baiknya satu atau beberapa otot yang diperlukan untuk berbicara.
Disartria dapat juga disebabkan oleh penyakit serebellum, karena kehilangan koordinasi
yang menyebabkan bicara pelo dan sering berbicara eksplosif, atau bicaranya dengan kalimat
kalimat terpenggal penggal yang disebut scanning speech.
Disartria adalah suatu jenis kelainan bicara khususnya pada kelainan artikulasi yang
berdampak pada kejelasan produksi bunyi bicara, pada umumnya dikarenakan adanya
gangguan atau kelainan pada susunan saraf pusat, dan biasanya berdampak pula pada gerakan
-gerakan motorik ( motorik kasar ataupun halus ) sesuai dengan tingkat atau derajat
keparahan/kerusakan yang terjadi.
1.2 Tujuan penulisan:
a. Tujuan umum : untuk mengetahui gangguan pendengaran yang di sertai gangguan
bicara
b. Tujuan khusus : agar mahasiswa mdapat menambah wawasan terhadap gangguan
pendengaran disartria (penyakit kongenital atau di dapat )
1.3 Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN : yang terdiri dari Latarbelakang ; Tujuan (tujuan umum & tujuan
khusus ) ; sistematika penulisan ;metode penulisan
BAB II PEMBAHASAN : yang terdiri dari , definisi ; Etiologi ; Patofisologi ; Maniefestasi
klinis ; pemeriksaan diagnostik ; komplikasi & penatalaksanaan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN : yang terdiri dari ,pengkajian ; Analisa data ;
diagnosa utama berdasarkan prioritas ; perencanaan tindakan keperawaran
BAB IV PENUTUP : yang terdiri dari kesimpulan dan saran
1.4 METODE PENULISAN
Dalam metode ini penulis menggunakan metode kepustakaan yaitu.dengan mempelajari
dan membawa buku-buku ilmiah sebagai sumber makalah khususnya yang berhubungan
dengan Asuhan keperawatan dengan Gangguan Pendengaran : Disartria .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Disartria adalah gangguan bicara yang diakibatkan cidera neuromuscular, gangguan
bicara ini diakibatkan luka pada system saraf, yang pada gilirannya mempengaruhi bekerja
baiknya satu atau beberapa otot yang diperlukan untuk berbicara. (Rheni Dharma Perwira,
2000. 5.)
Disartria adalah gangguan artikulasi yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf pusat
yang secara langsung mengontrol aktivitas otot-otot yang berperan dalam proses artikulasi
dalam pembentukan suara pengucapan.
Disartria adalah suatu jenis kelainan bicara khususnya pada kelainan artikulasi yang
berdampak pada kejelasan produksi bunyi bicara, pada umumnya dikarenakan adanya
gangguan atau kelainan pada susunan saraf pusat, dan biasanya berdampak pula pada gerakan
-gerakan motorik ( motorik kasar ataupun halus ) sesuai dengan tingkat atau derajat
keparahan/kerusakan yang terjadi.
2.2 Etiologi
Disartia dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1. Disartria dapat juga disebabkan oleh penyakit serebellum, karena kehilangan
koordinasi yang menyebabkan bicara pelo dan sering berbicara eksplosif, atau bicaranya
dengan kalimat kalimat terpenggal penggal yang disebut scanning speech.
2. Kerusakan otak (Kelainan neuromuscular, Kelainan sensorimotor, Palsi serebral,
Kelainan persepsi)
3. Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) (Cerebrovascular accident (CVA) ) (stroke)
Karena trombosis, emboli atau pendarahan, saluran darah ke sebagian otak terhambat.
4. Gangguan Biokimia
Pembuatan neurotransmitor tidak cukup atau neutransmitor terlalu cepat dihanyutkan
sehingga penyampaian rangsangan terganggu. Penyakit Myasthenia gravis misalnya
diakibatkan diakibatkan kurangnya asetikolin sehingga otot-otot cepat capai. Penyakit
Parkinson disebabkan kekurangan produksi dopamine.
5. Trauma
Karena jatuh, pukulan atau luka sebagian dari sistem saraf rusak.
6. Neoplasma (tumor)
Sebuah tumor ini membuat tekanan pada sebagian sistem saraf.
7. Keracunan
Keracunan dapat disebabkan racun, alkohol (penyakit Korsakow) atau obat.
8. Radang
Radang di otak (ensefalitis), di saraf (neuritis) atau di otot (miositis).
9. Sistem saraf diserang virus (misalnya poliomyelitis) atau prion (penyakit Creutzfeldt-
Jacob)
10. Degenerasi progresif
Semakin banyak bagian sistem saraf terkena. Penyebab bisa keturunan, seperti misalnya
distrofia otot keturunan, penyakit Huntington atau penyakit Wilson. Pada penyakit Wilson
terdapat kekurangan putih telur pengikat tembaga, yang mengakibatkan tembaga terendap di
striatum dan di hati. Pada penyakit Multiple Sclerose, oleh karena reaksi oto-imun, terjadi
peningkatan demielinisasi (pemecahan lapis pelindung mielin akson).
11. Kelainan Kongenital
Sejak kelahiran sedah terdapat kerusakan di sistem saraf sentral, yang menyebabkan
bicara tidak berkembang dengan baik. (Reni Dharma Perwira-Prins, 2000. 13.)
12. Faktor Lingkungan
a. Sosial Ekonomi Rendah
Seseorang dengan keluarga social ekonmi rendah akan mengalami keterlambatan dalam
berbahasa karena fasilitas berbahasa dan pendidikan yang rendah pula dari orang tua.
b. Faktor Psikososial
Antara lain, stimulasi motivasi belajar, kualitas interaksi anak dan orang tua.
c. Faktor Keluarga dan Adat Iatiadat
Antara lain, pekerjaan keluarga, pendidikan, jumlah saudara, jenis kelamin, stabilitas
rumah tangga, kepribadian orang tua, adat istiadat.
2.3 Faktor resiko
1. Periodi kehamilan
. Infeksi selama persalinan terutama infeksi virus TORCH (Toxoplasma,
Rubela, Citomegalovirus, herpes atau hepatitis).
b. Peradarahan selama kehamilan
Perdarahan selama kehamilan paling sering disebabkan karena placental complications,
diantaranya placenta previa, abruptio placentae, vasa previa, circumvallate placenta, and
rupture of the marginal sinus. Kondisi tersebut mengakibatkan gangguan transportasi oksigen
dan nutrisi ke bayi yang mengakibatkan gangguan pada otak janin.
Perdarahan awal kehamilan juga berhubungan dengan kelahiran prematur dan bayi lahir
berat rendah. Prematur dan berat bayi lahior rendah juga merupakan resiko tinggi terjadinya
autism

