Anda di halaman 1dari 13

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Di susun oleh:
Nama : DESMAN MAULANA RAMADHAN NASUTION

NIM : 5172121009

FAKULTAS TEKNIK

PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


Daftar isi
Pencahayaan .

Bab 1 pendahuluan..

Bab 2 pembahasan ..

Bab 3 penutup..

Ventilasi ...

Pengertian .

Jenis jenis ventilasi ..

Perancangan ventilasi ..

Penyakit yang terkait ventilasi ..

UU tentang ventilasi .
Pencahayaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, masalah keamanan dan keselamatan kerja


merupakan faktor penting yang harus menjadi perhatian utama semua pihak. Keberhasilan kita
dalam melaksanakan pekerjaan tidak hanya diukur dari selesainya pekerjaan tersebut. Banyak hal
yang dijadikan sebagai parameter penilaian terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Pekerjaan dinilai
berhasil apabila keamanan dan keselamatan semua sumber daya yang ada terjamin, dapat
diselesaikan tepat waktu atau bahkan bisa lebih cepat dari waktu yang ditentukan, memberikan
keuntungan bagi perusahaan, memberikan kepuasan kepada semua pihak (pimpinan, karyawan dan
pemberi kerja).

Penerangan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek secara jelas,
cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan pencahayaan yang baik, akan makin
diperlukan apabila kita mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena
penglihatan. Pencahayaan yang terlalu suram mengakibatkan mata pekerja makin cepat lelah karena
mata akan berusaha untuk melihat, dimana lelahnya mata mengakibatkan kelelahan mental, lebih
jauh lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata, karena bisa menyilaukan.

Penerangan merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu kantor karena dapat
memperlancar pekerjaan di kantor. Apalagi seorang karyawan yang pekerjaannya berkaitan dengan
ketatabukuan maka tulisan harus terlihat jelas tanpa terlindung oleh bayangan. Penerangan yang
cukup akan menambah semangat kerja karyawan, karena mereka dapat lebih cepat menyelesaikan
tugas-tugasnya, matanya tidak mudah lelah karena cahaya yang terang, dan kesalahankesalahan
dapat dihindari.

Permasalahan penerangan meliputi kemampuan manusia untuk melihat sesuatu, sifat-sifat


dari indera penglihatan, usaha-usaha yang dilakukan untuk melihat obyek lebih baik dan pengaruh
penerangan terhadap lingkungan, alat yang digunakan untuk mengetahui intensitas penerangan
adalah Luxmeter.

Penerangan dikatakan buruk apabila memiliki intensitas penerangan yang rendah untuk
jenis pekerjaan yang sesuai, distribusi yang tidak merata, mengakibatkan kesilauan, dan kurangnya
kekontrasan.
1.2 Rumusan Masalah

a. Menjelaskan definisi Penerangan ?

b. Menjelaskan sumber-sumber pencahayaan ?

c. Bagaimana cara pengendalian terhadap penerangan ?

d. Bagaimana cara pencegahan terhadap kesilauan ?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui definisi penerangan.

b. Untuk mengetahui sumber-sumber pencahayaan.

c. Untuk mengetahui cara pengendalian terhadap penerangan.

d. Untuk mengetahui cara pencegahan terhadap kesilauan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, penerangan adalah jumlah penyinaran
pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Oleh sebab itu
salah satu masalah lingkungan ditempat kerja harus diperhatikan yaitu pencahayaan. Nilai
Pencahayaan yang dipersyaratkan oleh Kep-Menkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu minimal
100 lux.

