Anda di halaman 1dari 26

Pemerintah Desa dalam Pengaturan UU No.

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

A. Nomenklatur dan Status Desa

Dibawah UU No.5/1979 tentang Pemerintahan Desa, satuan pemerintahan terenddah dibawah


kecamatan disebut dengan nomenklatur desa. Di seluruh Indonesia nomenklaturnya sama, yaitu desa.
Bahkan tidak hanya nomenklaturnya yang diseragamkan, melainkan juga struktur organisasinya dan
mekanisme kerjanya. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan pemerintahan desa yang efisien sehingga
dapat menerima tugas-tugas pembangunan yang menjadi prioritas pemerintah saat itu. Berdasarkan
ketentuan tersebut, maka semua satuan pemerintahan terendah seperti nagari di Sumatera Barat, gampong
di Aceh, marga di Sumatera Selatan, huta di Sumatera Utara dan lain-lain mengubah nomenklaturnya
menjadi desa.
Penyeragaman nomenklatur dan organisasi desa tersebut kemudian menciptakan perasaan kurang
senang dalam masyarakat luar Jawa karena merasa dipaksa untuk menerima konsep desa Jawa. Bahkan
banyak kelompok masyarakat yang menyebut jawanisasi desa luar Jawa tersebut sebagai penjajahan
cultural oleh penguasa Jawa kepada masyarakat luar Jawa. Masyarakat luar Jawa kurang senang karena
secara kelembagaan, sosial budaya, dan tata kerjanya desa di luar Jawa tidak sama dengan desa di Jawa.
Dalam kenyataannya desa di luar Jawa mempunyai kelembagaan , struktur organisasi, dan mekanisme
kerja yang sangat beragam.
Berdasarkan pengalaman tersebut, maka dalam UU No 32 Tahun 2004 masalah nomenklatur
diserahkan kepada masing-masing daerah. Artinya, setiap daerah bisa menyebut satuan pemerintahan
terendah dengan istilah yang sudah hidup sejak zaman dulu seperti nagari, huta, gampong, kampung,
marga dan lain-lain. Dengan demikian, di daerah luar Jawa sebutan untuk desa menjadi beragam.
Status desa adalah satuan pemerintahan di bawah kabupaten/kota. Desa tidak sama dengan kelurahan
yang statusnya di bawah camat. Kelurahan hanyalah wilayah kerja lurah di bawah camat yang tidak
mempunyai hak mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Sedangkan desa atau yang
disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hokum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan
adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesi (UU No.32/2004)
Dengan demikian, kepala desa langsung dibawah pembinaan Bupati/walikota. Perlu diketahui bahwa
sesuai dengan UU No. 32/2004 kecamatan bukan lagi sebagai wilayah administrasi yang membawahi
desa-desa, melainkan hanyalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten. Camat sendiri
bukan kepala wilayah dan penguasa tunggal di wilayahnya (sesuai UU No 5/1974), melainkan hanya
sebagai pejabat pemerintah kabupaten yang mengepalai kecamatan. Atau dengan kata lain, camat adalah

1
tangan panjang bupati di wilayah kerja tertentu yaitu kecamatan yang salah satu tugasnya adalah
melakukan koordinasi, sinkronisasi, pengawasan dan pembinaan terhadap desa-desa. Hal tersebut berbeda
dengan status camat pada zaman Orde Baru yaitu tangan panjang pemerintah pusat di bawah pembinaan
menteri dalam negeri, gubernur dan bupati/walikota.

B. Kewenangan Desa
1. Kewenanangan yang Sudah Ada Berdasarkan Hak Asal-Usul Desa

Desa tumbuh dari komunitas yang menyelenggarakan urusannya sendiri, self governing community,
kemudian diakui oleh pemerintah kolonial sebagai kesatuan masyarakat hokum dan akhirnya berkembang
menjadi kesatuan masyarakat hukum adat. Sebagai kesatuan masyarakat hukum adat, desa telah memiliki
lembaga yang mapan dan ajeg yang mengatur perikehidupan masyarakat desa yang bersangkutan.
Berdasarkan pendapat Ter Haar, masyarakat hukum adat mempunyai tiga komponen yaitu: 1)skumpulan
orang yang teratur, 2) mempunyai lembaga yang bersifat ajeg dan tetap, 3) memiliki kekuasaan dan
kewenangan mengurus harta benda.
Komponen pertama yaitu bahwa desa merupakan sekelompok orang yang teratur, berarti bahwa di
desa tinggal orang-orang yang membentuk sistem kemasyarakatan yang teratur. System kemasyarakatan
yang teratur menunjuk pada adanya pola tata tindak sekumpulan orang tersebut berdasarkan peran,status
dan fungsi masing-masing yang mengacu pada nilai dan norma yang disepakati bersama. Konkritnya, di
desa tidak hanya ada orang-orang yang tinggal bersama saja, melainkan orang-orang yang tinggal
bersama tersebut membentuk suatu system kerja sama yang teratur. Orang-orang yang tinggal di desa
mengatur diri dengan cara memposisikan diri dalam status, peran, dan fungsi tertentu dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Komponen kedua, yaitu mempunyai lembaga yang bersifat tetap dan ajeg. Artinya bahwa masyarakat
desa mempunyai lembaga sosial yang mapan. Lembaga berasal dari kebiasaan, tata kelakuan, dan adat
istiadat. Lembaga ini menjadi pola perilaku masyarakat yang fungsional dalam rangka memenuhi
kehidupannya. Masyarakat desa sebagai kesatuan masyarakat hukum adat mempunyai lembaga-lembaga
sosial yang melekat dalam dirinya. Pola perilaku itu berjalan begitu adanya, dengan sendirinya, tanpa ada
yang mengatur atau memaksa dan jika tidak dilakukan akan mengganggu keteraturan masyarakat.
Dalam hal untuk memenuhi kebutuhannya di bidang pemerintahan, masyarakat desa mempunyai
lembaga pemerintahan yang berbentuk organisasi pemerintahan desa. Dalam hal untuk memenuhi
kebutuhannya di bidang ekonomi,masyarakat desa mempunyai lembaga ekonomi berupa system
kepemilikan tanah dan yang berbentuk organisasi : Kelompok Tani dan KUD. Dalam hal memenuhi
kebutuhannya dalam partisipasi politik, masyarakat desa mempunyai lembaga yang disebut Kumpulan
Desa, Kerapatan Adat Nagari, dll. Dalam hal memnuhi kebutuhannya di bidang sosial-budaya,

