Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KONSELING ROKOK

DISUSUN OLEH :

1. Mayuni, S.Kep
2. Rhadiatul Aulia S. J, S.Kep
3. Wilda Dahlia, S.Kep
4. Suci Nilam Sari , S.Kep
5. Nency Aldani Putri, S.Kep
6. Eldita Fransiska, S.Kep
7. Anisah Abram, S.Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Promosi Kesehatan


Sub Pokok Bahasan : Konseling Rokok
Sasaran : Keluarga Pasien di Ruang Rawat Inap Interne Pria
Hari/tanggal : Jumat/ Oktober 2017
Waktu : 10.00-10.40 WIB
Tempat : Ruang Pertemuan Interne Pria

I. Latar Belakang
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus termasuk cerutu/
bentuk lain yang dihasilkan dari nicotina tambacum, nilotina rustica, dan
spesies lainnya yang mengandung nikotin dan tar atau tanpa bahan tambahan.
Nikotin tersebut terserap dalam darah dan diteruskan ke otak sehinggan
reseptor yang menerima nikotin memepaskan dopamin yang dapat memberikan
rasa nyaman. Hal tersebut yang dapat menimbulkan efek candu atau ketagihan
(Jack, 2014).Efek ketagihan yang ditimbulkan akan menyebabkan para
perokok kesulitan untuk berhenti sehingga berdampak pada kondisi fisik,
psikologis, perilaku dan kesehatan mental (Hoffman, 2001).
Merokok merupakan kebiasaan buruk yang banyak sekali akibat buruknya
bagi tubuh porokok maupun orang yang berada disekitar perokok (perokok
pasif) yang menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Merokok dapat
menyebabkan terganggunya organ-organ tubuh seperti jalan pernafasan, paru,
jantung, ginjal, dan mata. Pengetahuan masyarakat yang kurang akan bahaya
merokok berpengaruh terhadap tingkat kebiasaan merokok yang tinggi pada
masyarakat (Jack, 2014).
Data dari Depkes RI (2010) diperoleh frekuensi merokok di Indonesia
sebesar 69% dari jumlah populasi sebesar 146.860.000 dan berdasarkan survei
yang dilakukan diperoleh data sebesar 70% perokok ingin berhenti merokok,
7,9% mampu berhenti merokok tanpa bantuan, 10,2% berhenti merokok karena
bantuan dari dokter, dan 35% karena farmakologi, psikoterapi, dan dukungan
sosial.
Meningkatnya prevalensi frekuensi merokok di negara berkembang
termasuk Indonesia menyebabkan masalah merokok semakin serius . Sebagian
perokok telah menganggap merokok adalah suatu kebutuhan yang tidak bisa
dielakkan (Fawzani & Triratnawati, 2005). Menghentikan perilaku merokok
bukanlahusaha mudah, terlebih lagi bagi perokok di Indonesia. Hasil survei
yang dilakukan oleh Lembaga Menanggulagi Masalah Merokok (LM3), dari
375 responden yang dinyatakan 66,2 persen perokok pernah mencoba berhenti
merokok tetapi mereka gagal. Kegagalan ini ada berbagai macam; 42,9% tidak
tahu caranya; 25,7% sulit berkonsentrasi, 2,9% terikat oleh sponsor rokok
(Helman, 2009).
Aspek sosial akibat rokok yaitu mempengaruhi keluarga, teman, dan rekan
kerja. Seseorang yang bukan perokok bila terus-menerus terkena asap rokok
akan berdampak resiko paling besar yaitu terkena penyakit jantung (Depkes RI,
2010). Selain itu, merokok di tempat umum menjadi suatu masalah dan hal
yang sulit dikendalikan oleh para perokok. Kawasan tanpa rokok adalah tempat
dimana orang-orang tidak diizinkan untuk merokok salah satunya di rumah
sakit. Penerapan kawasan tanpa asap rokok penerapannya belum maksimal di
area pelayanan kesehatan yang semestinya bebas asap rokok (Ingan, 2016)
Penelitian yang dilakukan oleh Muliku dkk (2011), implementasi
kebijakan kawasan tanpa rokok di rumah sakit belum berjalan dengan baik
karena ada beberapa pengunjung yang merokok di lingkungan rumah sakit.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ingan (2016), penerapan
kawasan tanpa rokok di rumah sakit masih kurang efektif diakibatkan
