Anda di halaman 1dari 10

Akhlak, Moral dan Etika

AKHLAK, MORAL, DAN ETIKA

Kelompok : 10
Nama Kelas : PAI 57
Dosen : Zainul Fannani, M.Ag

Disusun Oleh :
Qidam Wahyudi (130110101116) Fak.Sastra
Novia Dwi Anggraini (130803103018) Fak.Ekonomi
Geovani Ulul Albab (130210302040) Fak. FKIP (Sejarah)

Universitas Jember
Semester Gasal 2013 / 2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat
atau merasakan diri sendiriakan berhadapan dengan hal baik atau buruk. Hanya manusialah yang
mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan
pada perbuatannya itu, sebelum selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai
subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya
itu.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap Allah SWT adalah pangkalan
yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, moral maupun etika adalah pola tindakan yang
didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup beretika adalah jawaban yang tepat terhadap
kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak beretikasama dengan menentang kesadaran akhlak
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1) Apa pengertian akhlak, moral dan etika?
2) Apa saja karakteristik akhlak dalam islam?
3) Darimana saja sumber-sumber akhlak dalam islam?
4) Apa saja aktualisasi akhlak dalam islam?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengertian akhlak, moral dan etika.
2) Untuk mengetahui karakteristik akhlak dalam islam.
3) Untuk mengetahui sumber-sumber akhlak dalam islam.
4) Untuk mengetahui aktualisasi akhlak dalam islam.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akhlak, Moral dan Etika


Secara substansial akhlak, moral, dan etika adalah sama yakni ajaran tentang baik
buruknya perilaku manusia dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia, dan dengan alam
semesta. Yang membedakan satu dengan yang lainnya adalah dasar atau ukuran baik dan buruk
itu sendiri.
Akhlak adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang ukurannya adalah
wahyu Allah yang universal. Menurut ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran
terlebih dahulu. Sedangkan Al-Ghozali berpendapat bahwa akhlak adalah suatu sifat yang
tertanam dalam jiwa yang timbul akibat perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran.
Moral adalah segala tingkah laku manusia yang mencakup sikap baik dan buruk, dari
tingkah laku itu manusia yang menjadi ukurannya adalah tradisi yang berlaku di suatu
masyarakat. Sedangkan etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang menjadi
ukurannya adalah akal, karena etika merupakan bagian dari filsafat.
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu menilai perilaku
seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur kata dan
bertingkah laku. Akhlak, moral, dan etika masing-masing individu berbeda-beda, hal tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu.
Di era kemajuan IPTEK seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap perkembangan
akhlak, moral, dan etika seseorang. Kita amati perkembangan perilaku seseorang pada saat ini
sudah jauh dari ajaran Islam, sehingga banyak kejadian masyarakat saat ini yang cenderung
mengarah pada perilaku yang kurang baik.

Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji atu tercela
menyangkut perilaku manusia yang meliputi perkataan, pikiran dan perbuatan manusia lahir
batin. Akhlak secara substansial adalah sifat hati, bisa baik, bisa buruk, yang tercermin dalam
perilaku. Jika sifat hatinya baik maka yang muncul adalah perilaku baik dan jika sifat hatinya
buruk maka yang muncul adalah perilaku buruk.
Begitu pentingnya kedudukan akhlak dalam islam sehingga Al-Quran tidak hanya
memuat ayat-ayat tentang akhlak secara spesifik, melainkan selalu mengaitkan ayat-ayat yang
berbicara tentang hukum dengan masalah akhlak pada ujung ayat. Ayat-ayat yang berbicara
tentang shalat, puasa, haji, zakat dan muamalah selalu dikaitkan dan diakhiri dengan pesan-pesan
perbaikan akhlak.
Untuk lebih jelasnya mengenai perngertian akhlak, moral dan etika akan diuraikan
dibawah ini:
2.1.1 Akhlak
Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang kata asalnyakhuluqunyang berarti:
perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, atau ciptaan. Jadi secara
etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat[1].
Karenanya akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai
yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah
mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik.
Dari segi sifatnya, akhlak dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak yang baik,
atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah; dan kedua, akhlak yang
buruk atau akhlak madzmumah.
Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan
seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji
pula.
Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta kepada rasul,
taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu, taat dan patuh kepada Rasulullah,
bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas segala musibah dan cobaan, ikhlas karena
Allah, jujur, menepati janji, qanaah, khusyu dalam beribadah kepada Allah, mampu
mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai orang lain, menghormati orang lain, sopan santun,
suka bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin belajar dan bekerja, hidup bersih,
menyayangi binatang, dan menjaga kelestarian alam.
Akhlak Madzmumah
Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang
merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan
akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki,
bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qatiurrahim, ujub,
mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Akhlak mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan
akhlak madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah berfirman dalam surat At-Tin
ayat 4-6.Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
Kecuali yang beriman dan beramal shalih, mereka mendapat pahala yang tidak ada putusnya.
Akhlak atau sistem perilaku dapat dididikkan atau diteruskan melalui sekurang-kurangnya
dua pendekatan:
1. Rangsangan jawaban (stimulus-response) atau yang disebut proses mengkondisi sehingga
terjadi automatisasi dan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. melalui latihan
b. melalui tanya jawab
c. melalui mencontoh
2. Kognitif yaitu penyampaian informasi secara teoritis yang dapat dilakukan antara lain sebagai
berikut:
a. melalui dawah
b. melalui ceramah
c. melalui diskusi, dan lain-lain
Setelah pola perilaku terberntuk maka sebagai kelanjutannya akan lahir hasil-hasil dari
pola perilaku tersebut yang berbentuk material (artifacts) maupun non-material (konsepsi, idea).
Jadi akhlak yang baik itu (Akhlaqul Karimah) ialah pola perilaku yang dilandaskan pada nilai-
nilai Iman, Islam dan Ihsan.Ihsan yang berarti berbuat baik. Orang yang ihsan disebut muhsin
berarti orang yang berbuat baik. Setiap perbuatan baik yang nampak pada sikap jiwa dan perilaku
yang sesuai atau dilandaskan kepada aqidah dan syariah Islam disebut Ihsan. Dengan demikian
akhlak dan ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut
akhlaqul karimah. Dengan kata lain, akhlak adalah pranata perilaku yang mencerminkan struktur
dan pola perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan.
2.1.2 Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin mos (bentuk jamaknya yaitu mores) yang berarti
adat dan cara hidup atau tata cara kehidupan.[2] Mores dalam bahasa inggris adalah morality
yang berarti moralitas. Sedang pengertian moralitas berhubungan dengan keadaan nilai nilai
moral yang berlaku dalam suatu kelompok sosial atau masyarakat. Jadi, suatu tingkah laku akan
