Anda di halaman 1dari 20

PENUKARAN KALOR

REBOILER
Aplikasi Heat Exchanger

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum

Reboiler merupakan suatu alat yang digunakan untuk merubah fasa cair menjadi fasa
uap, dimana uap tersebut berfungsi sebagai media untuk proses pemisahan. Reboiler identik
dengan Heat Exchanger Sheel and tube.Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan
reboiler:

1. ruang yang tersedia


2. jumlah pekerja yang diperlukan
3. fraksi dari cairan dimenara yang diuapkan
4. kecenderungan untuk pencemaran
5. temperature yang tersedia
6. temperature yang diperlukan

Reboiler ialah Heat Exchanger yang secara tipikal dipasang pada kolom distilasi.
Reboiler menghasilkan uap untuk separasi distillasi fraksional seperti kondenser menhasilkan
refluks liquid yang mana dikembalikan ke kolom distillasi.

Secara umum reboiler merupakan alat penukar panas yang digunakan untuk
menyediakan aliran panas untuk destilasi dan proses-proses lainnya yang serupa. Reboiler
adalah salah satu bagian integral proses produksi, tetapi bukan merupakan bagian dari sistem
steam, karena reboiler terletak jauh terpisah dari boiler utama (atau power house).
konsekuensinya, umunya perhatian yang ditujukan pada reboiler lebih kecil bila
dibandingkan dengan boiler utama hingga sebuah kegagalan terjadi.

Pendekatan proaktif dari optimasi mekanik dan perlakuan kimiawi dan monitoring
direkomendasikan untuk meminimasi deposit dan korosi dan memaksimalkan ketahanan
sistem dan efisiensi energi.

Prinsip kerja reboiler pada dasarnya sama dengan Heat Exchanger secara umum,
namun reboiler sebagai suatu sistem memerlukan peralatan tambahan lebih daripada sekedar
Heat Exchanger sebagai instrumen, sehingga reboiler tidak dapat berdiri sendiri. Reboiler
terdiri atas beberapa sistem yang berhubungan, misalnya sistem heat exchanger dan sistem
kolom (destilasi, evaporasi, dan yang sejenisnya). Kedua sistem itu terhubung menjadi
sebuah sistem reboiler dengan adanya pengembalian fluida (panas) ke dalam kolom dari
reboiler.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bagian-bagian Reboiler Heat Exchanger

Secara umum, bagian-bagian dari suatu sistem reboiler ialah sebagai berikut:

Skematik dari bagian-bagian umum reboiler (penomoran sesuai dengan urutan bagian-
bagian reboiler).

Skematik tiga dimensi shell and tube Heat Exchanger secara umum
Berfungsi sebagai wadah untuk menampung cairan yang akan dipanaskan. Di tempat
ini, sebagian cairan akan dipanaskan bercampur dengan cairan yang lebih dingin
sehingga akan terjadi homogenitas termal.
Sumtank adalah alat yang berfungsi untuk menampung cairan yang akan dipanaskan.
Di tempat ini sebagian cairan akan dipanaskan dan akan bercampur dengan cairan
yang masih dingin sehingga akan terjadi homogenitas panas dalam cairan tersebut.
Shell and tube exchanger merupakan tempat kontak cairan dingin dengan steam.
Aliran dingin dari steam dialirkan melalui pipa ke dalam tube sedangkan steam masuk
ke dalam shell sehingga akan terjadi perpindahan panas dari steam ke cairan dingin.
Pompa sentrifugal yang berfungsi memompa cairan dari sumtank (bawah) ke shell
and tube (atas) sehingga cairan tersebut memiliki kecepatan dan head tertentu.
Efisiensi dipengaruhi kecepatan dari perpindahan panas pada shell and tube
exchanger.
Pipa keluaran umumnya berhubungan langsung dengan system-sistem proses seperti
destilasi, ekstraksi, dan lain-lain. Sedangkan pipa keluaran sumtank di laboratorium
dibuat dari kaca sehingga memudahkan praktek dalam melihat proses yang terjadi.
Baffle, berfungsi mengarahkan aliran fluida yang tegak lurus di pipa sehingga
menambah kecepatan fluida dan memperbaiki kecepatan perpindahan panas.

