Anda di halaman 1dari 10

http://haiyulfadhli.blogspot.co.id/2015/04/spektrofotometri-serapan-atom-ssa.

html

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)


Spektrofotometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang
gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi
secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang ( Khopkar, 2002 ).
Sejarah singkat tentang serapan atom pertama kali diamati oleh Frounhofer, yang pada saat
itu menelaah garis-garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan
prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di
tahun 1995. Sebelumnya ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara spektrofotometrik atau
metode spektrografik. Beberapa cara ini dianggap sulit dan memakan banyak waktu,
kemudian kedua metode tersebut segera diagantikan dengan Spektrometri Serapan Atom
(SSA). ( Rahmatiyah,2015 ).
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis, yang umum
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif
yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam
spektrofotometri disebut spektrofotometer. Daerah panjang gelombang yang dimaksud antara
lain sinar tampak, UV, inframerah, gelombang radio dan sinar-X. Spektrofotometri dapat
dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari
absorbsi energi oleh materi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang
gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang
khas untuk analisis komponen yang berbeda. ( Tizan, 2015 ).
Prinsip analisis dengan SSA adalah interaksi antara energi radiasi dengan atom unsur yang
dianalisis. SSA banyak digunakan untuk analisis unsur. Atom suatu unsur akan menyerap
energi dan terjadi eksitasi atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini tidak stabil
dan akan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan sebagian atau seluruh tenaga
eksitasinya dalam bentuk radiasi. Frekuansi radiasi yang dipancarkan karakteristik untuk
setiap unsur dan intensitasnya sebanding dengan jumlah atom yang tereksitasi yang kemudian
mengalami deeksitasi. Teknik ini dikenal dengan SEA (spektrofotometer emisi atom). Untuk
SSA keadaan berlawanan dengan cara emisi yaitu, populasi atom pada tingkat dasar
dikenakan seberkas radiasi, maka akan terjadi penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang
berada pada tingkat dasar tersebut. Penyerapan ini menyebabkan terjadinya
pengurangan intensitas radiasi yang diberikan. Pengurangan intensitasnya sebanding dengan
jumlah atom yang berada pada tingkat dasar tersebut. ( Riyanto, 2009 )
Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah
menjadi uap atom sehingga nyala rnengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa
diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh ayala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal
sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground state). Atom-atom ground state ini
kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur
yang bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama
dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala. Absorpsi ini mengikuti
hukum Lambert-Beer. yakni absorbansi berbanding lurus dengan panjang uyala yang dilalui
sinar dan konsentrasi uap atom dalam nyala. Kedua variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi
panjang nyala dapat dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding langsung dengan
konsentrasi analit dalam larutan sampel. Teknik-teknik analisisnya sama seperti pada
spektrofotometri UV -Vis yaitu standar tunggal, kurva kalibrasi dan kurva adisi standar.
( Riyanto, 2009 ).
Spektrofotometri Serapan Atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur
logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis ini
memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk
molekul dari logam dalam sampel tersebut (Rohman, 2007).
Teknik ini digunakan untuk menetapkan kadar ion logam tertentu dengan jalan
mengukur intensitas emisi atau serapan cahaya pada panjang gelombang tertentu oleh uap
atom unsur yang ditimbulkan dari bahan, misalnya dengan mengalirkan larutan zat ke dalam
api (Ditjen POM, 1995).
Suatu spektrofotometri serapan atom memiliki suatu sumber radiasi yang panjang
gelombangnya tepat sama dengan atom yang diharapkan tereksitasi dalam nyala yang disebut
lampu hollow cathode. Pada flame photometry, energi yang diserap adalah energi panas dari
nyala dan energi dari pembakaran molekular. Ini sangat tidak efisien karena banyak energi
tersedia tapi hanya sedikit yang akan mengeksitasi atom netral. Disinilah keefektifan dari
lampu hollow cathode yaitu menyediakan radiasi yang tepat. Contoh: jika magnesium yang
akan ditentukan, maka digunakan lampu hollow cathode magnesium. Suatu gangguan
(interferensi) besar pada fluoresensi dan flame photometry antara lain penyerapan sendiri
(self-absorption) yaitu panjang gelombang yang diemisikan dari suatu atom dengan mudah
diserap kembali oleh atom yang sejenis (Pomeranz, 1987).
Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen berikut :
a. Unit atomisasi
b. Sumber radiasi
c. Sistem pengukur fotometrik
Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala maupun dengan tungku. Untuk
mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas.
Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar proses atomisasinya
sempurna (Khopkar, 1990).
Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsur
spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar hollow cathode. Lampu ini memiliki dua
elektroda, satu diantaranya berbentuk silinder dan terbuat dari unsur yang sama dengan unsur
yang dianalisa. Lampu ini diisi dengan gas mulia bertekanan rendah. Dengan pemberian
tekanan pada arus tertentu, logam mulai memijar, dan atom-atom logam katodanya akan
teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada
panjang gelombang -panjang gelombang tertentu. Suatu garis yang diinginkan dapat diisolasi
dengan suatu monokromator. Tinggi puncak diukur pada saat garis absorpsi dan garis emisi
mempunyai lebar yang sama (Khopkar, 1990).
Penggunaan lampu hollow cathode adalah ekonomis. Banyak perusahaan menjamin
lampu mereka dapat bertahan untuk 5000 miliampere jam atau dua tahun. Ini berarti jika
lampu lampu dioperasikan pada 5 mA,dijamin dapat bertahan paling sedikit 1000 jam untuk
beroperasi (Haswell, 1991).
Pembentuk atom-atom logam gas dalam nyala dapat terjadi bila suatu larutan sampel
yang mengandung logam dimasukkan ke dalam nyala. Peristiwa yang terjadi secara singkat
setelah sampel dimasukkan ke dalam nyala adalah :
a. Penguapan pelarut yang meninggalkan residu.
b. Penguapan zat padat dengan dissosiasi menjadi atom-atom penyusunnya, yang mula-
mula akan berada dalam keadaan dasar.
c. Beberapa atom dapat tereksitasi oleh energi panas nyala ke tingkatan-tingkatan energi
yang lebih tinggi, dan mencapai kondisi dimana atom-atom tersebut akan memancarkan
energi (Vogel, 1994).
Bila suatu atom atau molekul menyerap energi, maka elektron dari atom atau molekul
tersebut akan berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi atau keadaan tereksitasi.
Penyerapan energi mengakibatkan atom dalam keadaan tereksitasi. Dalam keadaan
tereksitasi maka atom dapat mengurangi kelebihan energi dengan cara melepaskan foton
yang ekivalen dengan perbedaan tingkat energi antara E*(energi tereksitsai) dan E 0(energi
awal). Untuk molekul akan memungkinkan terjadinya transisi dari beberapa tingkat energi ke
keadaan dasar. Tipe spektrum dari molekul dikenal dengan spektrum pita, karena merupakan
transisi dari berberapa tingkat energi yang akan menghasilkan sejumlah garis membentuk pita
(Pietrzyk and Frank, 1970).