c. Obat-obatan yang diminum selama kehamilan terutama trimester pertama.


Pemberian obat Thaliodomide pada awal kehamilan dapat mengganggu pembentukan
sistem susunan saraf pusat yang mengakibatkan autism
d. Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi, yaitu kondisi alergi pada janin yang diakibatkan
masuknya bahan penyebab alergi melalui ibu. Adanya Gerakan bayi gerakan refluks
oesefagial (hiccupps/cegukan) yang berlebihan sejak dalam kandungan terutama terjadi
malam hari. Diduga dalam kedaaan tersebut bayi terpengaruh pencernaan dan aktifitasnya
oleh penyebab tertentu termasuk alergi ataupun bahan-bahan toksik lainnya selama
kehamilan.
2. Periode persalinan
Persalinan adalah periode yang paling menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya.
Beberapa komplikasi yang timbul selama periode ini sangat menentukan kondisi bayi yang
akan dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan maka yang paling berbahaya adalah
hambatan aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh bayi termasuk otak. Organ otak
adalah organ yang paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini, kalau otak terganggu maka
sangat mempengaruhi kualitas hidup anak baik dalam perkembangan dan perilaku anak
nantinya
Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan bicara dan
bahasa adalah :
a. Pemotongan tali pusat terlalu cepat
b. Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah < 6 )
c. Komplikasi selama persalinan
d. Lamanya persalinan
e. letak presentasi bayi saat lahir
f. Berat lahir rendah ( < 2500 gram)
g. Prematur
3. Periode usia bayi
Dalam kehidupan awal di usia bayi, beberapa kondisi awal atau gangguan yang terjadi
dapat mengakibatkan gangguan pada optak yang akhirnya dapat beresiko untuk terjadinya
gangguan autism dan gangguan wicara.
Kondisi atau gangguan yang beresiko untuk terjadinya gangguan bicara dan bahasa
adalah sebagai berikut :
a. Infeksi berat saat bayi, seperti sepsis, meningitis dan sebagainya
b. Riwayat pemberian obat-obatan tertentu yang mengganggu persarafan telinga.
c. Kegagalan kenaikan berat badan
d. Kelainan bawaan : kelainan jantung bawaan, kelainan genetik, kelainan metabolik.
e. Gangguan neurologi atau saraf : trauma kepala, kejang, otot atipikal, kelemahan otot dan
sebagainya.
f. Lingkungan 2 bahasa
g. Lingkungan keluarga yang tidak harmonis, penuh pertentangan, permusuhan, emosi dan
kekerasan serta minimal dalam sentuhan kasih sayang dan kekeluargaan
.h. Lingkungan yang sepi
i. Riwayat keterlambatan bicara pada keluarga.
2.3 Patofisiologi
Gangguan artikulasi (disatria) Untuk dapat mengucapkan kata-kata sebaiknya, sehingga
bahasa yang didengar dapat ditangkap dengan jelas dan tiap suku kata dapat mendengar
secara terperinci, maka mulut, lidah, bibir, plataum mol dan pita suaraserta otot-otot
pernafasan harus melakukan gerakan tangkas , timbulah cara berbahasa (verbal) yang kurang
jelas. Pada pidato ada kata-kata yang seolah-olah ditelan terutama pada akhir kalimat . Gejala
ini biasanya disebabkan oleh karena integrasi gerakan otot-otot pernafasan di dalam
mekanisme mengeluarkan kata-kata dalam kalimat tidak sempurna. Ada Kalanya lidah atau
mulut sakit karena adanya stomatitis sehingga sehingga lidah dan mulut tidak dapat ditutup
sebaik-baiknya. Juga dalam hal ini kata-kata tidak dapat diucapkan sejelas-jelasnya. Soal
pengucapan kata-kata secara jelas dan tegas dinamakan artikulasi. Gangguan artikulasi