Penerangan atau cahaya yang cukup merupakan pertimbangan yang penting dalam fasilitas fisik
kantor. Lebih-lebih dalam gedung yang luas dan kurang jendalanya, cahaya alam itu tidak dapat
menembus sepenuhnya, karena itu sering dipergunakan cahaya lampu untuk mengatur penerangan
dalam kantor. Pencahayaan yang tidak memadai akan menyebabkan kelelahan pada otot dan saraf
mata yang berlanjut pada kelelahan lokal mata dan akhirnya kelelahan keseluruhan fisiologis pada
seorang pekerja. Kelelahan yang timbul kemudian akan mengakibatkan turunnya konsentrasi kerja,
meningkatkan tingkat kesalahan dalam bekerja yang berujung pada tingginya cacat produksi. Hal-hal
ini yang kemudian menyumbang peran untuk menurunkan produktivitaspekerja secara individual
maupun perusahaan secara keseluruhan.

Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi benda-benda
ditempat kerja. Penerangan dapat berasal dari cahaya alami dan cahaya buatan, banyak obyek kerja
beserta benda atau alat dan kondisi disekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja, hal ini penting
untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi, selain itu penerangan yang memadai
memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan.

Pencahayaan yang kurang memadai merupakan beban tambahan bagi pekerja, sehingga dapat
menimbulkan gangguan performance (penampilan) kerja yang akhirnya dapat memberikan
pengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini sangat erat kaitannya dan mutlak harus
ada karena berhubungan denganfungsi indera penglihatan, yang dapat mempengaruhi produktifitas
bagi tenagakerja. Berdasarkan baku mutu lingkungan kerja, standar pencahayaan untuk ruangan
yang dipakai untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan ketelitian adalah 500 - 1000 Lux.

Tujuan pencahayaan :

a. Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan.

b. Memberi lingkungan kerja yang aman.

2.2 Sumber-Sumber Pencahayaan

a. Pencahayaan alami adalah cahaya yang ditimbulkan oleh matahari atau kubah langit. Cahaya
matahari yang mengandung radiasi panas itu apabila masuk ke dalam ruangan akan menyebabkan
kenaikan suhu ruangan. Sumber pencahayaan alam (cahaya matahari). Sedangkan menurut Satwiko
(2005: 88), cahaya alami adalah cahaya yang bersumber dari alam, misalnya matahari, lahar panas,
fosfor di pohon-pohon, kilat, kunang-kunang, dan bulan yang merupakan sumber cahaya alami
skunder, karena sebenarnya bulan hanya memantulkan cahaya matahari. Berikut ini adalah
beberapa keuntungan dan kelemahan dari penggunaan cahaya alami :

Keuntungan pencahayaan alam :

1. Bersifat alami, tersedia melimpah dan terbaharui,

2. Tidak memerlukan biaya dalam penggunaannya,

3. Cahaya alam sangat baik dilihat dari sudut kesehatan karena memiliki daya panas dan kimiawi
yang diperlukan bagi makluk hidup di bumi,

4. Cahaya alam dapat memberikan kesan lingkungan yang berbeda, bahkan kadang-kadang sangat
memuaskan.

Kelemahan pencahayaan alam :

1. Cahaya alam sulit dikendalikan, kondisinya selalu berubah karena dipengaruhi oleh waktu dan
cuaca,
2. Cahaya alam pada malam hari tidak tersedia,

3. Sinar ultra violet dari cahaya alam mudah merusak benda-benda di dalam ruang.

4. Perlengkapan untuk melindungi dari panas dan silau membutuhkan biaya tambahan yang cukup
tinggi.

b. Pencahayaan buatan (artificial light) adalah segala bentuk cahaya yang bersumber dari alat yang
diciptakan oleh manusia, seperti: lampu pijar, lilin, lampu minyak tanah. Pecahayaan buatan adalah
pencahayaan yang dihasilkan dari usaha manusia seperti lampu pijar. (Lasa, 2005: 170). Dasar
pemikiran untuk konsep perancangan sistem penerangan pencahayaan adalah pemenuhan tingkat
intensitas terang yang memenuhi syarat untuk tiap-tiap ruang.

Sumber pencahayaan buatan yang terbagi atas :

General lighting adalah penerangan umum yaitu penerangan yang dibutuhkan untuk menerangi
suatu tempat atau ruangan tersebut.

