Anda di halaman 1dari 12

Mekanisme Suhu Tubuh dan Pengaturannya

Nicky Sanita 102014193

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Email: nicky.2014fk193@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Manusia mempunyai sistem homeostatis untuk pengaturan suhu di dalam tubuh. Dalam
aktivitas sehari-hari tubuh akan mengeluarkan panasnya ke lingkungan yang memiliki suhu
lebih rendah dari suhu tubuh. Sebaliknya, apabila temperatur lingkungan yang lebih panas
dari suhu tubuh, tubuh akan menerima panas dari panas lingkungan tersebut. Pengaturan suhu
tubuh bisa di lakukan dengan cara menggunakan thermometer. Suhu tubuh juga di pengaruhi
oleh mekanisme metabolisme energi yang salah satunya adalah penghasil panas tubuh. Tubuh
juga mempunyai pusat kontrol suhu tubuh dan pengaturannya, sehingga tubuh dapat
mengkompensasi apabila terdapat perbedaan suhu yang mencolok melalui, berkeringat,
menggigil, karena tubuh mempunyai jalur pengaturan termoregulasi. Ketika pusat pengaturan
suhu tubuh mengalami gangguan atau rusak yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti,
pusat pengaturan suhu yang mengalami gangguan, sehingga tubuh akan mengalami demam
sebagai penanda gangguan pada sistem pengaturan suhu tubuh.
Kata kunci: pengaturan suhu tubuh, termoregulasi, laju metabolisme basal, demam.

Abstract
Humans have homeostatic systems for temperature regulation in the body. In day-to-day
activities of the body will put out heat to the environment that has a temperature lower than
body temperature. Conversely, if the environment temperature is warmer than body
temperature, the body will receive the heat from the hot environment. Regulation of body
temperature can be done by using a thermometer. Body temperature is also influenced by the
mechanism of energy metabolism, one of which is a heat-generating body. The body also has
a central control and regulation of body temperature, so that the body can compensate when
there is a temperature difference is striking through, sweating, shivering, because the body
has a track setting thermoregulation.When the body temperature regulation center impaired
or damaged caused by various factors such as, temperature regulation center impaired, so
the body will have a fever as a marker of disturbances in the body's system of temperature
regulation.
Keywords: regulation of body temperature, thermoregulation, basal metabolic rate, fever.

1
Pendahuluan

Tubuh dan lingkungan mempunyai nilai suhu atau temperature yang berbeda, dimana
suhu tubuh lebih tinggi dari pada lingkungan apabila diukur dalam keadaan normal. Suhu
tubuh mempunyai nilai rata-rata normal dan juga mempunyai penyimpangan nilai rata-rata
ketika terjadi sebuah gangguan baik internal ataupun akibat perubahan suhu lingkungan yang
berubah. Suhu lingkungan yang panas tentu bisa melebihi suhu normal tubuh manusia,
sehingga akan mempengaruhi pengaturan suhu normal tubuh. dalam makalah ini akan
dijelaskan tentang pengaturan suhu tubuh ketika terjadi perbedaan temperature antara suhu
lingkungan dan suhu tubuh dan juga gangguan yang dialami tubuh ketika sistem homeostatis
suhu tubuh tidak bekerja dengan baik.1

Pengaturan Suhu Tubuh

Manusia biasanya tinggal di lingkungan yang lebih rendah daripada suhu tubuhnya,
tetapi mereka terus-menerus mengeluarkan menghasilkan panas secara internal, yang
membantu mempertahankan suhu tubuh. produksi panas akhirnya bergantung pada oksidasi
bahan bakar metabolik makanan.1

Suhu pasien biasanya diukur dengan thermometer air raksa dan tempat pengambilannya
dapat di daerah aksilla (ketiak), oral, atau rektum. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-
37,2 0C. Suhu tubuh abnormal dibawah 360C dan demam pada umumnya diartikan ketika
suhu tubuh di atas 370C. Hiperpireksia adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai
setinggi 41,20C atau lebih, sedangkan hipotermia adalah suhu tubuh di bawah 350C. Terdapat
perbedaan antara pengukuran suhu di aksila dan di oral maupun rectal. Dalam keadaan
normal perbedaan ini berkisar 0,50C, suhu rektal lebih tinggi daripada suhu oral.1,2

