1
tangan panjang bupati di wilayah kerja tertentu yaitu kecamatan yang salah satu tugasnya adalah
melakukan koordinasi, sinkronisasi, pengawasan dan pembinaan terhadap desa-desa. Hal tersebut berbeda
dengan status camat pada zaman Orde Baru yaitu tangan panjang pemerintah pusat di bawah pembinaan
menteri dalam negeri, gubernur dan bupati/walikota.
B. Kewenangan Desa
1. Kewenanangan yang Sudah Ada Berdasarkan Hak Asal-Usul Desa
Desa tumbuh dari komunitas yang menyelenggarakan urusannya sendiri, self governing community,
kemudian diakui oleh pemerintah kolonial sebagai kesatuan masyarakat hokum dan akhirnya berkembang
menjadi kesatuan masyarakat hukum adat. Sebagai kesatuan masyarakat hukum adat, desa telah memiliki
lembaga yang mapan dan ajeg yang mengatur perikehidupan masyarakat desa yang bersangkutan.
Berdasarkan pendapat Ter Haar, masyarakat hukum adat mempunyai tiga komponen yaitu: 1)skumpulan
orang yang teratur, 2) mempunyai lembaga yang bersifat ajeg dan tetap, 3) memiliki kekuasaan dan
kewenangan mengurus harta benda.
Komponen pertama yaitu bahwa desa merupakan sekelompok orang yang teratur, berarti bahwa di
desa tinggal orang-orang yang membentuk sistem kemasyarakatan yang teratur. System kemasyarakatan
yang teratur menunjuk pada adanya pola tata tindak sekumpulan orang tersebut berdasarkan peran,status
dan fungsi masing-masing yang mengacu pada nilai dan norma yang disepakati bersama. Konkritnya, di
desa tidak hanya ada orang-orang yang tinggal bersama saja, melainkan orang-orang yang tinggal
bersama tersebut membentuk suatu system kerja sama yang teratur. Orang-orang yang tinggal di desa
mengatur diri dengan cara memposisikan diri dalam status, peran, dan fungsi tertentu dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Komponen kedua, yaitu mempunyai lembaga yang bersifat tetap dan ajeg. Artinya bahwa masyarakat
desa mempunyai lembaga sosial yang mapan. Lembaga berasal dari kebiasaan, tata kelakuan, dan adat
istiadat. Lembaga ini menjadi pola perilaku masyarakat yang fungsional dalam rangka memenuhi
kehidupannya. Masyarakat desa sebagai kesatuan masyarakat hukum adat mempunyai lembaga-lembaga
sosial yang melekat dalam dirinya. Pola perilaku itu berjalan begitu adanya, dengan sendirinya, tanpa ada
yang mengatur atau memaksa dan jika tidak dilakukan akan mengganggu keteraturan masyarakat.
Dalam hal untuk memenuhi kebutuhannya di bidang pemerintahan, masyarakat desa mempunyai
lembaga pemerintahan yang berbentuk organisasi pemerintahan desa. Dalam hal untuk memenuhi
kebutuhannya di bidang ekonomi,masyarakat desa mempunyai lembaga ekonomi berupa system
kepemilikan tanah dan yang berbentuk organisasi : Kelompok Tani dan KUD. Dalam hal memenuhi
kebutuhannya dalam partisipasi politik, masyarakat desa mempunyai lembaga yang disebut Kumpulan
Desa, Kerapatan Adat Nagari, dll. Dalam hal memnuhi kebutuhannya di bidang sosial-budaya,
2
masyarakat desa mempunyai lembaga arisan kerja, gotong royong, jamaah pengajian, kumpulan pencak
silat, kumpulan seni tradisional, dll. Semua lembaga tersebut begitu teratur, mapan, dan fungsional dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat desa yang bersangkutan.
