Kelompok : 10
Nama Kelas : PAI 57
Dosen : Zainul Fannani, M.Ag
Disusun Oleh :
Qidam Wahyudi (130110101116) Fak.Sastra
Novia Dwi Anggraini (130803103018) Fak.Ekonomi
Geovani Ulul Albab (130210302040) Fak. FKIP (Sejarah)
Universitas Jember
Semester Gasal 2013 / 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat
atau merasakan diri sendiriakan berhadapan dengan hal baik atau buruk. Hanya manusialah yang
mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan
pada perbuatannya itu, sebelum selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai
subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya
itu.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap Allah SWT adalah pangkalan
yang menetukan corak hidup manusia. Akhlak, moral maupun etika adalah pola tindakan yang
didasarkan atas nilai mutlak kebaikan. Hidup beretika adalah jawaban yang tepat terhadap
kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak beretikasama dengan menentang kesadaran akhlak
tersebut.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui pengertian akhlak, moral dan etika.
2) Untuk mengetahui karakteristik akhlak dalam islam.
3) Untuk mengetahui sumber-sumber akhlak dalam islam.
4) Untuk mengetahui aktualisasi akhlak dalam islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji atu tercela
menyangkut perilaku manusia yang meliputi perkataan, pikiran dan perbuatan manusia lahir
batin. Akhlak secara substansial adalah sifat hati, bisa baik, bisa buruk, yang tercermin dalam
perilaku. Jika sifat hatinya baik maka yang muncul adalah perilaku baik dan jika sifat hatinya
buruk maka yang muncul adalah perilaku buruk.
Begitu pentingnya kedudukan akhlak dalam islam sehingga Al-Quran tidak hanya
memuat ayat-ayat tentang akhlak secara spesifik, melainkan selalu mengaitkan ayat-ayat yang
berbicara tentang hukum dengan masalah akhlak pada ujung ayat. Ayat-ayat yang berbicara
tentang shalat, puasa, haji, zakat dan muamalah selalu dikaitkan dan diakhiri dengan pesan-pesan
perbaikan akhlak.
Untuk lebih jelasnya mengenai perngertian akhlak, moral dan etika akan diuraikan
dibawah ini:
2.1.1 Akhlak
Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang kata asalnyakhuluqunyang berarti:
perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, atau ciptaan. Jadi secara
etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat[1].
Karenanya akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai
yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah
mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik.
Dari segi sifatnya, akhlak dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak yang baik,
atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah; dan kedua, akhlak yang
buruk atau akhlak madzmumah.
Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan
seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji
pula.
Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta kepada rasul,
taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu, taat dan patuh kepada Rasulullah,
bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas segala musibah dan cobaan, ikhlas karena
Allah, jujur, menepati janji, qanaah, khusyu dalam beribadah kepada Allah, mampu
mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai orang lain, menghormati orang lain, sopan santun,
suka bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin belajar dan bekerja, hidup bersih,
menyayangi binatang, dan menjaga kelestarian alam.
Akhlak Madzmumah
Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang
merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan
akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki,
bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qatiurrahim, ujub,
mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Akhlak mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan
akhlak madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah berfirman dalam surat At-Tin
ayat 4-6.Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
Kecuali yang beriman dan beramal shalih, mereka mendapat pahala yang tidak ada putusnya.
Akhlak atau sistem perilaku dapat dididikkan atau diteruskan melalui sekurang-kurangnya
dua pendekatan:
1. Rangsangan jawaban (stimulus-response) atau yang disebut proses mengkondisi sehingga
terjadi automatisasi dan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. melalui latihan
b. melalui tanya jawab
c. melalui mencontoh
2. Kognitif yaitu penyampaian informasi secara teoritis yang dapat dilakukan antara lain sebagai
berikut:
a. melalui dawah
b. melalui ceramah
c. melalui diskusi, dan lain-lain
Setelah pola perilaku terberntuk maka sebagai kelanjutannya akan lahir hasil-hasil dari
pola perilaku tersebut yang berbentuk material (artifacts) maupun non-material (konsepsi, idea).
