Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

POLIP NASI
Tinjauan Teoritis

A. Definisi
Polip nasi adalah massa yang lunak,berwarna putih atau keabu-abuan yang terdapat di
dalam rongga hidung.Polip berasal dari pembengkakan mukosa hidung yang berisi cairan
interseluler dan kemudian terdorong ke dalam rongga hidung oleh gaya berat.
Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung. Kebanyakan polip
berwarna putih bening atau keabuabuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan
(polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning kuningan atau
kemerah merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa).
Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multipel dan dapat bilateral.
Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke arah belakang, muncul di
nasofaring dan disebut polip koanal (polip antrokoana).
Polip nasi atau biasa disebut Polip Hidung adalah kelainan mukosa hidung dan sinus
paranasal terutama pada kompleks osteomeatal (KOM) di meatus nasi medius berupa massa
lunak yang bertangkai (tonjolan pada jaringan permukaan mukosa), bentuk bulat atau lonjong,
berwarna putih keabu-abuan (bentuknya mirip dengan buah anggur bening lonjong bertangkai).
Permukaannya licin dan agak bening karena banyak mengandung cairan.

B. Etiologi
Polip Hidung terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Polip hidung Tunggal. Jumlah polip hanya sebuah. Berasal dari sel-sel permukaan dinding
sinus tulang pipi (maxilla).
b. Polip Hidung Multiple. Jumlah polip lebih dari satu. Dapat timbul di kedua sisi rongga
hidung. Pada umumnya berasal dari permukaan dinding rongga tulang hidung bagian atas
(etmoid).
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada
mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui dengan pasti
tetapi ada keragu raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan
bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa
hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat.
Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak
mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan
jarang pada anak anak. Pada anak anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis.
Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :
1. Alergi terutama rinitis alergi.
2. Sinusitis kronik.
3. Iritasi.
4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka.
C. Manifestasi Klinis
Pada anamnesis kasus polip biasanya timbul keluhan utama adalah hidung
tersumbat. sumbatan ini menetap dan tidak hilang timbul. Semakin lama keluhan dirasakan
semakin berat. Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam hidung dan sukar
membuang ingus. Gejala lain adalahhiposmia (gangguan penciuman). Gejala lainnya dapat timbul
jika teradapat kelainan di organ sekitarnya seperti post nasal drip (cairan yang mengalir di
bagian belakang mulut), suara bindeng, nyeri muka, telinga terasa penuh, snoring (ngorok),
gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.
Polip menyebabkan penyumbatan hidung, karena itu penderita seringkali mengeluhkan
adanya penurunan fungsi indera penciuman.Karena indera perasa berhubungan dengan indera
penciuman, maka penderita juga bisa mengalami penurunan fungsi indera perasa dan
penciuman.Polip hidung juga bisa menyebabkan penyumbatan pada drainase lendir dari sinus ke
hidung. Penyumbatan ini menyebabkan tertimbunnya lendir di dalam sinus. Lendir yang terlalu
lama berada di dalam sinus bisa mengalami infeksi dan akhirnya terjadi sinusitis. Penderita anak-
anak sering bersuara sengau dan bernafas melalui mulutnya.
Secara pemeriksaan mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan selaput permukaan
hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan subselaput permukaan yang sembab.
Jadi gejala polip ini sangat beragam. Mulai dari pilek yang berlangsung lama, bersin-bersin,
hidung tersumbat yang bersifat menetap, sering mimisan, keluhan akan adanya massa di hidung,
sukar buang ingus, gangguan penciuman, bentuk hidung yang tak lagi simetris, bengek atau
bindeng, telinga rasa penuh, mendengkur/gangguan tidur, lendir dan rasa kering yang terkumpul
di tenggorokan, sakit kepala, dan lain-lain. Kesemua keluhan itu tentu saja amat mengganggu dan
sangat mempengaruhi produktivitas hidup si penderita.
Gejala Subjektif:
Hidung terasa tersumbat,Hiposmia atau Anosmia (gangguan penciuman), Nyeri kepalav
Rhinore, Bersin,Iritasi di hidung (terasa gatal),Post nasal drip,Nyeri muka,Suara bindeng, Telinga
terasa penuh,Mendengkur , Gangguan tidur, Penurunan kualitas hidup
Gejala Objektif:
Oedema mukosa hidung,Submukosa hipertropi dan tampak sembab, Terlihat masa lunak
yang berwarna putih ataukebiruan.