dinamakan disatria.
Pada disatria hanya cara mengucapkannya saja yang terganggu tetapi tata bahasanya
baik. Pada lesi UMN unilateral,sebagi gejala bagian dari hemiparesis, dijumpai disatria yang
ringan sekali. Dalam hal ini terbatasnya kebebasan lidah untuk bergerak kesatu sisi
merupakan sebab dari gangguan artikulasi. Disatria UMN yang berat timbul akibat lesi UMN
bilateral. Seperti pada paralisis pseudobulbaris, disitu lidah sukar dikeluarkan dan umumnya
kaku untuk digerakan keseluruh arah. Orang awam berpendapat lidahnya menjadi pendek .
Lesi UMN lain yang bias menimbulkan disatria terletak dijaras-jaras yang menghantarkan
implus koordinatif yang bersumber pada serebelum, atau yang menyalurkan implus dari
ganglia basalis, pada disatri sereberal, kerja sama gerak antara otot lidah,bibir,pita suara dan
otot-otot yang membuka dan menutup mulut bersimpang siur, sehingga kelancaran dan
konyinuitas kalimat yang diucapkan sangat terganggu, Cara berbahasa penyakit serebelum
disebut ekplosif, karena kata-kata yang diucapkan terputus-putus dengan nada yang
berdentam. Disatria yang dijumpai pada penyakit Parkinson, disebabkan oleh karena gerakan
otot yang lamban dan kaku. Sehingga cara berbahasanya lambat dan kaku. Sehingga cara
berbahasanya lambat ,monoton, lemah, dan menggetar.
Pada disatria LMN akan terdengar berbagai macam disatria tergantung pada kelompok
otot yang terganggu. Pada penderita dengan paralisis bulbaris terutama lidah yang lumpuh
dan cara berbicara dengan lidah yang lumpuh dikenal sebagai pelo. Jika platum mole
lumpuh,disatria yang timbul bersifat sengau Hal ini sering dijumpai miestania gravis.
Penyakit-penyakit yang dapat membangkitkan disatria ialah polineuritis, difteria,
siringobulbia, distrofia muskulorum progresiva dan miatenia gravis.
Kelainan bawaan pada frenulum lingua bias menimbulkan disatria juga. Lfal S, T, L, R
dan N dapat diucapkan jika ujung lidah bebas untuk bergerak. Jika frenulum lingua mengikat
lidah sampai ujungnya juga, maka disatria timbul. Dengan jalan operasi, pada mana ujung
lidah dibebaskan dari frenulum itu, disatria akan hilang.
Nervus hipoglosus (XII), Nervus ini mempersarafi otot lidah. Lesi LMN akan
mengakibatkan atrofi unilateral atau bilateral dan fasikulasi, yang paling baik dinilai saat
lidah berada didasr mulut dalam keadaan istirahat. Saat menjulurkan lidah, kelemahan
unilateral mengakibatkan deviasi lidah kearah lesi. Gerakan lidah ke sisi kiri-kanan dapat
terganggu dan menjadi lambat pada atrofi dan kelemahan bilateral, tetapi hal ini lebih sering
merupakan tanda kerusakan UMN bilateral (kortikobulbar).
Disartria Artikulasi atau berbicara harus dibedakan dari fungsi berbahaya yang lebih
tinggi dan gangguan-gangguannya disfasia. Artikulasi normal tergantung dari , koordinasi
laring, faring, lidah, bibir, dan respirasi oleh jaras kortikobulbar, bulbar, serebelar, dan
ekstrapiramidal.
Selain menilai percakapan pasien, harus dilakukan tes mengulang frase-frase yang agak
sulit (Inggris: baby hippopotamus, West Register Street, British Constitution).Lesi pada
bagian spesifik yang mengontrol jaras saraf dapat menyebabkan abnormalitas yang khas
seperti:
Paralisis palatum bicara sengau (seperti bicara lewat hidung),
Lesi serebelum bicara tidak jelas, dengan pola stakato atau skrining ireguler,
Lesi ekstrapiramidal bicara dengan nada monoton dan lemah,
Kerusakan kortikobulbar bilateral bicara lambat, menggerutu, spastik.