2.1.1 Pemilihan Material

Seperti pada tabung shell and tube Heat Exchanger, untuk mampu memindahkan
panas dengan baik, material tabung perlu mempunyai daya hantar termal baik. Sebab panas
ditransfer dari suatu sisi panas kepada suatu sisi dingin melalui tabung, ada suatu perbedaan
temperatur antar jarak dari tabung. Oleh karena kecenderungan dari material tabung yang
berkenaan dengan panas memperluas dengan cara yang berbeda pada berbagai temperatur,
yang berkenaan dengan panas selama operasi. Material tabung juga harus kompatibel dengan
fluida yang mengalir pada sisi tube dan shell untuk periode lama di bawah operasi kondisi-
kondisi (temperatur, tekanan, pH, dll.) untuk memperkecil kerusakan seperti karatan. Semua
kebutuhan ini memerlukan pemilihan hati-hati dari kekuatan, thermally-conductive
(konduktif secara termal), corrosion-resistant (tahan korosi), material tabung mutu tinggi,
khususnya metal. Pilihan material tabung yang buruk bisa mengakibatkan suatu kebocoran
suatu tabung antara sisi tube dan shell yang menyebabkan fluid cross-contamination dan
mungkin hilangnya tekanan.
tipe-tipe Shell and tube heat exchanger

1.1.2 Menentukan letak cairan dalam tube atau shell


1) Corrosion : fluida yang lebih korosif harus ditempatkan didalam tube. Hal ini akan
mengurangi biaya material yang mahal, jika fluida korosif ditempatkan dalam
shell akan menyebabkan korosi pada dinding luar tube sehingga sukar
dibersihkan.
2) Fouling : fluida yang lebih mudah membentuk kerak (fouling) lebih baik
ditempatkan di tube agar memudahkan pengontrolan kecepatan fluida. Dengan
kecepatan fluida yang lebih besar akan mengurangi pembentukan kerak didalam
tube.
3) Temperature fluida : fluida yang memiliki temperature tinggi sebaiknya
ditempatkan didalam tube, karena dapat mengurangi kelebihan panas . jika kita
tempatkan didalam shell, maka akan banyak panas yang terbuang keluar shell.
4) Tekanan operasi : fluida yang bertekanan tinggi sebaiknya ditempatkan didalam
tube. Pipa tekanan lebih murah dibandingkan shell bertekanan.
5) Pressure drop : untuk pressure drop yang sama, koefisien perpindahan panas akan
lebih besar jika fluida berada didalam tube. Fluida yang memiliki pressure drop
lebih rendah harus ditempatkan didalam tube.
6) Viscosity : jika aliran turbulen, cairan yang viskos ditempatkan didalam shell. Jika
aliran laminar, cairan yang viskos ditempatkan didalam tube.
7) Kecepatan aliran : fluida yang alirannya lambat harus ditempatkan didalam shell.

2.2 Sistem Kerja dan Tipe-Tipe Reboiler


Secara umum reboiler berfungsi untuk menguapkan kembali (reboiling) suatu cairan
dalam suatu sistem proses tertentu Reboiler mengambil aliran cairan dari bagian bawah
kolom sebagai inlet dialirkan ke heat exchanger. Dalam Heat Exchanger aliran cairan itu akan
dipanaskan, oleh panas yang dibawa steam pada shell, sampai tervaporisasi kemudian
dikembalikan ke kolom kembali. Cairan tervaporisasi tersebut pada kolom dilewatkan pada
steam traps (penangkap steam), sehingga steam yang basah kebali lagi ke kolom untuk
divaporisasi kembali oleh sistem reboiler. Reboiler bisa digunakan secara parsial atau
keseluruhan memvaporisasi aliran cairan umpan. Proses ini terjadi terus menerus sebagai
sebuah siklus.

Secara umum reboiler dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe, yaitu di


antaranya:

2.2.1 Reboiler Ketel


Kettle reboiler juga telah diketahui sebagai kelompok dari reboiler yang sering
digunakan untuk suatu fluida dengan kadar hidrokarbon yang rendah ( contoh : propane dan
butane ). Reboiler ketel terdiri atas seperangkat tube di dalam shell ukuran besar. Biasanya
rasio tinggi puncak terhadap diameter adalah 1,5 sampai 2. Temperatur di dalam ketel secara
substansial seragam.

Reboiler tipe ini menangani proses aliran yang berubah ubah dan perubahan
temperature yang tinggi. Lebih baik dari rancangan reboiler lain, tetapi kettle reboiler
mempunyai kecenderungan yang tinggi terhadap pencemaran ketika proses berlngsung. Hal
ini berarti, tipe kettle reboiler sangat mudah terjadinya kerak yang berasal dari fluida yang
digunakan. Ketinggian cairan kondensat harus dijaga agar selalu sejajar dengan tinggi tabung,
dengan kata lain harus ada pengendalian ketinggian (control level).

Pada jenis ini, harus dibuat ruang yang cukup pada bagian atas untuk tempat
pemisahan fasa cair dari fasa gas. Reboiler ini tidak baik bila digunakan pada tekanan tinggi
dikarenakan ukuran shell yang berdiameter lebar.

Sistem Kerja

1. Aliran cairan dari kolom sump ke bagian bawah dari ketel.


2. Aliran tersebut diuapkan secara parsial.
3. Sebagian kubah atas dari reboiler memisahkan uap dan cairan.
4. Uap mengalir kembali ke tower melalui pipa naik/penaik (riser).
5. Cairan overflow baffles, yang mana diset cukup tinggi untuk menjaga tube di bawah
permukaan air.
6. Cairan ini ialah produk bawah.

