PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Eliminasi fekal atau defekasi merupakan proses pembuangan sisa metabolism tubuh
yang tidak terpakai. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi
tubuh normal. Perubahan pada proses defekasi dapat menyebabkan masalah pada gastrotesstinal
daan bagian tubuh lainnya. Karena sisa-sisa produk usus adalaah racun. Pola defekasi bersifat
individual bervariasi dari beberapa kali sehari sampai berapa kali seminggu. Jumlah feses yang
dikeluarkan pun bervariasi jumlahnya tiap individu.
B. Tujuan
C. Memenuhi tugas seminar PKL Konsep Dasar Manusia yang dilaksanakan di RSUD
Sunan Kalijaga Demak dengan dosen pembimbing NS. Wahyuningsih S.Kep.
1. Memuhi tugas kuliah Konsep Dasar Maunsia.
D. Manfaat
1. Mahasiwa keperawatan mampu mengetahui kebutuhan eliminasi BAB atau fekal.
2. Mahasiwa keperawatan mampu menerapkan asuhan keperatan pada gangguan kebutuhan
eliminasi BAB atau fekal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Eliminasi fekal atau defekasi merupakan proses pembuangan sisa metabolism tubuh
`yang tidak terpakai. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi
tubuh normal. Perubahan pada proses defekasi dapat menyebabkan masalah pada gastrotesstinal
daan bagian tubuh lainnya. Karena sisa-sisa produk usus adalaah racun. Pola defekasi bersifat
individual bervariasi dari beberapa kali sehari sampai berapa kali seminggu. Jumlah feses yang
dikeluarkan pun bervariasi jumlahnya tiap individu.
Feses normal mengandung 75% air dan 25 % mengandung materi padat. Feses normal
berwarna coklat karena adanya sterkobilinatau eriobilin yang berasal dari bilirubin. Warna feses
dapat dipengaruhi oleh kerja bakteri escherecia coli . flatus yang dikeluarkan orang dewasa
selama 24 jam yaitu 7-20 liter flatus dalam usus besar. Kerja mikro organisme mempengaruhi
bau feses. Fungsi usus tergntung pada keseimbangan beberapa factor, pola eliminasi dan
kebiasaan masing-masing orang berbeda. (saryono & tri widianti, 2010 )
Eliminasi produk sisa pencenaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk
fungsi normal tubuh . perubahan pola eliminasi dapat menyebabkan masalah pada system
gastrotestinal dan system tubuh lainnya. Karena fungi tubuh bergantung pada keseimbangan
beberapa factor, pola dan kebiasaan eliminasi bervariasi antra individu, namun telah terbukti
bahwa pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya
berbanding lurus dengan rendahnya insiden kanker kolorektal. ( perry & potter, 2006)
B. Proses defekasi
Defeksi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut dengan buang air besar . terdapat
dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi yaitu terletak di medulla dan sumsum tulang
belakang . apabila terjadi rangsanagn parasimpatis sfringter anus bagian dalam akan mengendur
dan usus besar kemudian sfringter anus bagian luar diawasi oleh system syaraf parasistematis.
Setiap waktu menguncup atau mengendur. Selama defekasi berbagai otot lain membantu fesef
tersebut sepeti otot- otot dinding perut , diafragma, otot- otot dasar pelvis. ( alimul azis, 2006 )
A. Mulut
Saluran gi secara mekanis dan kimiawi memecah nutrisi ke ukuran dan bentuk yang sesuai.
Semua organ pencernaan bekerja sama untuk memastikan masa atau bolus makanan mencapai
daerah absorbs nutrisi dengan aman dan efektif, penceraan kimiawi dan mekanis dimulai dari
mulut . gigi mengunyah makanan memecahnya menjadi ukuran yang dapat ditelan . sekresi
saliva mengandung enzim. Seperti ptyalin yang mengawali pencernaan unsu-unsur makanan
tertentu. Saliva mencairkan dan melunakkan bolus makanan di dalam mulut sehingga mudah
untuk dicerna.