Localized general lighting

Local lighting atau penerangan lokal, yaitu, penerangan pada tempat kerja dimana untuk
menerangi obyek pekerjaan.

Keuntungan menggunakan pencahayaan buatan:

1. Cahaya buatan dapat dikendalikan, dalam arti bahwa kekuatan pencahayaan yang dihasilkan
dari lampu dapat diatur sesuai dengan kebutuhan,

2. Cahaya buatan tidak dipengaruhi oleh kondisi alam,

3. Arah jatuhnya cahaya dapat diatur, sehingga tidak menimbulkan silau bagi pekerja.

Kelemahan penggunaan pencahayaan buatan:

1. Cahaya buatan memerlukan biaya yang relatif besar karena dipengaruhi oleh sumber tenaga
listrik,

2. Cahaya buatan kurang baik bagi kesehatan manusia jika digunakan terus menerus di ruang
tertutup tanpa dukungan cahaya alami.

Penerangan yang buruk di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut :

a. Kelelahan dan ketidaknyamanan pada mata yang akan mengakibatkan kurangnya daya efesiensi
kerja.
b. Kelelahan mental yang akan berpengaruh pada kelelahan fisik.

c. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

d. Kerusakan alat penglihatan (mata).

e. Meningkatnya kecelakaan kerja.

Keuntungan pencahayaan yang baik :

a. Meningkatkan semangat kerja.

b. Produktivitas.

c. Mengurangi kesalahan.

d. Meningkatkan housekeeping.

e. Kenyamanan lingkungan kerja.

f. Mengurangi kecelakaan kerja.

2.3 Cara Pengendalian Terhadap Penerangan

Pengendalian terhadap penerangan buruk dapat dilakukan dengan cara :

a. Pengendalian secara teknis

Memperbesar ukuran obyek (sudut penglihatan) dengan menggunakan kaca pembesar dan kaca
pembesar dan layer monitor.

Memperbesar intensitas penerangan.

Menambah waktu yang diperlukan untuk melihat obyek.

Bila menggunakan penerangan alami, harus diperhatikan agar jalan masuknya sinar tidak
terhalang.

b. Pengendalian secara administrative

Untuk pekerjaan malam atau yang membutuhkan ketelitian tinggi, memperkerjakan tenaga kerja
yang berusia relatif masih muda dan tidak menggunakan kacamata adalah lebih baik.

Menjaga kebersihan dinding, langit-langit, lampu dan perangkatnya penting untuk diperhatikan.
Perawatan tersebut sebaiknya dilakukan minimal 2 kali dalam 1 tahun, karena kotoran atau debu
yang ada ternyata dapat mengurangi intensitas penerangan.
2.4 Cara Pencegahan Terhadap Kesilauan

Di samping akibat-akibat pencahayaan yang kurang kadang-kadang juga menimbulkan masalah,


apabila pengaturannya kurang baik, yakni silau. Silau juga menjadi beban tambahan pekerja maka
harus dilakukan pengaturan atau dicegah.

Mencegah kesilauan (luminansi), dengan :

Pemilihan jenis lampu yang tepat, misalnya neon. Lampu neon kurang menyebabkan silau
dibandingkan lampu biasa.

Menempatkan sumber-sumber cahaya atau penerangan sedemikian rupa sehingga tidak


langsung mengenai bidang yang mengkilap.

Tidak menempatkan benda-benda yang berbidang mengkilap di muka jendela yang langsung
memasukkan sinar matahari.

Penggunaan alat-alat pelapis bidang yang tidak mengkilap.