dikatakan bermoral apabila tingkah laku tersebut sesuai dengan nilai nilai moral yang berlaku
dalam kelompok sosial dimana dia hidup. Nilai nilai moral ini tidak sama pada semua
masyarakat, karena pada umumnya nilai nilai moral itu dipengaruhi oleh kebudayaan dari
kelompok atau masyarakat itu sendiri. Apa yang dianggap baik oleh suatu kelompok atau
masyarakat belum tentu dianggap baik pula oleh kelompok atau masyarakat lainnya, dan
begitupun sebalik nya.
Di dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila. Adapun yang
dimaksud dengan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang diterimaoleh kalangan umum tentang
tindakan manusia, yaitu berkaitan dengan makna yang baik dan wajar.Dengan kata lain, moral
adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran-ukuran tindakan yang diterima oleh
masyarakat sekitar, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Kata moral selalu mengacu
pada baik dan buruknya perbuatan manusia.
2.1.3 Etika
Menelusuri asal usul kata etika, maka tak lepas dari kata aslinya, ethos berasal
daribahasa Yunani yang berartikebiasaan atau karakter.[3] Artinya etika adalah sebuah pranata
perilaku seseorang atau sekelompok orang, yang tersusun daripada suatu sistem nilai atau norma
yang diambil daripada (digenerisasikan dari) gejala-gejala alamiah masyarakat kelompok
tersebut. Sifat baik yang terdapat pada pranata ini adalah merupakan persetujuan sementara dari
kelompok yang menggunakan pranata perilaku tersebut.Dengan perkataan lain nilai moral yang
merupakan nilai etika tersebut bersifat berubah-ubah sesuai dengan persetujuan dan perumusan
diskriptif daripada nilai-nilai dasar yang dipandang sebagai nilai alamaiah (universal).
Oleh karena itu dalam masyarakat yang menggunakan sistem etika ini, pada suatu waktu
tertentu akan membenarkan pelaksanaan suatu nilai tata cara hidup tertentu yang pada waktu dan
tempat lain tidak dibenarkan umpamanya hidup bersama pada masyarakat bebas seperti di
dunia Barat yang menurut tata nilai akhlaqul karimah, hal itu tidak bisa dibenarkan.
Jelas nampak kepada kita bahwa sistem etika, dapat bersifat bebas nilai khususnya nilai sakral
dan oleh karena itu sistem etika seperti ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan hablum
minallah. Ukuran baik dan buruk dalam sistem etika ini, subyektif bergantung kepada pengaruh
yang kuat dari pemikir-pemikir yang sangat heterogen.
Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran moral yang memuat keyakinan benar dan
tidak sesuatu. Perasaan yang muncul bahwaia akan salah bila melakukan sesuatu yang
diyakininya tidak benar berangkat dari norma-norma moral dan perasaan self-respect
(menghargai diri) bila ia meninggalkannya. Tindakan yang diambil olehnya harus ia
pertanggungjawabkan pada diri sendiri. Begitu juha dengan sikapnya terhadap orang lain bila
pekerjaan tersebut mengganggu atau sebaliknya mendapatkan pujian.
Secara terminologis arti kata etika sangat dekat pengertiannya dengan istilah Al-
Quran al-khuluq(budi pekerti). Untuk mendeskripsikan konsep kebajikan, Al-Quran
menggunakan sejumlah terminologi sebgai berikut:khair, bir, qist, adl, haqq,
maruf, dan taqwa.[4]
2.1.4 Persamaan antara akhlak, moral dan etika
Untuk lebih mudah dalam memahami persamaan antara akhlak, moral, etika dan budi
pekerti terlebih dahulu kita lihat definisi darimasing-masing tersebut. Akhlak, menurut Ibnu
Maskawih adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tanpa melalui pertimbangan (sebelumnya). Akhlak merupakan salah satu aspek ajaran Islam
disamping aqidah, ibadah, dan muamalah. Akhlak menyangkut sikap dan tingkah laku seseorang
muslim terhadap Tuhannya, sesama manusia dan alam.
Moral dapat diartikan dengan baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban dan sebagainya. Bermoral berarti mempunyai pertimbangan baik buruk, berakhlak
baik.
Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Etika
juga bisa dimaknai dengan : (1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak), (2) Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak, (3) Nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan / masyarakat. Budi pekerti, berarti tingkah
laku, perangai, akhlak, watak.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persamaan antara akhlak, moral
dan etika adalah sebagai berikut:
a. Objek pembahasannya adalah tingkah laku, perbuatan, maupun perilaku.
b. Perilaku yang dibahas adalah perilaku seseorang yang baik maupun yang buruk.