B. Esophagus
Begitu makana memasuki bagian atas esophagus makanan berjalan melalui sfingter
esophagus bagian atas yang merupakan otot sirkular, yang mencegah udara memasuki esophagus
dan akanan menagalamei refluks ( bergerak ke belakang ) kembali ke tenggorok . bolus makanan
mengelililngi esophagus yang panjangnya kira kira 25 cm, makanan didorong oleh gerakan
peristaltic lambat yang dihasilkan oleh kontraksi invonlunter dan relaksasi otot halus secara
bergantian. Pada saat bagian esophagus berkontraksi diatas bagian bolus makanan ,otot sirkulas
di bawah atau didepen bolus berelaksasi . kontraksi relaksasi otot halus yang saling bergantian
ini mendorng makanan menuju gelombang beikutnya.
Dalam 15 detik, bolus makaan bergerak menuruni esophagus dan mencapai sfringter esophagus
bagian bawah. Sfringter bagian bawah terletak diantara esofagus dan lambung , factor- factor
yang mempengaruhi tekanan sfringter esophagus bagian bawah meliputi antasit yang
meminimalkan refluks dan nikotin serta makan berlemak yang meningkatnkan refliks.
C. Lambung
Di dalam lambung , makanan disimpan untuk sementara dan secara mekanis dan kimiawi
di pecah untuk dicerna dan diabsorbsi , lambung menyekresi asam hidroksia HCL ,lender , enzim
pepsin, dan faktorintrinsik . kosentrasi HCL mempengaruhi keasaman lambung dan
keseimbangan asam-basa tubuh. HCL mnbantu mencampur dan memecah makanan di lambung
lender melindungi mukosa lambung dari keasaman dan aktifias enzim, pepsin mencerna protein.
Walaupun tidak banyak pencernaan yang berlangsung di lambung. Factor intrinsic adalah
komponen penting yang dibutuhkan untuk absorbsi vitamin B12 di dalam usus dan selanjutnya
untuk bempentukan sel darah merah normal. Kekurangan factor intrinsic ini mengakibatkan
anemia pernisiosa.
Sebelum makanan meninggalkan lambung, makanan diubah menjadi materi semi cair yang
disebut kimus. Kimus lebih mudah dicerna dan diabsorbsi daripada makanan padat . klien yang
lambungnya diangkat atau yang memiliki kekosongan lambung yang cepat seperti grastitis dapat
mengalami masalah pencernaan yang serius karena makanan yang tidak dipecah menjadi kimus.
D. Usus halus
Selama proses perncernaan normal kimus meninggalkan lambung dan memasuki usus halus.
Usus halus merupakan saluran dengan diameter sekitar 2,5 cm dan panjang 6 m. usus halus
dibagi menjadi 3 bagian ; duodenum, jejunum, ileum, (missal empedu dan amylase ) saat
berjalan melaluiusus halus. Segmentasi ( kontraksi dan relaksasi otot halus secara bergantian ).
Mengaduk kimus memecah memecah makanan lebih lanjut untuk dicerna, pada saat kimus
bercampur , gerakan peristaltic berikutnya berhenti sehingga memungkinkan sbsorbsi . kimus
berjalan perlahan melalui usus halus untuk memungkinkan unyuk absorbsi.
Kebanyakan nutrisi dan elektrolit diabsorbsi di dalam usus halus. Enzim dari pancreas (
missal amylase ), empedu dari kandung empedu dilepaskan di dalam udeneom. Enzim di dalam
usus halus memecah lemak, protein dan karbohidrat menjadi unsure- unsure halus. Nutrisi
hamper seluruhnya diabsorbsi oleh deudonim dan jejunum. Ileum mengabsorbsi vitamin
vitamin tertentu , zat besi dan garam empedu. Apabila funsi ileum terganggu proses pencernaan
akan mengalami perubahan besar. Inflamasi , reseksi bedah, atau obstruksi dapat mengganggu
peristaltic, mengurangi urea absorbsi, atau menghambat aliran kimus.