Mengusahakan agar tempat-tempat kerja tidang terhalang oleh bayangan suatu benda. Dalam
ruangan kerja sebaiknya tidak terjadi bayangan-bayangan.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas maka dalam mendirikan bangunan tempat kerja,
sebaiknya mepertimbangkan ketentuan-ketentuan antara lain :

a. Jarak antara gedung atau bangunan-bangunan lain tidak menganggu masuknya cahaya matahari
ke tempat kerja.

b. Jendela-jendela dan lobang angin untuk masuknya cahaya matahari harus cukup, seluruhnya
sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas bangunan.

c. Apabila cahaya matahari tidak mencukupi ruangan tempat kerja, harus diganti dengan
penerangan lampu yang cukup.

d. Penerangan tempat kerja tidak menimbulkan suhu ruangan panas (tidak melebihi 32C).

e. Sumber penerangan tidak boleh menimbulkan silau dan bayang-bayang yang menganggu kerja.

f. Sumber cahaya harus menghasilakn daya penerangan yang tetap dan menyebar dan tidak
berkedip-kedip.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif. Nilai Pencahayaan yang dipersyaratkan oleh Kep-Menkes RI
No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu minimal 100 lux.

Penerangan yang buruk di lingkungan kerja akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut :

a. Kelelahan dan ketidaknyamanan pada mata yang akan mengakibatkan kurangnya daya efesiensi
kerja.

b. Kelelahan mental yang akan berpengaruh pada kelelahan fisik.

c. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

d. Kerusakan alat penglihatan (mata).

e. Meningkatnya kecelakaan kerja.

Keuntungan pencahayaan yang baik :

a. Meningkatkan semangat kerja.

b. Produktivitas.

c. Mengurangi kesalahan.

d. Meningkatkan housekeeping.

e. Kenyamanan lingkungan kerja.

f. Mengurangi kecelakaan kerja.