2.1.5 Perbedaan antara akhlak, moral, dan etika


Perbedaaan antara etika, moral, dan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan
patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan
pendapat akal pikiran, dan pada moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat,
maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah al-quran dan
al-hadis.
Perbedaan lain antara etika dan moral terlihat pula pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral lebih banyak bersifat
praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila
bersifat local dan individual.
Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral menyatakan ukuran tersebut dalam
bentuk perbuatan.
2.1.6 Pentingnya Akhlak
Pentingnya akhlak secara substansinya tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat
melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah
menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini
berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar,
hilang ingatan, tidur, atau gila.
3. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya,
tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas
dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang
membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-main
atau karena bersandiwara.
Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji
orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.
Pentingnya akhlak juga termuat dalam Al-Quran:
Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari
orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat maruf, atau mengadakan
perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan
Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. An-nisa: 114).
Selain dalam Al-Quran juga terdapat dalam sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya
Sesungguhnya aku Muhammad s.a.w. tidak diutus melainkan untuk menyempurnakan
kemuliaan akhlak.
2.2 Karakteristik Akhlak dalam Islam
Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran
Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal
menempati posisi sebagai sifat. Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan
dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam.
Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal.
Namun dalam rangka menjabarkan akhlak islami yang universal ini diperlukan bantuan
pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-
nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai bersifat lokal dan temporal
sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Namun demikian, perlu dipertegas disini,
bahwa akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral, walaupun
etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama
(akhlak Islami). Hal yang demikian disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara
sesama manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika
digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan
sepenuhnya oleh etika atau moral.
Akhlak Islam mempunyai ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang membedakan dengan
akhlak wadiyah (ciptaan manusia).
Ciri-ciri atau karakteristik akhlak dalam Islam adalah sebagai berikut:
1. Kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyyah al-mualaqah), yaitu kebaikan yang terkandung
dalam akhlak islammerupakan kebaikan murni, baik untuk individu maupun untuk masyarakat, di
dalam lingkungan, keadaan, waktu dan tempat apapun.
2. Kebaikannya bersifat menyeluruh (as-syalahiyyah al-ammah), yaitu kebaikan yang terkandung
di dalamnya merupakan kebaikan untuk seluruh umat manusia di segala jaman dan di semua
tempat.
3. Tetap, langgeng, dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya bersifat tetap tidak
berubah oleh perubahan waktu dan tempat atau perubahan kehidupan masyarakat.
4. Kewajiban yang harus dipatuhi (al-ilzam al-mustajab), yaitu kebaikan yang terkandung dalam
akhlak Islam merupakan hukum yang harus dilaksanakan sehingga ada sanksi hukum tertentu
bagi orang-orang yang tidak melaksanakannya; dan
5. Pengawasan yang menyeluruh (ar-raqabah al-muhitah). Karena akhlak Islam bersumber dari
Allah SWT maka pengaruhya lebih kuat dari akhlak ciptaan manusia sehingga seseorang tidak
berani melanggarnyakecuali setelah ragu-ragu dan kemudian akan menyesali perbuatannya untuk
selanjutnya bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak melakukan perbuatan yang salah lagi.
Ini terjadi karena agama merupakan pengawas yang kuat. Pengawas lainnya adalah hati
nurani yang hidup yang didasarkan pada agama dan akal sehat yang dibimbing oleh agama serta
diberi petunjuk.
2.3 Sumber-Sumber Akhlak dalam Islam
Al-Ghazali berpendapat bahwa akhlak bersumber dari:
1) Kitab suci Al-Quran
2) Sunnah Nabi[5]
3) Akal pikiran.
Pendapat Al-Ghazali ini sesuai dengan sebuah hadist Nabi yang menyebutkan, bahwa
sewaktu Nabi mengutus Muaz ditanya oleh Nabi: Dengan apakah engkau menjalankan hukum?
Dengan kitab Allah, jawabnya. Kalau engkau tidak mendapatkan (dalam kitab Allah)? Dengan
sunah Rasul, jawabnya lagi. Kalau engkau juga tidak mendapatkan dari sunah Rasul? Saya
menggunakan akal saya dan saya tidak berputus asa.

