Anda di halaman 1dari 9

PRODUKSI BIOETHANOL DARI RUMPUT GAJAH

SECARA KIMIA

Ni Ketut Sari
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, UPN Veteran Jawa Timur,
Jalan Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya, Telpon 031-8782179, Fax 031-8782257

Abstract
Availability of bulrush can be obtained by continue and abundance, representing one the less exploited crop.
Bulrush only used as livestock food, sometimes bulrush also considered to be intruder crop. But bulrush have
cellulose rate, glucose, extract able to be used as one the ethanol producer materials. Obtained Ethanol rate
from study produce bio ethanol from bulrush between 23-28 %, to increase purity of ethanol rate conducted by
dissociation use batch distillation. Research produces bio ethanol from bulrush chemically to look for bio
ethanol alternative raw material and study sour hydrolysis process and fermentation. In research produce bio
ethanol from bulrush chemically to process hydrolysis at condition remains to: temperature 30oC, water 7 liters,
hydrolysis time 1hour and condition change: bulrush weight 50, 100, 150, 200, 250, 300 (gram), HCL
condensation volume 10, 20, 30, 40, 50(ml). Is then continued by fermentation process at condition remain to:
temperature 30oC, pH 4.5; fermentation volume 500 ml and condition change: fermentation time 4, 5, 6, 7, 8
(day), starter 8 %, 10 %, 12 %. From research produces bio ethanol from bulrush chemically obtained [by]
result, [at] best glucose rate hydrolysis process 26.29 %, bulrush weight 200 gram. At best condition ferment
process use saccharomyces cerevisiae starter 10 % during 6 day, yielding ethanol equal to 27.71 % and glucose
rate is rest of 8.09 %. To obtain get purity ethanol product to process separation of continuation with batch
distillation, after conducted separation continue to be obtained ethanol rate (90-95) %. From result is obtained
that is ethanol rate (90-95) %, bulrush can be used as alternative raw material making of bio ethanol. But for
the standard of bio ethanol that is ethanol rate above 98 %, so that require to furthermore process.

Keyword: bio ethanol, fermentation, hydrolysis, purification, bulrush

Abstrak
Ketersediaan rumput gajah dapat diperoleh secara kontinyu dan melimpah, merupakan salah satu tanaman
yang kurang dimanfaatkan. Rumput gajah hanya digunakan sebagai makanan ternak, terkadang rumput gajah
juga dianggap sebagai tanaman pengganggu. Tetapi rumput gajah mempunyai kadar selulosa, glukosa, pati
yang dapat digunakan sebagai salah satu bahan penghasil ethanol. Kadar ethanol yang diperoleh dari kajian
produksi bioethanol dari rumput gajah antara 23-28 %, untuk meningkatkan kemurnian kadar ethanol dilakukan
pemisahan menggunakan distilasi batch. Penelitian produksi bioethanol dari rumput gajah secara kimia
bertujuan untuk mencari bahan baku alternatif bioethanol dan mengkaji proses hidrolisis asam dan fermentasi.
Dalam penelitian produksi bioethanol dari rumput gajah secara kimia dilakukan proses hidrolisis pada kondisi
tetap : suhu 30 oC, air 7 liter, waktu hidrolisis 1 jam dan kondisi berubah: berat rumput gajah 50, 100, 150,
200, 250, 300 (gram), volume larutan HCl 10, 20, 30, 40, 50 (ml). Kemudian dilanjutkan proses fermentasi
pada kondisi tetap: suhu 30 oC, pH 4,5 ; volume fermentasi 500 ml dan kondisi berubah: waktu fermentasi 4, 5,
6, 7, 8 (hari), starter 8 %, 10 %, 12 %. Dari penelitian produksi bioethanol dari rumput gajah secara kimia
diperoleh hasil, pada proses hidrolisis kadar glukosa yang terbaik 26,29 %, berat rumput gajah 200 gram. Pada
proses fermentasi kondisi terbaik menggunakan starter Saccharomyces Cerevisiae 10 % selama 6 hari,
menghasilkan ethanol sebesar 27,71 % dan kadar glukosa sisa 8.09 %. Untuk memperoleh produk ethanol yang
lebih murni dilakukan proses pemisahan lanjutan dengan distilasi batch, setelah dilakukan pemisahan lanjut
diperoleh kadar ethanol (9095)%. Dari hasil yang diperoleh yaitu kadar ethanol (9095)%, rumput gajah
dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif pembuatan bioethanol. Namun untuk standar bioethanol yaitu
kadar ethanol diatas 98%, sehingga perlu dilakukan proses lebih lanjut.

Kata kunci: bioethanol, fermentasi, hidrolisis, purifikasi, rumput gajah.