Mekanisme Perpindahan Panas1,3-4

Pertukaran panas terjadi melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi. Semua
penambahan atau kehilangan panas antara tubuh dan lingkungan eksternal harus
berlangusung antara permukaan tubuh dengan lingkungan. Hukum-hukum fisika yang
mengatur pemindahan panas antara benda-benda mati juga mengontrol perpindahan panas
antara permukaan tubuh dan lingkungan. Suhu suatu benda dapat dianggap ukuran
konsentrasi panas di dalam benda tersebut. Karena itu, panas selalu mengalir mengikuti
gradient termal/suhu dari bagian yan glebih hangat ke yang lebih dingin (termo artinya
panas). Tubuh menggunakan empat mekanisme untuk memindahkan panas: radiasi,
konduksi, konveksi, dan evaporasi.

1. Radiasi
Adalah emisi energi panas dari permukaan suatu benda hangat dalam bentuk
gelombang elektromagnetik atau gelombang panas, yang merambat dalam ruang. Ketika
suatu energi radiasi mengenai suatu benda dan diserap maka energi gerakan gelombang
akan memeancarkan (sumber yang kehilangan panas) dan menyerap (sumber yang
memperoleh panas) energi radiasi. Apakah tubuh kehilangan panas atau memperoleh
panas melalui radiasi bergantung pada perbedaan suhu antara permukaan kulit dan

2
permukaan benda lain di lingkungan. Karena pemindahan netto panas melalui radiasi
selalu dari benda yang lebih hangat ke yang lebih dingin maka tubuh memperoleh panas
dari benda yang lebih hangat daripada permukaan kulit, misalnya matahari, radiator, atau
kayu yang terbakar. Sebaliknya, tubuh kehilangan panas melalui radiasi ke benda-benda
di lingkungan yang permukaannya lebih dingin dari pada permukaan kulit, misalnya
dinding bangunan. Secara rerata, manusia kehilangan hamper separuh energi panas
mereka malalui radiasi.

2. Konduksi (hantaran)
Adalah pemindahan panas antara benda-benda yang berbeda suhunya yang
berkontak langsung satu sama lain, dengan panas mengalir menuruni gradient suhu dari
benda yang lebih hangat ke benda yang lebih dingin melalui pemindahan dari molekul ke
molekul. Semua molekul terus-menerus bergetar, dengan molekul yang lebih hangat
bergerak daripada yang lebih dingin. Ketika molekul-molekul dengan kandungan panas
yang berbeda saling bersentuhan maka molekul yan glebih hangat dan bergerak lebih
cepat memicu molekul yang lebih dingin untuk bergerak lebih cepat sehingga molekul
yang lebih dingin tersebut menjadi lebih hangat. Selama proses ini, molekul yang semula
lebih hangat kehilangan sebagian dari energi suhunya karena melambat dan menjadi
lebih dingin, Karena itu, asalakan waktunya cukup maka suhu dua baenda yang saling
bersentuhan akhirnya akan sama. Ketika memegang bola es tangan akan menjadi lebih
dingin karena panas mengalir melalui konduksi dari tangan ke bola es. Sebaliknya ketika
seseorang meletakan atau menempelkan bantal pemanas ke bagian tubuh, maka bagian
tubuh tersebut menghangatkan seaktu panas dipindahkan dari bantalan ke tubuh anda.