WOC lingkungan,kerusakan,emosi:
1. masalahh pendengaran :kongenital,didapat
2. gangguang bahasa : ekspresif,reseptik
3. perkembangan terlambat
dari poin di atas akan menyebabkan gangguan bicara,gangguan bicara akan
menyebabkan :
1. keluarga : cemas,kurang pengetahuan,koping keluarga tdk efektif.
2. hubungan sosial : gangguan komunikasi verbal,gangguan bermain, isos,interaksi
sosial.
3. perkembangan akan menjadi intelegensia sehingga produktifitas akam menurun dan
menyebabkan resiko ketergantungan
2.4 Tanda Gejala
Karakteristik Disatria:
a. Ketidaktepatan artikulasi
b. Kekacauan wicara
c. Kekacauan fonem
d. Durasi vokal yang pendek
e. Perpanjangan pada fonem
f. Rata-rata bicara yang lambat
g. Cepat atau tersentak-tersentak
h. Ketidaktepatan penjedahan
i. Tidak dapat dipahami
j. Artikulasi buruk/tidak jelas
k. Susunan kata tidak tepat
l. Artikulasi lebih sedikit pada konteks bicara dibandingkan pada satu kata
m. Alat artikulasi yang kurang kuat dan kurang terkontrol
n. Satu nada, nada dan kenyaringan sering tidak terkontrol dan tidak jelas
o. Suara parau, kasar/keras, breathiness, dan hipernasalitas
p. Kehilangan pendengaran
q. Masalah pertumbuhan
2.5 Komplikasi
Disartria tidak memiliki komplikasi, melainkan disartria merupakan komplikasi dari
beberapa penyakit syaraf, diantaranya ; stroke, myasthenia gravis, parkinson.
2.6 Pemeriksaaan diagnostic
1. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)
merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang dihasilkan saraf
VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak) sebagai respon terhadap stimulus
auditorik.
2. Pemeriksaan audiometric
Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil dan untuk
anak-anak yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu.
Ada 4 kategori pengukuran dengan audiometri :
a. Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan dengan
melihat respon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Respon yang diberikan dapat berupa
menoleh ke arah sumber bunyi atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan di
ruangan yang tenang atau kedap suara dan menggunakan mainan yang berfrekuensi tinggi.
Penilaian dilakukan terhadap respon yang diperlihatkan anak.
b. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan sambil bermain,
misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada tempat tertentu bila dia
mendengar bunyi. Dapat dimulai pada usia 34 tahun bila anak cukup kooperatif.
c. Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam silabus dalam
daftar yang disebut : phonetically balance word LBT (PB List). Anak diminta untuk
mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini dilihat apakah
anak dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai
kemampuan anak dalam pembicaraan seharihari dan untuk menilai pemberian alat bantu
dengar (hearing aid).
d. Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus.
3. CT scan kepala
untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan gambaran area otak yang
abnormal.
4. Timpanometri
digunakan untuk mengukur kelenturan membrana timpani dan system osikular. Selain tes
audiometri, bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling dikenal yaitu skala Wechsler, yang
menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ verbal, IQ performance, dan IQ gabungan
5. EEG
6. EMG
2.7 Penatalaksanaan
1. Latihan bicara dengan baik.
2. Pada anak dapat dilakukan Logopedi (terapi bicara)