Jurnal Teknik Kimia Vol.4,No.1 ,September 2009 265


1. Pendahuluan dihasilkan tidak memenuhi kuantitas, sehingga
Indonesia mempunyai iklim yang perlu pengembangan bahan baku alternatif untuk
mempermudah tumbuhnya rumput gajah, sehingga produk ethanol.
ketersediaan rumput gajah dapat secara kontinyu b. Rumput gajah hasil pertanian yang melimpah dan
melimpah. Rumput gajah merupakan salah satu saat ini hanya dipergunakan untuk pakan sapi.
tanaman yang kurang dimanfaatkan. Dewasa ini c. Berdasarkan kajian pendahuluan rumput gajah
rumput hanya digunakan sebagai makanan ternak, mengandung selulosa yang cukup besar (40,85 %)
terkadang rumput gajah juga dianggap sebagai tanaman yang dapat diproduksi menjadi ethanol.
pengganggu. Tetapi rumput gajah mempunyai kadar d. Indonesia memiliki industri ragi (Saccharomyces
selulosa yang dapat digunakan sebagai salah satu cerevisiae) yang nantinya dapat dipergunakan
bahan penghasil ethanol. dalam produksi ethanol.
Ethanol atau ethyl alcohol kadang disebut juga e. Sejak Menteri Negara Riset dan Teknologi me-
ethanol spiritus. Ethanol digunakan dalam beragam launching Bahan bakar Gasohol BE-10 pada akhir
industri seperti campuran untuk minuman keras seperti Januari 2005, dimana bahan baku yang digunakan
sake atau gin, bahan baku farmasi dan kosmetika, dan untuk pembuatan ethanol dari ketela pohon dan
campuran bahan bakar kendaraan, peningkat oktan, jagung, mempunyai harga jual yang sangat
bensin ethanol (gasohol) dan sebagai sumber oksigen berfluktuaktif, sehingga harga jualnya jauh lebih
untuk pembakaran yang lebih bersih pengganti (methyl mahal dari bahan bakar minyak (BBM).
tertiary-butyl ether/MTBE). Karena ethanol f. Pemerintah melakukan impor BBM, hal ini
mengandung 35 persen oksigen, dapat meningkatkan menunjukkan kebutuhan BBM nasional cukup
efisiensi pembakaran. Ethanol juga ramah lingkungan besar sedangkan produksi dalam negeri tidak
karena emisi gas buangnya rendah kadar karbon mencukupi sehingga sering terjadi kelangkaan
monoksidanya, nitrogen oksida, dan gas-gas rumah BBM dan harga BBM menjadi sangat mahal, dan
kaca yang menjadi polutan serta mudah terurai dan harga kebutuhan pokok ikut mahal, yang
aman karena tidak mencemari lingkungan. Sampai saat mengakibatkan terganggunya sektor ekonomi.
ini konsumsi ethanol dunia sekitar 63 persen untuk g. Berdasarkan kajian literatur dan studi pendahuluan
bahan bakar, terutama di Brazil, Amerika Utara, diketahui bahwa bahan baku yang mempunyai
Kanada, Uni Eropa, dan Australia. Di Asia, Jepang dan kadar selulosa yang tinggi dapat menghasilkan
Korea Selatan adalah konsumsi terbesar ethanol adalah ethanol.
untuk minuman keras.
Rumput gajah selama ini belum dimanfaatkan 2. Teori Dasar
secara maksimal dan dapat mengganggu lingkungan a. Kualitas Rumput Gajah
apabila dibiarkan begitu saja. Indonesia memiliki Rumput gajah dikenal dengan nama ilmiah :
beberapa tempat penghasil rumput gajah seperti di Pennisetum Purpureum Schumach. Nama daerahnya :
Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur serta akan Elephant grass, napier grass (Inggris), Herbe
dikembangkannya dibeberapa daerah lainnya, dengan delephant, fausse canne a sucre (Prancis), Rumput
potensi tersebut dipastikan sumber bahan baku Gajah (Indonesia, Malaysia), Buntot-pusa (Tagalog,
pembuatan ethanol akan tersedia dalam jumlah yang Filipina), Handalawi (Bokil), Lagoli (Bagobo), Ya-
cukup besar. nepia (Thailand), Co duoi voi (Vietnam), Pasto
Dalam mengembangkan produk ethanol yang Elefante (Spanyol). Rumput gajah berasal dari Afrika
tinggi perlu dikaji mengenai BAHAN, MEKANISME tropika, kemudian menyebar dan diperkenalkan ke
REAKSI dan TEKONOLOGI yang diperlukan. Faktor daerah-daerah tropika didunia. Dikembangkan terus-
yang sangat berpengaruh adalah bahan baku, proses menerus dengan berbagai silangan sehingga
hidrolisis dan proses fermentasi. menghasilkan banyak kultivar, terutama di Amerika,
Penelitian produksi bio ethanol dari rumput Philipina dan India. Rumput gajah merupakan keluarga
gajah secara kimia ini bertujuan untuk menghasilkan rumput-rumputan (graminae) yang telah dikenal
produk bioethanol dan suatu prototipe industri manfaatnya sebagai pakan ternak pemamah biak
ethanol. Disamping itu penelitian ini dapat (ruminansia) yang alamiah di Asia Tenggara.
dipergunakan sebagai acuan dalam mengembangkan Rumput gajah secara umum merupakan
industri ethanol di Indonesia, membantu tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam,
mengembangkan sektor pertanian serta membantu tinggi rimpang yang pendek.Tinggi batang dapat
dalam penyediaan campuran bahan bakar dan mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7 meter),
memberikan nilai ekonomi. dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3
Urgensi (Keutamaan) Penelitian cm dan terdiri sampai 20 ruas/buku. Tumbuh
a. Program Pemerintan pada tahun 2025 tentang membentuk rumpun dengan lebar rumpun hingga 1
pemakaian ethanol sebagai bahan bakar, produksi meter. Pelepah daun gundul hingga berbulu pendek,
ethanol hanya tergantung pada bahan baku tetes helai daun bergaris dengan dasar yang lebar, ujungnya
merupakan limbah pabrik gula, keberadaan pabrik runcing.
gula di Indonesia tidak berkembang. Tetes yang