3. Konveksi
Konveksi merujuk kepada pemindahan energi panas oleh arus udara (atau H202).
Sewaktu tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekitar yan glbih dingin,
udara yang berkontak langusung dengan kulit menjadi lebih hangat. Karena udara hangat
lebih ringan ( kurang padat) daripada udara dingin, maka udara yang telah dihangatkan
tersebut naik, sementara udara yang lebnih dingin berpindah ke dekat kulit untuk
menggantikan udara yang lebih hangat tersebut. Proses ini terus berulang. Pergerakan
udara ini (konveksi) membantu membawa panas menjauhi tubuh. jika tidak terjadi arus
konveksi maka tidak lagi terjadi pembebasan panas setelah suhu lapisan udara yang tepat
berada disekitar tubuh menyamai suhu kulit. Proses kombinasi pengleuran panas dari
tubuh dengan konduksi-konveksi diperkuat oleh pergerakan udara di atas permukaan
tubuh, baik oleh gerakan udara eksternal, seperti yang ditimbulkan oleh angina tau kipas
atau oleh pergerakan tubuh yang menerobos udara, misalahnya sewaktu naik sepeda.
Karena pergerakan paksa udara menyapu udara yang telah dihangatkan oleh hantaran
dan menggantikannya degnan udara yang lebih dingin secara lebih cepat maka jumlah
panas yang dapat dikeluarkan dari tubuh dalam jangka waktu tertentu juga lebih banyak.
Karena itu angin membuat kita lebih dingi dari pada cuaca panas, dan hari-hari berangin
pada musim salju akan labih terasa dingin daripada hari-hari tenang dengan
menggunakan suhu dingin yang sama. Karena itu para peramal cuaca mengembangkan
konsen wind chill factor.

3
4. Evaporasi (penguapan)
Adalah metode terakhir pemindahan panas yang digunakan oleh tubuh. ketika
udara menguap dari permukaan kulit, panas yang diperlukan untuk mengubah air dari
keadaan cair menjadi gas diserap dari kulit sehingga tubuh menjadi lebih dingin.
Pembuangan panas dengan evaporasi menyebabkan tubuh akan merasa lebih dingin
ketika baju renang anda basah daripada baju kering. Pengeluaran panas secara
evaporative terjadi terus-menerus dari lapisan dalam saluran nafas dan dari permukaan
kulit. Panas secara terus-menerus keluar melalui uap H2O di udara ekspirasi akibat
pelembaban udara sewaktu udara melewati sistem pernafasan. Demikian juga, karena
kulit bukan lapisan yang sama sekali kedap air maka molekul-molekul H2O secara terus-
menerus berdifusi menembus kulit dan menguap. Evaporsi dari kulit yang terus-menerus
ini sama sekali tidak berkaitan dengan kelenjar keringat. Proses pengeluaran panas pasif
melalui evaporasi ini tidak berada di bawah kontrol fisiologik dan berlangsung terus
bahkan pada cuaca yang sangat dingin, saat masalahnya adalah bagaimana
mempertahankan panas tubuh.5

Gambar 1. Mekanisme perpindahan panas1

Berkeringat dan keringat

Berkeringat adalah proses pengeluran panas evaporative aktif dibawah kontrol saraf
simpatis. Laju pengeluran panas evaporative dapat diubah-ubah dengan mengubah banyaknya
keringat, yaitu mekanisme homeostatik penting untuk mengeluarkan kelebihan panas sesuai
kebutuhan. Pada kenyataanya, ketika suhu lingkungan melebihi suhu kulit, berkeringat
adalah satu-satunya cara untuk mengeluarkan panas, karena pada keadaan ini tubuh
memperoleh panas melalui radiasi dan konduksi.1

Keringat adalah larutan garam encer yang dikeluarkan ke permukaan kulit oleh kelenjar
keringat yang tersebar di seluruh tubuh dan di persarafi oleh persarafan simpatis yaitu neuron
post ganglionik yang kolinergik. Kelenjar keringat dapat menghasilkan hingga empat liter
keringat per jam. Keringat harus diuapkan dari kulit agar terjadi pengeluaran panas. jika
keringat hanya menetes dari permukaan kulit atau di hapus maka tidak terjadi pengeluaran
panas. Faktor yang terpenting yang menentukan tingkat pengeluran panas adalah kelembaban

4
relative udara sekitar. Ketika kelembaban relative tinggi, maka udara hamper jenuh oleh H20
sehingga kemampuan udara menerima tambahan kelembaban dari kulit menjadi terbatas.
Karena itu, pada hari yang panas dan lembab tidak banyak panasyang dapat dikeluarkan dari
tubuh. kelenjar keringat terus-menerus mengeluarkan cairanya, tetapi keringat hanya
menempel dikulit atau menetes dan tidak menguap dan menimbulkan efek mendinginkan.1,4

Termoregulasi1,3,4

Hipotalamus berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat integrasi


termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen tentang suhu di berbagai bagian tubuh dan
memicu penyesuaian yang sangat kompleks dan terkoordinasi dalam mekanisme penerimaan
panas dan pembuangan panas sesuai kebutuhan untuk mengoreksi setiap penyimpangan suhu
inti dari patokan normal. Hipatalamus dapat berespons terhadap perubahan suhu darah
sekecil 0,010C. derajat responsivitas hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh
disesuaikan secara tepat sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan cukup untuk
mempertahankan suhu tetap normal.