D. Komplikasi
Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran besar atau dalam
jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau infeksi sinusitis kronis, mengorok dan
bahkan sleep apnea.kondisi serius nafas dimana akan berhenti dan bernafas beberapa kali selama
tidur. Dalam kondisi parah, akan mengubah bentuk wajah dan penyebab penglihatan ganda atau
berbayang.
E. Pemeriksaan Penunjang
Cara menegakkan diagnosa polip hidung, yaitu dengan :
1.Anamnesis
Melalui anamnesis dapat ditanyakan keluhan-keluhan yang berkaitan dengan gangguan yang
ditimbulkan oleh polip nasi, diantaranya:

1. Hidung tersumbat
2. Rinore, mulai dari jernih sampai purulen bila terdapat infeksi sekunder
3. Post nasal drip

Gejala ini ditandai dengan merasakan adanya suatu cairan yang jatuh secara terus menerus ke
belakang rongga mulut dikarenakan mukus yang berasal dari kavum nasi.
Anosmia atau hiposmia
Suara sengau karena sumbatan pada hidung
Sakit kepala dan snoring bila polipnya berukuran besar
Pembesaran hidung dan muka apabila massa polip sudah bertambah besar
Terdapatnya gejala-gejala sinusitis apabila polip sudah mengganggu drainase muara sinus ke
rongga hidung
Polip yang besar kadang-kadang dapat mengganggu pernapasan saat tidur yang
menimbulkan obstructive sleep apnea.
Selain keluhan-keluhan di atas, harus juga ditanyakan riwayat rinitis, asma, intoleransi terhadap
aspirin, alergi obat lainnya, dan alergi makanan.
2.Pemeriksaan fisik
Terlihat deformitas hidung luar
3.Rinoskopi anterior
Dengan pemeriksaan rhinoskopi anterior biasanya polip sudah dapat dilihat, polip yang masif
seringkali menciptakan kelainan pada hidung bagian luar. Pemeriksaan Rontgen dan CT scan
dapat dilakukan untukPolip biasanya tumbuh di daerah dimana selaput lendir membengkak akibat
penimbunan cairan, seperti daerah di sekitar lubang sinus pada rongga hidung. Ketika baru
terbentuk, sebuah polip tampak seperti air mata dan jika telah matang, bentuknya menyerupai
buah anggur yang berwarna keabu-abuan.
Polip nasi yang masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar
karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dapat terlihat adanya massa
yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.
Pembagian polip nasi
1. Grade 0 : Tidak ada polip
2. Grade 1 : Polip terbatas pada meatus media
3. Grade 2 : Polip sudah keluar dari meatus media, tampak di rongga hidung tapi belum
menyebabkan obstruksi total
4. Grade 3 : Polip sudah menyebabkan obstruksi total
4.Naso-endoskopi
Naso-endoskopi memberikan gambaran yang baik dari polip, khususnya polip berukuran kecil di
meatus media. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi
anterior tetapi tampak dengan pemeriksan naso-endoskopi. Pada kasus polip koanal juga dapat
dilihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila. Dengan naso-endoskopi
dapat juga dilakukan biopsi pada layanan rawat jalan tanpa harus ke meja operasi.

5.Pemeriksaan radiologi
Foto polos sinus paranasal (posisi water, AP, caldwell, dan lateral) dapat memperlihatkan
penebalan mukosa dan adanya batas udara dan cairan di dalam sinus, tetapi pemeriksaan ini
kurang bermanfaat pada pada kasus polip. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk melihat
dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada kelainan anatomi, polip, atau
sumbatan pada komplek osteomeatal. CT scan terutama diindikasikan pada kasus polip yang
gagal diterapi dengan medikamentosa.
6.Biopsi.
Kita anjurkan jika terdapat massa unilateral pada pasien berusia lanjut, menyerupai keganasan
pada penampakan makroskopis dan ada gambaran erosi tulang pada foto polos rontgen.

F. Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan untuk polip, dapat diberikan pengobatan kortikosteroid :
1.Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari, kemudian dosis
diturunkan perlahan lahan (tappering off).
2.Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5 7 hari sekali,
sampai polipnya hilang.
3.Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat untuk rinitis alergi,
sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatn kortikosteroid per oral. Efek sistemik
obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman.
Untuk polip yang ukurannya sudah besar dilakukan ektraksi polip (polipektomi) dengan
menggunakan senar polip. Selain itu bila terdapat sinusitis, perlu dilakukan drenase sinus. Oleh
karena itu sebelum operasi polipektomi perlu dibuat foto sinus paranasal untuk melihat adanya
sinusitis yang menyertai polip ini atau tidak. Selain itu, pada pasien polip dengan keluhan sakit
kepala, nyeri di daerah sinus dan adanya perdarahan pembuatan foto sinus paranasal tidak boleh
dilupakan. Prosedur polipektomi dapat mudah dilakukan dengan senar polip setelah pemberian
dekongestan dan anestesi lokal.
Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat masif
dipertimbangkan untuk terapi bedah. Terapi bedah yang dipilih tergantung dari luasnya penyakit
(besarnya polip dan adanya sinusitis yang menyertainya), fasilitas alat yang tersedia dan
kemampuan dokter yang menangani. Macamnya operasi mulai dari polipektomi intranasal
menggunakan jerat (snare) kawat dan atau polipektomi intranasal dengan cunam (forseps) yang
dapat dilakukan di ruang tindakan unit rawat jalan dengan analgesi lokal. Alat mutakhir untuk
membantu operasi polipektomi endoskopik ialah microdebrider (powered instrument) yaitu alat
yang dapat menghancurkan dan mengisap jaringan polip sehingga operasi dapat berlangsung
cepat dengan trauma yang minimal.
Polipektomi merupakan tindakan pengangkatan polip menggunakan senar polip dengan bantuan
anestesi lokal. Kategori polip yang diangkat adalah polip yang besar namun belum memadati
rongga hidung.
Etmoidektomi atau bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan tindakan
pengangkatan polip sekaligus operasi sinus. Kriteria polip yang diangkat adalah polip yang sangat
besar, berulang, dan jelas terdapat kelainan di kompleks osteomeatal.
Antibiotik sebagai terapi kombinasi pada polip hidung bisa kita berikan sebelum dan sesudah
operasi. Berikan antibiotik bila ada tanda infeksi dan untuk langkah profilaksis pasca operasi.

G. Patofisiologi
Pembentukan polip sering dihubungkan dengan proses inflamasi kronik, disfungsi sistem
saraf otonom dan predisposisigenetik. Beberapa teori telah dikemukakan, tetapi tidak ada satupun
yang dapat menjelaskan patofisiologi polip hidung secara lengkap. Menurut teori Bernstein,
inflamasi pertama terjadi di mukosa dinding lateral hidung atau mukosa sinus sebagai akibat dari
peradangan oleh alergan, polutan, atau agen infeksius (virus / bakteri) atau karena adanya aliran
udarayang berturbulensi. Pada sebagian besar kasus, polip berasal dari area sempit di kompleks
ostiomeatal (KOM) di meatusmedia. Terjadi kerusakan atau prolaps mukosa yang diikuti dengan
reepitelisasi dan pembentukan kelenjar baru. Selama proses tersebut polip dapat terbentuk dari
mukosa karena proses inflamasi dari sel epitel, sel endotel pembuluh darah, danfibroblast
berpengaruh pada integritas bioelektik natrium channel pada mukosa hidung. Hal ini
menyebabkan meningkatnyaabsorpsi natrium sehingga terjadi retensi air dan pembentukan polip.

Pada teori kerusakan epitel menjelaskan bahwa rusaknya epitel pada mukosa hidung
disebabkan karena dalam keadaansakit (alergi,infeksi) terjadi peningkatan turgor jaringan.
Kerusakan tersebut menyebabkan prolaps lamina propia mukosasehingga terjadi pembentukan
polip yang dapat bertambah ukurannya karena efek gravitasi atau obstruksi vena yangdisebabkan
polip.Dari penelitian ditemukan 37% pasien fibrosis kistik menderita polip hidung. Fibrosis kistik
adalah penyakit herediter autosomal resesif yang disebabkan karena adanya kerusakan pada gen
cystic fibrosis transmembrane regulator (CFTR) dikromosom 7. Gen ini mengatur chloride
channel pada sel epitel pada berbagai organ, termasuk saluran nafas. Kerusakanpada gen ini
menyebabkan terganggunya pembersihan sekret dan dihasilkannya sekret kental yang dapat
menyebabkanobstruksi dan merupakan predisposisi infeksi pada paru-paru dan sinus paranasal
Patways