2
masyarakat desa mempunyai lembaga arisan kerja, gotong royong, jamaah pengajian, kumpulan pencak
silat, kumpulan seni tradisional, dll. Semua lembaga tersebut begitu teratur, mapan, dan fungsional dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat desa yang bersangkutan.
Komponen ketiga, yaitu desa mempunyai kewenangna mengurus harta benda, berarti bahwa desa
mempunyai harta benda sendiri yang diatur dan diatur oleh masyarakat desa sendiri. Harta benda milik
desa tersebut tidak diatur dan ditentukan oleh pemerintah atasnya (kabupaten, provinsi, pusat). Di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, hampir semua desa mempunyai harta benda berupa tanah banda desa dan tanah
bengkok. Tanah banda desa adalah tanah komunal milik masyarakat desa yang diperuntukkan untuk
membiayai pembangunan dan pemeliharaan desa. Seddangkan tanah bengkok adalah tanah komunal milik
masyarakat desa yang diperuntukkan sebagai honor/gaji pada pengurus desa selama menjabat. Beberapa
desa ada yang mempunyai tanah gembalaan, kolam ikan, alun-alun. Disamping memiliki tanah, ada juga
desa yang mempunyai pasar desa, tempat wisata, tempat pemandian, dermaga, dan pelabuhan. Semua
harta benda yang dimilki tersebut pengaturannya (pembuat kebijakannya) dan pengurusannya
(pelaksanaannya) dibuat sendiri oleh masyarakat desa yang bersangkutan.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan kewenangan yang sudah ada berdasarkan asal-usulnya
adalah kewenangan yang mengacu pada pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hukum adat
tersebut. Untuk dapat mengidentifikasi kewenangan berdasarkan asal-usul ini maka perlu dilakukan tiga
langkah:
1. Melihat lembaga-lembaga apa saja yang fungsional dalam mengatur perikehidupan masyarakat
2. Menginventarisir harta benda yang dimilikinya dan
3. Menghubungkan antara lembaga yang dikembangkan masyarakat desa yang bersangkutan dengan tata
cara pengaturan dan pengurusan harta benda yang dimiliki.

Berdasarkan tiga langkah tersebut, maka akan muncul beberapa urusan yang diselenggarakan oleh
masyarakat desa. Urusan-urusan tersebut dalam penyelenggaraannya menyatu dengan lembaga-lembaga
yang dikembangkan yang didukung oleh harta benda yang dimiliki. Misalnya, Desa Loireng Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak Jawa Tengah pada masa sebelum UU No.5/1979 menyelenggarakan otonomi
asli dalam bentuk sebagai berikut. Desa menyelenggarakan urusan keamanan dibawah koordinasi bayan
polisi, urusan keagamaan Islam dan adat dibawah koordinasi modin, urusan pengairan di bawah
koordinasi ulu-ulu, dan urusan peradilan di bawah lembaga peradilan yang diketuai kepala desa dengan
anggota kamituuwo, tokoh ulama, dan tokoh adat/masyarakat.

3
2. Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten/Kota yang Diserahkan
Pengaturannya Kepada Desa.

Dalam UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan ada yang diselenggarakan
oleh pemerintah pusat, ada yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi, dan ada yang
diselenggarakan oleh pemerintahan kabupaten/kota. Pengaturan tersebut dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Dengan PP No. 38/2007 tersebut
urusan pemerintahan yang pengaturan dan pengurusannya diserahkan kepada pemerintahan daerah
kabupaten/kota sangat jelas dan rinci.
Dalam rangka memperkuat desa, pemerintah mngeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/kota kepada Desa. Dalam
peraturan ini dijelaskan bahwa urusan pemerintahan kabupaten/kota yang dapat diserahkan kepada desa
antara lain:
1. Bidang Peranian dan Ketahanan Pangan;
2. Bidang Pertambangan dan Energi serta Sumber Daya Mineral;
3. Bidang Kehutanan dan Perkebunan;
4. Bidang Perindustrian dan Perdagangan;
5. Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah;
6. Bidang Penanaman Modal;
7. Bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
8. Bidang Kesehatan;
9. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan;
10. Bidang Sosial;
11. Bidang Penataan Ruang;
12. Bidang Pemukiman/Perumahan;
13. Bidang Pekerjaan Umum;
14. Bidang Perhubungan;
15. Bidang Lingkungan Hiidup;
16. Bidang Politik Dalam Negeri dan Administrasi Publik;
17. Bidang Otonomi Desa;
18. Bidang Perimbangan Keuangan;
19. Bidang Tugas Pembantuan;
20. Bidang Pariwisata;

4
21. Bidang Pertanahan;
22. Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil;
23. Bidang Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat, dan Pemerintahan Umum;
24. Bidang Perencanaan;
25. Bidang Penerangan/Informasi dan Komunikasi;
26. Bidang Pemberdayan Perempuan dan Perlindungan Anak;
27. Bidang Keluarga Berencana ddan Keluarga Sejahtera;
28. Bidang Pemuda dan Olahraga;
29. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa;
30. Bidang Statistik; dan
31. Bidang Arsip dan Perpustakaan.