BAB III
Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan
bahasa dan bicara.Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis
media yang berulang, sindrom William (fasies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung,
langkah yang tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain. Gangguan oromotor dapat
diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan
mengulang suku kata pa, ta, pata, pataka.
Pemeriksaan klinis fungsi bahasa meliputi:
1. Kelancaran berbicara apakah pasien dapat mengeluarkan frase atau kalimat dengan
panjang dan normal secara spontan? Jika bicaranya tidak lancar, maka tata bahasa (sintaks)
umumnya juga abnormal.
2. Pengertian/komprehensif sejumlah benda dijajarkan didepan pasien, dan pasien
diperintah menunjuk benda yang disebutkan oleh pemeriksa, misalnya pulpen, jam tangan,
kunci, apakah pasien mampu melakukannya? Apakah pasien dapat mengerjakan perintah
yang lebih kompleks?
3. Repetisi apakah pasien dapat mengulangi kata-kata tunggal atau seluruh kalimat seperti
jika tidak, dan, atau tetapi?
4. Menyebutkan nama misalnya nama benda sehari-hari, seperti jam tangan, pulpen, dan
benda-benda yang kurang familiar pena, gesper, kumparan (kegagalan dalam menyebutkan
nama suatu benda/anomia terjadi pada pasien-pasien disfasia pada tingkat keparahan yang
berbeda).
5. Apakah klien sering menghilangkan bunyi dari suatu kata
6. Perhatikan riwayat penyakit yang berhubungan dengan gangguan fungsi SSP seperti
infeksi antenatal ( Rubella Syndrome ), perinatal ( Trauma persalinan ), post natal (infeksi
otak, trauma kepala, tumor intra cranial, konduksi elektrik otak).
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak yang mengalami gangguan bicara
meliputi :
1. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kerusakan fungsi alat-alat artikulasi.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran.
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak berkomunikasi
4. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kecemasan.
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan pada otak hemisfer kiri.
2.3 Rencana Keperawatan
1. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kerusakan fungsi alat-alat artikulasi.
a) Intervensi : Stimulasi bahasa dan latihan bicara tetap dilakukan sesuai dengan
perkembangan mentak anak.
Rasional : Untuk menghindari keterlambatan perkembangan mental, bahasa maupun bicara
ketika alat artikulasi sudah bisa diperbaiki.
b) Intervensi : Kolaborasi dengan ahli bedah untuk perbaikan alat-alatartikulasi.
Rasional : Perbaiki alat-alat artikulasi hanya bisa dilakukan secara optimal dengan
pembedahan.
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran.
a) Intervensi : Lakukan latihan komunikasi, dan stimulasi dini dengan benda- benda atau
dengan menggunakan bahasa isyarat serta biasakan anak melihat artukulasi orang tua dalam
berbicara.
Rasional : Agar stimulasi tetap diterima anak sesuai dengan perkembangan mental anak
yang didasarkan atas kemampuan penerimaan anak terhadap informasi yang diberikan.
b) Intervensi : Perhatikan kebersihan telinga anak
Rasional : Gangguan pendengaran sering disebabkan oleh adanya hambatan pendengaran
akibat adanya kotoran telinga.
c) Intervensi : Kolaborasi dengan rehabilitasi untuk penggunaan alat bantu dengar.
Rasional : Alat bantu dengar diharapkan mampu mengatasi hambatan pendengaran pada
telinga anak.
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak berkomunikasi
a) Intervensi : Gali Kebiasaan komunikasi dan stimulasi orang tua terhadap anak.
Rasional : Menggali efektifitas dan kemampuan serta usaha yang telah dilakukan oleh
orang tua. Menghindari overlapping tindakan yang berakibat orang tua menjadi bosan.
b) Intervensi : Berikan penjelasan tentang kondisi anaknya secara jelas, serta kemungkinan
penanganan lanjutan, prognosa serta lamanya tindakan.
Rasional : Pengikutsertaan keluarga dalam perawatan anak secara langsung akan mampu
mengurangi tingkat kecemasan orang tua terhadap anaknya.
4. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kecemasan
a) Intervensi : Hindari bicara pada saat kondisi bising
Rasional : Komunikasi tidak efektif sehingga anak menjadi irritable
b) Intervensi : Lakukan komunikasi dengan posisi lawan bicara setinggi badan anak
Rasional : Meningkatkan pandangan mata dan efektifitas komunikasi sehingga anak merasa
lebih nyaman
c) Intervensi : Lakukan latihan bicara sambil bermain dengan mainan kesukaan anak
Rasional : Anak lebih tertarik dan tidak lekas bosan