E. Usus besar
Saluran GI bagian bawah disebut usus besar ( kolon ) karena ukuran diameternya lebih besar
dari pada usus halus. Namun panjangnya yakni 1,5 sampai 1,8 m jauh lebih pendek. Usur dibagi
menjadi sekum, kolon, dan rectum. Usus besr merupakan organ utama dalam eliminasi fekal.
F. Sekum
Kimus yang diabsorbsi memasuki sekum melalui katup ileosekal. Katup ini merupakan
merupakan otot sirkular yang mencegah regurgitasi dan kembalinya isi kolon ke usus halus.
G. Kolon
Walaupun kimus yang berair memsuki kolon, volume air menurun saat kimus bergerak di
sepanjang kolon. Kolon dibagimenjadi kolon asenden, kolon transversal, kolon desenden dan
kolon sigmoid. Kolon dibangun oleh jaringan otot, yang memungkinkannya menampung dan
mengeliminasi produk buangan dalam jumlah besar.
Kolon memiliki empat fungsi yang saling berkaitan : absorbsi, proteksi, sekresi, dan
eliminasi. Sejumlah besar volume air , natrium dan klorida diabsorbsi oleh koolon setiap hari.
Pada waktu makanan bergerak melalui kolon, terjadi kontraksihaustral.
Kontruksi sama dengan segmental kontruksi segmental usus halus, tetapi berlangsung lebih
lama 5 menit, kontraksi membentuk kantung berukuran besar di dinding kolon, menyediakan
daerah permukaan yang luas untuk absorbsi.
Sebanyak 2,5 liter dapat diabsorbsi oleh kolon dalam 24 jam. Rata-rata 55mEq natrium dan
23 mEq klorida diabsorbsi setiap hari. Jumlaah air yang diabsorbsi dari kimus bergantung pada
pergerakan isi kolon. Kimus dalam keadaan normal bersifat lunak, berbentuk masa. Apabila
kecepatan kontraksi peristaltic berlangsung dengan cepat secara abnormal, waktu untuk absorbsi
air berkurang sehingga air akan menjadi encer, apabila peristaltic melambat air akan terus
diabsorbsi sehingga masa feses berbenruk yang keras, mengakibatkan konstipasi.
Kolon melindungi dirinya dengan melepaskan suplai lender. Lender dalam kondisi normal
berwarna jernih sampai buram dengan konsisten berserabut, lender melumasi kolon , mencegah
trauma pada dinding bagian dalamnya. Lubrikasi terutamaa penting pada ujung distal kolon,
tempat isi kolon menjadi lebih kering dan lebih keras.
H. Rektum
Produk yang mencapai bagian kolon sigmaid disebut feses. Sigmoid menyimpan feses
sampai beberapa saat sebelum defekasi.
Rektum merupakan bagian akhir pada saluran GI panjang rectum bervariasi menurut umur:
Bayi 2,5 sampai 3,8 cm
Toodler 5 cm
Prasekolah 7,5 cm
Anak usia sekolah 10 cm
Dewasa 15 sampai 20 cm
Dalam kondisi normal rectum tudak berisi feses sampai defekasi. Rectum dibangun oleh
lipatan-lipatan jaringan vertical dan transversal . setiap lipatan vertical berisi sebuah arteri dan
dari satu vena. Apabila vena menjadi destensi akibat tekanan selama mengedan, maka terbentuk
hemeroid. Hemeroid dapat membuat proses defekasi terasa nyeri. ( potter & perry, 2006 )
1. Usia
Perubahan dalam tahapan perkembangan yang mempengarui status eliminasi terjadi disepanjang
kehidupan. Seorang bayi memiliki lambug yang kecil dan lebih sedikit menyekresi enzim
pencernaan. Beberapa makanan seperti zat pati yang kompleks ditoleransi dengan buruk.
Makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat karena gerakan peristaltic berlangsung
dengan cepat. Bayi tidak mampu mengontrol defekasi karena kurangnya perkembangan
neuromoskuler. Perkembangan ini ini biasa tidak terjadi sampai usia 2 tahun samp[ai 3 tahun.
Pertumbuhan usus besar terjadi sangat pesat selam masa remaja sekresi HCL meningkat ,
khususnya pada anak laki- laki . anak remaja biasanya mengkonsumsi makanan lebih baanyak.