Jurnal Teknik Kimia Vol.4,No.1 ,September 2009 266


Kandungan nutrien setiap ton bahan kering adalah : N : karbohidrat kompleks harus dihidrolisa terlebih dahulu
10-30 kg ; P : 2-3 kg ; K : 30 kg; Ca : 3-6 kg ; Mg menjadi komponen sederhana, monosakarida. Oleh
dan S : 2-3 kg. karena itu, agar tahap proses fermentasi dapat berjalan
Kandungan lain dari rumput gajah adalah : protein secara optimal, bahan tersebut harus mengalami
kasar 5,2 % dan serat kasar 40,85% perlakuan pendahuluan sebelum masuk ke dalam
Selulosa adalah polimer -glukosa dengan ikatan -1, 4 proses fermentasi.
diantara satuan glukosanya. Selulosa berfungsi sebagai Disakarida seperti gula pasir (C12H22O11) harus
bahan struktur dalam jaringan tumbuhan dalam bentuk dihidrolisa menjadi glukosa. Polisakarida seperti
campuran polimer homolog dan biasanya disertai selulosa harus diubah terlebih dahulu menjadi glukosa.
polosakarida lain dan lignin dalam jumlah yang Terbentuknya glukosa berarti proses pendahuluan telah
beragam. Molekul selulosa memanjang dan kaku, berakhir dan bahan-bahan selanjutnya siap untuk
meskipun dalam larutan. Gugus hidroksil yang difermentasi. Secara kimiawi proses fermentasi dapat
menonjol dari rantai dapat membentuk ikatan hidrogen berjalan cukup panjang, karena terjadi suatu deret
dengan mudah, mengakibatkan kekristalan dalam batas reaksi yang masing-masing dipengaruhi oleh enzim-
tertentu. Derajat kekristalan yang tinggi menyebabkan enzim khusus.
modulus kekenyalan sangat meningkat dan daya Hidrolisis
regang serat selulosa menjadi lebih besar dan Hidrolisis adalah reaksi organik dan anorganik
mengakibatkan makanan yang mengangung selulosa yang mana terdapat pengaruh air terhadap komposisi
lebih liat (John,1997). ganda (XY), menghasilkan hydrogen dengan
Selulosa yang merupakan polisakarida komposisi Y dan komposisi X dengan hidroksil,
terbanyak di bumi dapat diubah menjadi glukosa dengan reaksi sebagai berikut
dengan cara hidrolisis asam (Groggins,1985). XY + H2O HY + XOH (1)
Hidrolisis asam adalah hidrolisis dengan mengunakan
asam yang dapat mengubah polisakarida (pati,
selulosa) menjadi gula. Dalam hidrolisis asam biasanya
digunakan asam chlorida (HCl) atau asam sulfat
(H2SO4) dengan kadar tertentu. Hidrolisis ini biasanya
dilakukan dalam tangki khusus yang terbuat dari baja
Gambar 2.1. Rumus Bangun Selulosa tahan karat atau tembaga yang dihubungkan dengan
pipa saluran pemanas dan pipa saluran udara untuk
b. Sifat Fisik dan Kimia Ethanol mengatur tekanan dalam udara (Soebijanto, 1986).
Hasil yang diinginkan dari fermentasi glukosa Selulosa dari rumput dapat diubah menjadi
adalah ethanol, Ethanol mempunyai rumus dasar ethanol dengan proses hidrolisis asam dengan kadar
C2H5OH dan mempunyai sifat-sifat fisik sebagai tertentu. Proses hidrolisis selulosa harus dilakukan
berikut: cairan tidak berwarna, berbau khas menusuk dengan asam pekat agar dapat menghasilkan glukosa
hidung, mudah menguap, titik didih 78,32 oC, larut (Fieser, 1963).
dalam air dan ether, densitas pada 15 oC adalah 0,7937; Proses hidrolisis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
spesifik panas pada 20 oC adalah 0,579 cal/gr oC, panas diantaranya :
pembakaran pada keadaaan cair adalah 328 Kcal, - pH (derajat keasaman)
viskositas pada 20 oC adalah 1,17 cp, flash point adalah pH mempengaruhi proses hidrolisis sehingga dapat
sekitar 70 oC, berat molekul adalah 46,07 gr/mol, dihasilkan hidrolisis yang sesuai dengan yang
terjadi dari reaksi fermentasi monosakarida, bereaksi diinginkan, pH yang baik untuk proses hidrolisis
dengan asam asetat, asam sulfat, asam nitrit, asam adalah 2,3 (Soebijanto,1986).
ionida (Faith, 1957 dan Soebijanto, 1986). - Suhu
Kebutuhan ethanol di dunia makin meningkat, Suhu juga mempengaruhi proses kecepatan reaksi
hal ini dapat juga dilihat pada kebutuhan ethanol hidrolisis, suhu yang baik untuk hidrolisis selulosa
nasional sebagai berikut : adalah sekitar 21 oC
Tabel 2.1. Jumlah Kebutuhan Ethanol Nasional - Konsentrasi
Tahun Kebutuhan Ethanol (Liter) Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi hidrolisis, untuk
2001 25.251.852 hidrolisis asam digunakan konsentrasi HCl pekat atau
2002 21.076..317 H2SO4 pekat (Groggins,1985). Dalam proses ini
2003 34.063.193 selulosa dalam rumput gajah diubah menjadi glukosa
2004 230.613.100 dengan reaksi sebagai berikut:
Sumber: BPS,Surabaya (C6H10O5)n + n H2O C6H12O6 (2)
Selulosa Glukosa
c. Proses Pembuatan Ethanol Khamir adalah mikroorganisme bersel tunggal
Bahan-bahan yang mengandung monosakarida dengan ukuran antara 5 20 mikron, biasanya
(C6H12O6) sebagai glukosa langsung dapat difermentasi berukuran sampai 5-10x lebih besar dari bakteri.
menjadi ethanol. Akan tetapi disakarida pati, atau pun Terdapat berbagai macam bentuk ragi, bentuk ini