Jadi akhlak yang baik itu (Akhlaqul Karimah) ialah pola perilaku yang dilandaskan pada nilai-
nilai Iman, Islam dan Ihsan.Ihsan yang berarti berbuat baik. Orang yang ihsan disebut muhsin
berarti orang yang berbuat baik. Setiap perbuatan baik yang nampak pada sikap jiwa dan perilaku
yang sesuai atau dilandaskan kepada aqidah dan syariah Islam disebut Ihsan. Dengan demikian
akhlak dan ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut
akhlaqul karimah. Dengan kata lain, akhlak adalah pranata perilaku yang mencerminkan struktur
dan pola perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan.
2.1.2 Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin mos (bentuk jamaknya yaitu mores) yang berarti
adat dan cara hidup atau tata cara kehidupan.[2] Mores dalam bahasa inggris adalah morality
yang berarti moralitas. Sedang pengertian moralitas berhubungan dengan keadaan nilai nilai
moral yang berlaku dalam suatu kelompok sosial atau masyarakat. Jadi, suatu tingkah laku akan
dikatakan bermoral apabila tingkah laku tersebut sesuai dengan nilai nilai moral yang berlaku
dalam kelompok sosial dimana dia hidup. Nilai nilai moral ini tidak sama pada semua
masyarakat, karena pada umumnya nilai nilai moral itu dipengaruhi oleh kebudayaan dari
kelompok atau masyarakat itu sendiri. Apa yang dianggap baik oleh suatu kelompok atau
masyarakat belum tentu dianggap baik pula oleh kelompok atau masyarakat lainnya, dan
begitupun sebalik nya.
Di dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila. Adapun yang
dimaksud dengan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang diterimaoleh kalangan umum tentang
tindakan manusia, yaitu berkaitan dengan makna yang baik dan wajar.Dengan kata lain, moral
adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran-ukuran tindakan yang diterima oleh
masyarakat sekitar, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Kata moral selalu mengacu
pada baik dan buruknya perbuatan manusia.
2.1.3 Etika
Menelusuri asal usul kata etika, maka tak lepas dari kata aslinya, ethos berasal
daribahasa Yunani yang berartikebiasaan atau karakter.[3] Artinya etika adalah sebuah pranata
perilaku seseorang atau sekelompok orang, yang tersusun daripada suatu sistem nilai atau norma
yang diambil daripada (digenerisasikan dari) gejala-gejala alamiah masyarakat kelompok
tersebut. Sifat baik yang terdapat pada pranata ini adalah merupakan persetujuan sementara dari
kelompok yang menggunakan pranata perilaku tersebut.Dengan perkataan lain nilai moral yang
merupakan nilai etika tersebut bersifat berubah-ubah sesuai dengan persetujuan dan perumusan
diskriptif daripada nilai-nilai dasar yang dipandang sebagai nilai alamaiah (universal).
Oleh karena itu dalam masyarakat yang menggunakan sistem etika ini, pada suatu waktu
tertentu akan membenarkan pelaksanaan suatu nilai tata cara hidup tertentu yang pada waktu dan
tempat lain tidak dibenarkan umpamanya hidup bersama pada masyarakat bebas seperti di
dunia Barat yang menurut tata nilai akhlaqul karimah, hal itu tidak bisa dibenarkan.
Jelas nampak kepada kita bahwa sistem etika, dapat bersifat bebas nilai khususnya nilai sakral
dan oleh karena itu sistem etika seperti ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan hablum
minallah. Ukuran baik dan buruk dalam sistem etika ini, subyektif bergantung kepada pengaruh
yang kuat dari pemikir-pemikir yang sangat heterogen.
Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran moral yang memuat keyakinan benar dan
tidak sesuatu. Perasaan yang muncul bahwaia akan salah bila melakukan sesuatu yang
diyakininya tidak benar berangkat dari norma-norma moral dan perasaan self-respect
(menghargai diri) bila ia meninggalkannya. Tindakan yang diambil olehnya harus ia
pertanggungjawabkan pada diri sendiri. Begitu juha dengan sikapnya terhadap orang lain bila
pekerjaan tersebut mengganggu atau sebaliknya mendapatkan pujian.