VENTILASI

1. PENGERTIAN
Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila
suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan over crowded maka akan menimbulkan
keadaan yang dapat merugikan kesehatan. Sebelumnya terlebih dahulu masyarakat harus mengetahui
pengertian dari ventilasi. Ventilasi sendiri adalah tempat keluar masuk dan pertukaran udara yang
digunakan untuk memelihara dan juga mengatur udara sesuai kebutuhan dan kenyamanan.
Prinsip kerja ventilasi ini adalah membuat suatu proses pertukaran udara yang terjadi karena
perbedaan tekanan. Yang mana udara akan bergerak dari tempat yang bertekanan tinggi
menuju tempat yang bertekanan rendah. Ventilasi dapat berupa pintu, jendela, lubang angin,
ventilasi sistem pengendali suhu dan kelembaban, ventilasi sistem pengeluaran udara (exhaust
system) dan pemasukan udara (supply system), atau juga bisa dibantu menggunakan kipas
angin (fan). Pengadaan ventilasi tentunya mempunyai tujuan, antara lain :
1. Mengeluarkan kontaminan
2. Mengatur panas atau dingin di dalam ruangan
3. Menyegarkan ruangan dengan pertukaran udara
4. Mengencerkan konsentrasi kontaminan dalam udara
5. Mencegah terjadinya peledakan atau kebakaran
2. JENIS-JENIS VENTILASI
Ventilasi mempunyai 4 jenis, diantaranya :
1. Ventilasi umum
Ventilasi umum digunakan untuk menurunkan konsentrasi kontaminan udara di dalam ruang kerja sampai
mencapai kadar/tingkat yang tidak membahayakan. Ventilasi umum ini dapat terlaksana dengan 2 cara,
yaitu:
1. Ventilasi horizontal (silang)
Aliran udara yang masuk tidak boleh terhambat, tidak boleh terlalu kuat dan juga harus diarahkan ke
bagian yang ditempati. Karena pada dasarnya semakin besar perbandingan lubang ventilasi, maka semakin
tinggi pula kecepatan angin yang masuk.
2. Ventilasi vertical
Aliran udara terjadi karena perbedaan berat jenis lapisan udara luar dan dalam bangunan. Contohnya saja
seperti pembuatan cerobong. Semakin tinggi cerobong udara, maka semakin baik pula sirkulasi udara
dalam ruangan.
Syarat-syarat menggunakan ventilasi umum, yakni :
Toksisitas rendah
Jumlah kontaminan tidak besar (sedikit) dan tidak terus-menerus
Sumber merata
Konsentrasi rendah
2. Ventilasi buatan (mekanik)
Pengaturan aliran udara dibantu dengan alat mekanik seperti kipas angin, penyedot udara, atau exhauster.
Pemakaian ventilasi ini biasanya disebabkan ruangan yang terlalu luas sehingga tidak cukup jika hanya
menggunakan ventilasi umum karean dirasa kurang efektif. Adapun persyaratan dalam menggunakan
ventilasi mekanik, antara lain:
1. Sistem ventilasi harus bekerja terus-menerus selama ruangan digunakan
2. Penempatan ventilasi mekanik harus memungkinkan pertukaran udara bekerja secara maksimal
3. Ventilasi local
Pembuangan udara dilakukan langsung dari sumber kontaminan melalui corong penghisap yang berada di
dekat sumber kontaminan. Tahap selanjutnya dari corong penghisap langsung disalurkan melalui pipa-pipa
saluran dibantu dengan penyedot udara. Kemudian tahap terakhir udara bersih dibuang langsung ke
atmosfir. Ventilasi local mempunyai 5 tipe, yakni:
1. ventilasi local dengan sistem pembersih kontaminan
2. Ventilasi local dengan corong pengeluaran yang berada di dekat sumber kontaminan
3. Ventilasi local dengan corong celah
4. Ventilasi local dengan sistem tiup dan bisa (push and pull exhauster)
5. Ventilasi local untuk pembuangan kontaminan yang ada pada pabrik penyepulan logam
4. Ventilasi pengendalian suhu udara
Ventilasi ini bertujuan untuk menurunkan panas di dalam ruangan dan diganti denga udara dingin dan
menyegarkan. Cara kerja pengendalian suhu udara ini dapat dilaksanakan dengan ventilasi alami maupun
mekanik seperti kipas angin ataupun pendingin udara (AC). Sistem pendingin ruang ini terdiri dari sistem
langsung dan tidak langsung. Yang mana sistem langsung (direct cooling), udara didinginkan dengan zat
pendingin dengan sistem paket. Dan sistem tidak langsung (indirect cooling), udara didinginkan
menggunakan media air es dan mesin pengolah udara.
3. PERANCANGAN VENTILASI
1. Perancangan ventilasi umum dengan beberapa cara :
1. Menentukan ventilasi gaya angin yang akan digunakan. Factor-faktor yang mempengaruhi jalan kerja
ventilasi yang disebabkan oleh gaya angin, yaitu:
Kecepatan rata-rata
Variasi kecepatan dan arah angin harian dan musiman
Hambatan sekitar seperti banguna yang berdektan, pohon, semak, dll.
Angin yang kuat
Untuk menghasilkan laju aliran udara ditunjukkan dengan persamaan kuantitas gaya angin melalui
ventilasi bukaan inlet oleh angin. Q = CV.A.V(2.5)
Keterangan :
Q = laju aliran udara, m3/sec
A = luas bebas dari bukaan inlet, m2
V = kecepatan angin, m/sec
CV = effectiveness dari bukaan
Selain inlet penepatan outlet juga bisa sesuai yang diinginkan seperti :
Pada sisi yang berdekatan ke muka arah angin
Pada atap
Pada sisi arah tempat teduh dari bangunan yang berlawanan dengan inlet
Pada cerobong
Penempatan inlet harus di dalam daerah bertekanan tinggi, sedangkan outlet harus di daerah bertekanan
rendah.
2. Ventilasi gaya termal
2. Perancangan ventilasi mekanik dengan beberapa cara :
1. menentukan kapasitas fan
2. merancang distribusi udara atau kebutuhan laju udara seperti di bawah ini :
No Fungsi Gedung Satuan Kebutuhan Udara Luar
Merokok Tidak
Merokok
1 Laundri (m/min)/orang 1,05 0,46
2 Restoran:
a. Ruang Makan (m/min)/orang 1,05 0,21
b. Dapur (m/min)/orang -0,3 0,3
c. Fast Food (m/min)/orang 1,05 0,21
3 Service mobil
a. Garasi (tertutup) (m/min)/orang 0,21 0,21
b. Bengkel (m/min)/orang 0,21 0,21
4 Hotel, Motel, dsb:
a. Kamar Tidur (m/min)/orang 0,42 0,21
b. Ruang tamu/ ruang duduk (m/min)/orang 0 0,75
c. Kamar mandi/ Toilet (m/min)/orang 0 0
d.Lobi (m/min)/orang 0,45 0,15
e. Ruang pertemuan (kecil) (m/min)/orang 1,05 0,21
f. Ruang rapat (m/min)/orang 1,05 0,21
5 Kantor
a. Ruang Kerja (m/min)/orang 0,6 0,15
b. Ruang pertemuan (m/min)/orang 1,05 0,21
6. Ruang Umum
a. Koridor (m/min)/orang 0 0
b. WC umum (m/min)/orang 2,25 2,25
c. Ruang Locker/ Ruang Ganti (m/min)/orang 1,05 0,45
baju
7. Pertokoan
a. Besmen Lantai Dasar (m/min)/orang 0,75 0,15
b. Lantai Atas Kamar Tidu (m/min)/orang 0,75 0,15
c. Mall dan Arkade (m/min)/orang 0,3 0,15
d. Lif (m/min)/orang 0 0,45
e. Ruang Merokok (m/min)/orang 1,5 0