Jurnal Teknik Kimia Vol.4,No.1 ,September 2009 267


tergantung pada pembelahannya. Sel khamir sering berjalan dengan baik dan bakteri pembusuk akan
dijumpai secara sel tunggal, tetapi apabila anak-anak terhambat, untuk mengatur pH dapat digunakan NaOH
sel tidak dilepaskan dari induknya setelah pembelahan, dan HNO3.
maka akan terjadi bentuk yang disebut pseudomiselum. Suhu
Khamir tidak bergerak, pembelahan khamir terjadi Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri
secara aseksual atau tunas. Khamir sangat berperan adalah antara 20-30 oC. Makin rendah suhu fermentasi,
penting dalam membantu proses-proses pembuatan bir, maka akan semakin tinggi etanol yang akan dihasilkan,
salah satu khamir yang baik untuk pembuatan ethanol karena pada suhu rendah fermentasi akan lebih komplit
adalah saccharomyces cerevisiae yang mana tunasnya dan kehilangan etanol karena terbawa oleh gas CO2
berkembang dari bagian permukaan sel induk akan lebih sedikit.
(Buckle,1985). Waktu
Fermentasi Waktu yang dibutuhkan untuk fermentasi
Proses fermentasi yang dilakukan adalah proses adalah 7 hari (Judoamidjojo.1992)
fermentasi yang tidak menggunakan oksigen atau Kandungan gula
proses anaerob. Cara pengaturan produksi ethanol dari Kandungan gula akan sangat menpengaruhi
gula cukup komplek, konsentrasi substrat, oksigen, dan proses fermentasi, kandungan gula optimum yang
produk ethanol, semua mempengaruhi metabolisme diberikan untuk fermentasi adalah 25%, untuk
khamir, daya hidup sel, pertumbuhan sel, pembelahan permulaan, kadar gula yang digunakan adalah 16%
sel, dan produksi ethanol. Seleksi galur khamir yang (Sardjoko.1991).
cocok dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap Volume starter
baik konsentrasi, substrat ataupun alkohol merupakan Volume starter yang baik untuk melakukan
hal yang penting untuk peningkatan hasil (Higgins fermentasi adalah 1/10 bagian dari volume substrat.
dkk,1985). Dalam proses fermentasi ini, glukosa dari hasil
Fermentasi pertama kalinya dilakukan fermentasi diubah menjadi etanol dengan reaksi sbagai
perlakuan dasar terhadap bibit fermentor / persiapan berikut :
starter. Dimana starter diinokulasikan sampai benar- Saccharomyces S.
benar siap menjadi fermentor, baru dimasukkan ke C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 (3) Glukosa
dalam substrat yang akan difermentasi (Dwijoseputro). Ethanol
Bibit fermentor yang biasa digunakan adalah d. Kualitas Ethanol
Saccharomyces cerevisiae. Kandungan Ethanol dalam rumput gajah dapat
Saccharomyces cerevisiae mempunyai ciri-ciri sebagai dikendalikan dengan mengatur berbagai faktor yang
berikut: mempengaruhi : Konsentrasi selulosa, pati dan
- Mempunyai bentuk sel yang bulat, pendek glukosa, pH, Perbandingan rumput gajah dengan
oval, atau oval. larutan HCl, Jumlah Saccharomyces cerevisiae, Waktu
- Mempunyai ukuran sel (4,2-6,6) x (5-11) mikron fermentasi . Kualitas produk yang akan dihasilkan
dalam waktu tiga hari pada 25 oC dan pada media mempunyai standar komposisi sebagai berikut :
agar. No Komponen Komposisi produk
- Dapat bereproduksi dengan cara penyembulan (% berat)
atau multilateral. 1 Rumput gajah 40 70%
- Mampu mengubah glukosa dengan baik. 2 Gula reduksi 15 25%
- Dapat berkembang dengan baik pada suhu antara 20- 3 Ethanol 10 12%
30 oC (Judoamidjojo,1992). Disamping kualitas berdasarkan komposisi,
Proses fermentasi dipengaruhi oleh : ethanol ini mempunyai keunggulan lain dibanding
Nutrisi dengan ethanol yang ada saat ini seperti :
Pada proses fermentasi, mikoroorganisme a. Bahan baku rumput gajah tersedia dalam jumlah
sangat memerlukan nutrisi yang baik agar dapat yang cukup besar