Komponen ketiga, yaitu desa mempunyai kewenangna mengurus harta benda, berarti bahwa desa
mempunyai harta benda sendiri yang diatur dan diatur oleh masyarakat desa sendiri. Harta benda milik
desa tersebut tidak diatur dan ditentukan oleh pemerintah atasnya (kabupaten, provinsi, pusat). Di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, hampir semua desa mempunyai harta benda berupa tanah banda desa dan tanah
bengkok. Tanah banda desa adalah tanah komunal milik masyarakat desa yang diperuntukkan untuk
membiayai pembangunan dan pemeliharaan desa. Seddangkan tanah bengkok adalah tanah komunal milik
masyarakat desa yang diperuntukkan sebagai honor/gaji pada pengurus desa selama menjabat. Beberapa
desa ada yang mempunyai tanah gembalaan, kolam ikan, alun-alun. Disamping memiliki tanah, ada juga
desa yang mempunyai pasar desa, tempat wisata, tempat pemandian, dermaga, dan pelabuhan. Semua
harta benda yang dimilki tersebut pengaturannya (pembuat kebijakannya) dan pengurusannya
(pelaksanaannya) dibuat sendiri oleh masyarakat desa yang bersangkutan.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan kewenangan yang sudah ada berdasarkan asal-usulnya
adalah kewenangan yang mengacu pada pengertian desa sebagai kesatuan masyarakat hukum adat
tersebut. Untuk dapat mengidentifikasi kewenangan berdasarkan asal-usul ini maka perlu dilakukan tiga
langkah:
1. Melihat lembaga-lembaga apa saja yang fungsional dalam mengatur perikehidupan masyarakat
2. Menginventarisir harta benda yang dimilikinya dan
3. Menghubungkan antara lembaga yang dikembangkan masyarakat desa yang bersangkutan dengan tata
cara pengaturan dan pengurusan harta benda yang dimiliki.
Berdasarkan tiga langkah tersebut, maka akan muncul beberapa urusan yang diselenggarakan oleh
masyarakat desa. Urusan-urusan tersebut dalam penyelenggaraannya menyatu dengan lembaga-lembaga
yang dikembangkan yang didukung oleh harta benda yang dimiliki. Misalnya, Desa Loireng Kecamatan
Sayung Kabupaten Demak Jawa Tengah pada masa sebelum UU No.5/1979 menyelenggarakan otonomi
asli dalam bentuk sebagai berikut. Desa menyelenggarakan urusan keamanan dibawah koordinasi bayan
polisi, urusan keagamaan Islam dan adat dibawah koordinasi modin, urusan pengairan di bawah
koordinasi ulu-ulu, dan urusan peradilan di bawah lembaga peradilan yang diketuai kepala desa dengan
anggota kamituuwo, tokoh ulama, dan tokoh adat/masyarakat.
3
2. Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten/Kota yang Diserahkan
Pengaturannya Kepada Desa.
Dalam UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan ada yang diselenggarakan
oleh pemerintah pusat, ada yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi, dan ada yang
diselenggarakan oleh pemerintahan kabupaten/kota. Pengaturan tersebut dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Dengan PP No. 38/2007 tersebut
urusan pemerintahan yang pengaturan dan pengurusannya diserahkan kepada pemerintahan daerah
kabupaten/kota sangat jelas dan rinci.
Dalam rangka memperkuat desa, pemerintah mngeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/kota kepada Desa. Dalam
peraturan ini dijelaskan bahwa urusan pemerintahan kabupaten/kota yang dapat diserahkan kepada desa
antara lain:
1. Bidang Peranian dan Ketahanan Pangan;
2. Bidang Pertambangan dan Energi serta Sumber Daya Mineral;
3. Bidang Kehutanan dan Perkebunan;
4. Bidang Perindustrian dan Perdagangan;
5. Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah;
6. Bidang Penanaman Modal;
7. Bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
8. Bidang Kesehatan;
9. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan;
10. Bidang Sosial;
11. Bidang Penataan Ruang;
12. Bidang Pemukiman/Perumahan;
13. Bidang Pekerjaan Umum;
14. Bidang Perhubungan;
15. Bidang Lingkungan Hiidup;
16. Bidang Politik Dalam Negeri dan Administrasi Publik;
17. Bidang Otonomi Desa;
18. Bidang Perimbangan Keuangan;
19. Bidang Tugas Pembantuan;
20. Bidang Pariwisata;
4
21. Bidang Pertanahan;
22. Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil;
23. Bidang Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat, dan Pemerintahan Umum;
24. Bidang Perencanaan;
25. Bidang Penerangan/Informasi dan Komunikasi;
26. Bidang Pemberdayan Perempuan dan Perlindungan Anak;
27. Bidang Keluarga Berencana ddan Keluarga Sejahtera;
28. Bidang Pemuda dan Olahraga;
29. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa;
30. Bidang Statistik; dan
31. Bidang Arsip dan Perpustakaan.
Itulah urusan-urusan pemerintahan yang sudah menjadi kompetensi kabupaten/kota yang dapat
diserahkan pengaturan dan pengurusannya kepada desa. Adapun ketentuan lebih lanjut mengenai
pelaksanaan penyerahan urusan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota kepada Desa diatur dengan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
5
dan prasarana, serta sumber daya manusia. Penyelenggaraan tugas pembantuan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan. Jika tugas pembantuan tidak disertai dengan pembiayaan, sarana dan
prasarana, serta sumber daya manusia, desa berhak menolak.
