Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DASAR-DASAR AGRONOMI

BUAH PISANG (Musa paradisiaca L.)

OLEH :
Resky Wulandari R. Jahuddin
G111 15 519

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan tanaman yang buahnya sangat


diminati oleh masyarakat Indonesia. Semua kalangan hampir mengkonsumsi
tanaman ini, tak heran apabila tingkat kebutuhan buah pisang pada masyarakat
cukup tinggi. Selain itu, buah pisang memiliki tingkat kandungan gizi yang tinggi
dan dapat menjadi makanan pengganti untuk mendapatkan sumber energi.
Indonesia merupakan penghasil pisang terbesar keenan di dunia. Di Asia,
Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar karena 50% dari produksi pisang
Asia dihasilkan oleh Indonesia, dan setiap tahun produksinya terus meningkat.
Bahkan pisang merupakan komoditi buah-buahan terpenting di Indonesia, karena
memiliki jumlah produksi tertinggi di antara buah-buahan lain, dan produksinya
tiap tahun semakin meningkat. Produksi pisang Indonesia tahun 1998 sejumlah
3.160.049 ton dan meningkat menjadi 4.393.685 ton pada tahun 2004.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan buah pisang maka perlu
dilakukan suatu terobosan guna untuk mencukupinya. Penentuan waktu panen dan
cara panen dari tanaman ini merupakan suatu yang penting untuk meningkatkan
produksi dari pisang itu sendiri. Dengan meningkatnya produksi pisang maka
produktivitas dari pisang tersebut juga akan meningkat per hektarnya.
Berdasarkan uraian diatas maka kita perlu menetahui bagaimana penentuan
waktu panen tanaman pisang guna untuk meningkatkan produktivitas tanaman itu
sendiri.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :


1. Apa itu tanaman pisang (Musa paradisiaca L.)?
2. Bagaimana kebutuhan tanaman pisang di Indonesia?
3. Bagaimana cara panen dan penanganan pascapanen buah pisang?
4. Bagaimana produksi dan produktivitas buah pisang?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini yaitu:


1. Mengetahui tanaman pisang
2. Mengetahui kebutuhan tanaman pisang di Indonesia
3. Mengetahui cara panen dan penanganan pasca panen dari buah pisang
4. Mengetahui produksi dan produktivitas dari buah pisang
BAB II

ISI

2.1 Tanaman Pisang (Musa paradisiaca L.)

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di
Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika
(Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut
dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang. Pisang adalah
buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga
karbohidrat.
Berdasarkan hasil analisis biokimia, kandungan gizi buah pisang
selainkarbohidrat dan protein, juga mengandung kalium yang berhasiat
menurunkantekanan darah, vitamin C yang penting untuk meningkatkan daya
tahan tubuh, danvitamin E yang membantu mengendalikan proses penuaan kulit
(Mulyati, 2005).Selain itu, buah pisang juga kaya akan potasium dan merupakan
bahan makanan yang baik untuk diet karena kandungan kolesterol, lemak, dan
garamnya cukup rendah(Asahari, 2006).
Menurut Suprapti (2005), kedudukan pisang dalam sistematika
tumbuhandiklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Monoeotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca
Pisang memiliki banyak jenis yang dapat di konsumsi antara lain pisang
Ambon Kuning, pisang Ambon Lumut, pisang Ambon Putih, pisang Barangan,
pisang Raja, pisang Kepok, pisang Tanduk, pisang Badak, pisang Nangka, pisang
Mas, pisang Susu dan pisang Cavendish.
2.2 Kebutuhan Tanaman Pisang di Indonesia