2. Diet
Asupan makanan setiap hari secara teratur membantu mempertahankan pola peristaltic yang
teratur didalam kolon. Makan yang dikonsimsi individudu mempengaruhi eliminasi. Serat residu
makanan yang tidak dapat dicerna memungkinkan terbentuknya masa dalam materi feses.
3. Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena proses
absorbsi kurang sehingga dapat mempengaruhi kesulitan dalam proses defekasi.
4. Aktifitas
Aktifitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktifitas tonus otot abdomen ,
pelvis, dan diafragma, dapat membantu kelancaran proses defekasi. Sehingga proses gerakan
peristaltic pad daerah kolon dapat bertambah baik dan memudahkan dalam membantu
kelancaran defekasi.
5. Pengobataan
Pengobatan dapat memepengaruhi defekasi seperti penggunakan antasida yang terlalu sering.
6. Gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi hal ini dapat terlihat pada
seseorang yang memeiliki gaya hidup sehaaat / kebiasaan melakukan buang air besar ditempat
bersih. Mak ketika orang tersbut buang air besar ditempat yang terbuka atau tempat yang kotor,
ia mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
7. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi biasanya penyakit yang berhungan
langsung pada sisterm pencernaan seperti gastroenteristis atau infeksi lainya.
8. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemmpuan atau kemampuan untuk berdefekasi seperti nyeri
pada beberapa kasus hemeroid atau episotomi.
9. Kerusakan sensorik & motorik
Kerusakan pada system sensorik dan motorik dapat mempengaruhi proses defekasi karena dapat
menimbulkan proses penurunan stimulasi sensorik dalam berdefekasi. Hal tersebut dapat
diakibatkan oleh kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan syaraf lainnya.( alimul azis,
2006 )
E. Masalah defekasi
a. Konnstipasi
Merupakan gejala bukan penyakit . konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti
pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi
adalah suatu tanda yang terkait dalam konstipasi. Apaila motilitas usus halus melambat , masa
feses lebih lama terpapar pada dinding usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses
diabsorbsi.
Penyebab kontipasi
1) Kebiasaan defikasi yang tidak teratur
2) Diet rendah serat
3) Tirah baring yang panjang
4) Obat penenang
5) Lansia
6) Kondisi neurologi yang menghambat impuls syaraf ke kolon
b. Impaksi
Impaksi feses merupakan akibat dari konstpasi yang tidak diatasi . impaksi adalah kumpulan
feses yang mengeras , mengendap didalam rectum, yang tidak dapat dikeluarkan. Pada kasus
impaksi berat ,masa dapat lebih jauh masuk kedalm kolon sigmoid. Klien yang menderita
kelemahan, kebingungan, atau tidak sadar adalah klien yang mepunyai resiko impaksi. Mereka
terlalu lemah atau tidak sadar akan kebutuhannya untuk melakukan defekasi.
c. Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair yang tidak
terbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang mempengaruhi proses pencernaan, absorbsi, dan
sekresi dalam saluran GI. Isi usus terlalu cepat keluar melalui usus halus dan kolon sehingga
absorbsi yang biasa tidak bisa berlangsung. Iritasi didalam kolon dapat menyebabkan
peningkatan sekresi lender. Akibatnya feses menjadi encer sehingga klien menjdi lebih encer
sehingga klien tidak mampu mengontrol defekasi.
d. Inkontinensia
Inkontenensia feses adalah ketidak mampuan mengontrrol keluarnya feses dan garis dari anus.
Kondisi fisik yang merusak fungsi atau control sfringter anus dapat menyebabkan inkontinensia.
Kondisi yang membuat seringya defekasi , feses encer, volumenya banyak, dan feses
mengandung air juga mengpredisposisi individu untuk mengalami inkontinensia.
e. Flatulen
Saat gas terakumulasi di dalam lumen usus, dinding usus meregang dan berdistensi ( flatulen ).