2.2.2 Reboiler Internal atau Stab-in


Salah satu variasi dari tipe ketel ialah sebuah internal atau stab-in tube bundle yang
disisipkan secara langsung ke dalam kolom. Karakter dari reboiler stab in ini hampir sama
dengan kettle reboiler, sedangkan perbedaannya adalah pada reboiler stab in perubahan
panas yang terjadi kecil karena aukuran kapasitasnya terbatas. Biaya yang dikeluarkan untuk
stab - in lebih murah namun perawatannya lebih rumit disbanding dengan kettle reboiler.

2.2.3 Reboiler Termosifon

Termosifon reboiler pada pengoperasiannya menggunakan sirkulasi alami, maksud


dari alami disini adalah dengan memanfaatkan adanya gaya gravitasi bumi, dengan aliran
proses pada shell side dikondisikan pada posisi vertical. Reboiler tipe ini tidak memerlukan
pompa. Dan kemungkinan terbentuknya kerak sangat sedikit/kecil sekali dikarenakan proses
dengan kecepatan relatif tinggi. Seperti pada forced recirculation reboiler, terjadi perpindahan
panas sensible yang diikuti dengan pendidihan nukleat.

Berdasar sistem aliran, tipe termosifon dibedakan atas:

a. Termosifon reboiler sirkulasi


Pada tipe ini air pada kolom dialirkan ke Heat Exchanger, di sini terjadi proses pertukaran
panas, sehingga cairan teruapkan dan masuk ke kolom kembali. Fasa gas akan diteruskan
naik ke kolom, namun kondnsta akan jatuh ke bawah pada kolom dan ikut mengalir
kembali ke Heat Exchanger (inilah yang disebut resirkulasi).

b. Once-through reboiler termosifon

Pada tipe ini fluida dingin yang berubah menjadi fasa liquid dan fasa gas akan diteruskan
masuk kolom. Namun, fasa liquid yang jatuh ke bawah kolom tidak akan dialirkan ke
dalam shell and tube Heat Exchanger.

Berdasar posisi shell and tube Heat Exchanger, terdiri dari tipe horizontal dan vertikal.

a. Tipe Horizontal
Biasanya fraksi yang dipanaskan di reboiler ini lebih sedikit dibandingkan pada
reboiler ketel. Perbedaan static head yang kecil dibutuhkan sebagai pengendali
gaya/dorongan untuk resirkulasi. Laju sirkulasi ini bisa dikontrol dengan menutup-buka pipa
masukan (inlet line). Adanya gaya dari aliran tersebut menyebabkan temperatur bubble point
masukan berbeda dengan keluaran. Berbeda dengan reboiler ketel yang temperaturnya lebih
mendekati keseragaman. Akibatnya, perbedaan temperature rata-rata antara shell dan tube
akan lebih besar untuk thermosyphon dari pada ketel, atau untuk perbedaan temperature rata-
rata yang sama, persentasi penguapan bisa dibuat lebih sedikit. Tabung horizontal ini lebih
mudah dibuat dari pada yang vertical.

Spesifikasi Horisontal Thermosyphon


Pada horisontal thermosyphone ada beberapa spesifikasi antara lain :

a. Dimensi diameter shell dan panjang shell

- IDs : 12 17 inci; l = 8 ft

- IDs : 19 - 29 inci; l = 12 ft

- IDs > 31 inci

b. Shell passes (n) = 2

c. Maksimal 80% dari liquid akan teruapkan

d. Flux atau Q/A antara 8.000 12.000 Btu/jam.ft2


e. hV tidak boleh lebih dari 300 Btu/jam.ft2.oF

Beberapa ketentuan penguapan pada horisontal thermosyphon antara lain :


a. Untuk liquid yang dipanasi berupa bahan organik berlaku :

Q/A = 8000. s/d. 12000 Btu/jam.ft2

b. Untuk mencari overall heat transfer UD berlaku :


4 . flow area
de'
frictional wetted perimeter (kern, pers. 6.4)

c. Penurunan tekanan

P pada thermosyphon sama dengan P pada shell and tube, hanya yang perlu
diperhatikan adalah de = diameter equivalen shell yang dipengaruhi oleh friction

Urutan Perancangan Horisontal Thermosyphon


1. Material and Heat balance
Q = QS + QV = M . cp . (T1 T2) = M .
Untuk panas sensible : QS = m . CP . (T1 T1), dengan range boiling point > 15oF.
Untuk panas laten : QV = m1 . (hg hl)
2. Menghitung TLMTD
T = Ft . TLM
hargaFt t - t
dicaridari gambar 19 Kern karena n = 2.
1 2
t LMTD
3. Menghitung ln tCaloric
Suhu dan tc)
1 / t 2 (Tc