5. Gangguan peredaran darah otak b.d kerusakan hemifarisis


a) intervensi : kaji penyebab terjadinya cva (stroke)
rasional : untuk mengetahui penyebabnya
b ) Intervensi : kaji ttv klien
rasional : untuk mengetahui tensi darah klien hipo atau hiper

3.2 FORMAT ANALISA DATA


MASALAH YANG
DATA SENJANG ETIOLOGI / PENYEBAB MUNCUL
TERHADAP KDM
1. DS : Kerusakan otak : Gangguan komunikasi :
Ibu klien mengatakan (neuromuskuler,sensori kerusakan alat-alat vital
klien sulit bicara motorik,cerebral palsy,
DO : masalah persepsi)
Klien kesulitan berkecap

Gangguan bahasa
(eksprektif, reseptik )

Gangguan bicara :
Gangguan komunikasi
2. DS : Gangguan komunikasi
Lingkungan , kerusakan
Ibu klien mengatakan otak , emosi verbal : gangguan
klien sulit mendengar pendengaran
DO:
Masalah pendengaran :
Klien tampak sulit
- kongenital ; - di dapat
mengerti ktika orang
berbicara
Gangguan bahasa
Ketika berbicara harus
(eksprektif, reseptik )
dgn suara keras

Gangguan bicara :
- Gangguan komunikasi
verbal
- Gangguan interaksi sosial

3. DS : Ibu klien Kecemasan orang tua :


klien tidak bisa
mengatakan klien tidak Ansietas
melakukan komunikasi
bisa komunikasi
verbal
DO : - ibu klien cemas
- Kurang pengetahuan
Kurang pengethauan
- Koping tidak efektif
keluarga terhadap
penyakit klien

Koping keluarga tidak


efektif

Stresstor meningkat

Ansietas
4. DS : - Gangguan peredaran
Trombus, emboli
DO : darah otak : hemiferisis
cerebral
-klien kehilangan kiri
kemampuan bicara (pelo)
Sumbatan dan aliran O2

Infark jaringan cerebral

Gangguan perfusi
jaringan

Disartria
Gangguan komunikasi
verbal

3.3 Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas


Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak yang mengalami gangguan bicara
meliputi :
1. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kerusakan fungsi alat-alat artikulasi.
DS :Ibu klien mengatakan klien sulit bicara
DO :Klien kesulitan berbicara (terbata-bata)
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan pada otak hemisfer kiri.
DS : -
DO : -klien kehilangan kemampuan bicara (pelo)
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran.
DS :
Ibu klien mengatakan klien sulit mendengar
DO:
Klien tampak sulit mengerti ktika orang berbicara
Ketika berbicara harus dgn suara keras
4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak berkomunikasi
DS : Ibu klien mengatakan klien tidak bisa komunikasi
DO : - ibu klien cemas
Kurang pengetahuan
Koping tidak efektif

3.4 INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA PERENCANAAN

NO KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
BERDASARKAN
PRIORITAS
MASALAH