2.4 Aktualisasi Akhlak dalam Islam


Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasi-kan iman yang
dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari-hari. Dan
akhlak seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan seorang Muslim seperti dibawah ini:
a) Akhlak terhadap Allah
Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa merupakan inti ibadah,karena
ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaliguspengakuan
akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan doa dalam ajaranIslam sangat luar
biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia.
Bertawaduk kepada Allah,yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya
rendahdan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup
denganangkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan
ibadahkepada Allah.
Bertakwa kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya
sesuaidengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap
perintahAllah.
Banyak berdzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,
baikdiucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan
danketentraman hati.
Bertawakkal hanya kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu
hasilpekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
b) Akhlak terhadap Rasulullah
Akhlak karimah kepada Rasulullah adalah taat dan cinta kepadanya, mentaati Rasulullah
berarti melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Ini semua telah dituangkan
dalam hadits (sunnah) beliau yang berwujud ucapan, perbuatan dan penetapannya. Dan
sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. 4/An-Nisaa ayat 80 yang artinya :
Barangsiapa yang menaati Rasul, sesungguhnya ia telah menaati Allah, dan barangsiapa yang
berpaling (dari ketaatan), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.
c) Akhlak terhadap diri sendiri
Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsudan
penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakanperintah,
menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
Sikap syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa
terhitungbanyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan
ucapanadalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan
perbuatandilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-
Nya.
Sikap tawadlu(rendah hati), Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda,kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa,
menjauhkan dari sifat iri dandengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang
lain.
d) Akhlak Ayah dan Ibu
Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain:
menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur katasopan
dan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah
tua dan tidak mampu lagi berusaha.
e) Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota
keluargayang diungkapkan dalam bentuk komuniksai. Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih
sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruhanggota keluarga. Apabila kasih sayang telah
mendasari komunikasi orang tua dengan anak,maka akan lahir wibawa pada orang tua.
Demikian sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang tuapada anak oleh karena itu kasih sayang
harus menjadi muatan utama dalam komunikasisemuapihak dalam keluarga.Dari komunikasi
semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan keterbukaan diantara anggota
keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan demikianrumah bukan hanya
menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal yangdamai dan
menyenangkan, menjadi surga bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu puladilakukan
pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anaksebagai
landasan bagipendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.
f) Akhlak terhadap guru
Akhlakul karimah kepada guru di antaranya dengan menghormatinya, berlaku sopan di
hadapannya, mematuhi perintah-perintahnya, baik itu di hadapannya ataupun di belakangnya,
karena guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang murid, yaitu yang memberi
santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak dan membenarkannya.
g) Akhlak terhadap sesama manusia
Merajut ukhuwah atau persaudaraan
Taawun atau saling tolong menolong
Suka memaafkan kesalahan orang lain
Menepati janji
Memuliakan tamu
Memuliakan yang lebih tua
Tidak meninggikan suara saat berbicara
Murah senyum
Bersikap lemah lembut
h) Akhlak terhadap lingkungan
Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia tetapi juga
kepada alam dan lingkungan hidup. Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan diangkatnya manusia
sebagai khalifah di muka bumi,yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas mamakmurkan,
mengelola dan melestarikan alam. Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan
mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya.
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tidak bernyawa. Pada dasarnya,
akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai
khalifah.
Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tidak bernyawa semuanya diciptakan oleh SWT., dan
menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini
mengantarkan sang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah umat Tuhan yang
seharusnya diperlakukan secara wajar dan baik.
Dalam ilmu akhlak dijelaskan bahwa kebiasaan yang baik harus dipertahankan dan
disempurnakan, serta kebiasaan yang buruk harus dihilangkan, karena kebiasaan merupakan
faktor yang sangat penting dalam membentuk karakter manusia berakhlak.
Al-Ghozali menjelaskan bahwa mencapai akhlak yang baik ada tiga cara, yaitu:
1. Akhlak merupakan anugerah dan rahmat Allah, yakni orang, memiliki akhlak baik secara
alamiah (bi al-thabiah wa al-fitrah). Sesuatu yang diberikan oleh Allah kepada seseorang sejak ia
dilahirkan.
2. Mujahadah, selalu berusaha keras untuk merubah diri menjadi baik dan tetap dalam kebaikan,
serta menahan diri dari sikap putus asa.
3. Riyadloh, ialah melatih diri secara spiritual untuk senantiasa dzikir (ingat) kepada Allah dengan
dawan al-dzikr.
Al-Ghozali juga berpendapat bahwa upaya mengubah akhlak buruk adalah kesadaran
seseorang akan akhlaknya yang jelek. Ada empat cara untuk dapat membantu seseorang
mengubah akhlaknya yang jelek menjadi baik, yaitu:
1) Menjadi murid seorang pembimbing ahli spiritual (syekh)
2) Minta bantuan seorang yang tulus, taat, dan punya pengertian
3) Berupaya untuk mengetahui kekurangan diri kita dari seseorang yang tidak senang (benci)
dengan kita.
4) Bergaul bersama orang banyak dan memisalkan kekurangan yang ada pada orang lain bagaikan
yang ada pada kita.
Sedangkan menurut Achmad Amin, upaya mengubah kebiasaan buruk sebagaimana yang
dikutib Ishak Solih (1990) adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Menyadari perbuatan buruk dan bertekad untuk meninggalkannya.
2. Mencari waktu yang baik untuk mengubah kebiasaan itu untuk mewujudkan niat atau tekad
semula.
3. Menghindarkan diri dari segala yang dapat menyebabkan kebiasaan buruk itu terulang lagi.
Kita harus berupaya semaksimal mingkin untuk memiliki akhlak baik (akhlakul karimah)
dan berupaya untuk menjauhi akhlak jelek (akhlakus sayiah).
Jika kita ingin memiliki negara yang baldatun thoyibatun warobun ghofur (negara yang baik,
makmur dan senantiasa dalam ampunan-Nya) kuncinya adalah masyarakat, bangsa tersebut harus
berakhlak baik. Jika tidak, maka kehancuran dan kehinaan akan meliputi masyarakat atau bangsa
tersebut.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berikut beberapa kesimpulan dari pemaparan tentang akhlak, etika, dan moral dalam Islam :
1) Akhlak adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang ukurannya adalah wahyu
Allah yang universal.Moral adalah segala tingkah laku manusia yang mencakup sikap baik dan
buruk dari tingkah laku itu manusia yang menjadi ukurannya adalah tradisi yang berlaku di suatu
masyarakat. Sedangkan etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang menjadi
ukurannya adalah akal, karena etika merupakan bagian dari filsafat.
2) Ciri-ciri atau karakteristik akhlak dalam Islam yaitu kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyyah
al-mualaqah);kebaikannya bersifat menyeluruh (as-syalahiyyah al-ammah); tetap, langgeng, dan
mantap; kewajiban yang harus dipatuhi (al-ilzam al-mustajab); pengawasan yang menyeluruh
(ar-raqabah al-muhitah).
3) Akhlak bersumber dari kitab suci Al-Quran, sunnah Nabi, akal pikiran.
4) Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasi-kan iman yang
dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari-hari.
Akhlak yang haru diaktualisasikan kedalam kehidupan adalah akhlak terhadap Allah, akhlak
terhadap Rasulullah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak pada keluarga, akhlak terhadap sesama
manusia, dan akhlak terhadap sesama makhluk.
3.2 Rekomendasi
Setelah menyelesaikan makalah yang berjudul Akhlak, Moral dan Etika penulis
berharap pembaca dapat mengetahui serta memahami perilaku baik dan buruk dalam kehidupan,
sehingga dapat menerapkan perilaku baik tersebut sesuai dengan ajaran Agama Islam, serta
menjauhi dan meninggalkan perilaku yang buruk.

[1] Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Dasar Dasar Agama Islam, PT. Bulan Bintang 1983, hlm. 253.
[2] Drs. Faisal Badroen. Mba, Etika bisnis dalam Islam, Kencana Prenada Media Group 2006,
hlm. 6.
[3] Drs. Faisal Badroen. Mba, Etika bisnis dalam Islam, Kencana Prenada Media Group 2006,
hlm. 4.
[4]Badroen, Faisal, Drs., MBA. Etika Bisnis dalam Islam. 2006, hlm. 6
[5]Hidayat, Dudung Rahmat, dkk. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. 2007, hlm.21

Anda mungkin juga menyukai