Disamping mempunyai kewenangan asli, kewenangan yang diserahkan dari kabupaten/kota dan tugas
pembantuan, desa juga dapat menerima urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepadanya. Urusan
pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa berdasarkan undang-undang sampai saat ini belum
ada.
Penyelenggaraan pemerintah desa dilakukan oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD). Pemerintah Desa adalah organisasi pemerintahan desa yang terrdiri atas:
a. Unsur pimpinan, yaitu kepala desa;
b. Unsur pembantu kepala desa, yang terdiri atas:
1. Sekretariat Desa, yaitu unsur staf atau pelayanan yang diketuai oleh sekretaris desa;
2. Unsur Pelaksana Teknis, yaitu unsur pembantu Kepala Desa yang melaksanakan urusan teknis di
lapangan seperti urusan pengairan, keagamaan, dan lain-lain;
3. Unsur Kewilayahan, yaitu pembantu kepala desa di wilayah kerjanya seperti kepala dusun.
6
h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk
mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
Tugas dan kewajiban kepala desa dalam memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa
diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah berdasarkan peraturan pemerintah. Agar fokus pada
pelayanan kepada masyarakat, kepala desa dilarang:
a. Menjadi pengurus partai politik;
b. Merangkap jabatan sebagai ketua dan/anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatn di desa
bersangkutan;
c. Merangkap jabatan sebagai anggota DPRD;
d. Terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pemilihan kepala
daerah;
7
e. Merugikan kepentingan umum, meresahkan kelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan
warga atau golongan masyarakat lain;
f. Melakukan KKN, menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
g. Menyalahgunakan wewenang;
h. Melanggar sumpah/janji jabatan.
8
Sebagaimana disinggung di atas, kepala desa dibantu oleh perangkat desa ddalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya. Perangkat desa bertanggung jawab kepada kepala desa.
Perangkat desa terdiri atas sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari
pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan yaitu:
a. Berpendidikan paling renddah lulusan SMA atau sederajat;
b. Mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan;
c. Mempunyai kemampuan di bidang administrasi perkantoran;
d. Mempunyai pengalaman di bidang administrasi keuangan dan bidang perencanaan;
e. Memahami sosial budaya masyarakat setempat; dan
f. Bersedia tinggal di desa yang bersangkutan.
Sekretaris desa diangkat oleh sekretaris daerah kabupaten/kota atau nama bupati/walikota.
Adapaun perangkat desa lainnya diangkat oleh kepala desa dari penduduk desa yang
bersangkutan. Pengangkatan perangkat desa ditetapkan dengan keputusan kepala desa. Untuk
bisa diangkat sebagai perangkat desa calon harus berusia paling rendah 20 tahun dan paling
tinggi 60 tahun. Ketentuan lebih lanjut mengenai perangkat desa lainnya diatur dengan peraturan
daerah kabupaten/kota yang sekurang-kurangnya memuat:
a. Persyaratan calon;
b. Mekanisme pengangkatan;
c. Masa jabatan;
d. Kedudukan keuangan;
e. Uraian tugas;
f. Larangan;
g. Mekanisme pemberhentian.
Jumlah perangkat desa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyrakat
setempat. Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa ditetapkan dengan peraturan desa.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan organisasi dan tata kerja pemerintahan
desa diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota. Peraturan daerah kabupaten/kota sekurang-
kurangnya memuat:
a. Tata cara penyusunan struktur organisasi;
b. Perangkat;
c. Tugas dan fungsi;
9
d. Hubungan kerja.