Untuk menyeimbangkan mekanisme pengeluran panas dan mekanisme pembentuk dan


penghemat panas, hipotalamus harus diberi informasi secara terus-menerus tentang suhu inti
dan suhu kulit oleh reseptor peka suhu khusus yang disebut termoreseptor. Suhu inti dipantau
oleh termoreseptor sentral, yang terletak dihipotalamus itu sendiri serta ditempat lain
disusunan saraf pusat dan organ abdomen. Termoreseptor perifer memantau suhu kulit di
seluruh tubuh dan menyalurkan informasi tentang perubahan suhu permukaan ke
hipotalamus. Di hipotalamus diketahui terdapat dua pusat regulasi suhu. Region posterior
diaktifkan oleh dingin dan kemudian memicu refleks-refleks yang memerantarai produksi dan
penghematan panas. region anterior, yang diaktifkan oleh panas, memicu refleks-refleks yang
memerantarai pengeluaran panas.

Tubuh dapat memperoleh panas dari produksi panas internal yang dihasilkan oleh
aktivitas metabolik atau dari lingkungan eksternal jika yang terakhir ini lebih hangat daripada
suhu tubuh. Karena suhu tubuh biasanya lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, maka
produksi panas metabolic merupakan sumber utama panas tubuh. Dalam keadaan istirahat,
sebagian besar panas tubuh dihasilkan oleh organ-organ thoraks dan abdomen sebagai hasil
dari aktivitas metabolik yang terus berlangusung untuk memepertahankan kehidupan. Di atas
tingkat basal ini, laju produksi panas metabolic dapat meningkat bervariasi terutama karena
perubahan pada aktivitas otot rangka atau, pada derajat yang lebih rendah, karena kerja
hormon tertentu. Jadi, perubahan pada aktivitas otot rangka merupakan jalur produksi panas
utama yang dikontrol untuk pengaturan suhu.1

Penyesuaian produksi panas oleh otot rangka

Sebagai respons terhadap penurunan suhu inti yang disebabkan oleh pajanan terhadap
dingin, hipotalamus meningkatkan aktivitas otot rangka untuk menghasilkan lebih banyak
panas. dengan bekerja melalui jalur-jalur descendes yang berakhir di neuron motorik yang
mengontrol otot rangka, hipotalamus mula-mula meningkatkan tonus otot rangka(tonus otot
adalah tingkat tegangan konstan di dalam otot). Dalam waktu singkat dimulailah menggigil.

5
Menggigil adalah kontraksi ritmik otot rangka yang berlangsung cepat 10-20 kali perdertik.
Mekanisme ini sangat efektif meningkatkan produksi panas. Semua energi yang dibebaskan
selama tremor otot ini diubah menjadi panas karena tidak terjadi kerja eksternal. Dalam
hitungan detik sampai menit, produksi panas internal dapat meningkat dua sampai lima kali
lipat akibat menggigil.1

Dalam situasi yang berlawanan, pada peningkatan suhu inti akbiat pajanan ke panas
digunakan dua mekanisme untuk mengurangi aktivitas otot rangka penghasil panas. Tonus
otot secara refleks diturunkan, dan gerakan volunteer di kurangi. Ketika udara menjadi sangat
panas, orang sering mengeluh terlalu panas bahkan untuk bergerak. Respons ini tidak
terlalu efektif untuk menurunkan produksi panas sewaktu pajanan ke panas dibandingkan
dengan respons otot yang meningkatkan produksi panas sewaktu pajanan ke dingin karena
dua alasan. Pertama, karena tonus otot normalnya pada dasarnya sudah cukup rendah maka
kapasitas untuk menguranginya lebih lanjut menjadi terbatas. Kedua, peningkatan suhu tubuh
cenderung meningkatkan laju produksi panas metabolik karena suhu memiliki efek langusung
pada laju reaksi kimia.1