Itulah urusan-urusan pemerintahan yang sudah menjadi kompetensi kabupaten/kota yang dapat
diserahkan pengaturan dan pengurusannya kepada desa. Adapun ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanaan penyerahan urusan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota kepada Desa diatur dengan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

3. Tugas Pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota.

Dalam sistem pemerintahan desentralistik menurut UU No.32/2004, pemerintah pusat


menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang luar negeri, keamanan, pertahanan, keuangan, dn moneter
nasional, justisi dan agama. Sedangkan pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota mengatur dan mengurus urusan pemerintahan sisanya yang mencakup 31 urusan
pemerintahan baik berupa urusan wajib maupun urusan pilihan. Pembagian urusan pemerintahan antara
pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota tersebut diatur dalam UU No. 38/2007.
Terhadap urusan pemerintahan yang sudah menjadi kewenangannya, pemerintah pemilik kewenangan
dapat meminta kepada pemerintahan bawahannya untuk melaksanakan sebagian kewenangan miliknya
tersebut disertai biaya dan sumber daya yang diperlukan. Pemerintah atasan meminta kepada pemerintah
bawahan untuk melaksanakan sebagian atau seluruh kewenangan tersebut disebut tugas pembantuan.
Misalnya, pemerintah pusat adalah pemilik kewenangan pertahanan dan keamanan. Pemerintah pusat
dapat meminta provinsi, kabupaten/kota, dan desa melaksanakan pelatihan bela Negara kepada semua
warga yang tinggal di wilayahnya.
Tugas pembantuan bisa berasal dari pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, bisa berasal dari
provinsi saja atau bisa berasal dari kabupaten/kota saja. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota kepada desa wajib disertai dengan dukungan pembiayaan, sarana

5
dan prasarana, serta sumber daya manusia. Penyelenggaraan tugas pembantuan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan. Jika tugas pembantuan tidak disertai dengan pembiayaan, sarana dan
prasarana, serta sumber daya manusia, desa berhak menolak.

4. Urusan Pemerintahan Lainnya yang oleh Peraturan Perundang-Undangan Diserahkan Kepada


Desa

Disamping mempunyai kewenangan asli, kewenangan yang diserahkan dari kabupaten/kota dan tugas
pembantuan, desa juga dapat menerima urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepadanya. Urusan
pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa berdasarkan undang-undang sampai saat ini belum
ada.

C. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa


1. Pemerintah Desa

Penyelenggaraan pemerintah desa dilakukan oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Pemerintah Desa adalah organisasi pemerintahan desa yang terrdiri atas:
a. Unsur pimpinan, yaitu kepala desa;
b. Unsur pembantu kepala desa, yang terdiri atas:
1. Sekretariat Desa, yaitu unsur staf atau pelayanan yang diketuai oleh sekretaris desa;
2. Unsur Pelaksana Teknis, yaitu unsur pembantu Kepala Desa yang melaksanakan urusan teknis di
lapangan seperti urusan pengairan, keagamaan, dan lain-lain;
3. Unsur Kewilayahan, yaitu pembantu kepala desa di wilayah kerjanya seperti kepala dusun.

Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan pembanguna dan


kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala desa mempunyai wewenang:
a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
bersama BPD;
b. Mengajukan rancangan peraturan desa;
c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD;
d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APBDesa untuk dibahas dan
ditetapkan bersama BPD;
e. Membina kehidupan masyarakat desa;
f. Membina perekonomian desa;
g. Mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

6
h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk
mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

Dalam melaksanakan tugas dan wewenanganya, kepala desa mempunyai kewajiban:


a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 1945 serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan NKRI;
b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat;
d. Melaksanakan kehidupan demokrasi;
e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari KKN;
f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa;
g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan;
h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik;
i. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa;
j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa;
k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa;
l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa;
m. Membina,mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat;
n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa;
o. Mengembangkan potensi SDA dan melestarikan lingkungan hidup.

Tugas dan kewajiban kepala desa dalam memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa
diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah berdasarkan peraturan pemerintah. Agar fokus pada
pelayanan kepada masyarakat, kepala desa dilarang:
a. Menjadi pengurus partai politik;
b. Merangkap jabatan sebagai ketua dan/anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatn di desa
bersangkutan;
c. Merangkap jabatan sebagai anggota DPRD;
d. Terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pemilihan kepala
daerah;

7
e. Merugikan kepentingan umum, meresahkan kelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan
warga atau golongan masyarakat lain;
f. Melakukan KKN, menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
g. Menyalahgunakan wewenang;
h. Melanggar sumpah/janji jabatan.