8. Ruang Kecantikan
a. Panti Cukur dan Salon (m/min)/orang 0,87 0,6
b. Ruang Olah Raga (m/min)/orang 0 0,42
c. Tako Kembang (m/min)/orang 0 0,15
d. Salon Binatang Peliharaan (m/min)/orang 0 0,3
9. Ruang Hiburan
a. Disko dan Bowling (m/min)/orang 0 0,21
b. Lantai Gerak atau (m/min)/orang 0 0,6
Gymnasium
Tabel 2.3. Kebutuhan Laju Udara Ventilasi
Sumber : BSNI 2001
3. menentukan kebutuhan udara yang diperlukan sesuai fungsi ruangan
Kecepatan angin yang tepat bagi tenaga kerja yang terpapar panas di berbagai suhu, antara lain :
Suhu (C) Kecepatan Angin (m/detik)
16 20 0,25
21 22 0,25 0,30
24 25 0,40 0,60
26 27 0,70 - 1,00
28 - 30 1,10 1,30
Sumber : hygiene perusahaan,e,2011
4. PENYAKIT YANG TERKAIT DENGAN VENSTILASI
Beberapa penyakit yang ada kaitannya dengan masalah ventilasi yang paling umum adalah
iritasi mata, sesak napas, bronchitis yang disebabkan oleh debu halus yang tidak bisa keluar
melalui ventilasi atau juga bisa karena kelembaban dan suhu dalam suatu ruangan tidak sesuai
dengan semestinya.
5. UU TENTANG VENTILASI
Perlindungan tenaga kerja dan perbaikan lingkungan kerja yang terdiri dari faktor : fisika, kimia, biologi
dan ergonomi dari suatu substansi di tempat kerja, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan tenaga kerja dan kemakmuran bangsa Indonesia (pembukaan UUD 45 alinea 4a UU No, 1
tahun 1970 tentang keselamatan kerja.Semakin tinggi teknologi yang digunakan, akan beri dampak,
kemungkinan terjadi ancaman lingkungan kerja ( resiko bahaya : uap, logam, debu, gas2 kimia berbahaya,
partikel logam berat,dll. Begitu juga dengan perundang-undangan telah mengatur besarnya ventilasi yang
sesuai dengan pengguna di dalamnya. Undang-undang ini terdapat di SNI 03-6572-2001, OSHA 1910.94
tentang ventilation dan OSHA 1918.94 tentang ventilation and atmosphere condition.

Anda mungkin juga menyukai