Gambar 2. Jalur termoregulator1

Besarnya pengluran panas dapat disesuaikan dengan mengubah aliran darah ke kulit1,3

Mekanisme pengeluaran panas juga dapat dikontrol, terutama oleh hipotalamus. Saat
kita panas, kita ingin meningkatkan pengeluaran panas ke lingkungan, saat kita dingin, kita
ingin mengurangi pengeluaran panas. Jumlah panas yang dikeluarkan ke lingkungan melalui
radiasi, konduksi, konveksi sebagian besar ditentukan oleh gradient suhu antara suhu kulit
dan lingkungan eksternal. Bagian inti sentral tubuh adalah mesin penghasil panas dimana
suhu harus dipertahankan pada sekitar 1000F. bagian inti ini di kelilingi oleh selubung
insulator tempat terjadinya pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan eskternal. Untuk

6
mempertahankan suhu inti, kapasitas insulatif dan suhu selubung ini dapat disesuaikan untuk
mengubah-ubah gradient suhu antara kulit dan lingkungan eksternal sehingga derajat
pengeluaran panas dapat diatur. Kapasitas insulatif selubung tersebut dapat diubah-ubah
dengan mengontrol jumlah darah yang mengalir ke kulit. Aliran darah kulit memiliki dua
fungsi. Pertama, memberikan pasokan nutrisi ke kulit. Kedua, sewaktu darah di pompa dari
jantung ke kulit, darah yang telah mengalami pemanasan di bagian inti tubuh membawa
panas ini ke kulit. Sebagian besar aliran darah ke kulit 20-30 kali lebih banyak daripada yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kulit.

Dalam proses termoregulasi, aliran darah kulit dapat sangat bervariasi, dari 400ml/mnt
hingga 2500ml/menit. Semakin banyak darah yang mencapai kulit dari bagian inti tubuh yang
hangat, semakin dekat suhu kulit dengan suhu inti tubuh. pembuluh darah kulit
menghilangkan efektivitas kulit sebgai insulator dengan membawa panas ke permukaan,
tempat panas tersebut dapat keluar dari tubuh melalui radiasi, konduksi-konveksi. Karena itu,
vasodilatasi pembuluh kulit (khususnya arteriol), yang meningkatkan aliran darah hangat ke
kulit, meningkatkan pengularan panas. sebaliknya, vasokontiksi pembuluh kulit, yang
mengurangi aliran darah, menurunkan pengeluran panas dengan menahan darah hangat tetap
berada dibagian inti, tempat darah tersebut terinsulasi dari lingkungan eksternal. Respons ini
menahan panas yang seharunya keluar. Kulit yang dingin dan relative kurang darah adalah
insulator yang sangat baik antara bagian tubuh denga lingkungan. Namun, kulit bukanlah
insulator yang sempurna, bahkan dengan vasokontriksi maksimal. Meskipun aliran darah ke
kulit minimal, sebagian panas tetap dapat dihantarkan melalui konduksi dari organ-organ
dalam permukaan kulit dan akhirnya dikeluarkan ke lingkungan eksternal.

Respons vasomotor kulit ini dikoordinasikan oleh hipotalamus melalui sistem saraf
simpatis. Peningkatan aktivitas simpatis di pembuluh kulit menyebabkan vasokontriksi
sebagai respon terhadap pajanan dingin, sedangkan penurunan aktivitas simpatis
menyebabkan vasodilatasi pembuluh kulit sebagai respons terhadap pajanan panas. Pusat
kontrol kardiovaskular di medulla juga memiliki kontrol atas arteriol kulit (serta arteriol
diseluruh tubuh) melalui penyesuaian aktivitias simpatis ke pembuluh-pembuluh ini dengan
tujuan mengatur tekanan darah. Kontrol hipotalamus atas atreiol kulit untuk mengatur suhu
mengalahkan kontrol pembuluh darah yang sama oleh pusat kontrol kardiovaskular. Karena
itu, respons vasomotor kulit yang mencolok untuk tujuan termoregulasi dapat menyebabkan
perubahan tekanan darah. Sebagai contoh, tekanan darah dapat turun pada pajanan ke
lingkungan yang sangat panas, karena respons vasodilator kulit yang ditimbulkan oleh pusat
termoregulasi hipotalamus mengalahkan respons vasokonstriktor kulit yang di timbulkan oleh
pusat kontrol kardiovaskular medulla.