kurangnya kesadaran dari pengunjung dan petugas untuk tidak merokok.
Hasil survei studi pendahulan yang dilakukan di ruang rawat inap interne
pria RSUP Dr, M. Djamil Padang, didapatkan data bahwa 8 dari 10 orang
pengunjung rumah sakit merupakan perokok dan 5 diantaranya merokok di
lingkungan rumah sakit. Berdasarkan hasil survei yang diperoleh maka
diperlukan adanya pendidikan kesehatan mengenai konseling merokok untuk
dapat meningkatkan pengetahuan akan bahaya merokok agar memotivasi
perokok untuk dapat berhenti merokok dan meningkatkan kesadaran para
perokok untuk tidak merokok di kawasan tanpa rokok seperti di rumah sakit.
II. Tujuan Instruksional Umum
Seluruh peserta mengetahui tentang pentingnya konseling rokok.
III. Tujuan Instruksional Khusus
Seluruh peserta mengetahui tentang :
a. Mengetahui defenisi merokok
b. Mengetahui alasan kebiasaan merokok
c. Mengetahui zat-zat dalam rokok
d. Mengetahui dampak merokok
e. Mengetahui kematian akibat merokok
f. Mengetahui manfaat berhenti merokok
g. Mengetahui cara berhenti merokok
IV. Materi
(Terlampir)
V. Metode Penyuluhan
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dan
diskusi, yaitu pemateri menyampaikan materi penyuluhan tentang
konseling rokok dan diakhir penyuluhan disediakan waktu untuk tanya-
jawab antara peserta dan pemateri.
VI. Media dan Alat Peraga
Media dan alat peraga yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah :
1. Slide Presentation Power Point
2. Laptop
3. Infocus
4. Lembar Balik
5. Leaflet
VII. Pengorganisasian
1. Moderator : Suci Nilam Sari, S.kep
Tugas Moderator :
a. Membuka penyuluhan.
b. Memperkenalan diri sendiri, pemateri, notulen, fasilitator, dan
observer.
c. Memberitahu pokok bahasan penyuluhan kepada peserta.
d. Kontrak waktu dengan peserta penyuluhan.
e. Menyampaikan rute atau tahap-tahap dalam penyuluhan.
f. Menguraikan secara singkat latar belakang dan tujuan penyuluhan.
g. Mempersilakan pemateri untuk menyampaikan materi.
h. Membuka sesi tanya-jawab.
i. Mempersilakanpeserta untuk bertanya.
j. Mempersilakan pemateri untuk menjawab pertanyaan peserta.
k. Merangkum inti presentasi pemateri.
l. Mengucapan terimakasih kepada pemateri dan peserta.
m. Menutup penyuluhan.
2. Pemateri : Anisah Abram, S.Kep
Tugas Pemateri:
a. Menyampaikan materi penyuluhan.
b. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
3. Notulen : Nency Aldani Putri, S.Kep
Tugas Notulen:
a. Bertanggung-jawab atas daftar hadir peserta penyuluhan.
b. Mencatat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
c. Mencatat jawaban-jawaban yang disampaikan oleh pemateri.
d. Membuat rangkuman materi penyuluhan.
e. Membuat Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ)setelahterlaksananya
penyuluhan.
4. Fasilitator : Wilda Dahlia, S.Kep, Rhadiatul Aulia S. J, S.Kep
Tugas Fasilitator:
a. Mempersiapkan dan bertanggung-jawab atas setting tempat
penyuluhan, seperti susunan dan jumlah meja dan kursi yang
digunakan dalam penyuluahan.
b. Mempersiapakan dan bertanggung-jawab atas segala media dan alat
peraga yang digunakan oleh pemateri dalam penyuluhan.
c. Selalu memfasilitasi semua kebutuhan peserta dalam penyuluhan dan
menyesuaikannya dengan kondisi saat penyuluhan, sehingga
penyuluhan berjalan dengan lancar.
5. Observer :Mayuni, S.Kep
Tugas Observer :
a. Memonitor atau memantau selama berjalannya penyuluhan.
b. Mengamati reaksi peserta penyuluhan.
c. Mengamati keberhasilan penyuluhanan.
6. Koordinator Lapangan : Eldita Fransiska, S.Kep
Tugas koordinator lapangan adalah mengkoordinasi hal-hal yang terjadi
pada saat penyuluhan, baik sebelum, sedang, maupun sesudah
penyuluhan.
VIII. Setting Tempat