Pisang ternyata menjadi buah favorit rakyat Indonesia. Data Kementerian


Pertanian menunjukkan konsumsi pisang dalam lima tahun terakhir selalu
menempati posisi tertinggi di antara jenis buah yang lain. Pada 2013, konsumsi
pisang mencapai 5,68 kilogram per kapita per tahun. Tingkat konsumsi tersebut
lebih tinggi dibanding konsumsi rambutan yang rata-rata 4,12 kilogram per kapita
per tahun. Begitu pula konsumsi jeruk yang hanya 2,24 kilogram per kapita per
tahun.
"Faktor pendorongnya adalah karena pisang termasuk tanaman yang
mudah tumbuh di segala tempat dan juga mudah memperolehnya," kata E.Y.
Sukrianto, Ketua Asosiasi Petani Pisang Mas Sridonoretno, saat dihubungi
Tempo, Ahad, 8 Juni 2014.
Menurut Sukrianto, kegemaran masyarakat makan pisang juga didorong
jumlah variannya yang beraneka ragam. "Ada pisang ambon, pisang mas, pisang
raja, pisang susu, yang masing-masing memiliki rasa dan tekstur daging buah
yang unik," Sukrianto menjelaskan. Selain jenisnya yang bermacam-macam,
harga yang murah juga menjadi daya tarik masyarakat untuk membelinya.
"Dengan membayar Rp 5 ribu per kilogram sudah bisa bawa pulang pisang untuk
dikonsumsi anggota keluarga," ujarnya.
Daya tarik pisang berikutnya ialah kemudahan untuk diolah lebih lanjut
menjadi produk makanan dan camilan. Produk olahan yang paling terkenal ialah
pisang goreng, sale pisang, jus pisang, dan menjadi penambah isi dalam roti bakar
atau martabak manis.
2.3 Panen dan Penanganan Pascapanen

Proses panen dan pascapanen merupakan bagian akhir dari kegiatan budi
daya tanaman pisang. Walaupun buah pisang yang dipanen berkualitas, bukan
berarti penangannya bisa sembarangan. Hal ini karena kualitas hasil buah yang
dipanen bisa mengalam penurunan bila tidak ditangani dengan baik dan benar.
2.3.1 Panen

Waktu panen buah psang di Indonesia pada umumnya ditentukan oleh


kebutuhan ekonomi dan keamanan, bukan berdasarkan tingkat ketuaan atau umur
petiknya sehingga seringkali dijumpai buah pisang yang belum tua benar sudah
dijual di pasaran. Buah pisang yang kurang tingkat ketuannya akan mengurangi
kualitas dan harga karena rasanya kurang manis dan aromanya juga kurang kuat.
Secara fisik, tanda-tanda ketuaan buah pisang mudah diamati, di antaranya
sebagai berikut
1. buah tampak berisi, bagian lingir (tepi) buah sudah tidak ada lagi
2. warna buah hijau kekuningan, untuk buah pisang dengan tingkat kematangan
penuh, pada tandannya akan ada buah yang sudah masak (2-3 buah).
3. tangkai di putik telah gugur
Tingkat ketuaan buah bisa digolongkan menjadi beberapa tingkatan dengan
tujuan enentukan saat panen yang tepat agar sesuai dengan saat pemasaran.
Kematangan buah tersebut dapat digolongkan menjadi beberapa tingkatan sebagai
berikut
1. tingkat kematangan buah penuh. Tanda-tandanya bentuk lingir buah
tampak jelas. Buah ini kurang lebih berumur 80 hari dari keluarnya jantung.
2. Tingkat ketuaan buah hampir penuh. Beberapa lingir buah masig tampak.
Umur buah ini kurang lebih 90 hari dari keluarnya jantung.
3. Tingkat ketuaan penuh. Lingir buah sudah tidak tampak lagi. Umurrnya
kurang lebih 100 hari dari keluarnya jantung.
4. Tingkat ketuaannya buah benar-benar penuh. Bentuk lingir buah sudah tidak
tampak lagi dan kadang-kadang buah pecah 1-2 bauh berwarna kuning. Buah
ini berumur 110 hari dari keluarnya jantung.
Untuk pemasaran lokal, petani lebih suka memetik buah pisang pada stadia
tingkat ketuaan penuh. Buah yang dipetik pada stadia ini dalam 3-4 hari akan
menjadi matang penuh. Untuk pemasaran yang akan memakan waktu lama,
misalnya keluar daerah, keluar pulau atau ekspor, buah sebaiknya dipanen pada
tingkat ketuaan penuh. Hal ini dimaksudkan agar daya simpan pisang menjadi
lebih lama karena buah akan matang setelah 7-10 penyimpanan.
Selain tanda-tanda tersebut, tingkat ketuaan buah juga dapat ditentukan dari
umurnya. Waktu yang diperlukan sejak tanaman ditanam sampai panen adalah
sekitar 12-15 bulan. Bila dihitung sejak pisang mulai berbunga, sekitar 4-6 bulan
atau tergantung dari varietasnya.
Tabel 1. Umur petik beberapa varietas pisang di Indonesia
Varietas Umur sampai berbunga (hari) Umur petik (hari)
Kepok 393 167
Kapas 384 136
Raja bulu 501 -
Raja sere 390 149
Ambon hijau 450 163
Ambon lumut 470 157
Ambon putih 454 163
Badak 375 140
Bangkahulu 481 141
Lampeneng 394 137
Nangka 390 179
Udang 450 157
Angleng 470 175
Tanduk - 151
Barangan - 150
Sumber : Baga kalie, dkk; Surahmat Kusumo, dkk.
2.3.2 Penanganan Pascapanen