Respons terpadu terhadap pajanan panas1,3

Pada lingkungan yang berawan-pajanan panas-bagian anterior hipotalamaus


mengurangi produksi panas dengan menurunkan aktivitas otot rangka dan meningkatkan
pengeluaran panas dengan memicu vasodilatasi kulit. Ketika vasodilatasi maksimal kulit pun
tidak mampu membuang panas yang berlebihan dari tubuh maka terjadi proses berkeringat
untuk meningkatkan pengeluaran panas melalui evaporasi. Pada kenyataanya, jika suhu

7
udara meningkat melebihi suhu kulit dengan vasodilatasi maksimal, maka gradient suhu
berbalik sendiri sehingga terjadi penambahan panas dari lingkungan . berkeringat adalah satu-
satunya cara untuk mengelurakan panas pada keadaan ini.

Gambar 3 vasokontriksi dan vasodilatasi akibat pengaturan suhu3

Demam

Demam yang berarti suhu tubuh di atas batas normal, dapat di sebabkan oleh kelainan
di dalam otaksendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan
suhu.3

Demam terjadi karena pengelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah
terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan
suatu hasil rekasi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Dewasa ini diduga bahwa
pirogen adalah suatu protein yang identik dengan interleukin-1. Di dalam hipotalamus zat ini
merangsang penglepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis
prostaglandin E2 yang langusung dapat menyebabkan suatu pireksia.2

Thermostat hipotalamus pada waktu demam

Demam merupakan peningkatan suhu tubuh akibat infeksi atau peradangan. Sebagai
respon terhadap masuknya mikroba, sel-sel fagositik tertentu (makrofag) mengeluarkan suatu
bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen, yang selain efek-efeknya dalam melawan
infeksi. Bekerja pada pusat thermoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan
thermostat. Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu ditingkat yang baru dan tidak
mempertahankan di suhu normal tubuh. jika, sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan
titik patokan menjadi 1020F (38,90), maka hipotalamus mendeteksi bahwa suhu normal
prademam terlalu dingin sehingga bagian otak ini memicu mekanisme-mekanisme respons
dingin untuk meningkatkan suhu menjadi 1020F. secara spesifik , hipotalamus memicu
menggigil agar produksi panas segera meningkat, dan mendorong vasokontriksi kulit untuk
segera mengurangi pengeluaran panas. kedua tindakan ini mendorong suhu naik dan
menyebabkan menggigil yang sering terjadi pada permulaan demam. Karena merasa dingin

8
maka yang bersangkutan memakai selimut sebgai mekanisme volunter untuk membantu
meningkatkan suhu tubuh dengan menahan panas tubuh. setelah suhu baru tercapai maka
suhu tubuh diatur sebagai normal dalam respons terhadap panas dan dingin tetapi dengan
patokan yang lebih tinggi. Karen itu, terjadinya demam sebagai respons terhadap infeksi
adalah tujuan yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme
termoregulasi. Meskipun makna fisiologis demam belum jelas namun pakar kedokteran
percahya bahwa peningkatan suhu tubuh bermanfaat dalam mengatasi infeksi.

Demam memperkuat respons peradangan dan mungkin menghambat perkembangan


bakteri. Selama demam, pirogen endogen meningkatkan titik patokan hipotalamus dengan
memicu pelepasan lokal prostaglandin, yaitu mediator kimiawi lokal yang bekerja langusung
pada hipotalamus. Aspirin mengurangi demam dengan menghambat sintesis prostaglandin.
Aspirin tidak menurunkan suhu pada orang yang tidak demam karena tanpa adanya pirogen
endogen maka hipotalamus tidak terdapat proses prostaglandin dalam jumlah bermakna.
Mekanisme molekuler yang pasti tentang hilangnya demam secara alami belum diketahui,
meskipun hal ini diperkirakan karena berkurangnya pirogen atau sintesis prostaglandin.
Ketika titik patokan hipotalamus kembali ke normal, suhu pada 1020F dalam kasus ini
menjadi lebih tinggi.mekanisme-mekanisme respons panas diaktifkan untuk mendinginkan
tubuh. terjadi vasodilatasi kulit dan pengeluran keringat. Seseorang yang bersangkutan
merasa panas dan membuka semua penutup tambahan. Pengaktifan mekanisme pengeluran
panas oleh hipotalamus ini menurunkan suhu ke normal.