diperoleh hasil fermentasi yang baik. Nutrisi yang tepat b. Mempunyai kadar selulosa yang tinggi (40,85 %)
untuk menyuplai mikroorganisme adalah nitrogen yang c. Sesuai untuk daerah subtropis dan tropis seperti di
mana dapat diperolah dari penambahan NH3, garam Indonesia
amonium, pepton, asam amino, urea. Nitrogen yang Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses
dibutuhkan sebesar 400-1000 gram/1000 L cairan. Dan distilasi.
phospat yang dibutuhkan sebesar 400 gram/1000 L Pada penelitian terdahulu telah dilakukan
cairan.(Soebijanto,1986). Nutrisi yang lain adalah penelitian terhadap biji kapas dengan proses hidrolisis
amonium sulfat dengan kadar 70-400 gram/100 liter yang menggunakan 0,8 % H2SO4 pada suhu 120oC
cairan selama 1 jam sehingga dihasilkan kadar glukosa
(Judoamidjojo,1992). tertinggi 13,848 %, glukosa ini mendapat perlakuan
pH fermentasi yang optimum selama 72 jam dengan kadar
pH yang baik untuk pertumbuhan bakteri adalah ethanol 7,86 % setelah proses distilasi.( Rois, 2005).
4,5 5. Tetapi pada pH 3,5 fermentasi masih dapat Kemudian dilanjutkan penelitian tentang buah siwalan
Jurnal Teknik Kimia Vol.4,No.1 ,September 2009 268
dilakukan proses hidrolisis dengan pH 2,3 , suhu 100oC - Menimbang rumput gajah seberat variabel
, H2SO4 1 N, dengan proses tersebut dapat dihasilkan yang telah dijalankan
kadar glukosa optimum sebesar 21,86 % kemudian - Mencampur rumput gajah ke dalam 7 L H2O
dilakukan proses fermentasi dengan penambahan - Menyaring larutan tersebut dan mengambil
optimum (NH4)HPO4 sebesar 9 gram sehingga filtratnya.
didapatkan 9,92 % ethanol setelah distilasi dan kadar - Menganalisa kadar glukosa pada filtrat hasil
glukosa sisa sebesar 8,02 % (Eri, 2007). Pada PT. hidrolisa dan mencari kondisi terbaik untuk
MOLINDO RAYA INDUSTIAL dilakukan proses dilakukan fermentasi.
fermentasi pada molasses dengan kadar glukosa 12 % - Menambahkan Asam Sitrat ke dalam filtrat
menghasilkan ethanol dengan kadar 9 % sebelum hasil hidrolisa yang akan difermentasi hingga
proses distilasi, setelah proses distilasi dapat dihasilkan mencapai pH fermentasi yang telah ditetapkan
kadar ethanol 96-99,9%, pada proses fermentasi 4,5
suhunya dijaga 33 oC dan pH 4,5 serta ditambahkan - Kemudian dianalisa kadar glukosa
bahan-bahan penunjang seperti urea, SP 36, asam b. Prosedur proses Fermentasi
sulfat, defoaming agent. - Hasil glukosa terbaik yang diperoleh dari proses
3. Metodologi hidrolisis, yaitu glukosa yang diperoleh dari
Kondisi yang digunakan hidrolisis rumput gajah sebanyak 200 gr dengan HCl
a. Proses Hidrolisis 20 ml.
- Kondisi tetap : suhu 30 oC, volume H2O 7 L - Menambahkan Asam Sitrat ke dalam filtrat hasil
- Kondisi berubah : berat rumput gajah : hidrolisa yang akan difermentasi hingga mencapai
50, 100, 150, 200, 250 (gram) ; pH fermentasi yang telah ditetapkan ( 4,5 ).
Volume HCl : 10, 20, 30, 40, 50 (mL) - Memasukkan starter ke dalam larutan
b. Proses fermentasi tersebut dalam kondisi anaerobik.
- Kondisi tetap : suhu 30 oC, pH hidrolisis 4,5 ; - Menutup rapat botol dan mengamati selama
volume fermentasi 500 mL waktu tertentu
- Kondisi berubah: waktu 4,5,6,7,8 (hari) ; - Kemudian dianalisa kadar ethanol.
- starter : 8%,10%,12% dari volume cairan c. Prosedur proses Distilasi
c. Proses Distilasi Hasil dari fermentasi yang didapat dimasukkan
Suhu 80 oC dan volume bottom yang kedalam labu distilasi untuk mendapatkan alkohol dari
tertinggal kurang lebih 1/10 bagian dari glukosa, Proses distilasi ini dijalankan pada suhu 70 -
80oC, setelah volume larutan bottom tinggal 10 %
diatilasi dihentikan, kemudian dianalisa kadar
a. Prosedur proses Hidrolisis ethanolnya.