Salah satu keuntungan bekerja dengan teknik spektrometri serapan atom adalah lebih
mudahnya preparasi sampel. Dalam preparasi kita tidak perlu melakukan pemisahan unsur
yang dianalisis dari unsur yang lain artinya larutan sampel dapat langsung dianalisis
kandungan unsurnya.
Metoda AAS suatu metodadidasarkan pada pengukuran absorpsi danemisi atom atom/unsur.
Atom yang berasal dari proses pembakaran molekul-molekul dalam larutan contoh apabila
diberi energi sumber maka akan terjadi eksitasi pada saat kembali ke dasar dengan
memancarkan cahaya. Intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan konsentrasi
unsur dalam centoh (Soendoro, 1983).
Spektroskopi Serapan Atom (SSA)
Spektroskopi Serapan atom (SSA) adalah suatu metode analisis untuk penentuan unsur-unsur
logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan (absorpsi) radiasi oleh atom-atom
bebas unsur tersebut.

Teori Singkat Spektroskopi Serapan Atom


Sejarah singkat tentang serapan atom pertama kali diamati oleh Frounhofer, yang pada saat
itu menelaah garis-garis hitam pada spetrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip
serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun
1995. Sebelum ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara spektrofotometrik atau metode
analis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan memakan waktu, kemudian segera di
gantikan dengan Spektroskopi Serapan Atom atau Atomic Absorption Spectroscopy
(AAS). Metode ini sangat tepat untuk analisis Zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini
mempunyai beberapa kelebihan di bandingkan metode spektroskopi emisi
konvensional.Memang selain dengan metode serapan atom,unsur-unsur dengan energi eksitasi
dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala,tetapi untuk unsure-unsur dengan energi eksitasi
tinggi hanya dapat dilakukan dengan fotometri nyala Untuk analisis dengan garis spectrum
resonansi antara 400-800 nm,fotometri nyala sangat berguna sedangkan antara 200-300 nm
metode SSA lebih baik daripada fotometri nyala.Untuk analisis kualitatif,metode fotometri
nyala lebih disukai dari SSA, karena SSA memerlukan lampu katoda spesifik
(hallow cathode).kemonokromatisan dalam SSA merupakan sarat utama. Dari segi biaya SSA
lebih mahal dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan
SSA merupakan komplomenter satu sama lainnya.
Komponen-komponen lainnya dari sebuah spektrofotometer serapan atom adalah konfensional
sifatnya. Monokromatornya dapat tak semahal monokromator spektrofotometer biasa yang
sepadan kualitasnya, karena kurang dituntut. Satu-satunya tuntutan adalah bahwa
monokromator itu melewatkan garis resonan yang dipilih, tanpa dibarengi garis-garis lain
dalam spektrum sumber cahaya yang timbul dari katode logam atau gas lambannya.
Metode SSA berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya
tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan Natrium
menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm sedangkan kalium pada 766,5 nm. Cahaya
pada gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom.
Dengan absorpsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan
dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Tingkat-tingkat eksitasinya pun
bermacam-macam. Misalnya unsur Na dengan nomor atom 11 mempunyai konfigurasi
elektron 1s2 2s2 2p6 3s1, tingkat dasar untuk elektron valensi 3S, artinya tidak memiliki
kelebihan energi. Elektron ini dapat tereksitasi ketingkat 3p dengan energi 2,2 eV ataupun
ketingkat 4p dengan energi 3,6 eV, masing-masing sesuai dengan panjang gelombang sebesar
589nm dan 330 nm. Kita dapat memilih diantara panjang gelombang ini yang menghasilkan
garis spektrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum, yang dikenal dengan garis
resonansi. Garis-garis lain yang bukan garis resonansi dapat berupa spektrum yang berasosiasi
dengan tingkat energi molekul, biasanya berupa pita-pita lebar ataupun garis tidak berasal dari
eksitasi tingkat dasar yang disebabkan proses atomisasinya.
Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang
mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap
dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang
berada pada sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari:
Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium transparan, maka
intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang
mengabsorbsi.
Hukum Beer: Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut.
Prinsip Kerja Spektrometri Serapan Atom (SSA)
SSA berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada
panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya Spektrometri Serapan Atom
(SSA) meliputi absorpsi sinar oleh atom-atom netral unsur logam yang masih berada dalam
keadaan dasarnya (Ground state). Sinar yang diserap biasanya ialah sinar ultra violet dan sinar
tampak. Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA) pada dasarnya sama seperti absorpsi sinar
oleh molekul atau ion senyawa dalam larutan.
Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada spektrofotometer absorpsi sinar ultra
violet, sinar tampak maupun infra merah, juga berlaku pada Spektrometri Serapan Atom
(SSA). Perbedaan analisis Spektrometri Serapan Atom (SSA) dengan spektrofotometri
molekul adalah peralatan dan bentuk spectrum absorpsinya:
Setiap alat SSA terdiri atas tiga komponen yaitu:
Unit atomisasi (atomisasi dengan nyala dan tanpa nyala)
Sumber radiasi
Sistem pengukur fotometri
Instrumentasi
Gambar 2. Alat Spektroskopi Serapan Atom