Kepala Desa berhenti karena 1) meninggal dunia, 2) permintaan sendiri, atau 3)


diberhentikan. Kepala Desa diberhentikan karena:
a. Berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru;
b. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tettap secara berturut-
turut selama 6 bulan;
c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala desa;
d. Dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan;
e. Tidak melaksanakan kewajibak kepala desa; dan/atau
f. Melanggar larangan bagi kepala desa.
Masa jabatan kepala desa adalah enam tahun, yang dihitung sejak yang bersangkutan
dilantik. Kepala desa yang sudah menduduki jabatan kepala desa hanya boleh menduduki jabatan
kepala desa lagi untuk satu kali masa jabatan.
Sesuai dengan prinsip demokrasi, kepala desa mempunyai kewajiban untuk memberikan
laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada bupati/walikota, memberikan laporan
pertanggungjawaban kepada BPD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan
pemerintahan desa kepada masyarakat. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa
disampaikan kepada bupati/walikota melalui camat 1 kali dalam satu tahun. Laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada BPD disampaikan 1 kali dalam satu tahun dalam musyawarah BPD.
Menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat dapat berupa
selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau diinformasikan secara lisan dalam
pertemuan masyarrakat desa, radio komunitas atau media lainnya. Laporan tersebut digunakan
sebagai dasar melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan sebagai bahan
pembinaan lebih lanjut. Kepala desa juga wajib menyampaikan laporan akhir masa jabatan
kepala desa yang disampaikan kepada Bupati/walikota melalui camat dan kepada BPD.

8
Sebagaimana disinggung di atas, kepala desa dibantu oleh perangkat desa ddalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya. Perangkat desa bertanggung jawab kepada kepala desa.
Perangkat desa terdiri atas sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari
pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan yaitu:
a. Berpendidikan paling renddah lulusan SMA atau sederajat;
b. Mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan;
c. Mempunyai kemampuan di bidang administrasi perkantoran;
d. Mempunyai pengalaman di bidang administrasi keuangan dan bidang perencanaan;
e. Memahami sosial budaya masyarakat setempat; dan
f. Bersedia tinggal di desa yang bersangkutan.
Sekretaris desa diangkat oleh sekretaris daerah kabupaten/kota atau nama bupati/walikota.
Adapaun perangkat desa lainnya diangkat oleh kepala desa dari penduduk desa yang
bersangkutan. Pengangkatan perangkat desa ditetapkan dengan keputusan kepala desa. Untuk
bisa diangkat sebagai perangkat desa calon harus berusia paling rendah 20 tahun dan paling
tinggi 60 tahun. Ketentuan lebih lanjut mengenai perangkat desa lainnya diatur dengan peraturan
daerah kabupaten/kota yang sekurang-kurangnya memuat:
a. Persyaratan calon;
b. Mekanisme pengangkatan;
c. Masa jabatan;
d. Kedudukan keuangan;
e. Uraian tugas;
f. Larangan;
g. Mekanisme pemberhentian.
Jumlah perangkat desa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyrakat
setempat. Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa ditetapkan dengan peraturan desa.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan organisasi dan tata kerja pemerintahan
desa diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota. Peraturan daerah kabupaten/kota sekurang-
kurangnya memuat:
a. Tata cara penyusunan struktur organisasi;
b. Perangkat;
c. Tugas dan fungsi;

9
d. Hubungan kerja.

Kepala desa dan perangkat desa diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan/atau tunjangan lainnya
sesuai dengan kemampuan keuangan desa yang ditetapkan setiap tahun dalam APBDesa. Penghasilan
tetap tersebut paling sedikit sama dengan upah minimum regional kabupaten/kota. Ketentuan lebih lanjut
mengenai kedudukan keuangan kepala desa dan perangkat desa diatur dengan peraturan daerah
kabupaten/kota yang sekurang-kurangnya memuat:
a. Rincian jenis penghasilan;
b. Rincian jenis tunjangan;
c. Penentuan besarnya dan pembebanan pemberian;
d. Penghasilan dan/atau tunjangan.

4. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Jadi, dalam menyelenggaraka
pemerintahan desa terdapat dua lembaga: pemerintah desa dan BPD. Pemerintah berfungsi
menyelenggarakan kebijakan pemerintah atasnya dan kebijakan desa, sedangkan BPD berfungsi
menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Atas
fungsi tersebut, BPD mempunyai wewenang:
a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa
b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa
c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa
d. Membentuk panitia pemilihan kepala desa
e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat
f. Menyusun tata tertib BPD
Anggota BPD terdiri dari ketua rukun warga,pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan
tokoh atau pemuka masyarakat lainnya dengan masa jabatan enam tahun dan dapat dipilih untuk satu kali
masa jabatan berikutnya. Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil dimana paling sedikit
lima orang dan paling banyak sebelas orang.
BPD mempunyai hak:
a. Mengajukan rancangan peraturan desa;
b. Mengajukan pertanyaan;
c. Menyampaikan usul dan pendapat;
d. Memilih dan dipilih;

10
e. Memporoleh tunjangan.

Anggota BPD mempunyai kewajiban:


a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 1945 dan menaati segala peraturan perundang-
undangan;
b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;
c. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan NKRI;
d. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
e. Memproses pemilihan kepala desa;
f. Mendahulukan kepetingan umum di atas kepentingan pribadi,kelompok dan golongan;
g. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat;
h. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.