Tc = T2 + Fc (T1 T2)
tc = t2 + Fc (t2 t1)
4. Mencari IDS dan jumlah pipa dimulai dengan trial Q/A antara 8000 12000
Btu/jam.ft2.oF, sehingga didapatkan :
Q dan A
A Nt
8000 s/d 12000 a" . L

b. Tipe Vertikal
Sirkulasi ditimbulkan oleh perbedaan pada static head dari suplay cairan dan kolom
pada bagian material yang dipanaskan. Fraksi berat keluaran yang teruapkan biasanya
berkisar antara 0,1 sampai 0,35 untuk hidrokarbon dan 0,02 sampai 0,10 untuk larutan
aqueus. Sirkulasi biasa dikendalikan dengan valve pada jalur masukan. Area aliran pada pipa
keluaran biasanya dibuat sama pada semua tube. Perubahan panas maksimum lebih rendah
dari pada reboiler ketel. Reboiler vertical ini tidak cocok digunakan untuk temperature rendah
dikarenakan tingginya titik didih yang disebabkan oleh static head. Reboiler ini kadang-
kadang digunakan ketika media pemanas tidak bisa dilewatkan pada shell.
Spesifikasi Vertikal Thermosyphon
Pada Vertikal Thermosyphon ada beberapa spesifikasi antara lain :
a. Panjang shell mulai dari 16 ft kemudian diturunkan menjadi 12 ft
b. Shell passes atau n = 1 dan tube passes atau n = 1
c. Maksimal 80% dari liquid akan teruapkan
d. Flux atau Q/A antara 8000 12000 Btu/jam.ft2
e. hV tidak boleh lebih dari 300 Btu/jam.ft2.oF
f. Tipe aliran selalu counter current

Q
ho
Q Q
dimana :h S
S V
hs =hkoefisien
V
film perpindahan panas sensible, Btu/jam.ft2.oF
hv = koefisien film perpindahan panas laten, Btu/jam.ft2.oF
Q = jumlah panas yang dipindahkan, Btu/jam
QS = jumlah panas sensible, Btu/jam
QV = jumlah panas laten, Btu/jam
Grafik Perpindahan Panas
Penguapan di dalam vertikal thermosyphon bisa terjadi dalam beberapa macam antara
lain : penguapan pada titik jenuhnya, penguapan di bawah titik jenuhnya dan
penyempurnaan penguapan.

Beberapa ketentuan penguapan pada vertikal thermosyphon antara lain :


a. Untuk liquid yang dipanasi berupa bahan organik berlaku :
Q/A = 8000. s/d. 12000 Btu/jam.ft2
b. Untuk mencari overall heat transfer UD berlaku :

Q Q
UD
A . t Nt . a" . L . t
c. Penurunan tekanan
Panjang dan jumlah tube perlu dicek lebih dahulu untuk melihat apakah P atau Pp
ditambah tekanan hidrostatik pada thermosyphon sama dengan P pada kaki Reboiler
lebih kecil dari driving force.

f . G 2p . L . n
Pp
Driving force = (Z1 x 5) x 10 . di . sg . p
10
,22/ 144
dimana : Z1 adalah tinggi liquid (permukaan) sampai bagian bawah pipa reboiler, ft.
dan = densitas liquid, lb/ft3

2.2.4 Reboiler Forced Circulation

Reboiler tipe ini menggunakan pompa untuk memindahkan cairan proses, pompa
yang umum digunakan adalah pompa sentrifugal.

Forced recirculation reboiler mempunyai dua mekanisme dalam perpindahan panas,


yaitu perpindahan panas sensible yang diikuti dengan pendidihan nukleat. Aliran proses yang
khas pada tube side dalam penukar standar ( standar exchanger ) dikondisikan pada posisi
vertical. Pada kecepatan proses yang lambat, unit ini cenderung terjadi pencemaran.
Kekurangan: memboroskan energi.