Flatulen dalah penyebab umum abdpmen menjadi penuh, terasa nyeri, dank ram. Dalam kondisi
normal, gas dalam usus keluar melalui mulut ( bersendawa ) atau melalui anus ( pengeluaran
flatus ). Namun jika penurunan motilitss usus akibat penggunakan opiate, agens anastesi umum,
bedah abdomen, atau imobilisasi, flatulen dapat menjadi cukup berat sehingga menyebabkan
distensi abdomen dan menimbulkan nyeri teras sangat menusuk.
f. Hemeroid
Hemeroid adalah vena vena yang berdilatasi, membengkak dilapisan rectum. Ada jua jenis
hemeroid, yakni hemeroid internal dan hemeroig eksternal. Hemeroid internal terlihat jelas
sebagai penonjolan kulit,apabila lapisan vena mengeras, akan terjdi perubahan warna.
1. Diversi usus
1) Ostomi inkontinen menentukan konsistensi feses. Sebuah ileotomi merupakan jalan pintas
keluarnya sehingga feses tidak melalui seluruh bagian usus besar. Akibatnya feses keluar lebih
sering dan berbentuk cair. Feses yang keluar lebih sering dan cair juga terjadi pada kolostomi di
kolon asenden. Kolostomo pada kolon tranversal umumnya menghasilkan fesess yang mendekati
bentuk feses normal. Lokasi kolostomi ditentukan oleh masalah medis dan kondisi umum klien.
Terdapat tiga jenis bentuk kolostomi, yakni :
Loop colostomy
End colostomi
Double- barrel colostomy
Loap colostomy biasanya dilakukan dalam kondisi kedaruratan medis yang nantinya
kolostomi tersebut akan ditutup. Jenis kolostomi tersebut ini biasanya mempunyai stoma yang
berukuran besar, dibentuk dikolon transversal, dan brsifat sementara. Ahli bedah menarik sebuah
lengkung usus keatas abdomen.
End colostomy terdiri dri satu stoma yang dibentuk dari ujung proksimal usus dengan bagian
distal sluran GI dapat dibuang atau dijahit tertutup ( disebut kantong Hartman ) dan dibiarkan
didalam rongga abdomen. Pada banyak klien, end kolostomi merupakan hasil terpai bedah pad
kanker kolorektal. Pada usus tersebut, rektukm juga mungkin dibuang. Klien yang menderita di
vertikulitus dan ditangano melalui upaya bedah sering kali menjalani end colostomy yang
bersifat sementara dengan pembuatan kantung Hartman.
Tidak seperti loop colostomy, usus dipotong melalui pembedahan ke dalam bentuk doble-
barrel colostomy dan kedua ujungnya ditari keatas abdomen . double- barrel colostomy terdiri
dari dua stoma yang berbeda: stoma proksimal yang berfungsi dan stoma distal yang tidak
berfungsi.
2) Ostomi kontinen
Tipe pembadahan tertentu memungkinkan kontinensia pada klien tertentu yang mengalami
kolektomi ( pengangkatan kolon ). Ostomi kontinen ini juga disebut diversi kontinen atau
reservoar kontinen. Pad sebuah prosedur yang disebut ileoanal pull- troughtt kolon diangat dan
dielum dianastomisis atau disambungakan ke fringter anus yang utuh. ( perry potter, 2006)
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian ini di lakukan pada tanggal 6 september 2013, jam 08.00 WIB di
ruang Teratai RSUD Sunan Kalijaga Demak.
1. Identitas pasien
Nama : Tn. S
Umur :55 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Suku bangsa : WNI
Agama : islam
Status : kawin
Pekerjaan : petani
Alamat : Wonosalam RT 3 RW 1 Demak
Tanggal masuk : 6 september 2012
No register : 051676
Diagnosa medis : Melena dan anemia
n masuk : pasien datang dengan keluhan utama tidak bisa BAB selama 3 hari
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : petani
Jenis kelamin ; perempuan
Alamat : wonosalam RT 3 RW 1 demak
Hubungan dengan pasien : istri pasien
A. RIAWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan mengeluh sakit perut sebelah kiri.
2. Riwayat penyakit
Pasien mengatakan di bawa ke RSUD Sunan Kalijaga Demak setelah mengalami 3 hari tidak
bisa BAB, kembung, pusing dan panas. Itu semua dirasakan pasien sampai merasa lemas. Oleh
keluarga pasien langsung di bawa ke RSUD Sunan Kalijaga Demak dan di IGD pasien mendapat
infus RL 20 tpm dan di lanjutkan ke ruang teratai untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
3. Riwayat perawatan dan kesehatan dahulu
Pasien mengatakan dahulu tidak pernah mengalami sakit seperti yang di alami pasien sekarang
ini.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit
seperti yang di derita oleh pasien saat ini.