11
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DESA

Demi efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa, pemerintah desa


harus didukung dengan tata usaha yang benar. Tata usaha adalah kegiatan mencatat semua proses
penyelenggaraan pemerintahan desa yang disebut administrasi desa. Jadi, administrasi desa
adalah keseluruhan proses kegiatan pencatatan data dan informasi menegenai penyelenggaraan
pemerintahan desa pada buku administrasi desa. Administrasi desa juga dapat diartikan sebagai
semua kegiatan yang bersumber pada wewenang Pemerintah desa yang terdiri atas tugas-tugas
kewajiban, tanggungjawab dan hubungan-hubungan kerja, yang dilaksanakan dengan
berlandaskan peraturan-peraturan perundangan yang berlaku, guna menjalankan pemerintahan
desa.

Administrasi desa sangat penting bagi kegiatan penyelenggaraan pemerintah desa.


Pemerintah desa akan berjalan dengan lancar manakala didukung oleh system tata
usaha/administrasi yang benar, rapi, dan tertib. System administrasi yang benar, rapi, dan tertib
akan memberikan data dan informasi yang mudah dan sistematis yang sangat berguna untuk
pengambilan keputusan, pembuatan rencana, control kegiatan, evaluasi, dan komunikasi dan
informasi baik ke dalam maupun keluar organisasi.

Administrasi Desa terdiri atas :

1. Administrasi Umum

adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai kegiatan pemerintahan desa pada bukun
administrasi umum ;

2. Administrasi Penduduk

adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai penduduk dan mutasi penduduk pada
buku administrasi penduduk ;

3. Administrasi Keuangan

adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai pengelolaan keuangan desa pada buku
administrasi keuangan ;

12
4. Administrasi Pembangunan

adalah kegiatan pencatatan data dan informasi pembangunan yang akan, sedang dan telah
dilaksanakan pada buku administrasi pembangunan ;

5. Administrasi Badan Permusyawaratan Desa atau BPD

adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai BPD.

6. Administrasi lainnya

adalah administrasi selain kelima administrasi tersebut yang dianggap penting oleh desa .

Dalam administrasi desa terdapat kegiatan administrasi pemerintahan desa. Guna


mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kegiatan administrasi Pemerintahan Desa, berikut
ini akan diuraikan tugas-tugas dan kewajiban Kepala Desa dalam menjalankan Pemerintahan
Desa.

1. Tugas Bidang Pemerintahan

a. Pencatatan Register

Pencatatan-pencatatan tersebut dilakukan di dalam berbagai Buku Register, mengenai


berbagai hal dan peristiwa yang menyangkut kehidupan/tindakan warga masyarakat, berdasarkan
laporan yang diperoleh melalui Sub-Pelayanan Umum dari masyarakat yang berkepentingan. Hal
ini merupakan pekerjaan rutin pemerintahan yang diharuskan bagi Pemerintahan Desa guna
membinan ketertiban bagi wagra masyarakat Desa.

Pencatatan data-data tersebut merupakan dasar bagi suatu sensus secara kronologis dan
bahan guna penyusunan suatu statistic penduduk, hewan, panenan, luas tanah dan hal-hal lain
dari suatu wilayah.

13
b. Tugas-tugas Umum

Menerima dan melaksanakan instruksi-instruksi dan petunjuk-petunjuk


Pemerintah di atasnya, mengenai bidang pemerintahan, ketertiban/keamanan,
tugas-tugas teknis dan kesejahteraan.
Membuat laporan secara periodic mengenai keadaan dan perubahan penduduk
keamanan serta social ekonomi wlayah desa dan sebagainya berdasarkan hasil
pencatatan buku-buku register desa, kepada Pemerintah Kecamatan.
Melaksanakan hal-hal yang sudah menjadi keputusan Rapat (rembug desa)
Selain tugas-tugas yang bersifat adminsitratif maupun operasional dan program-
program pembangunan Desa sesuai digariskan Pemrintah Pusat/Pemerintah
Daerah.
Mengadakan kerjasama dengan instansi-instansi organisasi lain yang terdapat
dalam tingkat desa antara lain Bimas (Bimbingan Masyarakat dari Kepolisian),
babinsa (Bintara Pembina Desa), RT/RW dan lain-lain.
Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan tanah desa/agrarian.
Membantu mengumpulkan iuran rehabilitasi daerah (Ireda), perpajakan dan/atau
retribusi (polorogo) tingkat wewenang Pemerintah desa.
Dan lain-lain.
2. Tugas Bidang Pelayanan Umum
Pemberian macam-macam izin: izin tempat tinggal, izin keramaian, izin
meninggalka desa, izin usaha, mendirikan bangunan baru dan lain sebagainya.
Sebagai otoria eselon bawah Pemrintah Desa berwenang untuk memberikan
macam-macam surat keterangan guna berbagai keperluan, antara lain : surat
keterangan bukti diri (kenal lahir, mati), nikah/talak/rujuk, kartu penduduk,
kelakuan baik, pemberian kesaksian untuk berbagai transaksi (jual/beli/sewa
tanah dan sebagainya)
Menyampaikan surat-surat pos dari kecamatan atau panggilan dari instansi-
instansi resmi bagi penduduk wilayah desa.
Dan lain-lain.