Kelebihan dan kekurangan masing-masing tipe reboiler


Tipe reboiler Kelebihan Kekurangan Keterangan
Kettle reboiler 1. mempunyai 1. biaya instalasi Perlu dirancang blow
penguapan yang tinggi. mahal down untuk
2. dapat dianggap sebagai 2. waktu tinggalnya menguras secara
satu teoritical plate lama kontinyu sehingga
3. mudah perawatan dan 3. tidak baik untuk dapat mereduksi
pembersihannya. operasional tekanan terjadinya fouling.
4. dipakai untuk kecepatan tinggi.
sirkulasi yang rendah. 4. transfer panasnya
rendah
5. mudah terjadi
polimerisasi yang dapat
menyebabkan fouling.
Internal 1. biaya instalasi yang 1. kecepatan Biasanya tidak
reboiler rendah perpindahan panasnya dianjurkan untuk
2. tidak butuh ruang rendah dipakai.
yang luas disekitar menara 2. sukarnya
3. baik untuk proses dengan pemasangan isolasi
beban rendah disekitar reboiler
3. pembersihan dan
perawatannya sukar
4. panjang tube
reaboiler akan sangat
tergantung dengan
diameter menara distilasi.
Vertical thermo 1. kecepatan 1. umumnya proses
siphons perpindahan panasnya penguapan tidak dapat
tinggi lebih dari 30%
2. tidak membutuhkan 2. panjang tube tidak
ruang yang besar lebih dari 5 meter
3. waktu tinggalnya 3. akses untuk
kecil dan cepat perawatan tidak mudah
4. pengontrolannya
mudah.
Horizontal 1. mempinyai besaran panas 1. persen
thermo siphons yang cukup. penguapannya sekitar 35
2. dapat didesain untuk %.
beban panas yang tinggi. 2. fase pemisahan
3. waktu tinggal rendah. mungkin terjadi jika
4. sukar terjadinya fouling. kecepatan alir di shell
5. mudah dikontrol. rendah.
6. biaya instalasi murah.
Once through 1. dapat diposisikan 1. kondisi sirkulasi Penguapan
natural secara horizontal / vertical sukar dikontrol.
circulation dilihat dari elevasi 2. dapat terjadi
menara. kelebihan ratio
2. mempunyai transfer penguapan untuk
panas yang cukup. pemasangan vertical.
3. setara dengan 1
stagen teoritical plate.
4. waktu tinggalnya
cepat.
5. sukar terjadi fouling.
Force 1. cocok untuk larutan 1. daya tinggi untuk Tipe ini dianjurkan
circulation pekat high fouling, dan pompa pemipaan dan jika reboiler tipe
cairan berkandungan instrument control. horizontal
padatan. 2. bias terjadi thermosyphon atau
2. pengontrolan kebocoran dibagian seal reboiler tipe kettle
sirkulasi sangat baik. pompa.. tidak dapat bekerja
3. untuk kecepatan 3. penambahan area pada suatu proses.
sirkulasi tinggi. untuk instalasi pompa.
4. untuk kebutuhan 4. biaya operasinya
surface area yang sangat tinggi.
luas. 5. memboroskan
5. fase pemisahan dapat energi
dihindari.
6. pemanasan lanjut
kemungkinan terjadi.

2.3 Prinsip Instrumentasi

Reboiler sebagai suatu sistem memerlukan peralatan tambahan lebih daripada sekedar
Heat Exchanger sebagai instrumen, sehingga reboiler tidak dapat berdiri sendiri.
Instrumentasi pada reboiler di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Steam traps digunakan untuk menangkap kondesat yang terbawa pada aliran steam.
Juga membuang kondensat dari reboiler, untuk mencegah flooding. Flooding dapat
meningkatkan resiko korosi. Flooding juga mereduksi efisiensi transfer panas sejak
transfer permukaan di bawah air hanya panas sensibel, ketika permukaan tube kontak
dengan steam, dengan transfer panas laten vaporasi dan sensibel.
2. Pengukur suhu: Termometer atau termokopel, digunakan untuk mengetahui suhu
didalam sumtank atau pada aliran cairan masuk Heat Exchanger. Sistem kontrol
temperature secara akurat mengontrol aliran steam dan perpindahan panas. Sumumnya
sistem kontrol temperatur biasanya terdiri atas valve pengendali aliran/tekanan pada
system steam masukan pada reboiler yang terhubung ke temperature keluaran.
3. Pengukur tekanan: Manometer, untuk mengukur tekanan operasi dan mengontrol
tekanan proses.
4. Flowmeter untuk mengukur laju alir cairan dingin yang dialirkan. Bisa dikaitkan
dengan sistem kontrol temperatur. Fluktuasi temperatur proses dikendalikan oleh
modulasi valve pengendali aliran steam. Adanya variasi di dalam aliran fluida
membutuhkan algoritma kontrol proses yang kompleks yang digunakan untuk laju alir
atau kombiasi antara laju alir dengan suhu untuk menjalankan valve pengendali steam.
5. Pengukur level, untuk mengendalikan tinggi cairan proses, baik pada kolom maupun
Heat Exchanger. Bisa digunakan untuk mencegah flooding. Flooding dapat
meningkatkan resiko korosi.
6. Venting. Ditempatkan untuk meningkatkan efisiensi operasional pada beberapa
reboiler. Misalkan dengan mengeluarkan (venting) non-condensable gas (gas yang tidak
bisa terkondensasi), seperti karbon dioksida, amonia, dan udara dari reboiler akan
meningkatkan efisiensi transfer panas. Vent hasrunya ditempatkan dekat bagian atas
bagian atas tube sheets (pada reboiler orientasi vertikal) dan downstream (hilir) dari
discharge pass (pada reboiler orientasi horizontal). Vent seharusnya ditempatkan pada
ruangan uap sedekat mungkin ke level cairan pada reboiler orientasi horizontal maupun
vertikal.