Kepala desa dan perangkat desa diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan/atau tunjangan lainnya
sesuai dengan kemampuan keuangan desa yang ditetapkan setiap tahun dalam APBDesa. Penghasilan
tetap tersebut paling sedikit sama dengan upah minimum regional kabupaten/kota. Ketentuan lebih lanjut
mengenai kedudukan keuangan kepala desa dan perangkat desa diatur dengan peraturan daerah
kabupaten/kota yang sekurang-kurangnya memuat:
a. Rincian jenis penghasilan;
b. Rincian jenis tunjangan;
c. Penentuan besarnya dan pembebanan pemberian;
d. Penghasilan dan/atau tunjangan.
BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Jadi, dalam menyelenggaraka
pemerintahan desa terdapat dua lembaga: pemerintah desa dan BPD. Pemerintah berfungsi
menyelenggarakan kebijakan pemerintah atasnya dan kebijakan desa, sedangkan BPD berfungsi
menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Atas
fungsi tersebut, BPD mempunyai wewenang:
a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa
b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa
c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa
d. Membentuk panitia pemilihan kepala desa
e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat
f. Menyusun tata tertib BPD
Anggota BPD terdiri dari ketua rukun warga,pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan
tokoh atau pemuka masyarakat lainnya dengan masa jabatan enam tahun dan dapat dipilih untuk satu kali
masa jabatan berikutnya. Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil dimana paling sedikit
lima orang dan paling banyak sebelas orang.
BPD mempunyai hak:
a. Mengajukan rancangan peraturan desa;
b. Mengajukan pertanyaan;
c. Menyampaikan usul dan pendapat;
d. Memilih dan dipilih;
10
e. Memporoleh tunjangan.
11
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DESA
1. Administrasi Umum
adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai kegiatan pemerintahan desa pada bukun
administrasi umum ;
2. Administrasi Penduduk
adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai penduduk dan mutasi penduduk pada
buku administrasi penduduk ;
3. Administrasi Keuangan
adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai pengelolaan keuangan desa pada buku
administrasi keuangan ;
12
4. Administrasi Pembangunan
adalah kegiatan pencatatan data dan informasi pembangunan yang akan, sedang dan telah
dilaksanakan pada buku administrasi pembangunan ;
6. Administrasi lainnya
adalah administrasi selain kelima administrasi tersebut yang dianggap penting oleh desa .
a. Pencatatan Register
Pencatatan data-data tersebut merupakan dasar bagi suatu sensus secara kronologis dan
bahan guna penyusunan suatu statistic penduduk, hewan, panenan, luas tanah dan hal-hal lain
dari suatu wilayah.
13
b. Tugas-tugas Umum
14
3. Bidang Tata Usaha
15
Meninjau kembali prosedur pemilihan/pengangkatan pimpinan dan anggota Pamong
Desa berdarakan persyaratan yang obyektif.
Meninjau kembali struktur organisasi dan Tata-kerja Pemerintah Desa.
System koordinasi dan pengawasan yang intensif mengenaibtugas-tugas pengurusan
rumah tangga, pemerintahan serta program pembsngunsn desa oleh Pemerintah
Kecamatan/Kabupaten.
16
b. Model C.1.b : Buku Anggaran Pengeluaran Rutin
17
Contoh Format Buku Administrasi Desa
TAHUN
Model A.1.
NO NOMOR DAN TANGGAL TENTANG URAIAN SINGKAT NOMOR DAN TANGGAL NOMOR DAN TANGGAL KET
1 2 3 4 5 6 7
..
TAHUN .
Model A.2.
18
LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
Lembaga-lembaga masyarakat desa terdiri atas lembaga formal dan nonformal. Lembaga
masyarakat yang bersifat formal ialah lembaga yang didirikan atau disponsori oleh pemerintah,
dan mungkin diniayai oleh pemerintah (pusat, daerah, dan desa). Sedangkan lembaga nonformal
ialah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat, berdasarkan inisiatif masyarakat sendiri atau
kelompok warga tertentu, dan pembiayaan atau dananya diperoleh melalui hasil swadaya
masyarakat yang bersangkutan.
3. Lembaga ekonomi dengan membentuk organisasi Koperasi Unit Desa (KUD), Kelompok Tani,
dan arisan dasa wisma pada setiap RT
5. Lembaga keamanan dengan membentuk hansip (Pertahanan Sipil), Wanra (Perlawanan Rakyat
Semesta), dan system keamanan lingkungan (Siskamling)
7. Lembaga kesehatan dengan Gerakan Kesehatan Masyarakat, Gerakan Kesejahteraan Ibu dan
Anak, dan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
8. Lembaga Kepemudaan: KNPI, Karang Taruna, Kader Pembangunan Desa, dan lain-lain.
19
Sedangkan Lembaga nonformal yang ada di desa, antara lain :
1. Lembaga kekeluargaan. Misalnya, ikatan wangsa atau keluarg besar, ikatan suku, dan ikatan
marga.