1 2 3

7 7
4 4

8 5
6

KETERANGAN

1. Moderator
2. Pemateri
3. Notulen
4. Fasilitator
5. Observer
6. Koordinator
Lapangan
7. Peserta
8. Penguji/Penilai
Penyuluhan
IX. Tahap Kegiatan Penyuluhan

Tahap / Kegiatan Pelaksana Kegiatan Sasaran Estimasi


Pelaksana waktu
Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam 5 menit
Penyuluhan / 2. Memperkenalan diri 2. Mendengarkan
Moderator sendiri, pemateri,
notulen, fasilitator, dan
observer
3. Menyampaikan pokok 3. Mendengarkan
pembahasan
penyuluhan kepada
peserta
4. Kontrak waktu dengan 4. Menyepakati
peserta penyuluhan
selama 40 menit
5. Menyampaikan rute 5. Mendengarkan
atau tahap-tahap dalam
penyuluhan
6. Menguraikan secara 6. Mendengarkan
singkat latar belakang
dan tujuan penyuluhan
7. Mempersilakan 7. Mendengarkan
pemateri untuk
menyampaikan materi
Penyampaian 8. Mengucapkan terima 8. Mendengarkan 15 menit
Materi / kasih dan menjawab
Pemateri kepada moderator dan dengan pelan
peserta atas waktu dan atau dengan
kepercayaan yang isyarat
diberikan sebagai (menganggukkan
pemateri kepala)
9. Menyampaikan materi 9. Mendengarkan
penyuluhan sesuai dan menjawab
dengan sub pokok ya atau tidak
bahasan sambil ketika sudah
menanyakan kembali mengerti atau
kepada sasaran apakah belum dengan
sudah paham atau sub pokok
belum bahasan yang
disampaikan
pemateri
10. Setelah semua materi 10. Mendengarkan
disampaikannya,
pemateri
mengembalikan
wewenang ke
moderator
Tanya-Jawab / 11. Moderator membuka 11. Menunjuk 15 menit
Moderator, sesi Tanya-jawab. tangan, lalu
Pemateri, dan Moderator menyampaikan
Peserta mempersilakan peserta pertanyaannya
untuk bertanya
12. Moderator 12. Mendengarkan
mempersilakan
pemateri untuk
menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
peserta
Penutup / 13. Mengevaluasi kembali 13. Menjawab atau 5 menit
Moderator materi yang telah menyabutkan
disampaikan dengan pertanyaan yang
bertanya kepada di tanyakan oleh
peserta moderator
14. Menyimpulkan materi 14. Mendengarkan
penyuluhan
15. Mengucapkan terima 15. Mendengarkan
kasih
16. Menutup dengan salam 16. Menjawab salam

X. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Tempat, media, dan alat peraga sesuai dengan rencana.
b. 80 persen peserta mengikuti penyuluhan.
2. Evalusai proses
a. Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaan.
b. 85 persen peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
c. 85 persen peserta mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai.
d. 85 persen peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar.
3. Evaluasi Hasil
a. Sasaran mampu mengetahui tentang defenisi merokok
b. Sasaran mampu mengetahui tentang alasan kebiasaan merokok
c. Sasaran mampu mengetahui tentang zat-zat dalam rokok
d. Sasaran mampu mengetahui tentang dampak merokok
e. Sasaran mampu mengetahui tentang kematian akibat merokok
f. Sasaran mampu mengetahui tentang manfaat berhenti merokok
g. Sasaran mampu mengetahui tentang cara berhenti merokok
KONSELING ROKOK