Sebelum sakit : pasien mengatakan melakukan aktivitas seperti ke sawah dengan jalan kaki dan
pasien melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Selama sakit : pasien tidak bisa melakukan seluruh aktivitasnya sendiri dan sebagian di bantu oleh
keluarga.
Saat di kaji :
Bathing : di bantu oleh keluarga
Dressing : di bantu oleh keluarga
Toileting : di bantu oleh keluarga
Transfering : di bantu oleh keluarga
Incontiment : -
Feeding : mandiri
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur dengan nyenyak dan tidur hingga 7-8 jam tidak ada
gangguan.
Selama sakit : pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak dan tidur sering terganggu,
tidur hanya kurang lebih 3 jam, Pasien mengatakan terganggu dengan lingkungan di rumah sakit
yang sering ramai. Pasien mengatakan sering kaget dengan suara-suara yang keras.
6. Pola hubungan dengan orang lain
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan tidak ada masalah dengan orang lain, klien mampu
beradaptasi dengan keluarga maupun orang lain di lingkungan sekitar rumah.
Selama sakit : pasien masih mampu berinteraksi dengan perawat, dokter, maupun keluarga dan
orang lain.
7. Pola persepsi sensori dan kognitif
Sebelum sakit : pasien mengatakan pasien tidak mengalami gangguan pada cara bicara,
pendengaran, penglihatan, dan penciuman serta perabaan dan tidak merasakan nyeri.
Selama sakit : pasien mengatakan selama sakit pasien tidaak mengalami gangguan pada caraa
bicara, pendengaran, penglihatan, dan penciuman serta perabaan tapi sedikit merasakan nyeri.
8. Pola persepsi dan seksual
Pasien sudah tidak bisa melakukan hubungan seksual karena keterbatasan fisik di sebabkan
penyakit yang di deritanya saat ini.
C. PENGKAJIAN FISIK
4. Rambut : pendek, warna hitam terdapat uban, tidak rontok dan kotor.
Kepala : mesochepal, tidak ada lesi
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada kotoran di mata
Hidung : bersih, tidak terdapat polip dan sinus
Telinga : tidak ada peradangan, tidak ada nyeri tekan dan tidak menggunakan alat bantu, tidak ada
mostoiditis
Mulut : mukosa kering, mulut bersih, gigi masih utuh dan tidak terdapat caries
Leher : tidak ada pembesaran tiroid dan limfe
Kulit : turgor normal
5. Dada dan thorak
dada
inspeksi : simetris
palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal premitus sama
perkusi : sonor
auskultasi : vesikuler
jantung
inspeksi : simetris
palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
perkusi :-
auskultasi : S 1 lup dan S II dup S III dan S IV tidak ada suara tambahahan
abdomen
inspeksi : simetris datar
palpasi : tidak ada pembesaran ginjal dan hati, tetapi ada nyeri tekan, teraba massa di abdomen bagian
kiri bawah.
perkusi : tympani
auskultasi : tidak terdengar suara bising usus
6. genital dan anus
bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda-tanda infeksi
7. ekstremitas : tidak ada odema, terpasang selang infuse pada tangan kiri.
CRT : kurang dari 3 detik
Turgor kulit : normal
8. kulit
bersih, tidak ada sianosis, tidak ada odema, tidak ada luka jahitan dan tidak ada nyeri tekan.