Gambar 4 Mekanisme demam1

Laju metabolik

Laju metabolik adalah laju pemakaian energi. Karena sebagian besar pengeluran energi
tubuh akhirnya muncul sebagai panas maka laju metabolik normalnya dinyatakan sebagai
laju produksi panas dalam kalori per jam.

Kondisi untuk mengukur laju metabolik dasar1,3,4

9
Laju metabolik dan karenanya, jumlah panas yang diproduksi bervariasi bergantung
pada beragam faktor, misalnya olahraga, rasa cemas, menggigil, dan asupan makanan.
Peningkatan otot rangka adalah faktor yang dapat meningkatkan laju metabolik yang paling
besar. Bahkan peningkatan ringan tonus otot menyebabkan peningkatanlaju metabolik yang
nyata, dan berbagai tingkat aktivitas fisik secara mencolok mengubah pengeluaran energi dan
produksi panas. Karena itu, laju metabolic seseorang di tentukan di bawah kondisi basal
terstandar yang diciptakan untuk mengontrol sebanyak mungkin variable yang dapat
mengubah laju metabolik. Dengan cara ini, aktivitas metabolic yang diperlukan untuk
mempertahankan fungsi tubuh dasar saat istirahat dapat ditentukan. Karena itu, apa yang
disebut sebagai laju metabolik basal ( basal metabolic rate, BMR) adalah cerminan dari
kecepatan langsam (idling speed) tubuh, atau leju pengeluaran energi internal minimal
saat terjaga . BMR diukur di bawah kondisi khusus, yaitu:

(1.) Dalam keadaan beristirahat fisik, berisitirahat setelah berolahraga paling sedikit 30 menit
untuk menghilangkan kontribusi kontraksi otot terhadap produksi panas.

(2.) Dalam keadaan berisitrahat secara mental untuk memperkecil tonus otot rangka (orang
menjadi tegang jika cemas) dan mencegah peningkatan epinefrin, suatu hormone yang
dikeluarkan sebagai respons terhadap stress yang meningkatakan laju metabolik.

(3.) Pengukuran harus dilakukan pada suhu kamar yang nyaman sehingga yang bersangkutan
tidak menggigil , menggigil akan sangat meningkatkan laju metabolik.

(4.) Yang bersangkutan jangan makan-makanan apapun dalam 12 jam sebelum pengukuran
BMR untuk menghindari termogenesis makanan.

(5.) Tidak melakukan aktivitas berat setidaknya 1 jam sebelum pemeriksaan.

(6.) Selama pengujian, tidak diizinkan melakukan aktivitas apapun.

Faktor yang mempengaruhi laju metabolik dan tujuannya

Salah satunya adalah suhu lingkungan. Bila suhu lingkungan lebih rendah daripada
suhu tubuh, maka diaktivasi mekanisme penghemat panas seperti menggigil dan laju
metabolic meningkat. Bila suhu cukup tinggi untuk menaikan suhu badan, maka ada
percepatan umum dalam proses metabolic dan laju metabolic juga meningkat. Tujuan
pemeriksaan metabolism energi adalah menentukan keperluan kalori basal dan kerja
seseorang, membantu menegakan diagnosis berbagai gangguan metabolisme, menyusun diet
makananyang sesuai kebutuhan kalori perindividu.1,4

Gangguan Terkait Panas

Heat exhaustion adalah keadaan kolaps, biasanya bermanifestasi sebagai pingsan,


akibatt menurunya tekanan darah karena mekanisme pengeluran panas yang sangat
berlebihan. Berkeringat berlebihan mengurangi curah jantung dengan mengurangi volume
plasma, dan vasodilatasi kulit yang mencolok menyebabkan turunnya resistensi perifer total.

