KONSELING ROKOK
DISUSUN OLEH :
1. Mayuni, S.Kep
2. Rhadiatul Aulia S. J, S.Kep
3. Wilda Dahlia, S.Kep
4. Suci Nilam Sari , S.Kep
5. Nency Aldani Putri, S.Kep
6. Eldita Fransiska, S.Kep
7. Anisah Abram, S.Kep
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Latar Belakang
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus termasuk cerutu/
bentuk lain yang dihasilkan dari nicotina tambacum, nilotina rustica, dan
spesies lainnya yang mengandung nikotin dan tar atau tanpa bahan tambahan.
Nikotin tersebut terserap dalam darah dan diteruskan ke otak sehinggan
reseptor yang menerima nikotin memepaskan dopamin yang dapat memberikan
rasa nyaman. Hal tersebut yang dapat menimbulkan efek candu atau ketagihan
(Jack, 2014).Efek ketagihan yang ditimbulkan akan menyebabkan para
perokok kesulitan untuk berhenti sehingga berdampak pada kondisi fisik,
psikologis, perilaku dan kesehatan mental (Hoffman, 2001).
Merokok merupakan kebiasaan buruk yang banyak sekali akibat buruknya
bagi tubuh porokok maupun orang yang berada disekitar perokok (perokok
pasif) yang menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Merokok dapat
menyebabkan terganggunya organ-organ tubuh seperti jalan pernafasan, paru,
jantung, ginjal, dan mata. Pengetahuan masyarakat yang kurang akan bahaya
merokok berpengaruh terhadap tingkat kebiasaan merokok yang tinggi pada
masyarakat (Jack, 2014).
Data dari Depkes RI (2010) diperoleh frekuensi merokok di Indonesia
sebesar 69% dari jumlah populasi sebesar 146.860.000 dan berdasarkan survei
yang dilakukan diperoleh data sebesar 70% perokok ingin berhenti merokok,
7,9% mampu berhenti merokok tanpa bantuan, 10,2% berhenti merokok karena
bantuan dari dokter, dan 35% karena farmakologi, psikoterapi, dan dukungan
sosial.
Meningkatnya prevalensi frekuensi merokok di negara berkembang
termasuk Indonesia menyebabkan masalah merokok semakin serius . Sebagian
perokok telah menganggap merokok adalah suatu kebutuhan yang tidak bisa
dielakkan (Fawzani & Triratnawati, 2005). Menghentikan perilaku merokok
bukanlahusaha mudah, terlebih lagi bagi perokok di Indonesia. Hasil survei
yang dilakukan oleh Lembaga Menanggulagi Masalah Merokok (LM3), dari
375 responden yang dinyatakan 66,2 persen perokok pernah mencoba berhenti
merokok tetapi mereka gagal. Kegagalan ini ada berbagai macam; 42,9% tidak
tahu caranya; 25,7% sulit berkonsentrasi, 2,9% terikat oleh sponsor rokok
(Helman, 2009).
Aspek sosial akibat rokok yaitu mempengaruhi keluarga, teman, dan rekan
kerja. Seseorang yang bukan perokok bila terus-menerus terkena asap rokok
akan berdampak resiko paling besar yaitu terkena penyakit jantung (Depkes RI,
2010). Selain itu, merokok di tempat umum menjadi suatu masalah dan hal
yang sulit dikendalikan oleh para perokok. Kawasan tanpa rokok adalah tempat
dimana orang-orang tidak diizinkan untuk merokok salah satunya di rumah
sakit. Penerapan kawasan tanpa asap rokok penerapannya belum maksimal di
area pelayanan kesehatan yang semestinya bebas asap rokok (Ingan, 2016)
Penelitian yang dilakukan oleh Muliku dkk (2011), implementasi
kebijakan kawasan tanpa rokok di rumah sakit belum berjalan dengan baik
karena ada beberapa pengunjung yang merokok di lingkungan rumah sakit.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ingan (2016), penerapan
kawasan tanpa rokok di rumah sakit masih kurang efektif diakibatkan
kurangnya kesadaran dari pengunjung dan petugas untuk tidak merokok.
Hasil survei studi pendahulan yang dilakukan di ruang rawat inap interne
pria RSUP Dr, M. Djamil Padang, didapatkan data bahwa 8 dari 10 orang
pengunjung rumah sakit merupakan perokok dan 5 diantaranya merokok di
lingkungan rumah sakit. Berdasarkan hasil survei yang diperoleh maka
diperlukan adanya pendidikan kesehatan mengenai konseling merokok untuk
dapat meningkatkan pengetahuan akan bahaya merokok agar memotivasi
perokok untuk dapat berhenti merokok dan meningkatkan kesadaran para
perokok untuk tidak merokok di kawasan tanpa rokok seperti di rumah sakit.
II. Tujuan Instruksional Umum
Seluruh peserta mengetahui tentang pentingnya konseling rokok.
III. Tujuan Instruksional Khusus
Seluruh peserta mengetahui tentang :
a. Mengetahui defenisi merokok
b. Mengetahui alasan kebiasaan merokok
c. Mengetahui zat-zat dalam rokok
d. Mengetahui dampak merokok
e. Mengetahui kematian akibat merokok
f. Mengetahui manfaat berhenti merokok
g. Mengetahui cara berhenti merokok
IV. Materi
(Terlampir)
V. Metode Penyuluhan
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dan
diskusi, yaitu pemateri menyampaikan materi penyuluhan tentang
konseling rokok dan diakhir penyuluhan disediakan waktu untuk tanya-
jawab antara peserta dan pemateri.