14
3. Bidang Tata Usaha

a. Tata Usaha Umum

Pelaksanaan tata-usaha Pemerintahan Desa sebagai salah satu segi administras


pemerintahan desa, bersifat sederhana atau elementer. Pekerjaan-pekerjaan yang harus silakukan
di dalam tata usaha Pemerintahan desa yang menjadi tanggungjawab juru tulis Desa ialah dapat
kita perinci menjadi pekerjaan-pekerjaan antara lain meliputi pencatatan register-register dan
dokumentasi, serta penyusunan surat-surat mengenai laporan data-data tentang keadaan wilayah
desa, yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas bidang Pemerintahan dan Pelayanan Umum,
laporan keuangan dan hal-hal lain yang telah ditetapkan sebagai tugas Pemerintahan Desa.

Pengelolaan personal ialah termasuk mengenai segi kesejahteraan dan segala


emolumenten atau hal-hal yang berhbungan dengan penghasilan Kepala Desa dan pamong desa.

b. Tata Usaha Keuangan Pemerintah Desa

Kepala desa berkewajiban mengelola dan penerimaann dan penggunaan keuangan


Pemerintah Desa dari hasil tanah milik Desa dan penghasilan lainnya.
Mengerjakan pembukuan mengenai penerimaan dan pengeuaran keuangan milik
Pemerintah Desa.
Penyusunan anggaran belanja Pemerintah Desa
Membuat pertanggungan jawab keuagan mengenai bantuan/subsidi,pengumpulan
secara gotong-royong bai pelaksanaan program pembangunan desa yang telah
dilaksanakan.
Dan lain-lain.

Pengembangan Administrasi Pemerintahan Desa

Guna mendinamisir administrasi Pemerintahan Desa sebagai sarana dalam rangka


mensukseskan tujuan pembangunan, maka langkah-langkah yang perlu mendapat perhatian,
antara lain :

Program pendidikan untuk meningkatkan skill di bidang administrasi dan manajemen


bagi pimpinan dan anggota Pamong Desa.

15
Meninjau kembali prosedur pemilihan/pengangkatan pimpinan dan anggota Pamong
Desa berdarakan persyaratan yang obyektif.
Meninjau kembali struktur organisasi dan Tata-kerja Pemerintah Desa.
System koordinasi dan pengawasan yang intensif mengenaibtugas-tugas pengurusan
rumah tangga, pemerintahan serta program pembsngunsn desa oleh Pemerintah
Kecamatan/Kabupaten.

Model buku administrasi desa adalah sebagai berikut :

1. Buku Adminsitrasi Umum

a. Model A.1 : Buku Data Peraturan Desa

b. Model A.2 : Buku Data Keputusan Kepala Desa

c. Model A.3 : Buku Data Inventaris Desa

d. Model A.4 : Buku Data Aparat Pemerintahan Desa

e. Model A.5 : Buku Data Tanah Milik Desa/Tanah Kas Desa

f. Model A.6 : Buku Data Tanah di Desa

g. Model A.7 : Buku Agenda

h. Model A.8 : Buku Ekspedisi

2. Buku Admisnitrasi Penduduk

a. Model B.1 : Buku Data Induk Penduduk Desa

b. Model B.2 : Buku Data Mutasi Penduduk Desa

c. Model B.3 : Buku Data Rekapitulasi Jumlah Pendudk Akhir Bulan

d. Model B.4 : Buku Data Penduduk Sementara

3. Buku Administrasi Keuangan Desa

a. Model C.1.a : Buku Anggaran Penerimaan

16
b. Model C.1.b : Buku Anggaran Pengeluaran Rutin

c. Model C.1.c : Buku Anggaran Pengeluaran Pembangunan

d. Model C.2 : Buku Kas Umum

e. Model C.3.a : Buku Kas Pembantu Penerimaan

f. Model C.3.b : Buku Kas Pembantu Pengeluaran Rutin

g. Model C.3.c : Buku Kas Pembantu Pengeluaran Pembangunan

4. Buku Administrasi Pembangunan

a. Model D.1 : Buku Rencana Pembangunan

b. Model D.2 : Buku Kegiatan Pembangunan

c. Model D.3 : Buku Inventaris Proyek

d. Model D.4 : Buku Kader-kader Pembangunan

5. Buku Administrasi BPD

a. Model E.1 : Buku Data Anggota BPD

b. Model E.2 : Buku Data Keputusan BPD

c. Model E.3 : Buku Data Kegiatan BPD

d. Model E.4.a : Buku Anggota BPD

e. Model E.4.b : Buku Ekspedisi

6. Buku Administrasi Lainnya

a. Model F.1 : Buku Data Pengurus dan ANggota Kemasyarakatan

b. Model F.2 : Buku Register

c. Model F.3 : Buku Profil Desa

17
Contoh Format Buku Administrasi Desa

BUKU DATA PERATURAN DESA

TAHUN

Model A.1.

NO NOMOR DAN TANGGAL TENTANG URAIAN SINGKAT NOMOR DAN TANGGAL NOMOR DAN TANGGAL KET

PERATURAN DESA PERSETUJUAN BPD DILAPORKAN

1 2 3 4 5 6 7

Mengetahui .., .., ..

Kepala Desa . Sekretaris Desa .

..

BUKU DATA KEPUTUSAN KEPALA DESA

TAHUN .

Model A.2.

NO NOMOR DAN TENTANG URAIAN SINGKAT NOMOR DAN TANGGAL KET


TANGGAL DILAPORKAN
PERATURAN DESA
1 2 3 4 5 6

Mengetahui .., .., ..

Kepala Desa . Sekretaris Desa



..