A. DEFINISI MEROKOK
Merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap asapnya baik
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Asap rokok yang dihisap atau
asap rokok yang dihirup melalui dua komponen. Pertama, komponen yang lekas
menguap berbentuk gas. Kedua, komponen yang bersama gas terkondensasi
menjadi komponen partikulat. Dengan demikian, asap rokok yang dihisap dapat
berupa gas sejumlah 85 persen dan sisanya berupa partikel (Sitepoe, 2000).

Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh


dan menghembuskannya kembali keluar (Armstrong, 1990). Danusantoso
memaparkan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat
bagi orang lain yang berada di sekitarnya. Pendapat lain menyatakan bahwa
perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan
menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-
orang disekitarnya .

B. ALASAN KEBIASAAN MEROKOK


Menurut Komasari dan Helmi (2000), terdapat 4 tahap dalam perilaku
merokok :
1. Tahap prepatory
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai rokok
dengan cara mendengar, melihat atau hasil bacaan. Hal-hal ini
menimbulkan minat untuk merokok.
2. Tahap initiation
Perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan
atau tidak terhadap perilaku merokok.
3. Tahap becoming a smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per
hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok
4. Tahap maintenance of smoking
Tahap ini sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self
regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang
menyenangkan.

Menurut Sadikin dan Melva (2008), banyak alasan yang mendorong orang
untuk merokok, diantaranya adalah :

1. Social acceptance merupakan alasan yang penting. Seseorang khawatir


tidak diterima di lingkungannya kalau tidak merokok. Ini terlihat pada
kalangan remaja atau dewasa muda. Sebagian menyadari bahwa mereka
merokok apabila sedang bersama lingkungannya.
2. Rasa ingin tahu merupakan alasan yang juga banyak ditemukan oleh
kalangan muda terutama wanita
3. Untuk kesenangan merupakan alasan yang banyak dijumpai pada laki-laki
tetapi alasan ini juga didukung oleh alasan pertama.
4. Mengatasi ketegangan atau stres merupakan alasan yang paling sering
dikemukakan dan sama seringnya untuk laki-laki dan perempuan, yang
muda maupun tua.
5. Demi pergaulan. Alasan ini biasanya dikemukakan oleh mereka yang
sesekali merokok yaitu karena ingin menyenangkan teman atau membuat
suasana menyenangkan, misalnya dalam pertemuan bisnis.
6. Tradisi. Hanya berlaku untuk etnis tertentu.
C. ZAT-ZAT DALAM ROKOK

Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang rokok


yang dibakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Rokok menghasilkan suatu
pembakaran yang tidak sempurna yang dapat diendapkan dalam tubuh ketika
dihisap. Secara umum komponen rokok dapat dibagi menjadi dua golongan besar,
yaitu gas (92%) dan komponen padat atau partikel (8%).
Komponen gas asap rokok terdiri dari karbonmonoksida, karbondioksida,
hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon.
Partikel rokok terdiri dari tar, nikotin, benzantraccne, benzopiren, fenol, cadmium,
indol, karbarzol, dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan
kanker (karsinogen). Nikotin merupakan komponen paling banyak dijumpai di
dalam rokok.
Tar, nikotin dan karbonmonoksida merupakan tiga macam bahan kimia
yang paling berbahaya dalam asap rokok. Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu
bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogenik. Pada
saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat yang
setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada
permukaan gigi, saluran nafas, dan paru-paru. Komponen tar mengandung radikal
bebas yang berhubungan dengan risiko timbulnya kanker.
Nikotin merupakan bahan yang bersifat toksik dan dapat menimbulkan
ketergantungan psikis. Nikotin merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis
berbentuk cairan tidak berwarna , dan mudah menguap. Zat ini dapat berubah
menjadi coklat dan berbau seperti tembakau jika bersentuhan dengan udara.
Nikotin berperan dalam menghambat perlekatan dan pertumbuhan sel fibroblast
ligamen periodontal, menurunkan isi protein fibroblast, serta dapat merusak sel
membran.
Gas karbonmonoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah
yang akan berpengaruh pada sistem pertukaran haemoglobin. Karbonmonoksida
memiliki afinitas dengan haemoglobin sekitar dua ratus kali lebih kuat dari pada
afinitas oksigen terhadap haemoglobin. Timah hitam (Pb) merupakan komponen
rokok yang sangat berbahaya. Partikel ini terkandung dalam rokok sebanya 0,5
g. batas ambang timah hitam di dalam tubuh adalah 20 miligram per hari. Efek
merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang dihisap,
lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap, bahkan berhubungan dengan
dalamnya hisapan rokok yang dilakukan.