D. DATA PENUNJANG
Terapi obat
Infus RL 20 tpm
Inj cefotoxim 2 x 1
Inj ranitidine 6 x 1 amp
Inj vit k 3 x 500 mg
Inj asam tranexcetat 3 x 500 mg
Dulcolax 1x1 tab
B. PENGELOMPOKAN DATA
Nama : Tn. S NO CM : 051676
Umur : 55 tahun Diagnosa medis : Melena dan Anemia
DO :
- pasien tampak lesu , lemas dan tampak kesakitan karena tidak
bisa BAB.
- Di bawah mata terlihat lingkar hitam
Pasien terlihat sayup
- Pasien terlihat sering menguap.
- Pasien terlihat pucat.
- Pasien terlihan kesakitan jika perut kiri bagian bawah ditekan.
P : rasa nyeri pada saat titekan.
Q : cekot - cekot
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 6
2. 6/9/2013 T : 2 4 menit
C. ANALISA DATA
Nama : Tn. S NO CM : 051676
Umur : 55 tahun Diagnosa medis : Melena dan Anemia
No Data focus Problem Etiologi
Kurangnya
asupan serat
Gangguan pola
DS : - pasien mengatakan sudah 3 hari tidak bisa BAB. eliminasi BAB
Pasien mengeluh lemas dan terkadang perut sakit dan
kembung karena tidak bisa BAB.
DO : Td : 120/80
N : 90 x/menit
1. S : 37
Rr : 28 x/menit
pasien tampak lesu , perut teraba massa bagian kiri
bawah.
DS : klien mengatakan perutnya terasa sakit dan apa Agen- agen
bila ditekan lebih sakit. penyebab
DO : klien terlihat menahan sakitnya. Nyeri akut cidera
P : rasa nyeri pada saat titekan. fisik (akibat
Q : cekot - cekot tekanan)
R : perut kiri bawah
S : skala nyeri 6
T : 2 4 menit
2.
DS : pasien mengatakan tidak bisa tidur dengan
nyenyak dan tidur sering terganggu, tidur hanya kurang Faktor
lebih 3 jam Insomnia lingkungan.
Pasien mengatakan terganggu dengan lingkungan di
rumah sakit yang sering ramai.
DO
Lingkar mata hitam
Pasien terlihat sering menguap.
3.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. S NO CM : 051676
Umur : 55 tahun Diagnosa medis : Melena dan Anemia
Intervensi keperawatan
No Tujuan &
DP Tanggal criteria hasil Intervensi Rasional TT
1 6/9/2013
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan pasien
ke pola normal
dari fungsi bowel
dan terjadi pola 1. Kaji dan catat pergerakan
hidup untuk usus.
menurunkan faktor 2. Berikan cairan adekuat.
knstipasidengan 3. Berikan makanan tinggi
criteria hasil : serat dan hindari makanan
- Resiko konstipasi yang banyak gas dengan
menurun konsultasi bagian gizi.
- Pola eliminasi 4.( Bantu klien dalam
1. Deteksi dini penyebab
dalam rentang melakukan aktivitas pasif konstipasi
yang diharapkan ) dan aktif. 2. Membantu feses lebih lunak.
- Feses lunak dan 5. Konsultaikan dengan dokter 3. Menurunkan konstipasi.
berbentuk. tentang pemberian laksatif, 4. Meningkatkan pergerakan
- Pengeluaran feses enema, dan pengobatan. usus.
tanpa bantuan. 5. Meningkatkan eliminasi.
1. Observasi Keadaan umum.
2. Kaji skala nyeri.
3. Manajemen relaksasi.
Setelah dilakukan 4. Berikan posisi senyaman
tindakan mungkin.
keperawat 3 x 24 5. Pemberian analgetik.
jam mengurangi
nyeri sampai klien 1. Untuk mengetahui keadaan
merasa nyaman umum pasien.
dengan kriteria 2. Meringankan atau
hasil : mengurangi nyeri sampai
- Menunjukkan klien meras nyaman.
tingkat nyeri. 3. Untuk mengurangi rasa nyeri.