18
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

Dalam kehidupan masyarakat desa, keberadaan lembaga-lembaga masyarakat sangat


diperlukan karena dapat menjadi alat untuk memenuhi kebutuhannya, seperti kebutuhan di
bidang politik, keamana, ekonomi, dan social dan lain-lain.

Lembaga-lembaga masyarakat desa terdiri atas lembaga formal dan nonformal. Lembaga
masyarakat yang bersifat formal ialah lembaga yang didirikan atau disponsori oleh pemerintah,
dan mungkin diniayai oleh pemerintah (pusat, daerah, dan desa). Sedangkan lembaga nonformal
ialah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat, berdasarkan inisiatif masyarakat sendiri atau
kelompok warga tertentu, dan pembiayaan atau dananya diperoleh melalui hasil swadaya
masyarakat yang bersangkutan.

Lembaga Formal yang Ada di Desa, antara lain:

1. Lembaga politik/administrasi dengan membentuk organisasi RT/RW

2. Lembaga Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK)

3. Lembaga ekonomi dengan membentuk organisasi Koperasi Unit Desa (KUD), Kelompok Tani,
dan arisan dasa wisma pada setiap RT

4. Lembaga pengaturan air dengan membentuk organisasi Usaha Tirta

5. Lembaga keamanan dengan membentuk hansip (Pertahanan Sipil), Wanra (Perlawanan Rakyat
Semesta), dan system keamanan lingkungan (Siskamling)

6. Lembaga kependuduka dengan gerakan Keluarga Berencana (KB)

7. Lembaga kesehatan dengan Gerakan Kesehatan Masyarakat, Gerakan Kesejahteraan Ibu dan
Anak, dan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)

8. Lembaga Kepemudaan: KNPI, Karang Taruna, Kader Pembangunan Desa, dan lain-lain.

19
Sedangkan Lembaga nonformal yang ada di desa, antara lain :

1. Lembaga kekeluargaan. Misalnya, ikatan wangsa atau keluarg besar, ikatan suku, dan ikatan
marga.

2. Lembaga social. Misalnya, perkumpulan warga untuk membantu warga msyarakat yang
menghadapi musibah, kematian, dan perkawinan dengan cara arisan atau jimpitan.

3. Lembaga pendidikan. Misalnya, podok pesantren, taman pendidikan alquran, panti asuhan,
pendidikan keterampilan/montir/tukang kayu/listrik, dan sebagainya.

4. Lembaga olah raga. Misalnya, perkumpulan pencak silat, sepak bola, voli, bulu tangkis, dan lain-
lain.

5. Lembaga seni dan budaya. Misalnya, perkumpulan orkes gambus, orkes keroncong,
perkumpulan kerawitan, dan sebagainya.

6. Lembaga adat. Misalnya, Majelis Adat Dayak, Lembaga Adat Papua, Lembaga Adat Batak, dan
lain-lain

Dalam Sumber Saparin:1985 halaman 172, Lembaga Kemasyarakatan Desa disebut


dengan Organisasi Kemasyarakatan Pedesaan, antara lain :

A. Organisasi Kemasyarakatan Fungsional

1. Organisasi Bidang Sosial dan Kesejahteraan :

a. Lembaga Sosial Desa.

b. Gerakan Pendidikan Masyarakat.

c. Gerakan Pembangunan Masyarakat Desa.

d. Gerakan Pendidikan Kesjahteraan Keluarga (PKK).

2. Organisasi Bidang Usaha Ekonomi :

a. Gerakan Koperasi dan Nelayan (perikanan).

20
b. Badan Usaha Unit Desa atau Koperasi Unit Desa.

3. Organisasi Bidang Produksi

a. Gerakan padat karya/Panca usaha tani dan bibit unggul,

b. Gerakan Penghijauan.

c. Gerkan Bimas dan Inmas

4. Organisasi Bidang Pengairan :

a. Organisasi Damatirta (Jawa Tengah).

b. Gerakan Pompanisas.

5. Organisasi Bidang Keamanan :

a. Hasip/Wanra. (Pertahanan Sipil dan Perlawnan Rakyat Semesta)

6. Oeganisasi Bidang Kependudukan :

a. Gerakan Keluarga Berencana.

b. RT/RW.

7. Organisasi Bidang Kesehatan :

a. Bidang Kesejahteraan Ibu dan Anak.

b. Gerakan Kesehatan Masyarakat.

c. Gerakan Kesehatan mental dan lain sebagainya

21
B. Bentuk-bentuk Organisasi Kemasyarakatan Tradisional

1. Organisasi kekeluargaan antara lain wangsa/keluarga besar, seku dan marga.

a. Gotong royong dalam arti saling memberi bantuan di antara warga masyarakat
dalam bentuk uang dan tenaga dalam peristiwa upacara kematian, hajad
perkawinan, kelahiran da sebagainya.

b. Gotong royong dalam mendirikan rumah, mengerjakan sawah dan menuai padi
dan sebagainya.

c. Gotong royong untuk kepentingan bersama, misalnya pada upacara ersih desa,
peringatan/upacara keagamaan, hari nasional atau menerima tamu agung.

2. Perkumpulan biada dan sinoman ialah perkumpulan muda-mudi untuk membantu


warga masyarakat yang mempunyai hajad perkawinan, upacara kematian dan
upacara bersama lainnya.