2.4 Optimasi Reboiler

Operasi optimisasi rebooiler membutuhkan perhatian baik operasi mekanis, operasi


uap air, pengolahan kimia air maupun program pengawasan.

2.4.1 Operasi Mekanis

Ada beberapa operasi mekanis yang dapat membatasi efisiensi perpindahan panas,
termasuk vapor lock, penggenangan, dan perpindahan panas yang sedikit. Penyelesaian dari
permasalahan-permasalahan ini adlah sebagai berikut: pembuatan lubang udara, instalasi dan
perawatan steam traps, pemilihan logam yag tepat, penggunaan katup kendali yang cocok dan
pemilihan algoritma kendali proses yang tepat.

Pembuatan lubang udara


Efisiensi operasi beberapa reboiler bisa ditingkatka dengan penambahan lubang udara.
Lubang udara untuk gas-gas tak terkondenasi seperti karbon dioksida, ammonia dan udara
dari reboiler dapat meningkatkan efisiensi perpindahan panas. Sebagai contoh, lubang untuk
karbon dioksida dapat mengurangi risiko pengkaratan saat kondensat terakumulasi di
reboiler.

Lubang udara diletakkan pada bagian atas dari tubesheets pada reboiler
berorientasikan vertical, dan diletakkan di bagian aliran hilir pada reboiler berorientasikan
horizontal. Lubang udara harus diposisikan pada bagian uap yang dekat dengan permukaan
cairan.Lubang udara benar-benar penting selama proses start up untuk membersihkan gas tak
terkondensasikan yang mungkin terakumulasikan selama down time. Beberapa reboiler
memiliki garis keseimbangan yang menyesuaikan tekanan pada reboiler selama proses startup
dan shutdown. Plant biasanya memasang lubang udara di atas garis keseimbangan yang
terbuka selama proses start up ataupun shutdown untuk mencegah vapor lock.

Katup kendali aliran masuk yang tepat


Katup kendali uap air mungkin saja berukuran tidak cocok yang mengakibatkan
perubahan kebutuhan operasi. Katup kendali yang terlalu besar ukurannya pada kolom dapat
membatasi efisiensi proses jika tekanan pada reboiler secara signifikan lebih rendah daripada
tekanan pada garis pasok uap air. Secara termodinamika, katup kendali merupakan system
adibatis tekanan akan menurun pada katup kendali tanpa perubahan suhu--. Saat tekanan
berubah dan tekanan tetap sama, uap air akan berubah menjadi superheated. Karena uap air
superheated efisiensinya lebih rendah dari pada uap air jenuh, maka tingkat perpindahan
panas akan menurun.

Instalasi Steam trap


Steam trap berfungsi untuk menyalurkan kondensat dari reboiler, mencegah
penggenangan, dan lain-lain. Penggenangan akan mengurangi efisiensi perpindahan panas
karena perpindahan panas di bawah permukaan hanya menyalurkan panas sensible sedangkan
permukaan tube kontak dengan perpindahan uap air baik panas laten dari penguapan ataupun
panas sensible.Penempatan steam trap yang tepat adalah pada aliran keluaran uap air pada
rebiler. Perlengkapan dengan ukuran yang tepat adalah sangat kritis karena pada trap denga
ukuran yang terlalu kecil mengakibatkan garis penyaluran dan garis pengeluaran
menghasilkan pengumpulan kondensat pada vessel reboiler. Penggunaan trap dengan ukuran
yang terlalu besar dapat mengakibatkan masalah water hammer ketika tekanan diferensial
antara trap dan aliran balik kondensat meningkat. Desain trap yang paling sering digunakan
adalah jenis inverted bucket dan float and thermostatic. Reboiler harus memiliki steam trap
yang terdedikasi. Saat ada satu vessel pengumpulan kondensat atau pot beroperasi di
beberapa boiler pada kolom yang sama plant harus menyediakan jalur pemisah kondensat
dari tiap reboiler menuju pot. Penggenangan pada reboiler dapat terjadi saat jalur penyaluran
kondensat terhubung dengan jalur penyaluran biasa.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perawatan Kimia

Tergantung kontaminan yang terdapat pada system, ada tiga cara yang bisa digunakan
secara individu ataupun secara kombinasi untuk mengendalikan pengkaratan. Aplikasi dari
tiga teknik tersebut terdiri dari beberapa program perawatan kimia, yaitu :

Filiming amines
Filming amines membentuk lapisan tipis pada permukaan tube, membentuk
penghambat fisik pada permukaan tube yang dapat mencegah korosi. Kekuatan dari
lapisan kimia ini tergantung dari pH dan konsentrasi larutan.