Setelah dipanen, buah pisang masih harus melalui beberapa tahapan proses
pascapanen. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kualitas sehingga layak
untuk dipasarkan. Kendati ketika dipanen buah pisang dalam kondisi baik,
penanganan pascapanen buah pisang dalam kondisi baik, penanganan pascapanen
yang dilakukan secara asal-asalan bisa membuat buah pisang menjadi rusak.
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering
untuk mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan
menggunakan kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir
pisang dilepaskan dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya.
Pengepakan dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang
dimasukkan ke dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka
potongan di ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari
pembusukan.
2.4 Produksi dan Produktivitas

Sentra produksi pisang di Indonesia tersebar di 16 propinsi, 70 kabupaten.


Selama periode 1995-2002 luas panen pisang berfluktuasi, namun pada tahun
2003-2004 cenderung meningkat. Produktivitas pisang juga berfluktuasi anara
11,6 ton/ha (1997) sampai 16,3 ton/ha (2002). Sedangkan produksi sejak tahun
1996 sampai 2003 meningkat.
Tabel 2. Produksi buah pisang di enam belas provinsi di Indonesia

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura
Rata-rata produksi dan produktivotas pisang selama periode 1999 sampai
2003 masing-masing sekitar 4 juta ton dan 13,98 ton/ha. Berdasarkan total
produksi, pisang menduduki tempat pertama dibandingkan dengan total produksi
mangga (1,5 juta ton), jeruk (1,5 juta ton), durian (741 ribu ton) dan manggis (79
ribu ton). Dari rata-rata produksi nasional pisang, sekitar 63% berasal dari pulau
Jawa, Sumater 18%, kalimantan 6%, Sulawesi 6%, Bali dan Nusa Tenggara 8%.
Tabel 3. Luas panen, produksi dan produktivitas pisang di Indonesia

Sumber : FAOSTAT, 2005


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Buah pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan buah yang sangat populer di
masyarakat Indonesia. Kandungan gizi yang ada pada buah pisang membuat
tingkat kebutuhan akan buah ini semakin meningkat dari tahun ketahun. Untuk itu
diperlukan teknik pemanenan dan waktu panen yang sesuai untuk menghasilkan
buah yang siap dikonsumsi untuk segala kebutuhan. Dengan demikian akan
meningkatkan produksi dan produktivitas buah pisang dari tahun ketahun.
3.2 Saran

Dengan pengolahan dan waktu panen yang sesuai akan menghasilkan buah
pisang dengan kualitas yang baik dan hal ini bisa meningkatkan produksi dan
produktifitas tanaman itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Suyanti dan Ahmad Supriyadi. 2008. Pisang, Budidaya, Pengolahan, dan Prospek
Pasar. Jakarta : Penebar Swadaya.
Santoso, Hieronymus Budi. 2010. Sale Pisang. Yogyakarta : Kanikus.
Cahyono, Bambang. 2013. Pisang. Yogyakarta : Pisang.
Sibali, Rahmat. 2014. Makalah Usaha Budidaya Pisang.
http://rachmatsibali.blogspot.co.id/. Diakses tanggal 17 Mei 2016.
Litbang. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang.
http://www.litbang.pertanian.go.id/. Diakses tanggal 17 Mei 2016.
Rikang, Raymundus. 2014. Orang Indonesia Paling Doyan Makan Pisang. Jakarta
: Surat Kabar Tempo (8/6/2014).

Anda mungkin juga menyukai