3. Bidang produksi/ekonomi :

a. Lumbung paceklik/Lumbung Desa.

b. Subak. Ialah organisasi petani dan penggarap sawah dalam masyarakat pedesaan
di Bali dan berciri magisreligius guna mengatur pembagian air berdasarkan
lingkungan pengairan setempat.

c. Maro atau mertelu. Hubungan kerja antara petani pemilik tanah dan petani
penggarap, terutama perbandingan dalam pemilikan hasil usaha pertanian.

d. Jual sende, menjual tanah sawah/rumah untuk waktu tertentu.

e. Ngempit, menjual barang orang lain.. yang bersangkutan akan menerima bagian
keuntungan dan sebagainya.

f. Jual lepa, menjual tanah/rumah secara mutlak ialah untuk selamanya.

g. Arisan/jula-jula, ialah perkumpulan/gerakan gotong-royong menabung uang


untuk satu jangka waktu tertentu, berdasarkan uundian bagi yang menarik arisan.

22
C. Organisasi Kemasyarakatan Non Tradisional

1. Bidang Pendidikan :

a. Persatua orang tua murid.

b. Kursus keterampilan.

2. Bidang Olah Raga :

a. Perkumpulan pencak silat/seni beladiri.

b. Perkumpulan badminton-sepakbola-catur dan sebagainya.

3. Bidang Senibudaya :

a. Perkumpulan Wayang Orang.

b. Perkumpukan Seni Tari.

c. Perkumpulan Seni Gamelan.

d. Perkumpulan Orkes Keroncong/Band.

e. Perkumpulan Darmawisata dan lain sebagainya.

23
Zaman Orde Baru

Lembaga yang dibentuk oleh pemerintah pusat dalam kehidupan masyarakat desa antara
lain RT dan RW, PKK, LMD, LKMD, Karang taruna, Kader Penggerak Pembangunan,
BUUD/KUD, Kelompok Tani, dan Kelompencapir. Pembentuk semua lembaga tersebut adalah
pemerintah pusat, yang juga menginstruksikan agar semuanya diterapkan di seluruh Indonesia
secara beragam. Dengan pendekatan top down seperti ini, maka seringkali lembaga-lembaga
tersebut tidak berkembang karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa. Akibatnya,
lembaga-lembaga tersebut tidak berfungsi.

Dalam UU No. 32/2004

Di desa dapat dibentuk lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan desa dan ditetapkan
dengan peraturan desa. Pasal ini memberikan keleluasaan kepada masyarakat desa agar
membentuk lembaga masyarakat yang sesuia dengan kebutuhannya sendiri. Untuk menentukan
bagaimana lembaganya hendaknya masyarakat desa berlatih mengidenifikasi kebutuhannya
sendiri. Setelah kebutuhan teridentifikasi, masyarakat memikirkan cara memenuhi kebutuhannya
tersebut; tentu harus disesuaikan dengan kebiasaab, tata perilaku, dan kemampuannya. Jika
sudah ketemu, barulah dibuat organisasnya.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007

Dalam Permendagri tersebut diatur bahwa pembentukan lembaga kemasyarakatan


ditetapkan dengan peraturan desa. Lembaga kemasyarakatan mempunyai tugas membantu
pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa.

Tugas lembaga kemasyarakatan desa sebagaimana dimaksud dalam peraturan meliputi :

a. menyusun rencana pembangunan secara partispatif

b. melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan


pembangunan secara partisipatif

c. menggerakkan dan mengembangkan partisiapsi, gotong royong dan swadaya masyarakat

24
d. menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayan
masyarakat

dalam melaksanakan tugasnya, lembaga kemasyarkatan mempunyai fungsi :

a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pembangunan

b. menanam dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan masyarakatndalam kerangka


memperkokoh NKRI

c. meningkatkan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakar

d. menyusun rencana, pelaksanaan, pelestarian, dan pengembangan hasil-hasil


pembangunan secara partisipatif

e. menumbuhkembangkan dan menggerakkan prakarsa, partisipasi, serta swadaya gotong


royong masyarakat

f. memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga

g. pemberdayaan hak politik masyarakat

kegiatan lembaga kemasyarakatan ditujukan untuk mempercepat terwujudnya


kesejahteraan masyarakat melalui :

a. peningkatan pelayanan msyarakat

b. peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan

c. pengembagan kemitraan

d. pemberdayan masyarakat

e. pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat

Pengurus lembaga kemasyarakatan dipilih secara musyawarah dari anggota masyarakat


yang mempunyai kemauan, kemampua, dan kepedulian dalam pemberdayaan masyarakat desa.
Susunan dan jumlah pengurus lembaga kemasyarakatan disesuaikan dengan kebutuhan.

25
Hubungan kerja antara lembaga kemasyrakatan dengan pemerintahan desa bersifat kemitraan,
konsultatif, dan koordinatif.

Dana kegiatan lembaga kemasyarakatan dapat bersumber dari :

a. swadaya masyarakat

b. anggaran pendapatan dan belanja desa

c. anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten/Kota dan/atau anggaran pendapatan


belanja daerah provinsi

d. bantua pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota

e. bantuan lain yang sah dan tidak mengikat

Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga kemasyarakatan diatur dengan peraturan


daerah Kabupaten/Kota dengan memperhatikan kondisi social budaya masyarakat. peraturan
daerah Kabupaten/Kota sekurang-kurangnya memuat :

a. tata cara pembentukan

b. maksud dan tujuan

c. tugas, fungsi dan kewajiban

d. kepengurusan

e. tata kerja

f. hubungan kerja

g. sumber dana

26

Anda mungkin juga menyukai