Neutralizing amines
Neutralizing amines merupakan program yang paling baik untuk mencegah terjadinya
korosi pada system kondensat uap. Terdapat beberapa keuntungan, termasuk metoda
control yang sederhana da perawatan kimiawi yang cocok untuk banyak jensi reboiler.
Semua kontaminan yang bersifat asam aan dinetralkan ketika konsentrasi neutralisasi
amine sesuai dengan kosentrasi kontaminan asam secara stoikiometri.

Filming amines with neutralizing amines


seringkali filming amines dikombinasikan dengan neutralisasi amine untuk
menaikkan pH sampai dengan range control yang diinginkan. Program pelapisan
cocok digunakan untuk system kompleks seperti penyulingan. Neutralisasi amine
akan terakumulasi pada fasa uap di dalam tangkii ketika hampir semua filming amine
tertinggal di fasa liquid.

Passivating Agents
Di dalam system di mana oksigen terlarut adalah kontaminan, oksigen buangan
ditambahkan untuk mengurangi korosi dan melindungi permukaan logam. Oksigen
tersebut diketahui sebagai passivating agents karena reaksi kimia antara scavenger
dan oksigen terlarut dan reaksi reduksi elektrokimia mirip dengan reaksi reduksi iron
oxide dengan oksigen terlarut intuk membentuk magnet. Pada kebanyakan system,
passivating agents akan mengurangi konsentrasi iron dalam kondensat.

Amina Penetral dengan Passivators


Seringkali passivating agent dicampurkan dengan amina penetral dalam produk
berformula penuh. Laju umpan diatur oleh system pHirip dengan program amina
penetral.

3.2 Chemical Feed Issues


Semua perlakuan kima adalah umpan berkelanjutan, menggunakan perlengkapan
umpan kimia secara konvensional. Bagaimanapun, terdapat dua umpan kimia yang menjadi
perhatian utama yaitu proses sesuai dari perlakuan secara kimia dan umpan kimia yang
strategis.

Karena uap sering dimasukan secara langsung kedalam proses aliran, kesesuaian dari
perlakuan secara kimia dengan katalis dan proses yang bermacam-macam merupakan hal
penting. Dalam kilang minyak, tidak terdapat ketidakcocokan yang biasa antara perlakuan
secara kimia dengan katalis dan prosesnya. Dalam proses petrokimia yang lain, terdapat
beberapa yang diketahui cocok dengan amina seperti membuat latex atau katalis tertentu.
Pabrik sebaiknya mengadakan pembelajaran laboratorium terlebih dahulu. Untuk penggunaan
perlakuan kondensat di sistem tidak berlaku sebelumnya, jika permasalahan dari system yang
sama tersedia. Setiap proses masalah yang sesuai yang harus dievaluasi masing-masing.

Sejenisnya, kilang minyak akan menambah control secara kimia pada korosi pada
power house. Pada setiap unit proses, uap akan dicampurkan dengan uap bertenaga dalam
dengan membuang boiler panas dan reboiler, menipiskan control korosi pada proses kimia
oleh karena itu, disana kemungkinan ketidakcukupan konsentrasi korosi control kimia
didalam unit yang berlokasi jauh dari power house atau dalam tekanan rendah reboiler.
Seringkali penambahan umpan kimia dibutuhkan pada unit, prosedurnya dikenal sebagai
umpan satelit. Pengurangan pada konsentrasi besi dan laju korosi kondensor dalam kilang
minyak menggunakan umpan satelit dari kimia yang telah dirancang menggunakan computer
kompleks berdasarkan progam seperti ketetapan empiris.

3.3 Corrosion Monitoring

Gambar : akibat yang ditimbulkan oleh korosi

Kebanyakan metode langsung mengukur laju korosi dengan menginstal corrosions


coupons dalam kritikal reboiler jarang digunakan dalam system uap reboiler. Tidak seperti
metoda yang telah kita bahas, corrosions coupons menyediakan pengukuran langsung laju
korosi dalam system, dan sebaiknya digunakan pada lokasi kritis atau untuk konfirmasi
penemuan dari metoda analitik yang lain.

Sebagai alternative beberapa pabrik menaksir laju alir korosi tidak langsung dengan
konsentrasi besi dalam kondensat dari reboiler spesifik. Untuk pengukuran secara akurat
konsentrasi dari besi tidak terlarut dalam kondensat, sample harus didinginkan dan secara
konstan mengalirkan pada 1000 ml/menit. Metoda ini bias menjadi sulit karena kebanyakan
pabrik tidak mempunyai sample kondensor titik aliran menurun dari setiap reboiler. Ketika
sample kondensor dingin tersedia pada reboiler spesifik, pH bisa diukur secara rutin. Proses
kontaminasi yang paling sederhana adalah konduktifitas kondensat. Disana tidak ada
pemberitahuan tentang pedoman untuk kualitas kondensor reboiler, bagaimanapun batas
control didapatkan dari pedoman ASME. Contoh dari konsentrasi kondensat besi maksimum
didapat dari konsentrasi maksimum umpan seperti ditunjukkan pada table 4. Table 4-
Penentuan konsentrasi kondensat besi maksimum.