D. DAMPAK MEROKOK
1. Dampak terhadap paru-paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas
dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar
(hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran
napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya
sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan
jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.
Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul
perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal
ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM).
Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk
emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma. Hubungan antara merokok
dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan
hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya
kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok
sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru. Partikel asap rokok,
seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan
karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker.
Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru
pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.

2. Dampak terhadap jantung


Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan
Penyakit Jantung Koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di negara
industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan
gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner
dan 1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes RI tahun 1986 dan 1992,
mendapatkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung dari 9,7 persen
(peringkat ketiga) menjadi 16 persen (peringkat pertama).
Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah
jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner,
merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer. Asap
yang diembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream
smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap
tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping
merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup
oleh orang lain atau perokok pasif.
Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di
antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan
racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon
monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping
daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan
ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok
berhenti.
Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak
endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya
penggumpalan darah. Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil
lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok, kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan
kolesterol HDL lebih rendah.
3. Penyakit jantung koroner
Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak.
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok
dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan
bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan
bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain,
seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap
tercetusnya PJK.
Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung koroner
berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan.
Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding
pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. PPDP
yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah atau
tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat, sering akan
berakhir dengan amputasi.
4. Penyakit stroke
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke
banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih
tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Dalam penelitian
yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris, didapatkan kebiasaan
merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada pengidap HIV.
Pada kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan, sedangkan
pada kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5 bulan. Penurunan
kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terkena
AIDS sehingga berhenti merokok penting sekali dalam langkah pertahanan
melawan AIDS.
Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada
ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan individu, termasuk pada
pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna, dan lain-lain. Dari sudut
ekonomi kesehatan, dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan
menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan,
bahkan negara.
Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok memengaruhi penyediaan
tenaga kerja, terutama tenaga terampil atau tenaga eksekutif, dengan kematian
mendadak atau kelumpuhan yang timbul jelas menimbulkan kerugian besar
bagi perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga kerja menimbulkan
penurunan pendapatan perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit
bagi individu dan keluarga. Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat,
bagi keluarga, perusahaan, maupun pemerintah.
5. Dampak terhadap terjadinya kanker
Kanker yang dapat diderita seorang perokok. Kanker mulut dan kanker
bibir lebih banyak diderita perokok dibanding mereka yang tidak merokok.
Ini adalah disebabkan panas dari asap rokok itu terutama kalau perokok itu
menggunakan pipa. Perokok juga dapat menderita penyakit kanker
kerongkongan dan usus lima sampai sepuluh kali lebih cenderung dari yang
bukan perokok. Faktor utama penyebab ini adalah karena unsur kimia seperti
carsinogen, arsenic dan bengopyrene yang terdapat pada rokok tersebut, yang
merupakan zat-zat penyebab kanker (Nainggolan, 2006).
6. Dampak terjadi Impotensi
Pada laki-laki berusia 30-40 tahunan, merokok dapat meningkatkan
disfungsi ereksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terajadi bila darah tidak
mengalir bebas ke penis. Oleh karena itu pembuluh darah harus dalam
keadaan baik. Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin
menyempitkan arteri yang menuju penis, mengurangi aliran darah dan
tekanan darah menuu penis. Efek ini meningkat bersamaan dengan waktu.
Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa tembakau telah
merusak area lain dari tubuh.