Untuk menganalisis sampel, sampel harus diatomisasi. Sampel kemudian harus diterangi oleh
cahaya. Cahaya yang ditransmisikan kemudian diukur oleh detector tertentu.
Sebuah sampel cairan biasanya berubah menjadi gas atom melalui tiga langkah:
- Desolvation (pengeringan) larutan pelarut menguap, dan sampel kering
- Penguapan sampel padat berubah menjadi gas
- Atomisasi senyawa berbentuk gas berubah menjadi atom bebas.
Sumber radiasi yang dipilih memiliki lebar spectrum sempit dibandingkan dengan transisi
atom.Lampu katoda Hollow adalah sumber radiasi yang paling umum dalam spekstroskopi
serapan atom. Lampu katoda hollow berisi gas argon atau neon, silinder katoda logam
mengandung logam untuk mengeksitasi sampel. Ketika tegangan yang diberikan pada lampu
meningkat, maka ion gas mendapatkan energy yang cukup untuk mengeluarkan atom logam
dari katoda. Atom yang tereksitasi akan kembali ke keadaan dasar dan mengemisikan cahaya
sesuai dengan frekuensi karakteristik logam.
4 Bagian-Bagian pada SSA
1. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada SSA. Lampu katoda memiliki masa pakai atau
umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-
beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk
pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus,
hanya saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan untuk
memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket pada
SSA. Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi
lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur
logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang
kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada gas
yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
2. Tabung Gas
Tabung gas pada SSA yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas
asetilen pada SSA memiliki kisaran suhu 20.000 K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas
N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu 30.000 K. Regulator pada
tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas
yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur
tekanan yang berada di dalam tabung.
3. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada
SSA, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar
asap yang dihasilkan oleh SSA, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan
dari pembakaran pada SSA, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar polusi yang
dihasilkan tidak berbahaya.
4. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi untuk
mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh SSA, pada waktu pembakaran atom.
Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam
merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang
akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan
merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan
disemprotkan ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat
penyimpanan udara setelah usai penggunaan SSA. Alat ini berfungsi untuk menyaring udara
dari luar, agar bersih. posisi ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan
posisi tertutup.
5. Burner
Burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur
merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada
pada burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses
pengatomisasian nyala api.
6. Buangan pada SSA
Buangan pada SSA disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada SSA. Buangan
dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa, agar sisa
buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses
pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan akan
terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi
dengan lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat SSA atau api
pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses pengatomisasian
nyala api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau wadah buangan tidak
tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi
disisakan sedikit, agar tidak kering.
7. Monokromator
Berfungsi mengisolasi salah satu garis resonansi atau radiasi dari sekian banyak spectrum
yang dahasilkan oleh lampu piar hollow cathode atau untuk merubah sinar polikromatis
menjadi sinar monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran.
8. Detektor
Dikenal dua macam detector, yaitu detector foton dan detector panas. Detector panas biasa
dipakai untuk mengukur radiasi inframerah termasuk thermocouple dan bolometer. Detector
berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan dan telah diubah menjadi energy
listrik oleh fotomultiplier. Hasil pengukuran detector dilakukan penguatan dan dicatat oleh alat
pencatat yang berupa printer dan pengamat angka.
5 Metode Analisis
Terdapat tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri, yakni:
1. Metode Standar Tunggal
Metode ini hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya
(Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (Astd) dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur
dengan spektrometri. Dari hukum Beer diperoleh:
Astd = b Cstd Asmp = b Csmp
= Astd / Cstd b = Asmp / Csmp
Sehingga: Astd/Cstd = Csmp/Asmp -> Csmp = (Asmp/Astd) x Cstd
Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standar, konsentrasi larutan sampel dapat
dihitung.
2. Metode kurva kalibrasi
Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi
dari larutan tersebut diukur dengan SSA. Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara
konsentrasi(C) dengan absorbansi (A) yang merupakan garis lurus yang melewati titik nol
dengan slope = b atau = a.b. konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi
larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam
persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi linear pada kurva
kalibrasi.
3. Metode adisi standar
Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh
perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metode ini dua atau lebih
sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan
diencerkan sampai volume tertentu kemudiaan larutan yang lain sebelum diukur
absorbansinya ditambah terlebih dahulu dengan sejumlah larutan standar tertentu dan
diencerkan seperti pada larutan yang pertama. Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal
berikut:
Ax = k.Ck AT = k(Cs+Cx)
Dimana:
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
AT = absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh Cx = Cs + {Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT dengan
spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat grafik antara AT
lawan Cs garis lurus yang diperoleh dari ekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs
Kelebihan dan kekurangan Metode SSA
Keuntungan metode SSA dibandingkan dengan spektrofotometer biasa yaitu spesifik, batas
deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur yang berlainan,
pengukurannya langsung terhadap contoh, output dapat langsung dibaca, cukup ekonomis,
dapat diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan luas (dari ppm sampai %).
Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana SSA tidak mampu menguraikan zat
menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca, pengaruh ionisasi yaitu bila atom
tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang
sama, serta pengaruh matriks misalnya pelarut.

Anda mungkin juga menyukai