Skema Penelitian

Rumput Gajah Oven Larutan HCl

- Berat rumput gajah


Hidrolisis
50,100,150,200,250 (gram)
- Volume H2O 7 L

Padatan Filtrasi

Filtrat Uji Glukosa

Waktu Fermentasi Fermentasi Saccharomyces Cerevisiae


4,5,6,7,8 (hari) 8%, 10%, 12%, dikali volume
cairan
Filtrasi Padatan

Filtrat

Distilasi
Jurnal Teknik Kimia Vol.4,No.1 ,September 2009 269
Analisa Ethanol
Pelaksanaan Penelitian

Proses Hidrolisis Proses Fermentasi Proses Distilasi

Gambar 3.1. Produksi Bioethanol dari Rumput Gajah

4. Hasil dan Pembahasan secara fisik, sehingga menyebabkan gugus


Berdasarkan hasil analisa laboratorium glukosa rusak.
yang tercantum dalam tabel 4.1. tersebut diatas, Pengeringan rumput gajah dilakukan
diketahui bahwa jumlah unsur pembentuk secara alami terlebih dahulu dengan suhu
bioethanol (selulosa, glukosa dan pati) rata-rata kamar, setelah 2 3 hari baru dilakukan
sebesar 48,055 %, ini berarti jika seluruhnya pengeringan dengan oven pada suhu 100 0C
bisa terhidrolisis dan terfermentasi secara selama 3 jam, hal ini dilakukan untuk
sempurna diperoleh ethanol dalam jumlah yang penghematan biaya. Pengeringan merupakan
besar. Dalam 100 gram rumput gajah dapat proses yang bertujuan untuk mengurangi kadar
dihasilkan minimal ethanol sebesar 48,055 air dalam ethanol, kadar air yang diijinkan
gram, jika densitas ethanol 0,98 gram/ml maka berdasarkan SNI : 1 %.
volume ethanol makin tinggi yaitu sebesar a. Ekstraksi Rumput Gajah
49,036 ml. Dalam 1 kg rumput gajah dapat Proses ekstraksi dilakukan dengan berat
dihasilkan ethanol sebesar 0,49 liter. Mengingat rumput gajah bervariasi yaitu : 50 100, 150,
komposisi selulosa yang tinggi pada rumput 200, 250, 300 gram dengan penambahan
gajah, proses hidrolisis diharapkan berjalan volume HCl yang bervariasi : 10, 20, 30, 40, 50
dengan sempurna, sehingga semua selulosa ml. Setelah proses ekstraksi selesai diperoleh
terdegradasi secara sempurna menjadi glukosa. filtrat dan padatan, filtrat akan diproses secara
Berdasarkan hasil analisis laboratorium proses fermentasi untuk memperoleh kadar
diketahui kualitas rumput gajah seperti ethanol dan padatan bisa digunakan sebagai
tercantum dalam Tabel 4.1. pupuk kompos. Filtrat diukur pH nya sesuai
Tabel 4.1. Kualitas Rumput Gajah syarat proses fermentasi yaitu kurang lebih 4,5.
No Parameter Konsentrasi Konsentra Konsentra Untuk memperoleh pH 4,5 dilakukan
1 si 2 si
(%) (%) Rata-rata penambahan NaOH apabila pH filtrat dibawah
(%) 4,5 dan dilakukan penambahan asam sitrat
1 Selulosa 48,008 48,102 48,055
2 Glukosa 4,774 4,898 4,836
apabila pH filtrat diatas 4,5.
3 Pati 20,318 20,416 20,367 Dari Grafik 4.1 diperoleh pengaruh pH
TOTAL 73,100 73,416 73,258 terhadap penambahan volume HCl, dimana
Sumber : Laboratorium Instrumentasi FTI/TK semakin besar penambahan volume HCl maka
UPN Veteran Jatim pH makin kecil. Karena dalam proses
fermentasi dibutuhkan pH 4,5 maka
Pemotongan rumput gajah dengan panjang penambahan volume HCl sebanyak 20 ml yang
kurang lebih 5 cm untuk memperoleh kadar paling mendekati, untuk berat rumput gajah
glukosa yang tinggi dan selulosa bisa yang bervariasi. Sebelum dilakukan proses
terhidrolisis dengan larutan HCl. Sebaiknya fermentasi, filtrat diukur kadar glukosa
rumput gajah dibuat dalam bentuk powder, optimum yaitu kurang lebih 16 %, apabila kadar
sehingga selulosa bisa terhidrolisis sempurna, glukosa lebih dari 16 % dilakukan pengenceran,
akan tetapi dibutuhkan biaya yang lebih tinggi. kalau kadar glukosa kurang dari 16 % dilakukan
Disamping itu juga dikwatirkan kalau rumput penambahan glukosa.
gajah dalam bentuk powder terjadi destruksi
Jurnal Teknik Kimia Vol.4,No.1 ,September 2009 270
Proses Hidrolisis setelah didiamkan 2-3 hari, setelah itu kadar
30 selulosa tetap. Berdasarkan hasil analisa
50gr Rumput Gajah
laboratorium diketahui kadar selulosa hari
25 100 gr Rumput Gajah pertama dan hari ketiga
150 gr Rumput Gajah
Kadar Glukosa (%)