7. Dampak terhadap otak dan daya ingat


Akibat proses aterosklerosis yaitu penyempitan dan penyumbatan aliran
darah ke otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen.
Kelainan tersebut dibagi menjadi 4 bentuk:
a. Tingkat I : penyempitan kurang dari 75% tanpa disertai keluhan.
b. Tingkat II : defisit neurologis sementara
c. Tingkat III : defisit neurologis yang menghilang disekitar 3 hari atau
frekuensinya meningkat.
d. Tingkat VI : terjadi infark otak yang lengkap dan menyebabkan
defisit neurologis yang menetap.

E. KEMATIAN AKIBAT MEROKOK


Jumlah perokok di seluruh dunia kini mencapai 1,2 milyar orang dan 800
juta di antaranya berada di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut
data WHO, Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok
terbesar di dunia setelah Cina dan India. Peningkatan konsumsi rokok
berdampak pada semakin tingginya beban penyakit dan angka kematian
akibat rokok. Tahun 2030 diperkirakan angka kematian akibat rokok adalah
mencapai 10 juta jiwa, dan 70% di antaranya berasal dari negara berkembang.
Saat ini 50% kematian akibat rokok berada di negara berkembang. Bila
kecenderungan ini terus berlanjut, sekitar 650 juta orang akan terbunuh oleh
rokok, dan setengahnya adalah usia produktif dan akan kehilangan usia hidup
(lost life) sebesar 20 sampai 25 tahun (Infodatin, 2015)
Menurut Effendi, M (2007), Kebiasaan merokok telah menyebabkan 1 dari
10 kematian orang dewasa di seluruh dunia dan telah mengakibatkan 5,4 juta
kematian. Fakta memperlihatkan, bahwa 1 kematian untuk setiap 6,5 detik
fakta tersebut tentu sangat mengejutkan. Tingginya angka kematian akibat
merokok mungkin akan semakin meningkat lagi dalam setiap tahunnya,
mengingat kebiasaan merokok kini telah merambah hingga ke kalangan anak-
anak dan remaja.
Pada tahun 2005 diperkirakan 399.500 orang meninggal akibat penyakit
terkait dengan tembakau. Total tahun produktif yang hilang akibat kematian
prematur karena tembakau di Indonesia adalah 3.846.373 DALYs (Disability
Adjusted Life Years/Tahun Hidup Produktif). Total tahun produktif yang
hilang karena sakit atau cacat terkait dengan tembakai adalah 1.502.900
DALYs. Jumlah tahun produktif yang hilang karena penyakit terkait
tembakau adalah 5.144 DALYs.
Jumlah Kematian Karena Penyakit yang Disebabkan Tembakau Pada Tahun
2015

Nama Penyakit Jumlah kasus meninggal

Neoplasma

Kanker mulut dan


1 37.872
oropharynx

2 Kanker lambung 49.000

3 Kanker hati 59.191

4 Kanker pancreas 5.790

Kanker trachea, bronkus,


5 45.583
dan paru

Penyakit jantung dan pembuluh darah

1 Penyakit jantung koroner 26.815

2 Stroke 136.707

Penyakit saluran pernafasan

1 PPOK 34.995

2 Bronchitis 3.847

Total 399.800

F. MANFAAT BERHENTI MEROKOK

Menurut PDPI (2014) Efek Berhenti Merokok bagi Tubuh :

Waktu berhenti merokok Manfaat

Tekanan darah, denyut jantung dan aliran darah


20 menit
tepi membaik
Hampir semua nikotin dalam tubuh sudah di
12 jam metabolisme tingkat CO di dalam darah kembali
normal

Nikotin mulai tereliminasi dari sistem indera


24-48 jam pengecap dan penciuman mulai membaik.
Sistem kardiovaskular meningkat baik

Sebagian besar fungsi metabolit nikotin dalam


tubuh sudah hilang. Fungsi perasa/pengecap dan
5 hari
pembau jauh lebih membaik. Sistem
kardiovaskular terus meningkat baik.