- Memperlihatkan 4. Untu mengurangi rasa nyeri.
pengendalian 5. Untuk mengurangi atau
2 7/9/2013 nyeri. menghilangkan rasa nyeri.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 24x3 jam
diharapkan klien
dapat tidur 6 8
jam setiap malam
secara verbal1. Lakukan kajian masalah
mengatakan dapat gangguan tidur, karateristik,
rileks dan segar dan penyebab kurang tidur.
degan kriteria
2. lakukan massage pada
hasil : daerah belakang,tutup
- Klien jendela jika perlu .
memperlihatkan 3. keadaan tempat tidur yang 1. Memberikan informasi dasar
tidur yang nyaman, bersih, dan bantal dalam menentukan rencana
nyenyak yang nyaman. keperawatan dasar.
- Klien 4. Berikan susu hangat sebelum2. Mengurangi gangguan tidur.
menunjukan tidur. 3. Meningkatkan tidur.
kesejahteraan fisik5. Anjurkan mandi sebelum 4. Meningkatkan tidur.
3. 8/9/2013 dan psikologis. tidur 5. Meningkatkan tidur
F. CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. S NO CM : 051676
Umur : 55 tahun Diagnosa medis : Melena dan Anemia
No.
DP Tgl/jam Implementasi Respon pasien ( DS & DO ) TT
S:-
1. Mengkaji dan catat pergerakan O ; tidak terdengar bunyi bising
usus. usus
S ; pasien mengatakan bersedia
2. Menganjurkan banyak minum O: pasien terlihat meningkatkan
air putih konsumsi air putihnya dari 250 cc
menjadi 500 cc
Implementasi Hari II
No.
DP Tanggal Imlpementasi Respon pasien ( S dan O ) TT
1. Mengkaji dan catat pergerakan S : -
usus. O ;tidak terdengar bunyi bising
usus.
2. Menganjurkan banyak minum S ; pasien mengatakan bersedia
air putih O: pasien terlihat meningkatkan
konsumsi air putihnya 250 cc
menjadi 500 cc.
G. CATATAN PERKEMBANGAN
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Eliminasi fekal atau defekasi merupakan proses pembuangan sisa metabolism tubuh
yang tidak terpakai. Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi
tubuh normal. Perubahan pada proses defekasi dapat menyebabkan masalah pada gastrotesstinal
daan bagian tubuh lainnya. Karena sisa-sisa produk usus adalaah racun. Pola defekasi bersifat
individual bervariasi dari beberapa kali sehari sampai berapa kali seminggu. Jumlah feses yang
dikeluarkan pun bervariasi jumlahnya tiap individu.
Feses normal mengandung 75% air dan 25 % mengandung materi padat. Feses normal
berwarna coklat karena adanya sterkobilinatau eriobilin yang berasal dari bilirubin. Warna feses
dapat dipengaruhi oleh kerja bakteri escherecia coli . flatus yang dikeluarkan orang dewasa
selama 24 jam yaitu 7-20 liter flatus dalam usus besar. Kerja mikro organisme mempengaruhi
bau feses. Fungsi usus tergntung pada keseimbangan beberapa factor, pola eliminasi dan
kebiasaan masing-masing orang berbeda
B. SARAN
Kita seharusnya harus bisa menjaga diri kita agar selalu sehat tanpa ada gangguan di
dalam tubuh kita . semisal saja kita terganggu dalam kebutuhan eliminasi saja tetapi yang lain
juga ikut tersangkut.oleh karena itu kita harus menyuplai nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh
makan sehat olah raga yang cukup, pastilah kita akan sehat selalu, tetapi juga jangan lupa
berdoa juga karena sehat juga anugerah dan kenikmatan dari Allah untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Azis alimul.2006. Pengantar Konsep Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Patria A.Potter. 2006. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktek, Alih bahasa
Renata Komalasari dkk. Jakarta. EGC
Tarwot dan watonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan . edisi
3.Jakarta. Salemba Medika.
Widianti, Anggriyani. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia ( KDM ). Yogyakarta:Nuha medika.
Wilkinson, Judith M.2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Nanda, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil NOC, Edisi 9.Alih bahasa Esty Wahyuningsih, editor bahasa Indonesia Dwu
Widiarti.Jakarta. EGC