20 200 gr Rumput Gajah


Proses Hidrolisis
250 gr Rumput Gajah 25
300 gr Rumput Gajah 50 gr Rumput Gajah
15
100 gr Rumput Gajah
20 150 gr Rumput Gajah

Kadar Selulosa(%)
10 200 gr Rumput Gajah
250 gr Rumput Gajah
15 300 gr Rumput Gajah
5

0 10
0 10 20 30 40 50 60

Volume HCl (ml) 5

Proses Hidrolisis
0
10
0 10 20 30 40 50 60
9 50gr Rumput Gajah
100 gr Rumput Gajah
Volume HCl (ml)
8
150 gr Rumput Gajah Gambar 4.3. Grafik Pengaruh Penambahan
7 200 gr Rumput Gajah
250 gr Rumput Gajah
Volume HCl terhadap Kadar Selulosa pada Hari
6
300 gr Rumput Gajah Pertama
pH

4
Dari Grafik 4.3 diperoleh pengaruh kadar
selulosa terhadap penambahan volume HCl,
3
dimana semakin besar penambahan volume HCl
2 kadar selulosa makin kecil. Pada penambahan
1 diatas volume HCl 40 ml grafik menunjukkan
0 10 20 30 40 50 60 profil yang konstan, dari penambahan volume
Volume HCl (ml) HCl 10 ml sampai 40 ml mempunyai
kecendrungan profil menurun. Penambahan
Gambar 4.1. Grafik Pengaruh Penambahan
volume HCl sekitar (0,14 0,71) % merupakan
Volume HCl terhadap pH pada Rumput Gajah
jumlah yang sangat kecil, kemungkinan tidak
Proses Hidrolisis akan berpengaruh terhadap produk bioethanol.
30
Sekecil apapun penambahan HCl tetap akan
50gr Rumput Gajah
dianalisa pada produk bioethanol akhir.
25 100 gr Rumput Gajah
150 gr Rumput Gajah Proses Hidrolisis
Kadar Glukosa (%)

20 200 gr Rumput Gajah


10
250 gr Rumput Gajah 100 gr Rumput Gajah(3 Hari)
300 gr Rumput Gajah 9 250 gr Rumput Gajah (3 Hari)
15
100 gr Rumput Gajah (1 Hari)
8
Kadar Selulosa(%)

250 gr Rumput Gajah (1 Hari)


10 7

6
5 5

4
0
3
0 10 20 30 40 50 60
2
Volume HCl (ml)
1
Gambar 4.2. Grafik Pengaruh Penambahan 0
Volume HCl terhadap Kadar Glukosa pada 0 10 20 30 40 50 60

Rumput Gajah Volume HCl (ml)

Dalam bentuk grafik diperoleh kadar Gambar 4.4. Grafik Pengaruh Penambahan
glukosa optimum (16 %) pada berat rumput Volume HCl terhadap Kadar Selulosa pada Hari
gajah 200 gram dan penambahan volume HCl Ketiga
20 ml. Sebelum dilakukan proses fermentasi
diukur kadar selulosa yang masih terkandung Setelah dilakukan analisa kadar selulosa
dalam filtrat. Dari beberapa hasil analisa kadar setelah 3 hari proses hidrolisis menunjukkan
selulosa diperoleh penurunan kadar selulosa penurunan kadar selulosa, hal ini disebabkan
Jurnal Teknik Kimia Vol.4,No.1 ,September 2009 271
karena belum sempurna selulosa terdegradasi
Proses Fermentasi
menjadi glukosa, penurunan kadar selulosa hari
pertama sampai hari ketiga sekitar (44 -49)%, 0,19
ditunjukkan pada Gambar 4.4. 0,17
4 Hari
b. Fermentasi Filtrat Rumput Gajah 5 Hari
0,15 6 Hari
Proses fermentasi filtrat rumput gajah

Kadar HCl (%)


0,13 7 Hari
seperti Gambar 5.5 dari proses hidrolisis dipilih
0,11 8 Hari
berat rumput gajah 200 gram dengan
penambahan volume HCl 20 ml, kemudian 0,09

dilakukan penambahan starter (saccaromycess 0,07

sereviceai cair) 8, 10, 12 %. Dengan waktu 0,05

fermentasi 4, 5, 6, 7, 8 hari akan diperoleh kadar 0,03


glukosa sisa, kadar ethanol dan kadar HCl, 0,01
seperti Tabel 5.6. 6 8 10 12 14 16
Jumlah Starter (%)
Proses Fermentasi
6 Gambar 4.6. Grafik Pengaruh Jumlah Starter
4 Hari terhadap Kadar HCl.
5 Hari
6 Hari Proses Fermentasi
Kadar Glukosa Sisa (%)