2 minggu
Risiko infeksi pada luka setelah pembedahan
berkurang secara bermakna. Fungsi silia
6 minggu
mulai recovery dan fungsi paru membaik, nafas
pendek dan batuk berkurang.
3 bulan

Risiko penyakit jantung koroner setengah setelah


1 tahun
1 tahun berhenti dibandingkan tetap merokok

Risiko stroke menurun pada level yang sama


5 tahun
seperti orang tidak pernah merokok

10 tahun Risiko kanker paru berkurang dari setengahnya.


Semua penyebab mortalitas dan risiko penyakit
jantung koroner menurun pada level yang sama
15 tahun seperti orang tidak pernah merokok

G. CARA BERHENTI MEROKOK


1. Kumpulkan niat untuk berhenti merokok
Zat-zat yang terkandung dalam rokok memberikan efek adiksi atau
ketagihan sehingga memerlukan sebuah tekad dan niat yang kuat untuk
berhenti merokok. Tumbuhkan pikiran-pikiran positif yang dapat
meningkatkan semangat dan motivasi untuk berhenti merokok, misal tentang
apakah hidup menjadi lebih baik tanpa merokok, pertimbangkan pengaruh
rokok pada aspek-aspek hidup seperti kesehatan, penampilan, gaya hidup, dan
orang-orang terdekat. Bila perlu, buatlah daftar alasan mengapa harus
berhenti merokok, misal aku ingin berhenti merokok supaya aku sanggup
berlari dan mengejar anakku ketika latihan sepak bola, memiliki lebih banyak
energi, panjang umur dan melihat cicitku yang paling kecil menikah, atau
berhemat.
2. Memilih metode yang sesuai
Ada beberapa metode yang dapat diterapkan dalam upaya untuk
menghentikan kebiasaan merokok :
a. Cara berhenti seketika
Hari ini masih merokok, besok berhenti sama sekali. Metode ini adalah
metode yang paling efektif untuk kebanyakan orang. Untuk perokok berat,
mungkin dibutuhkan bantuan medis untuk mengatasi efek adiksi.
b. Cara penundaan
Menunda saat menghisap rokok pertama, 2 jam setiap hari dari hari
sebelumnya. Jumlah rokok yang dihisap tidak dihitung. Misalnya kebiasaan
menghisap rokok pertama rata-rata adalah jam 07.00 pagi, maka rokok pertama
ditunda waktunya, yaitu: hari ke-1 : pukul 09.00, hari ke-2 : pukul 11, hari ke-3 :
pukul 13.00, hari ke-4 : pukul 15.00, dan seterusnya.
c. Cara pengurangan
Jumlah rokok yang dihisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur
dengan jumlah yang sama sampai 0 batang rokok pada hari yang telah ditetapkan.
Misalkan rata-rata dalam sehari menghisap 28 batang rokok. Berhenti merokok
direncanakan dalam 7 hari, maka hari ke-1 : 24 batang, hari ke-2 : 20 batang, hari
ke-3 : 16 batang, hari ke-4 : 12 batang, dan seterusnya.
d. Menyibukkan diri dan beraktivitas
Mencari kesibukan dengan hal-hal yang disukai dan usahakan untuk tidak
meninggalkan banyak waktu untuk menyendiri sehingga terpikir keinginan untuk
merokok. Cobalah untuk mengalihkan keinginan tersebut dalam kegiatan yang
intens, misalnya dengan melakukan beberapa kegiatan olahraga, berjalan atau
bersepeda.
e. Minum banyak air putih
Air membantu dalam menghilangkan racun dari merokok yang telah
terakumulasi dalam tubuh menjadi lebih cepat, sekaligus mengurangi
keinginan untuk merokok.
f. Tingkatkan istirahat
Tubuh dan jiwa menjadi lebih lelah karena upaya untuk berhenti merokok
sehingga membutuhkan istirahat lebih banyak. Disamping itu, jam tidur
adalah saat dimana otak tidak berpikir untuk merokok.
g. Hindari faktor pemicu
Hasrat ingin merokok biasanya muncul ketika mencium bau rokok atau asap
rokok. Maka sebisa mungkin buatlah lingkungan terbebas dari bau rokok.
Cuci baju, sprei, dan barang-barang lainnya yang masih terdapat bau rokok,
dan menghindari asap rokok orang lain. Seseorang merokok umumnya juga
karena stress atau setelah makan, maka cobalah mengganti kebiasaan itu
dengan kebiasaan yang lain. Misalkan saat stress cobalah mengganti rokok
dengan memakan permen atau makanan yang lainnya. Setelah makan,
cobalah mengganti rokok dengan misal minum teh atau camilan.
h. Minta dukungan orang-orang terdekat
Orang terdekat seperti keluarga dan teman-teman bisa menjadi pendukung
ekstra dalam upaya berhenti merokok. Mereka dapat menjadi pengingat
alasan untuk tidak merokok dan sumber motivasi serta proteksi agar hasrat
untuk merokok dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, M. (1990). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia


Dwijayanti, Fifi, dkk. (2012). Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota
Semarang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Vo. 2. No. 2
Effendi, I. (2008). Menilai Fatwa MUI Tantang Merokok.
http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=arti
cle&id=6638:menilai-fatwa-mui-tentang-larangan-merokok-
&catid=205:13-September-2014&Item=207 (diakses 16 Oktober 2017)
Infodatin. 2015. Prilakiu Merokok Masyarakat Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI
Kosen, Soewarto. (2008). Dampak Kesehatan dan Ekonomi Perilaku Merokok di
Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 11. No. 3
Komasari, D. dan Helmi AF. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok
pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gajah Mada
Levy, M.R. (1984). Life and Health. New York: Random Haouse
Nainggilan, R, A. (2006). Anda Mau Berhenti Merokok? Pasti Bisa. Bandung:
Indonesia Publishing House
Sadikin, Zunilda D dan Melva L. (2008). Program Berhenti Merokok. Majalah
Kedokteran Indonesia. Vol. 58. No. 4
Sitepoe, Mangku. (2000). Kekhususan Rokok di Indonesia. Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Medan: Universitas Sumatera Utara
WHO. (2007) Profil Tembakau di Indonesia. TCSC-IAKMI
Jack, E.H. (2014). Pathophysiology of tobacco dependence.
http://www.ancp.org/G4/GN40100167/
Hoffman, D. (2001). Chemical Reasearch Toxicology. New Zealand. 14 (767): 90
Departemen Kesehatan RI. (2010). Program Berhenti Merokok.
http://www.depkes.go.id/
Fawzani, N., & Triratnawati, A. (2005). Terapi berhenti Merokok (Studi Kasus 3
Perokok Berat). Makara, Kesehatan. Vol 9(1) : 15-12
Helman, C.G. (2009). Culture, Health, and Illness. Oxford: Buttherworlh-
Heinemmann Ltd. 64-76
Maliku, H.R., Polii, B., & Kumurur, V. (2011). Analisis Pengembangan Kawasan
Tanpa Rokok di Rumah Sakit Tingkat III Robert Wolter Mongisidi
Manado. Jurnal Universitas Sam Ratulangi. 13-29
Ingan, F.A. (2016). Implementasi Peraturan Gubernut Nomor 1 Tahun 2013
Tentang Kawasan Tanpa Rokok (Studi Kasus di Rumah Sakit Umum
Daerah Abdul Wahab Sjahranie (RSUD AWS) Kota Samarinda. E-Jurnal
Ilmu Pemerintahan. 4(1) : 500-514

Anda mungkin juga menyukai