Secara terminologis arti kata etika sangat dekat pengertiannya dengan istilah Al-
Quran al-khuluq(budi pekerti). Untuk mendeskripsikan konsep kebajikan, Al-Quran
menggunakan sejumlah terminologi sebgai berikut:khair, bir, qist, adl, haqq,
maruf, dan taqwa.[4]
2.1.4 Persamaan antara akhlak, moral dan etika
Untuk lebih mudah dalam memahami persamaan antara akhlak, moral, etika dan budi
pekerti terlebih dahulu kita lihat definisi darimasing-masing tersebut. Akhlak, menurut Ibnu
Maskawih adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tanpa melalui pertimbangan (sebelumnya). Akhlak merupakan salah satu aspek ajaran Islam
disamping aqidah, ibadah, dan muamalah. Akhlak menyangkut sikap dan tingkah laku seseorang
muslim terhadap Tuhannya, sesama manusia dan alam.
Moral dapat diartikan dengan baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban dan sebagainya. Bermoral berarti mempunyai pertimbangan baik buruk, berakhlak
baik.
Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Etika
juga bisa dimaknai dengan : (1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak), (2) Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak, (3) Nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan / masyarakat. Budi pekerti, berarti tingkah
laku, perangai, akhlak, watak.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persamaan antara akhlak, moral
dan etika adalah sebagai berikut:
a. Objek pembahasannya adalah tingkah laku, perbuatan, maupun perilaku.
b. Perilaku yang dibahas adalah perilaku seseorang yang baik maupun yang buruk.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berikut beberapa kesimpulan dari pemaparan tentang akhlak, etika, dan moral dalam Islam :
1) Akhlak adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang ukurannya adalah wahyu
Allah yang universal.Moral adalah segala tingkah laku manusia yang mencakup sikap baik dan
buruk dari tingkah laku itu manusia yang menjadi ukurannya adalah tradisi yang berlaku di suatu
masyarakat. Sedangkan etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang menjadi
ukurannya adalah akal, karena etika merupakan bagian dari filsafat.
2) Ciri-ciri atau karakteristik akhlak dalam Islam yaitu kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyyah
al-mualaqah);kebaikannya bersifat menyeluruh (as-syalahiyyah al-ammah); tetap, langgeng, dan
mantap; kewajiban yang harus dipatuhi (al-ilzam al-mustajab); pengawasan yang menyeluruh
(ar-raqabah al-muhitah).
3) Akhlak bersumber dari kitab suci Al-Quran, sunnah Nabi, akal pikiran.
4) Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasi-kan iman yang
dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku sehari-hari.
Akhlak yang haru diaktualisasikan kedalam kehidupan adalah akhlak terhadap Allah, akhlak
terhadap Rasulullah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak pada keluarga, akhlak terhadap sesama
manusia, dan akhlak terhadap sesama makhluk.
3.2 Rekomendasi
Setelah menyelesaikan makalah yang berjudul Akhlak, Moral dan Etika penulis
berharap pembaca dapat mengetahui serta memahami perilaku baik dan buruk dalam kehidupan,
sehingga dapat menerapkan perilaku baik tersebut sesuai dengan ajaran Agama Islam, serta
menjauhi dan meninggalkan perilaku yang buruk.
[1] Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Dasar Dasar Agama Islam, PT. Bulan Bintang 1983, hlm. 253.
[2] Drs. Faisal Badroen. Mba, Etika bisnis dalam Islam, Kencana Prenada Media Group 2006,
hlm. 6.
[3] Drs. Faisal Badroen. Mba, Etika bisnis dalam Islam, Kencana Prenada Media Group 2006,
hlm. 4.
[4]Badroen, Faisal, Drs., MBA. Etika Bisnis dalam Islam. 2006, hlm. 6
[5]Hidayat, Dudung Rahmat, dkk. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. 2007, hlm.21