5
7 Hari
12
8 Hari 4 Hari
4 11 5 Hari
6 Hari
10
Kadar Ethanol (%) 7 Hari
3 9 8 Hari

8
2
6 8 10 12 14 7

Jumlah Starter (%) 6

Gambar 4.5. Grafik Pengaruh Jumlah Starter 5


terhadap Kadar Glukosa Sisa 6 8 10 12 14 16
Jumlah Starter (%)
Setelah dilakukan analisa kadar
glukosa sisa pada proses fermentasi, dengan Gambar 4.7. Grafik Pengaruh Jumlah Starter
penambahan jumlah starter 10 % dari volume terhadap Kadar Ethanol
cairan (filtrat) menunjukkan kadar glukosa sisa
kecil dibandingkan penambahan jumlah starter Setelah dilakukan analisa kadar Ethanol
8 dan 12 %. Hal ini disebabkan karena sudah pada proses fermentasi dengan penambahan
dilakukan riset pendahuluan dan sesuai dengan jumlah starter 10 % dari volume cairan (filtrat)
Jurnal yaitu penambahan jumlah starter 10 % menunjukkan kadar ethanol besar dibandingkan
dari volume cairan (filtrat), ditunjukkan pada penambahan jumlah starter 8 dan 12 %. Hal ini
Gambar 4.5. Selain itu juga dilakukan analisa disebabkan karena sudah dilakukan riset
kadar HCl pada proses fermentasi seperti Tabel pendahuluan, dalam riset pendahuluan diperoleh
5.6, dengan penambahan jumlah starter 10 % kadar ethanol 9 %, disamping itu dilakukan
dari volume cairan (filtrat) menunjukkan kadar perbaikan pada proses hidrolisis dan proses
HCl paling kecil adalah pada waktu fermentasi fermentasi, ditunjukkan pada Gambar 4.7.
6 hari. Hal ini disebabkan karena sudah
dilakukan riset pendahuluan dan menurut Jurnal 5. Kesimpulan
waktu fermentasi yang baik yaitu 7 hari. Waktu a. Berdasarkan hasil penelitian proses
fermentasi 6 hari paling baik karena fasa hidrolisis diperoleh hasil terbaik pada berat
optimum dari saccaromyces cereviciae, dibawah rumput gajah 200 gram, volume 20 ml HCl.
6 hari terjadi penyesuaian atau pertumbuhan b. Pada proses fermentasi diperoleh hasil
saccaromyces cereviciae dan setelah 6 hari terbaik pada kadar saccharomyces cerevisiae
terjadi fase regenerasi atau pergantian 10 % dan waktu fermentasi 6 hari.
saccaromyces cereviciae ditunjukkan pada c. Kualitas ethanol setelah dilakukan distilasi
Gambar 4.6. diperoleh kadar ethanol 95 %.

Jurnal Teknik Kimia Vol.4,No.1 ,September 2009 272


Daftar Pustaka [9] Soebijanto T., (1986), HFS dan Industri
[1] Buckle, KA, (1985), Ilmu Pangan, Ubi Kayu Lainnya, Gramedia Jakarta.
Universitas Indonesia, Jakarta. [10] Sari N. K., Kuswandi, Nonot S., Renanto
[2] Dwijoseputro, (1982), DasarDasar Handogo, (2006), Komparasi Peta Kurva
Mikrobiologi, Djambatan, Malang. Residu Sistem Terner ABE Dengan
[3] Fenger D., (1985), KAYU (Kimia Metanol-Etanol-1-Propanol, Jurnal
Ultrastruktur Reaksi-Reaksi), UGM REAKTOR, Jurusan Teknik Kimia UNDIP
Press Yogyakarta. Semarang, Vol. 13, No. 2.
[4] Fiesser dan Fisser, (1963), Pengantar [11] Sari N. K., Kuswandi, Nonot S., Renanto
Kimia Organik, Dhiwantara, Bandung. Handogo, (2007), Pemisahan Sistem
[5] Ilroy R. J., (1990), Pengantar Budidaya Biner Etanol-Air Dan Sistem Terner ABE
Padang Rumput Tropika. Dengan Distilasi Batch Sederhana, Jurnal
[6] Judoamidjojo, Mulyono, (1992), Teknologi INDUSTRI Jurnal Ilmiah Sains dan
Fermentasi, Rajawali Press Jakarta Teknologi, Fakultas Teknik Industri ITS
[7] Kirk Othmer, Encyclopedya of Chemical Surabaya, Vol. 6, No.5.
Technology, Vol. 8, John Wileys nd
Sons. Inc.
[8] Sardjoko, (1991), Bioteknologi,
Gramedia, Jakarta.

Jurnal Teknik Kimia Vol.4,No.1 ,September 2009 273

Anda mungkin juga menyukai