10
Karena tekanan darah ditentukan oleh curah jantung kali resistensi perifer total maka terjadi
penurunan tekanan darah. Penurunan jumlah darah yang di salurkan ke otak dan pingsan.
Karena itu, heat exhaustion lebih merupakan konsekuensi dari aktivitas berlebihan
mekanisme-mekanisme pengeluaran panas dibandingkan gangguan pada mekanisme-
mekanisme tersebut. Karena mekanisme pengeluran panas telah sangat aktif maka pada
heatexhaustion suhu tubuh hanya sedikit meningkat. Dengan memaksa aktivitas berhenti
ketika mekanisme pengeluran panas tidak lagi mampu menghadapi penambahan panas yang
ditumbulkan oleh olahraga atau lingkungan yang panas, heat exhaustion berfungsi sebagai
katub pengaman yang mencegah heatstroke yang memiliki konsekuensi yang lebih serius.

Heat stoke adalah situasi amat berbahaya yang terjadi karena kegagalan total sistem
termoregulasi hipotalamus. Heat exhaustion dapat berkembang menjadi heat stroke jika
mekanisme-mekanisme pengeluaran panas terus mendapat beban berlebihan. Heat stroke
besar kemungkinan terjadi saat olahraga berlebihan pada lingkungan yang panas dan lembab.
Orang berusia lanjut, yang respons termoregulasinya umumnya lebih lambat dan kurang
efisien, sangat rentan mengalami heatstroke saat gelombang panas yang lama dan pengap.
Demikian juga dengan orang yang menggunakan obat penenang tertentu, misalnya valium,
Karena obat-obat ini menggangu aktivitas neurotransmitter pusat termoregulasi hipotalamus.
Gambaran paling mencolok pada heat stroke adalah tidak adanya tindakan-tindakan
pengeluran panas kompensatorik, misalnya berkeringat, sementara suhu tubuh terus
meningkat, tetap tidak ada pengeluran keringat, karena pusat termoregulasi hipotalamus tidak
berfungsi dengan benardan tidak dapat mengaktifkan mekanisme pengeluran panas. selama
heatstroke terjadi, suhu tubuh mulai naik karena mekanisme pengeluran panas akhirnya
dikalahkan oleh peningkatan panas yang berlebihan dan terus-menerus. Setelah suhu inti
mencapai titik dimana pusat kontrol suhu hipotalamus dirusak oleh panas, suhu tubuh cepat
meningkat lebih tinggi karena terhentinya secara total mekanisme pengeluran panas. selain
itu, dengan dengan bertambahnya suhu tubuh, laju metabolisme juga meningkat, karena suhu
yang lebih tinggi memepercepat laju reaksi kimia akbibatnya adalah produksi panas yang
semakin besar.

Heatstroke adalah situasi yang sangat berbahaya dan cepat menyababkan kematian jika
tidak segera ditangani. Bahkan dengan pengobatan untuk menghentikan dan mengembalikan
peningkatan tak terkendali suhu tubuh, angka kematian tetap tinggi. Tinggi kecacatan
permanen pada mereka yang selama juga tinggi karena denaturasi protein irreversible akibat
panas internal yang tinggi.

Kesimpulan
Dalam keadaan normal tubuh dapat mengkompensasi perbedaan suhu panas antara
tubuh dengan lingkungan, melalui berkeringat, meminum air. Namun, ketika sistem
homeostatis tubuh mencapai batas kesanggupannya, pusat pengaturan suhu tubuh akan
mengalami gangguan. Dimana pada kasus pasien berkeringat, sehingga mengalami dehidrasi,
bahkan dapat menyebabkan kesadarannya menurun akibat suhu lingkungan yang sangat
panas di atas suhu normal tubuh.

11
Daftar pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2012.h.701-8.
2. Nelwan RHH. Demam: tipe dan pendekatan. Dalam: Sudyono AR, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-IV. Jakarta: Interna
Publishing; 2007.h.1719.
3. Guyton AC dan hall JE. Fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006.h.821-7.
4. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit EGC; 2008;263-4.
5. Silverthorn DE. Human physiology: an integrated approach. 5th ed. United States:
Pearson Benjamin Cunmings; 2010:555-7, 559.

12

Anda mungkin juga menyukai