Reaksi Alergi atau Hipersensitivitas

Edema mukosa nasal


Proses inflamasi (Pembengkakan mukosa hidung) Adanya
sumbatan di hidung

Aktivasi respon imun persisten


Lokal ( Terjadi secara menyeluruh) bersifat menetap

Timbul hiperaktivitas
Dari persarafan parasimpatis polip kerusakan pertukaran gas

Gangguan persepsi sensori gangguan pola napas

Nyeri
Tinjauan kasus
1. Pengkajian Keperawatan
a.AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : Kelelahan, kelemahan atau malaise umum
Tanda : Penurunan kekuatan, menunjukkan kelelahan

b.SIRKULASI
Gejala Lelah, pucat atau tidak ada tanda sama sekali
Tanda Takikardia, disritmia.
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.

c.INTEGRITAS EGO
Gejala Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan .
Tanda Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif

d.MAKANAN/CAIRAN
Gejala Anoreksia/kehilangan nafsu makan
Adanya penurunan berat badan sebanyak 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan
sebelumnya dengan tanpa upaya diet.

e.NYERI/KENYAMANAN
Gejala Nyeri tekan/nyeri pada daerah hidung
Tanda Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.

f.PERNAPASAN
Gejala Dispnea
Tanda Dispnea, takikardia
Pernafasan mulut
Tanda distres pernapasan, sianosis.(bila obstruksi total)
Terdapat pembesaran polip

PEMERIKSAAN FISIK.
Inspeksi :
Inspeksi lubang hidung, perhatikan adanya cairan atau bau,
pembengkakan atau ada obstruksi kavum nasi. Apakah terdapat peradangan,
tumor. Inspeksi dapat menggunakan alat Rinoskopi.

Palpasi :
Lakukan penekanan ringan pada cuping hidung, bila konsistensinya
lunak, tidak nyeri bila ditekan, tak mudah berdarah; maka dapat dipastikan
klien menderita polip pada hidung.

Klasifikasi Data

Data Subyektif :
Klien mengeluh adanya massa yang menyumbat hidung.
Klien mengeluh adanya iritasi hidung disertai bersin-bersin.
Klien mengeluh tidak bisa atau mengalami gangguan penciuman.
Data Objektif :
Adanya pembengkakan mukosa, iritasi mukosa, kemerahan.
Adanya massa berupa berwarna putih seperti agar-agar.
Klien tampak sulit untuk inspirasi ekspirasi.

Pemeriksaan penunjung
Kultur organisme hidung dan tenggorokan

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Resiko infeksi

3. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri


Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
- Klien tidak menyeringai kesakitan

No Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat nyeri klien Mengetahui tingkat nyeri klien dalam


menentukan tindakan selanjutnya

Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan
klien serta keluarganya klien berpartisipasi dalam perawatan
untuk mengurangi nyeri
Klien mengetahui tehnik distraksi dan
Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
relaksasi sehinggga dapat
mempraktekkannya bila mengalami nyeri
Observasi tanda tanda vital dan Mengetahui keadaan umum dan
keluhan klien perkembangan kondisi klien
Kolaborasi dngan tim medis Menghilangkan atau
- Terapi konservatif : mengurangi keluhan nyeri klien
a. obat Acetaminopen.
b. Aspirin.
c.dekongestan hidung
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya Obstruksi Pada Hidung (Polip)
Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif
Kriteria hasil :

1. Frekuensi nafas normal


2. tidak ada suara nafas tambahan
3. tidak menggunakan otot pernafasan tambahan,
4. tidak terjadi dispnoe dan sianosis