Boiler operating pressure 150 psig

Maximum boiler feedwater (iron) 100 ppb

Percent of condensate return 50 %

Maximum condensate (iron) 200 ppb

Umpan air terdiri dari dua sumber air : kondensat dan make-up. Make-up water
dianggap tidak memiliki konsentrasi kontaminasi besi. Kondensat tersebut sama dengan 50 %
dari umpan air, dan oleh karena itu akan dicairkan dengan 2 faktor. Oleh karena itu,
sebelumnya untuk pencairan menggunakan make-up water, kondensat bisa mempunyai dua
kali sebanyak besi seperti konsentrasi umpan air maksimum, atau 200 ppb.
Meskipun pedoman ASME digunakan pada contoh ini, konsentrasi maksimum dari
besi akan berubah berdasar pada tekanan operasi boiler, rancangan boiler, pengalaman
akurasi memonitor pabrik dan control dan rekomendasi pabrik boiler.

3.5 pH Monitoring
Kebanyakan metoda biasa untuk memonitor korosi adalah monitor rutin pH
pengembalian kondensat kombinasi dari seluruh unit. Sayangnya, korosi potensial dari
reboiler individual tidak bisa dinilai dari reboiler single, pengukuran Ph gabungan. Untuk
mengakurasi pengukuran pH, pabrik harus menginstal sample pendingin pada setiap
pengembalian aliran kondensat.

3.6 Chemical treatment monitoring


Keberhasilan dari program control korosi sejenisnya digambarkan dengan mengukur
harga dari perlakuan terhadap laju korosi. Pertama, reboiler yang mempunyai service keras
identifikasi sebagai critical reboiler. Semacamnya reboiler ini adalah unit yang menerima
tekanan rendah uap atau diletakkan jauh dari power house.

Kedua, laju optimal perlakuan kondensat harus dikenali. Seperti konsentrasi


kondensat meningkat, nilai perlakuan meningkat dan laju korosi menurun. Kebanyakan nilai
efektif perlakuan pada penyimpangan dari dua kurva. Untuk menilai system spesifik, nilai
actual dan laju korosi akan dibutuhkan untuk dinilai bermacam-macam laju alir kimia.

Memonitor perlakuan secara kimia sering dikombinasikan dengan memonitor korosi,


karena control korosi adalah objek paling penting dari kebanyakan program perlakuan kimia.
Untuk memonitor aplikasi yang benar dari program perlakuan kimia, pabrik sebaiknya secara
rutin mengukur Ph dan konduktifitas uap kondensat critical reboiler.

BAB IV

KESIMPULAN

Perawatan reboiler sangatlah penting dilakukan agar proses berjalan aman dan tidak
mengalami kegagalan. Hal yang tidak diinginkan dalam reboiler ini adalah korosi pada tube
dan kebocoran pada tube nya. Korosi dapat terjadi diakibatkan konsentrasi maksimum dari
besi berubah berdasarkan pada tekanan operasi boiler, rancangan boiler, pengalaman akurasi
memonitor pabrik dan control dan rekomendasi pabrik boiler.

Kondisi yang harus diperhatikan agar reboiler diopersikan secara aman adalah
tekanan steam, laju alir, kualitas steam.

Tekanan steam harus sesuai dengan kebutuhan pemanasan. Tekanan berlebih


menyebabkan kebocoran pada shell nya.
Laju alir yang dihasilkan tidak konstan setiap waktu. Peningkatan laju alir dapat
menyebabkan penumpukan kondensat pada tube dan level condensat semakin tidak
terkendali. Diperlukan flow control untuk mengatasi masalah tersebut.
Kualitas steam tergantung pada proses pembentukan nya diboiler. Sumber utama
kontaminan yang menyebabkan korosi adalah senyawa asam, CO2 dan oksigen
terlarut.
Proses treatment water sebelum masuk ke reboiler diperlukan. Biasanya digunakan
pompa yaitu pompa sentrifugal. Karena pompa digunakan secara terus menerus, maka perlu
dilakukan pengecekan setiap harinya.

Control valve yang digunakan diatur oleh LC di kondensat, FC (flow control) dan PC
(pressure control). Pengecekan valve dilakukan dengan mengecek tekanan keluar dan masuk.
Pengecekan pipa yang korosi dilakukan dengan metode kupon. Pengecekan pipa yang korosi
juga dapat dilakukan dengan menghitung kadar besi yang keluar dari aliran kondensat
,memonitor pH

Anda mungkin juga menyukai