Gangguan Setelah di - Stimulasi -


bahasa Untuk menghindari
komunikasi b.d lakukan tindakan dan latihan bicara keterlambatan
kerusakan fungsi keperawatan tetap dilakukan perkembangan
alat-alat artikulasi, selama 1x24jam, sesuai dengan mental, bahasa
di tandai dg : di harapkan perkembangan maupun bicara ketika
DS :Ibu klien masalah teratasi mentak anak. alat artikulasi sudah
mengatakan klien dg kreiteria hasil : Kolaborasi dengan bisa diperbaiki.
1 sulit bicara - Artikulasi klien ahli bedah -
untuk
DO :Klien menjadi agak perbaikan alat-
kesulitan berbicara jelas alatartikulasi.
(terbata-bata) - Untuk
memperbaiki
kerusakan
artikulasi pd klien

Gangguan Setelah di - kaji penyebab - rasional : untuk


peredaran darah lakukan tindakan terjadinya cva mengetahui penyebab
otak b.d hemifarisis keperawatan (stroke) emboli ,trombosis
, yg ditandai dg : selama 1x24jam, - kaji ttv klien msk
DS : - di harapkan - untuk mengetahui
DO : -klien masalah teratasi tensi darah klien hipo
kehilangan dg krIteria hasil : atau hiper
kemampuan bicara- Mencegah
2
(pelo) terjadinya
trombosis,emboli
msk
- Ttv klien normal
atau stabil
- Mencegah
terjadinya stroke
berulang
Gangguan Setelah di Intervensi : - Agar stimulasi
komunikasi verbal lakukan tindakan Lakukan latihan tetap diterima anak
berhubungan keperawatan komunikasi, dan sesuai dengan
dengan gangguan selama 1x24jam, stimulasi dini perkembangan mental
pendengaran. Yang di harapkan dengan benda- benda anak yang didasarkan
di tandai dengan : masalah teratasi atau dengan atas kemampuan
DS : dg krIteria hasil : menggunakan penerimaan anak
Ibu klien - klien mampu bahasa isyarat serta terhadap informasi
mengatakan klien mengerti yang di biasakan anak yang diberikan.
sulit mendengar katakan orang melihat artukulasi Gangguan
3 DO: lain terhadapnya orang tua dalam pendengaran sering
Klien tampak sulit melalui bahasa berbicara. disebabkan oleh
mengerti ktika isyarat Perhatikan adanya hambatan
orang berbicara - klien telinganya kebersihan telinga pendengaran akibat

Ketika berbicara bersih tidak ada anak adanya kotoran

harus dgn suara serumen Kolaborasi dengan telinga.

keras - klien mampu rehabilitasi untuk Alat bantu dengar


mendengarkan penggunaan alat diharapkan mampu
bantu dengar. mengatasi hambatan
pendengaran pada
telinga anak.
Ansietas b.d Setelah di Gali Kebiasaan Menggali efektifitas
kecemasan orang lakukan tindakan komunikasi dan dan kemampuan serta
tua , yg di tandai keperawatan stimulasi orang tua usaha yang telah
dengan : selama 1x24jam, terhadap anak. dilakukan oleh orang
DS : Ibu klien di harapkan Berikan penjelasan tua. Menghindari
4 mengatakan klien masalah teratasi tentang kondisi overlapping tindakan
tidak bisa dg krIteria hasil : anaknya secara jelas, yang berakibat orang
komunikasi - Klien dan serta kemungkinan tua menjadi bosan.
DO : - ibu klien keluarga tidak penanganan lanjutan, Pengikutsertaan
cemas cemas lagi prognosa serta keluarga dalam
Kurang - Ibu klien lamanya tindakan. perawatan anak
pengetahuan mengerti tentang secara langsung akan
Koping tidak penyakit klien mampu mengurangi
efektif tingkat kecemasan
orang tua terhadap
anaknya.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
Menurut kelompok kami distartria merupakan gangguan bicara pada anak sampai
dewasa . di karenakan faktor lingkungan keluarga, kerusakan kongenital dan emosi yang
dapat meneybabkan penyakit ini hadir . selain dapat berbicara terpenggal-penggal atau pelo
juga bisa terjadi kehilangan pendengaran akibat nervus 8 gangguan pendengaran akibat
hemifarisis kiri .

DAFTAR PUSTAKA

Van Riper , Charles . Correction An Introduction to Speech pathology and Audiology.


Prentice- hall. 1984
Dharmaperwira, Reni. Disartria dan afasia verbal . Jakarta : Indomedika. 1985.
E. Weiss, Curtis. Clinical Management of Articulatory and Prognologic Disorder.
Baltimore : Library of congress Cataloging in Publication Data . 1985

Anda mungkin juga menyukai