Anda di halaman 1dari 10

Makalah

Alat dan Mesin Pertanian I

Pola Pengolahan Tanah Type


Circuitus Pattern 270 , Turn from boundaries or center
Untuk memenuhi salah satu tugas

mata kuliah Alat dan Mesin Pertanian I


Dosen Pembimbing : Ir. Totok Herwanto., M.Eng.

DISUSUN OLEH :
Raden Naufal Rizki R. (240110160113)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah kali ini adalah
1. abc
2. def
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Pengamatan melalui internet


Dengan pencarian daripada beberapa sumber yang dapat dipercaya seperti
buku yang berisi tentang pola pengolahan tanah yang berjudul Farn Power and
Machinery Management: Eleventh Edition oleh Hunt. Penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan daripada metode circuitous pattern 270 turn from
boundaries or center ini.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian pola pengolahan tanah


Menurut Rizaldi (2006), pola pengolahan lahan tanah erat hubungannya
dengan waktu yang hilang karena belokan selama pengolahan tanah. Pola
pengolahan harus dipilih dengan tujuan untuk memperkecil sebanyak mungkin
pengangkatan alat. Karena pada waktu diangkat alat tidak bekerja. Oleh karena itu
harus diusahakan bajak atau garu tetap bekerja selama waktu operasi di lapangan.
Makin banyak pengangkatan alat sewaktu belok, makin rendah efisiensi kerjanya.
Pola pengolahan tanah yang banyak dikenal dan dilakukan adalah pola spiral, pola
tepi, pola tengah dan pola alfa. Pola spiral paling banyak digunakan karena
pembajakan dilakukan terus-menerus tanpa pengangkatan alat.
Menurut Tas (2008), dalam melakukan pengolahan tanah, perlu
menggunakan pola-pola tertentu. Tujuan dari pola pengolahan tanah ini adalah agar
lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan pola yang sesuai, diharapkan waktu
yang terbuang pada saat pengolahan tanah (pada saat implemen pengolahan tanah
diangkat) sesedikit mungkin, lahan yang diolah tidak diolah lagi sehingga
diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih efisien. Hasil pengolahan tanah
(khususnya untuk pembajakan) bisa merata. Bagian lahan yang diangkat tanahnya
akan ditimbun kembali dari alur berikutnya. Sehingga diharapkan pekerjaan
pengolahan tanah bisa lebih efektif.
Belok di ujung atau di sudut suatu lapang menghasilkan suatu kehilangan
waktu yang seringkali sangat berarti, terutama pada lapang-lapang pendek. Tidak
peduli apakah suatu lapang dikerjakan pulang balik, dari tepi ke tengah ataukah
digarap dengan mengelilingi titik pusatnya, jumlah waktu belok per satuan luas
untuk sebuah alat dengan lebar tertentu akan berbanding terbalik dengan panjang
lapang. Untuk suatu lapang persegi tertentu digarap searah panjangnya ataukah
memutarinya, jumlah putaran perjalanan yang diperlukan akan sama pada ketiga
cara di atas. Menggarap secara pulang balik memerlukan 2 kali belokan 1800 per
putaran, sedang kedua cara lainnya mencakup empat belokan 900 per putaran.
Waktu yang diperlukan untuk belok pada pengerjaan bolak-balik juga dipengaruhi
oleh ketidak teraturan bentuk lapang, besarnya ruang belok di head land, kekasaran
daerah belok dan lebar alat (Siregar, 2010).
Pada pengolahan lahan dengan menggunakan pola tengah, pembajakan
dilakukan dari tengah membujur lahan. Pembajakan kedua pada sebelah hasil
pembajakan pertama. Traktor diputar ke kanan dan membajak rapat dengan hasil
pembajakan pertama. Pembajakan berikutnya dengan cara berputar ke kanan
sampai ke tepi lahan. Pola ini cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit.
Diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan
yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan terakhir. Sisa lahan
yang tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual (dengan
cangkul). Dengan pola ini akan menghasilkan alur balik (back furrow), yaitu alur
bajakan yang saling berhadapan satu sama lain. Sehingga akan terjadi penumpukan
lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan. Pada tepi lahan alur hasil
pembajakan tidak tertutup oleh lemparan hasil pembajakan (Tas, 2008).
Pembajakan dengan pola tepi dilakukan dari tepi membujur lahan, lemparan
hasil pembajakan ke arah luar lahan. Pembajakan kedua pada sisi lain pembajakan
pertama. Traktor diputar ke kiri dan membajak dari tepi lahan dengan arah
sebaliknya. Pembajakan berikutnya dengan cara berputar ke kiri sampai ke tengah
lahan. Pola ini juga cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit. Diperlukan
lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan yang tidak
terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak
terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual (dengan cangkul). Dengan
pola ini akan menghasilkan alur mati (dead furrow)., yaitu alur bajakan yang saling
berdampingan satu sama lain. Sehingga akan terjadi alur yang tidak tertutup oleh
lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan. Pada tepi lahan lemparan
hasil pembajakan tidak jatuh pada alur hasil pembajakan (Tas, 2008).
Membajak dengan sistem balik rapat dapat dilakukan dengan cara berikut.
1. Pada tanah kering mula-mula harus dibuat scratch pada kedua ujung petakan.
Pada tanah basah tidak perlu dibuat karena akan menyebabkan selipnya
traktor. Pada tanah basah scratch nya hanya dibuat dengan membajak secara
dangkal.
2. Membajak dimulai dari salah satu tepi petakan, pada tanah ditinggalkan strip
(garis) selebar 2 jejak. Garis ini berguna untuk jalannya traktor pada waktu
akan mengerjakan head land.
3. Apabila pekerjaan sudah selesai, pembajakan dilakukan pada salah satu head
land. Kalau head land yang pertama selesai dikerjakan, maka kerjakan pula
head land yang lain dengan sekaligus membajak strip tanah yang dibuat
pada langkah pertama tadi.
4. Untuk menghindari kecelakaan terbaliknya traktor, pada waktu
menjalankan apabila menyeberangi petakan atau bagian-bagian lain sawah
yang tidak sama tingginya, kalau jalannya menurun traktor harus berjalan
mundur, tapi kalau jalannya naik, traktor harus maju.