VI. Media dan Alat Peraga
Media dan alat peraga yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah :
1. Slide Presentation Power Point
2. Laptop
3. Infocus
4. Lembar Balik
5. Leaflet
VII. Pengorganisasian
1. Moderator : Suci Nilam Sari, S.kep
Tugas Moderator :
a. Membuka penyuluhan.
b. Memperkenalan diri sendiri, pemateri, notulen, fasilitator, dan
observer.
c. Memberitahu pokok bahasan penyuluhan kepada peserta.
d. Kontrak waktu dengan peserta penyuluhan.
e. Menyampaikan rute atau tahap-tahap dalam penyuluhan.
f. Menguraikan secara singkat latar belakang dan tujuan penyuluhan.
g. Mempersilakan pemateri untuk menyampaikan materi.
h. Membuka sesi tanya-jawab.
i. Mempersilakanpeserta untuk bertanya.
j. Mempersilakan pemateri untuk menjawab pertanyaan peserta.
k. Merangkum inti presentasi pemateri.
l. Mengucapan terimakasih kepada pemateri dan peserta.
m. Menutup penyuluhan.
2. Pemateri : Anisah Abram, S.Kep
Tugas Pemateri:
a. Menyampaikan materi penyuluhan.
b. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
3. Notulen : Nency Aldani Putri, S.Kep
Tugas Notulen:
a. Bertanggung-jawab atas daftar hadir peserta penyuluhan.
b. Mencatat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
c. Mencatat jawaban-jawaban yang disampaikan oleh pemateri.
d. Membuat rangkuman materi penyuluhan.
e. Membuat Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ)setelahterlaksananya
penyuluhan.
4. Fasilitator : Wilda Dahlia, S.Kep, Rhadiatul Aulia S. J, S.Kep
Tugas Fasilitator:
a. Mempersiapkan dan bertanggung-jawab atas setting tempat
penyuluhan, seperti susunan dan jumlah meja dan kursi yang
digunakan dalam penyuluahan.
b. Mempersiapakan dan bertanggung-jawab atas segala media dan alat
peraga yang digunakan oleh pemateri dalam penyuluhan.
c. Selalu memfasilitasi semua kebutuhan peserta dalam penyuluhan dan
menyesuaikannya dengan kondisi saat penyuluhan, sehingga
penyuluhan berjalan dengan lancar.
5. Observer :Mayuni, S.Kep
Tugas Observer :
a. Memonitor atau memantau selama berjalannya penyuluhan.
b. Mengamati reaksi peserta penyuluhan.
c. Mengamati keberhasilan penyuluhanan.
6. Koordinator Lapangan : Eldita Fransiska, S.Kep
Tugas koordinator lapangan adalah mengkoordinasi hal-hal yang terjadi
pada saat penyuluhan, baik sebelum, sedang, maupun sesudah
penyuluhan.
VIII. Setting Tempat
1 2 3
7 7
4 4
8 5
6
KETERANGAN
1. Moderator
2. Pemateri
3. Notulen
4. Fasilitator
5. Observer
6. Koordinator
Lapangan
7. Peserta
8. Penguji/Penilai
Penyuluhan
IX. Tahap Kegiatan Penyuluhan
X. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Tempat, media, dan alat peraga sesuai dengan rencana.
b. 80 persen peserta mengikuti penyuluhan.
2. Evalusai proses
a. Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaan.
b. 85 persen peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
c. 85 persen peserta mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai.
d. 85 persen peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan
secara benar.
3. Evaluasi Hasil
a. Sasaran mampu mengetahui tentang defenisi merokok
b. Sasaran mampu mengetahui tentang alasan kebiasaan merokok
c. Sasaran mampu mengetahui tentang zat-zat dalam rokok
d. Sasaran mampu mengetahui tentang dampak merokok
e. Sasaran mampu mengetahui tentang kematian akibat merokok
f. Sasaran mampu mengetahui tentang manfaat berhenti merokok
g. Sasaran mampu mengetahui tentang cara berhenti merokok
KONSELING ROKOK
A. DEFINISI MEROKOK
Merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap asapnya baik
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Asap rokok yang dihisap atau
asap rokok yang dihirup melalui dua komponen. Pertama, komponen yang lekas
menguap berbentuk gas. Kedua, komponen yang bersama gas terkondensasi
menjadi komponen partikulat. Dengan demikian, asap rokok yang dihisap dapat
berupa gas sejumlah 85 persen dan sisanya berupa partikel (Sitepoe, 2000).
Menurut Sadikin dan Melva (2008), banyak alasan yang mendorong orang
untuk merokok, diantaranya adalah :
D. DAMPAK MEROKOK
1. Dampak terhadap paru-paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas
dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar
(hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran
napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya
sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan
jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.
Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul
perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal
ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM).
Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk
emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma. Hubungan antara merokok
dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan
hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya
kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok
sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru. Partikel asap rokok,
seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan
karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker.
Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru
pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.
Neoplasma
2 Stroke 136.707
1 PPOK 34.995
2 Bronchitis 3.847
Total 399.800
2 minggu
Risiko infeksi pada luka setelah pembedahan
berkurang secara bermakna. Fungsi silia
6 minggu
mulai recovery dan fungsi paru membaik, nafas
pendek dan batuk berkurang.
3 bulan