2. Lembaga social. Misalnya, perkumpulan warga untuk membantu warga msyarakat yang
menghadapi musibah, kematian, dan perkawinan dengan cara arisan atau jimpitan.
3. Lembaga pendidikan. Misalnya, podok pesantren, taman pendidikan alquran, panti asuhan,
pendidikan keterampilan/montir/tukang kayu/listrik, dan sebagainya.
4. Lembaga olah raga. Misalnya, perkumpulan pencak silat, sepak bola, voli, bulu tangkis, dan lain-
lain.
5. Lembaga seni dan budaya. Misalnya, perkumpulan orkes gambus, orkes keroncong,
perkumpulan kerawitan, dan sebagainya.
6. Lembaga adat. Misalnya, Majelis Adat Dayak, Lembaga Adat Papua, Lembaga Adat Batak, dan
lain-lain
20
b. Badan Usaha Unit Desa atau Koperasi Unit Desa.
b. Gerakan Penghijauan.
b. Gerakan Pompanisas.
b. RT/RW.
21
B. Bentuk-bentuk Organisasi Kemasyarakatan Tradisional
a. Gotong royong dalam arti saling memberi bantuan di antara warga masyarakat
dalam bentuk uang dan tenaga dalam peristiwa upacara kematian, hajad
perkawinan, kelahiran da sebagainya.
b. Gotong royong dalam mendirikan rumah, mengerjakan sawah dan menuai padi
dan sebagainya.
c. Gotong royong untuk kepentingan bersama, misalnya pada upacara ersih desa,
peringatan/upacara keagamaan, hari nasional atau menerima tamu agung.
3. Bidang produksi/ekonomi :
b. Subak. Ialah organisasi petani dan penggarap sawah dalam masyarakat pedesaan
di Bali dan berciri magisreligius guna mengatur pembagian air berdasarkan
lingkungan pengairan setempat.
c. Maro atau mertelu. Hubungan kerja antara petani pemilik tanah dan petani
penggarap, terutama perbandingan dalam pemilikan hasil usaha pertanian.
e. Ngempit, menjual barang orang lain.. yang bersangkutan akan menerima bagian
keuntungan dan sebagainya.
22
C. Organisasi Kemasyarakatan Non Tradisional
1. Bidang Pendidikan :
b. Kursus keterampilan.
3. Bidang Senibudaya :
23
Zaman Orde Baru
Lembaga yang dibentuk oleh pemerintah pusat dalam kehidupan masyarakat desa antara
lain RT dan RW, PKK, LMD, LKMD, Karang taruna, Kader Penggerak Pembangunan,
BUUD/KUD, Kelompok Tani, dan Kelompencapir. Pembentuk semua lembaga tersebut adalah
pemerintah pusat, yang juga menginstruksikan agar semuanya diterapkan di seluruh Indonesia
secara beragam. Dengan pendekatan top down seperti ini, maka seringkali lembaga-lembaga
tersebut tidak berkembang karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa. Akibatnya,
lembaga-lembaga tersebut tidak berfungsi.
Di desa dapat dibentuk lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan desa dan ditetapkan
dengan peraturan desa. Pasal ini memberikan keleluasaan kepada masyarakat desa agar
membentuk lembaga masyarakat yang sesuia dengan kebutuhannya sendiri. Untuk menentukan
bagaimana lembaganya hendaknya masyarakat desa berlatih mengidenifikasi kebutuhannya
sendiri. Setelah kebutuhan teridentifikasi, masyarakat memikirkan cara memenuhi kebutuhannya
tersebut; tentu harus disesuaikan dengan kebiasaab, tata perilaku, dan kemampuannya. Jika
sudah ketemu, barulah dibuat organisasnya.
24
d. menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayan
masyarakat
c. pengembagan kemitraan
d. pemberdayan masyarakat
e. pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat
25
Hubungan kerja antara lembaga kemasyrakatan dengan pemerintahan desa bersifat kemitraan,
konsultatif, dan koordinatif.
a. swadaya masyarakat
d. kepengurusan
e. tata kerja
f. hubungan kerja
g. sumber dana
26