Membajak dengan sistem berkeliling dapat dilakukan sebagai berikut:


1. Putaran keliling sebaiknya berlawanan arah dengan jarum jam.
2. Pada putaran pertama, pembajakan tanah dilakukan pada tepi petakan dan
diusahakan betul-betul rapat dengan pematang. Slice dilemparkan kearah
kiri atau kearah tengah petakan.
3. Pada putaran kedua sampai keempat cara berbelok berpusing kearah lebih
dalam. Slice dilemparkan kearah kanan atau kearah pematang.
4. Pada putaran kelima dan selanjutnya cara berbelok biasa tidak seperti putaran
sebelumnya. Traktor meninggalkan petakan dengan meninggalkan open
furrow/dead furrow (Sugeng, 1998).

Pada pengolahan lahan dengan pola keliling tengah, pengolahan tanah


dilakukan dari titik tengah lahan. Berputar ke kanan sejajar sisi lahan, sampai ke
tepi lahan. Lemparan pembajakan ke arah dalam lahan. Pada awal pengolahan,
operator akan kesulitan dalam membelokan traktor. Pola ini cocok untuk lahan yang
berbentuk bujur sangkar, dan lahan tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk
berbelok pada kedua diagonal lahan. Lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak
pada 2 sampai 4 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan
cara manual (dengan cangkul) (Tas, 2008).
Pada pengolahan tanah dengan pola keliling tepi, pengolahan tanah dilakukan
dari salah satu titik sudut lahan. Berputar ke kiri sejajar sisi lahan, sampai ke tengah
lahan. Lemparan pembajakan ke arah luar lahan. Pada akhir pengolahan, operator
akan kesulitan dalam mebelokan traktor. Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk
bujur sangkar, dan lahan tidak terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada
kedua diagonal lahan. Lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 4
pembajakan terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara manual
(dengan cangkul) (Tas, 2008).

3.2 Circuitous pattern 270o, turn from boundaries or center


Pola ini biasanya dimulai dari titik tengah pada suatu lahan saat membajak, jadi
pada saat pembelokan tersebut tidak terjadi pembajakan dibandingkan dengan tanah
yang akan dibajak. Sejauh keefektifan lahan itu bergantung pada imaterial dimana
operasi tersebut dimulai jika salah satunya diasumsikan pada saat berkelok
kecepatannya secepat pada saat membajak.

(Sumber : Hunt, 2001)


(Sumber : Hunt, 2001)
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah :
1. Metode Circuitous pattern 270o, turn from boundaries or center
adalah metode yang cukup efisien dikarenakan lahan yang akan
dibajak hanya lahan yang lurus saja dan pada kelokan tidak terjadi
pembajakan.
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Hunt, Donnel. 2001 . Farm Power and Machinery Management 10th Edition.
Blackweh Publishing Company. Iowa state Press.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28691/4/Chapter%20II.pdf.
diakses pada tanggal 11 oktober 2011. pukul 07.00 WIB
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/31878/Jun%20Sakai_Trakt
or%202-Roda.PDF?sequence=1. diakses pada tanggal 10 oktober 2017.
pukul 07.20 WIB
http://www.scribd.com/doc/6307149/Jurnal-Akademika-Santosa-Traktor. diakses
pada tanggal 11 oktober 2017. pukul 07.27 WIB

Anda mungkin juga menyukai