No. Intervensi Rasional


2. Mandiri
Kaji bunyi atau kedalaman pernapasan Penurunan bunyi nafas dapat
dan gerakan dada. menyebabkan atelektasis, ronchi dan
wheezing menunjukkan akumulasi sekret
Catat kemampuan mengeluarkan Sputum berdarah kental atau cerah
mukosa/batuk efektif dapat diakibatkan oleh kerusakan paru
atau luka bronchial
Berikan posisi fowler atau semi
Posisi membantu memaksimalkan
fowler tinggi
ekspansi paru dan menurunkan upaya
pernafasan
Bersihkan sekret dari mulut dan
trakea Mencegah obstruksi/aspirasi
Pertahankan masuknya cairan Membantu pengenceran secret
sedikitnya sebanyak 250 ml/hari
kecuali kontraindikasi
Kolaborasi Mukolitik untuk menurunkan batuk,
Berikan obat sesuai dengan indikasi ekspektoran untuk membantu
mukolitik, ekspektoran,
memobilisasi sekret, bronkodilator
bronkodilator
menurunkan spasme bronkus dan
analgetik diberikan untuk menurunkan
ketidaknyamanan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Kriteria hasil :
1. Peningkatan masukan makanan
2. tidak ada penurunan berat badan lebih lanjut

No Intervensi Rasional
3. Pastikan pola diet biasa pasien, yang Membantu dalam mengidentifikasi
disukai atau tidak disukai kebutuhan/kekuatan khusus.
Berguna dalam mengukur keefektifan
Awasi masukan dan pengeluaran dan nutrisi dan dukungan cairan
berat badan secara periodik.
Dorong makan sedikit dan sering Memaksimalkan masukan nutrisi
dengan makanan tinggi kalori dan tinggi tanpa kelemahan yang tak
karbohidrat perlu/kebutuhan energi dari makanan
banyak dan menurunkan iritasi gaster
Auskultasi bising
usus palpasi/observasi abdomen

4. Resiko infeksi
Tujuan : infeksi tidak ada
Kriteria hasil :

1. Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah / menurunkan risiko infeksi.


2. Meningkatkan penyembuhan luka
3. bebas eritema dan demam.

No Intervensi Rasional
4. Mandiri
Tingkatkan cuci tangan yang baik Mencegah kontaminasi silang kolonisasi
oleh pemberi perawatan dan pasien. bakterial.

Pertahankan teknik aseptik ketat pada Menurunkan risiko kolonisasi


atau infeksi bakteri.
prosedur atau perawatan luka.
Berikan perawatan kulit, perianal, dan
oral dengan cermat.
Dorong perubahan posisi atau Menurunkan risiko kerusakan kulit /
ambulasi yang sering. jaringan dan infeksi.
Pantau suhu, catat adanya menggigil
Meningkatkan sirkulasi darah dan
dan takikardi dengan atau tanpa demam.
mencegah decubitus pencetus infeksi.
Pantau atau batasi pegunjung. Adanya proses inflamasi atau infeksi
membutuhkan evaluasi pengobatan
Kolaborasi
Berikan antiseptik topikal ; Membatasi pemajanan pada bakteri
antibiotik sistemik. atau infeksi.

Mungkin digunakan secara


propilaktik untuk
menurunkankolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi lokal

4. Evaluasi
1. nyeri berkurang atau hilang
2. Bersihan jalan nafas menjadi efektif
3. Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
4. infeksi tidak ada
Daftar Pustaka

1. Pracy, R, etc. 1983. Pelajaran Ringkas THT. Penerbit : PT Gramedia,


Jakarta.
2. Gillon, V. 1991. Segi Praktis THT. Penerbit : Binarupa Aksara, Jakarta.

3.Iskandar, Nurbaiti. 1990. Telinga Hidung Tenggorok. Penerbit : FKUI,


Jakarta.
4.Nuty W. Nizar & Endang Mangunkusumo. Polip Hidung dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5
5.dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor).
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.
6.Soepardi, Efiaty. Iskandar, Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga HidungTenggorok edisi
IV cetakan I. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 20001.

7.Soepardi, Efiaty. Hadjat, Fachri. Iskandar, Nurbaiti. Penatalaksanaan dan KelainanTelinga


Hidung Tenggorok edisi II. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 20001.

8.Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid I hal. 113 114. Penerbit Media AesculapiusFK-UI
20001.

9.Adams, George. Boies, Lawrence. Higler, Peter. Buku Ajar Penyakit Telinga HidungTenggorok.
W.B. Saunders, Philadelphia 19891.

10.Ballenger, John Jacob. Diseaes of The Nose Throat Ear Head and Neck. Lea & Febiger 14th
edition. Philadelphia 1991

11. http://codenurman.blogspot.co.id/2012/12/polip-nasi.html Di akses tanggal 11-10-2017

Anda mungkin juga menyukai